Rabu, 20 Juni 2012


 MAHA SIVARATRI 


Berusaha Mendapatkan Kesadaran Diri 


            Pada hari ini adalah Hari Suci Sivaratri yang di jadikan sebagai momentum untuk meningkatkan Spiritual/kerohanian. dengan penyadaran diri oleh seluruh umat Hindu khususnya di Indonesia. agar terhindar dari perbuatan buruk, sebagai manusia kita sering lupa karena keterbatasan, karena itu setiap sasih kapitu (bulan ketujuh) atau peteng pitu di langsungkan upacara Sivaratri dilakukan secara fisik dengan penjagraan artinya sadar orang yang sadar akan waspada supaya terhindar dari perbuatan buruk. Bapak-bapak dan Ibu-ibu seta seluruh umat Sedharma yang kami hormati dan berbahagia apakah Sivaratri ini disebut malam peleburan dosa apa memang benar sebagai malam Kesadaran? jika Sivaratri (malam Bhatara Siva) sebagai malam peleburan dosa maka keyakinan umat Hindu tentang konsep karma phala (hukum sebab-akibat) yang terdiri dari bagian Sancita,Prarabda dan kriyamana karma phala inijadi bagaimana bapak dan ibuseta seluruh umat sedharma,bahwa Sivaratri ini sebagai malam kesadaran. Idealnya Orang akan memiliki berfikir jernih kalau atmannya yang suci menyinari budinnya/alam kesadaran , sedangkan budhinnya menguasai manah dan manah akan menguasai indrianya, nah bapak dan ibu seta seluruh umat sedharma yang terhormat. kita semua harus di upayakan agar limba-limba yang mengotari jiwa itu selalu di upayakan untuk di lebur agar terhindar dari perbuatan yang gelap, sehubungan dengan itu karena itulah Sivaratri di sebut “Malam Kesadaran” bukan malam “Pelebuan dosa” memang sich orang yang sadar akan hakekatnya akan tarhindar dari perbuatan dosa yaitu dengan jalan apa? dengan memusatkan pikiran kepada kesucian Siva. 

             sebagai aspek pelebur kegelapan yang menghalangi alam kesadaran untuk mendapatkan sinar suci tuhan, supaya budhi akan menguatkan pikiran untuk mengendalikan indriya dan Tri Guna. dalam kitab Sarascamuschaya disebutkan :
 Manusya sarva bhutesu
 vartate vai subha subhe 
ashubesu samvistam 
shumbhesve wa karayet.
            diantara tiga mahkluk yang ada di muka bumi ini, hanya yang dilahirkan sebagai manusialah yang dapat membedakan mana yang baik dan mana yang buruk . apa yang bisa membuat manusia berbuat baik dan melebur perbuatan buruk itu dalam diri kita?
1. Orang yang sadar akan bisa mengendalikan Ti Kaya Parisudha. pikiran, pekataan dan perbuatan. berfikir yang baik kita berfikir positif akan tindakan seseorang tidak mencari kesalahan orang lain, mencari cari kesalahan
 2. berkata yang baik kalau kita salah dalam pekataan ibarat pisau lebih tajam dari pekataan,sudahlah kita mengurangi menggosipin orang, menghargai pendapat orang lain.
3. Berbuat baik dengan cara menghormati orang lain menolong yang sedang membutuhkan bantuan yang penting niatnya baik.

          Selain itu kita juga harus mengekang hawa nafsu mengendalikan diri dari Sadripu (enam musuh yang ada dalam diri manusia) kama(keinginan), lobha(rakus/tamak), krodha(marah), mada(mabuk), moha(bingung) dan matsyaria(iri hati). Sebagai manusia kita harus menghilangkan kemabukan, kemabukan yang di maksuk adalah Sapta Timira kita diwajibkan untuk mengendalikan kesadaran dalam sasih kapitu ini ( peteng pitu) ,sekaligus menetralkan pengaruh buruk pengaruh buruk yang harus dinetralkan adalah sombong karena tampan/cantik, sombong karena kaya raya, sombong karena pandai, sombong karena keturunan orang besar, sombong karena kuat dan masih muda, lupa diri karena mabuk dan lupa diri karena pemberani, ini peteng pitu yang ada dalam diri yang harus kita sadarkan. Lalu karakter ganas dan liar dari sasih kapitu yang dimulai sejak sasih keenam , yaitu alam sudah mulai kotor dan cemar, ditandai dengan pancarobha dari panas ke hujan , awal berkembangnya penyakit, termasuk hama tumbuhan,hujan mulai deras, musim buah, banyak lalat, angin laut berhembus kencang biasanya pada sasih keenam di laksanakan upacara ”nangluk merana” untuk menolak bencana dan mara bahaya akibat keganasan alam semakin banyak bencana alam, kecelakaan lalu lintas serta godaan-godaan karena nafsu-nafsu hewani mulai merasuk ke manusia karena tidak bisa mengendalikan pengaruh dari peteng pitu ini.

               Bapak-bapak dan Ibu-ibu serta seluruh umat sedharma yang berbahagia bagaimana cara kita untuk mengntisipasi kejadian bencana alam ini? Beruntunglah kita sebagai umat Hindu di berikan karunia Sivaratri, sebagai perwujudan Siva sebagai kasih kepada manusia apalagi kondisi di negeri kita ini tidak menentu dari hari ke hari, kiranya Sivaratri harus di pahami serta dapat di manfaatkan dengan baik umat Hindu untuk keselamatan, kerahayuan dan kedamaian alam semesta, jika Sivaratri tidak dimanfaatkan dengan baik maka perjalanan akan lebih berat dalam menghadapi bulan berikutnya
Sasih ke-8 hujan menguyur deras dimana-mana musim hujan memuncak disertai banjir bandang, langit mendung mengelantung, angin berhembus kencang, udara dingin tetapi entah kenapa.
 Sasih ke-9 limbah di alam mencapai puncaknya, bencana semakin meningkat pada manusia, tumbuhan dan ternak peliharan , udaranya panas pengap, hujan lebat datang tak disangka-sangka, manusia ditandai dengan pertikaian-petikaian, penyakit aneh muncul, orong cepat naik darah dll untunglah pada akhir bulan ini umat hindu melaksanakan tawur! Oleh karena itu pelaksanaan Sivaratri pada tilem kapitu akan menjadi sangat penting bagi umat hindu sendiri dan juga mengantisipasi bulan-bulan berikutnya sehingga tidak ada alasan lagi bagi kita umat Hindu untuk mengabaikan Sivaratri.
             Bapakdan Ibu serta seluruh umat hindu yang berbahagiaapa yang harus kita lakukan di hari Sivaratri ? Pada dasarnya adalah kegiatan Namasrahanam kepada Siva, yaitu selalu ingat dengan namanya wujud dan kuasa Tuhan sebagai pelebur yaitu Siva dengan mengulang-ulang nama Siva OM NAMA SIWAYA dengan terus menerus maka diharapkan kegelapan bathin akan hilang sehingga lahirlah kesadaran budhi Dalam sumber ajaran Sivaratri di India, setiap menjelang bulan mati umat hindu melaksanakan Siwaratri dan setiap tahun melaksanakan Maha Sivaratri (antara pebruari-maret) sumber dari sastra purana Siva purana, skanda purana, Garuda purana, dan padma purana ada juga di Indonesia sumber dari lontar yaitu Siwaratrikalpa karyadan Arjuna wiweha. Kalau kita lihat dari lontar Siwaratri kalpa di jelaskan silubdaka seorang pemburu yang masuk sorga. lantas apaya, yang membuat lubdaka ini mendapatkan tiket masuk sorga??????????
           Bentuk pelaksnan Sivaratri Kanista adalah dengan jagra /melek semalam suntuk, sambil memusatkan pikiran pada Siva dengan membahas Sastra-sastra Agama melakukan japa dengan mengucapkan OM NAMA SIVAYA berulang ulang. Bentuk pelaksaan yang madya adalah jagra dan upawasa, upawasa artinya artinya kembali suci dengan melatih indriya untuk mencoba melepaskan nikmatnya makanan yang hanya sebatas lidah. Latihan upawasa melahirkan sikap yang tidak terikat pada makanan enak, upawasa dilakukan pada pagi hari saat matahari terbit pada panglong 14 sampai besoknya pada sasih kapitu saat matahari terbenam selama 36 jam. Bentuk pelaksanaan uttama adalah jagra, upawasa dan monabrata, mona artinya tidak berbicara tujuanya adalah melatih diri dalam hal berbicara agar terkendali/ agak membatasi bicara bermanfaat untuk membangun energy positif yang memberikan kesehatan, ketenangan dan kesucian; sehingga kita bisa merasakan kebahagiaan batin .

             

                    Dari sumber-sumber mengenai Sivaratri bahwa kita harus berusaha membangun kesadaran diri,supaya terhindar dari perbuatan buruk,sehingga pada hari ini hari minggu kliwon sasih kapitu merupakan hari yang sangat disucikan berkaitan dengan penyadaran diri mudah-mudahan kita semua mampu memahami, menguraikan serta mengaplikasikanya dengan kesadaran. Demikianlah yang dapat kami sampaikan mudah-mudahan apa yang kami sampaikan dapat bermanfaat bagi kita semua sehingga Om awignmastu shanti/kedamian itu sendiri baik secara jasmani maupun rohani akan kita Raih.


Senin, 18 Juni 2012

 TARIAN KOSMIS 

 1.www.parissweethome.com Siwa Nata Raja Dewa Tarian, Tarian Peleburan Oleh Adang Suprapto Arti kata Siwa Nata Raja : Siwa artinya manifestasi dari Tuhan, Nata artinya berkesenian dalam perspektif Hindu, Raja artinya maha besar atau maha kuasa, Siwa Nata Raja artinya berkesenian dalam rangka pemujaan kemahakuasaan Tuhan. Setiap Tahun di Bali kita disuguhkan dengan suatu perhelatan akbar berupa pesta kesenian Bali. Dan tak asing lagi bahwa di dalamnya akan ada suatu simbul dari pesta kesenian Bali yakni Siwa Nata Raja, selalu terpampang di atas candi bentar raksasa di Arda Candra, Taman Budaya Denpasar. Rupanya banyak diantara kita belum mengetahui apa itu Siwa Nata Raja yang menjadi simbul tersebut. Siwa Nata Raja dalam filosofi India dikatakan sebagai perwujudan dari Dewa Siwa sebagai penari kosmis. Tarian tersebut mengandung banyak makna, simbolisasi, filosofi, dan kreatifitas berkesenian, khususnya kesenian di Bali.

           Kesenian dalam perspektif Hindu di Bali mempunyai kedudukan yang sangat mendasar, karena tidak dapat dipisahkan dari religius masyarakat Hindu di Bali. Upacara yadnya yang diselenggarakan di pura-pura juga tidak lepas dari kesenian seperti seni suara, tari, karawitan, seni lukis, seni rupa, dan sastra. Candi-candi, pura-pura dan lain-lainnya dibangun sedemikian rupa sebagai ungkapan rasa estetika, etika, dan sikap religius dari para umat penganut hindu di Bali. Pregina atau penari dalam semangat ngayah atau bekerja tanpa pamrih mempersembahkan kesenian tersebut sebagai wujud bhakti kehadapan Hyang Siwa yang pada hakekatnya adalah Ida Sanghyang Widhi Wasa (Tuhan). Di dalamnya ada rasa bhakti dan pengabdian sebagai wujud kerinduan ingin bertemu dengan sumber seni itu sendiri yakni Dewa Siwa. Para seniman ingin sekali menjadi satu dengan seni itu karena sesungguhnya tiap-tiap insan di dunia ini adalah percikan seni. Dalam artian adalah Siwa Nata Raja bersemayam dalam setiap insan di dunia ini. Dalam mitologinya, tarian-tarian diciptakan oleh Dewa Brahma,dan sebagai dewa tarian adalah Dewa Siwa dikenal dengan sebutan Siwa Nata Raja. Beliau memutar dunia ini dengan suatu gerakan-gerakan mistis yang disebut dengan mudra, yang memiliki kekuatan gaib.

Dimana setiap gerakan tangan dan gerakan tubuhya memiliki kekuatan, sehingga tarian ini tidak semata-mata mementingkan keindahan rupa. Namun didasari atas gerakan mudra tersebut, sehingga tarian tersebut memiliki kekuatan sekala dan niskala atau kekuatan nyata dan tidak nyata. Namun hanya beberapa saja dari gerakan mudra itu yang dapat dijumpai dalam tarian Bali. Namun demikian ciri khas tarian bali dan nilai artistic magisnya yang bersifat sekala dan niskala tetap kita jumpai, walaupun tidak sepenuhnya dalam bentuk mudra. Seniman Bali lebih banyak seniman karya, dan sedikit yang menjadi seniman filsafat. Sebagai seniman karya, seniman Bali mampu menghasilkan sebuah karya seni yang bagus, dan bahkan monumental. Namun tidak banyak yang dapat mengapresiasikan karyanya. Lain halnya dengan seniman filsafat, dimana seorang seniman lebih berorientasi pada pengertian dari karyanya. Walaupun seringkali karya tersebut kurang diminati oleh penikmatnya. Tetapi demikian seniman Bali sebagai seniman karya. Mereka akan merasa bangga apabila hasil karyanya dapat menghibur hati orang lain. Mereka tidak banyak mengejar filosofi dari karya seninya tersebut. Mungkin pula karena ketidakmengertian para pencipta tari Bali akan jenis dan arti dari gerakan mudra yang berasal dari tarian kosmis Dewa Siwa tersebut. Disamping itu yang namanya mudra di Bali sangatlah sakral, hanya boleh digunakan oleh para sulinggih yaitu orang suci umat Hindu. Bagi masyarakat Hindu Bali, konsep dan filosofi Siwa Nata Raja tidak saja perlu diketahui dan dipahami, tetapi juga dipakai sebagai landasan filsafat di dalam berkesenian. Hindu Bali yang Siwaistis, menempatkan Siwa sebagai Dewa tertinggi, Maha Kuasa, pencipta seni, dan sekaligus sebagai tujuan dari kreatifitas seni. Visualisasi popular dari Siwa adalah Lingga-Yoni. Bentuk antromorfik dari Siwa dapat digambarkan menjadi dua bentuk, yaitu pertama aspek ugra atau ghora artinya menyeramkan, kedua aspek somya artinya damai. Lingga-Yoni melahirkan aspek Siwa dan Sakti. Dari Siwa, segala bentuk seni di dunia ini berkembang, oleh karena itu Siwa dipuja oleh para seniman. Dewa Siwa yang pertamakali melahirkan seni tersebut. Sebagai pencipta tarian, Siwa berwujud Nrtyamurti. Siwa juga mengajarkan kesenian kepada Dewa-Dewa dan umat manusia. Siwa juga disebut Adi Guru atau guru pertama kesenian. Siwa juga sebagai guru yoga, musik, dan jnana (ilmu pengetahuan). Siwa dalam wujud Siwa Nata Raja adalah Siwa dalam postur menari. Gerakannya sangat indah, ritmis dan eksostis mistik yang menggetarkan siapa saja yang menyaksikannya. Gerakannya dalam ritmis tersebut sangat harmonis dan melahirkan keindahan. Gerakan dalam Siwa Nata Raja adalah juga merupakan simbolisasi dari Panca Aksara. Panca Aksara membentuk tubuh Siwa. Tangan yang memegang api adalah Na, kaki yang menindih raksasa adalah Ma, tangan yang memegang kendang adalah Si, tangan kanan dan kiri yang bergerak adalah Wa, tangan yang memperlihatkan abhaya mudra adalah Ya. Panca Aksara adalah kekuatan yang dapat menghapus noda dan dosa. Si Wa Ya Na Ma, adalah mantra. Si mencerminkan Tuhan, Wa adalah anugerah, Ya adalah jiwa, Na adalah kekuatan yang menutupi kecerdasan, Ma adalah egoisme yang membelenggu jiwa. Tarian Siwa melambangkan pergerakan dunia spirit. Dalam tarian tersebut, semua kekuatan jahat dan kegelapan menjadi sirna. Tujuan Siwa menari adalah untuk kesejahteraan dan keselamatan alam semesta, membebaskan roh dari belenggu mala.

           Siwa bukanlah sebagai penghancur tetapi sebagai regenerator (proses regenerasi). Siwa adalah sebagai manggala data atau pemberi kesucian, dan ananda data yakni sebagai pemberi kebahagiaan. Siwa menciptakan alam semesta dengan cara menari. Secara konseptual Siwa Nata Raja sebagai wujud nyata diterapkan dalam aktivitas keagamaan di Bali yang selanjutnya mengalir menjadi bentuk-bentuk kesenian. Gerakan tangan atau mudra tersebut kemudian berkembang menjadi gerakan-gerakan anggota badan. Pada upacara yadnya terdengar weda mantra sang sulinggih, suara genta, kidung-kekawin atau nyanyian sakral, gamelan atau musik, tarian, banten atau sesajen yang ditata indah pada dasarnya perwujudan rasa seni yang dipersembahkan kepada Tuhan. Salah satu dari pertunjukan seni dalam rangka pemujaan kehadapan Dewa Siwa adalah pertunjukan seni Wayang Sapu Leger yaitu suatu paduan yang harmonis antara seni pertunjukan dengan filsafat ketuhanan. Siwa Nata Raja adalah upaya pencarian kebenaran, kesucian, keharmonisan, melalui berkesenian (satyam, siwam, sundaram). Berkesenian di dalam kaitannya dengan Hindu di Bali adalah sebuah langkah pemujaan untuk menyatu dengan pencipta seni itu sendiri yakni Dewa Siwa. Berkesenian adalah sebuah upaya mencari kepuasan bhatin, mencari kesenangan, mencari keseimbangan, mencari pembebasan dalam penyatuan dengan sang pencipta, yakni sumber dari seni itu sendiri yakni Sang Hyang Siwa.

             2.wiet.multiply.com Tarian Kosmis Shiva Sep 10, '08 3:44 PM untuk semuanya Ini adalah salah satu tulisan favorit saya, yang nulis pak teddy, disumbangkan oleh beliau dalam sebuah posting di suatu milist. Entah udah berapa kali saya baca tulisan ini berulang-ulang dan gak bosan-bosan. Mohon ijin ya pak Teddy, sebagai sesama cah-ungaran mudah2 an di kasih ijin. Menari mungkin suatu salah satu bentuk seni yang paling awal yang dikenal manusia. Seni yang terdahulu, paling kuno, paling otentik dibanding seni-seni lain. Sang penari harus menyatu dengan tarian, dengan gerak agar tarian itu bisa hadir dan menjadi hidup. Asal-muasal tarian bermula dari Shiva. Shiva adalah raja dari tarian, the king of dance. Shiva dijuluki pula sebagai Nataraja. Dialah yang mengajarkan tarian kepada seluruh ciptaan. Dialah inspirasi setiap gerakan yang ada di alam semesta. Alkisah jika hitungan waktu kalpa sudah habis, maka Shiva akan mempersembahkan tarian untuk kosmos dan semesta, sebuah tarian yang dinamai Tandava. Sebutan yang indah. Terdengar lembut dan feminin. Inilah salah satu tarian Shiva yang paling masyhur dalam mitologi Hindu. Dalam pose tarian ini Shiva memiliki empat tangan dengan keempatnya berada dalam posisi yang berbeda. Sepasang tangan kiri dan kanan terentang lebar. Tangan kanan memegang alat musik berbentuk tabung yang menyiratkan dipecahkannya keheningan dengan munculnya "suara penciptaan". Tangan kiri memegang api yang bersifat menghancurkan. Tangan kanan yang lain dalam posisi memberkati, sedangkan tangan kiri yang satu lagi menyilang dibadan menunjuk pada kaki kiri yang diangkat, sebagai simbol dari kebangkitan kesadaran. Kaki kanan berdiri kokoh di atas berhala kebodohan yang berbentuk iblis kerdil. Pada metafor ini, jika Shiva melakukan tarian kosmis ini maka dia akan melakukan penghancuran terhadap dunia seisinya. Shiva mempersembahkan tarian ini kepada dunia sebagai permulaan siklus baru, siklus pembaharuan, siklus penghancuran dan penciptaan. Untuk melakukan proses re-kreasi terhadap dunialah maka tarian ini harus dilakukan Shiva. Menghancurkan segala bentuk ciptaan yang ada sebelumnya,. Dengan tujuan untuk mengembalikan maya kepada atma. Menghadirkan realitas diatas ilusi. Mengembalikan yang sejati diatas kepalsuan. Mengembalikan hati nurani diatas hawa nafsu. Tidak ada yang baru diatas dunia. Setiap bentuk-bentuk harus dihancurkan untuk menghasilkan bentuk-bentuk "baru" lagi. Segala sesuatu tercipta dari debu. Hancurkan, sebab segala penciptaan diawali dengan kehancuran. Penulis buku The Tao of Physics, Fritjof Capra memparalelkan tarian kosmis Shiva dengan ritme penghancuran dan penciptaan yang juga terjadi pada tingkatan materi inorganik. Menurutnya dalam ranah fisika modern tarian Shiva adalah serupa dengan tarian dari partikel subatomik. Lalu apakah jangka kalpa telah habis? Apakah sudah saatnya Shiva datang kembali untuk menari? Mungkin tak ada yang tahu. Dia akan menari di semesta makrokosmos dan mikrokosmos. Panggungnya adalah dunia luar: alam semesta dan seisinya serta dunia dalam: di dalam hati setiap manusia. Dia akan menari dengan penuh semangat dan kegembiraan untuk menghancurkan semesta kebodohan dan kelekatan yang membuat jiwa ini tidak bebas, tidak merdeka. Jika Engkau memang akan datang, selamat datang wahai Shiva! Coba tengok keadaan sekeliling. Keadaan alam, keadaan politik, kondisi sosial jaman sekarang. Atau bahkan kondisi dalam hati sendiri ?? Mungkin emang sudah lewat waktu hitungan kalpa dan Shiva sedang bersiap untuk ber-Tandava

                 3. suluttenggo.wordpress.com The Tao of Physic : Tarian Agung Energi Kosmis Posted on 23 Maret 2012 by suluttenggo Penggalan kalimat Fritjof Capra (create stc) Suluttenggo – seorang ilmuan terkenal di bidang ilmu fisika modern, Fritjop Capra, menuliskan penghayatnnya atas kejadian dalam buku,” The Tao of Physic,” yang isinya seperti di bawah ini : “Ketika Saya duduk di tepi Samudera pada suatu senja di musim panas, memandang gelombang yang bergulung-gulung dan merasakan irama pernafasan saya, tiba-tiba saya menjadi sadar bahwa diri saya dan seluruh alam sekitar sedang terlibat dalam suatu tarian agung kosmis. Sebagai ahli fisika, saya tahu bahwa pasir, batu dan karang, air dan udara sekeliling, tersusun dari molekul-molekul dan debu-debu yang bergetar yang di dalamnya terdiri atas pertikel-pertikel kecil yang saling berinteraksi dalam irama saling membentuk dan menghancurkan satu dengan lainnya. Saya juga tahu bahwa atmosfir bumi tidak henti-hentinya dibombardir oleh percikan partikel sinar kosmis dengan energi tinggi yang menyebabkan tabrakan-tabrakan berangkai pada waktu menerobos ke udara. semua itu tidak asing lagi bagi saya dalam penelitian energi tinggi (high energy physics) tetapi sampai saat ini, saya hanya mengalami melalui grafik, diagram, dan teori-teori matematika. Baru setelah pengalaman saya di atas, saya melihat bahwa telah terjadi air terjun energi yang datang dari angkasa luar, di mana partikel-partikel dalam suatu irama seperti pulsa saling menciptakan dan menghancurkan. Saya tidak saja melihat atom-atom tersebut, melainkan juga atom-atom dalam tubuh saya yang sedang ikut berpartipasipasi dalam tarian agung energi kosmis. Saya sekarang mendengar suaranya dan sekarang ini saya tahu bahwa semua itu adalah tarian Syiwa, dewa penari yang dipuja oleh penganut kepercayaan Hindu. Saya telah mengalami pendidikan yang lama di bidang fisika teoritikal dan telah melakukan penelitian. Pada asaat bersamaan telah tmbuh minat saya pada ilmu kebatinan dari timur dan melihat kesamaannya dengan fisika modern. Secara khusus saya sangat suka dengan teka-teki (koan), yang dipakai dalam Zen, yang mengingatkan saya kepada teka-teki dalam teori kuantum. Sekarang menjadi jelas bagi saya, mengapa dalam 20 tahun terakhir ini telah tumbuh minat yang besar di dunia barat terhadap kebatinan di dunia timur, yang sebenarnya merupakan usaha untuk mengembalikan keadaan tidak seeimbang di masyarakat barat yang tampak menyolok, dalam pikiran dan perasaan, sistim nilai dan tindak tandu, struktur sosial dan politik. Saya telah menemukan terminologi yang tepat, yaitu YIN dan YANG untuk menguraikan ketimpangan yang terjadi. Budaya kita terlampau bersifat jantan (maskulin), dan YANG telah mengabaikan pasangan pelengkapnya yaitu betina (feminim) atau YIN. Kita lebih mengutamakan pengakuan diri ketimbang integrasi, analisis ketimbang sintesa, pengetahuan rasional ketimbang kebijakan intuitif, ilmu pengetahuan ketimbang kebatinan, persaingan ketimbang kerjasama, ekspansi ketimbang pemeliharaan dan lainnya. Pertumbuhan yang sepihak ini telah mencapai titik lampu kuning berupa krisis sosial, ekologi dan moral. Karenanya dengan meminjam istilah Cina, dapat dikatakan bahwa unsur YANG telah mencapai klimaksnya dan kembali ke arah YIN. Dua puluh tahun belakangan ini telah melahirkan serangkaian gerakan yang pola dasarnya menuju ke arah yang sama. Orang mulai menyadari pentingnya pelestarian lingkungan (ekologi), semakin menguatkan kepercayaan kepada ilmu kebatinan. Gerakan kesadaran kaum feminim, penemuan kembali pendekatan holistik di bidang pengobatan. Semua ini merupakan arus balik terhadap penekanan-penekanan, berlebihan atas rasionalisme, sikap maskulin yang dominan dan mencoba mendapatkan keseimbangannya sebagai mahluk alamiah. Transformasi budaya ini tak lain adalah suatu usaha utuk mencari harmoni ilmu fisika modern dan ilmu kebatinan timur dan mengarah pada lahirnya pandangan nilai-nilai, persepsi-persepsi dan pemikiran-pemikiran baru. Dari sudut inilah harus dipandang bahwa hubungan antara fisika modern dan ilmu kebatinan tidak hanya menarik, melainkan juga sangat penting, karena selama ini hasil-hasil yang dicapai ilmu fisika modern pada akhirnya hanya akan menghadapkan kita pada dua pilihan, yaitu : Budha atau bom, dan terserah pada kita sebagai ilmuan untuk memilih yang mana.” Fritjof Capra, Ilmuan terkenal di bidang Fisika Modern.

                  
                         4. http://dasanrangarajan.multiply.com/journal/item/112/MAKNA_NATARAJA MAKNA NATARAJA Jan 10, '10 4:11 AM untuk semuanya Nataraja, Raja Para Penari atau Sang Raja Yang Menari, adalah salah satu Rupa dari Hyang Siva yang paling terkenal. Beliau dipuja di kompleks pura agung Chidambaram, Cuddalore, India Selatan. Nataraja mempertunjukkan tarian kosmis-Nya dengan penuh kebahagiaan di Chidambaram, disaksikan oleh para rishi seperti Patanjali dan Vyaghrapadar, serta para deva yang dipimpin oleh Vishnu Sendiri. Pura Chidambaram juga termashyur dengan sesuatu yang disebut Rahasyam, Rahasia dari Chidambaram, yang sesungguhnya hanyalah berupa ruangan kosong, melambangkan kesadaran tertinggi yang paling murni, dimana Chidambaram sendiri berarti Angkasa Kesadaran. Hanyalah dalam kesadaran murni yang berada di lubuk hatinya seorang pemuja dapat mengalami Tuhan secara langsung. Jadi di Chidambaram, simbol ruangan kosong ini mewakili berkembangnya kesadaran murni, yang harus dicapai oleh para Bhakta di dalam hatinya. Nataraja yang menari di Chidambaram, adalah Tuhan yang direalisasikan oleh penyembah-Nya dalam hatinya yang telah disucikan. Tarian Nataraja dikenal sebagai Tandava-nrutya atau sering juga disebut dengan Tarian Kosmis. Tarian ini merupakan gerakan berirama dari alam semesta. Sesungguhnya setiap planet dan setiap atom yang terkecil melakukan gerakan berirama yang sama. Ini bukanlah gerakan yang kacau, tetapi sebuah gerakan yang teratur, diarahkan dan dikendalikan oleh suatu prinsip cerdas yang tak terlihat. Bahkan saat ini para ilmuwan sudah mulai meyakini bahwa alam semesta merupakan suatu tatanan teratur yang cerdas. Segala sesuatunya terkendali bukan terjadi secara kebetulan. Sebuah buku baru-baru ini yang berjudul “The Intelligent Universe” oleh Sir Fred Hoyle, F.R.S. dari Universitas Cambridge menyatakan pandangan tersebut.
                                 

                       Dengan demikian sesungguhnya alam semesta ini tidaklah bekerja atau berjalan hanya karena hukum fisika atau kimia belaka. Sehingga kita perlu mengetahui siapakah yang berada di balik keteraturan alam semesta ini. Hindu, khususnya Saivisme, mengungkapkan pemahaman tersebut melalui konsep Nataraja. Rishi Thirumular yang hidup lebih dari seribu tahun yang lampau, dalam bukunya yaitu Thirumanthiram, mengatakan bahwa tarian Sivalah yang menggerakkan setiap partikel di alam semesta ini. Sehingga dengan demikian Sang Rishi sesungguhnya juga mengetahui bahwa alam semesta yang teratur ini dikendalikan oleh suatu prinsip perencana yang cerdas, yaitu Siva. Sang Rishi dalam pikiran supra-kesadarannya sudah menguak misteri alam semesta yang baru saja mulai ditemukan dan dikaji oleh para ilmuwan modern beberapa tahun belakangan ini. Sedangkan konsep Intelligent Universe dan Intelligent Design sejak lama telah dihadirkan dalam keyakinan Hindu Saivisme sebagai Nataraja. Bentuk atau citra dari Nataraja memiliki empat tangan. Pada tangan kanan atas, Beliau memegang genderang, udukkai atau damaru. Ini merupakan simbol suara, suara penciptaan. Veda menyatakan bahwa seluruh ciptaan ini berasal dari suara. Bahkan para ilmuwan modern sendiri mengakui bahwa ada suara ledakan ketika alam semesta tercipta, yang kita kenal sebagai teori Big Bang. Ini merupakan awal dari evolusi atau srishti. Tangan kiri atas Nataraja memegang kobaran api, simbol dari peleburan atau samhara, ketika seluruh alam semesta kembali ke asalnya. Tangan kanan bawah-Nya menunjukkan tanda jangan takut, meyakinkan para pemuja-Nya bahwa mereka yang berlindung kepada-Nya akan dibebaskan dari segala bahaya. Ini merupakan simbul pemeliharaan. Tangan kiri bawah Nataraja menunjuk ke arah kaki-Nya yang terangkat, mengamanatkan kepada umat-Nya agar berlindung dan menyerahkan diri kepada-Nya. Jadi dalam Saiva-agama, Hyang Siva merupakan Pengendali Tertinggi Alam Semesta, pencipta, pemelihara, dan pelebur yang tunggal. Inilah yang diungkapkan oleh bentuk Nataraja. Pada bagian bawah Nataraja terdapat seorang raksasa cebol tertelungkup, yang diremukkan oleh injakan kaki kanan-Nya. Makhluk ini melambangkan hancurnya ego dan sifat-sifat jahat makhluk hidup. Di bagian belakang Nataraja terdapat prabha yang terdiri dari 36 kobaran cahaya. Ini melambangkan 36 tattva atau tingkat-tingkat evolusi kesadaran roh menuju realisasi kesadaran kosmik yang berbuah Moksha atau pembebasan. Anting-anting yang digunakan oleh Nataraja ada dua jenis, yaitu anting-anting laki-laki dan perempuan, melambangkan kesatuan antara Siva dengan Sakti, Sumber Energi dan Energinya. Naga atau ular kobra yang melingkar di leher dan tangan-Nya menyatakan bahwa Siva tidak terpengaruh oleh kehadiran kekuatan jahat, yang sama sekali tidak bisa menimbulkan akibat apapun pada Tarian-Nya yang tak terbatas. Lingkaran kobra juga melambangkan bangkitnya Kundalini-sakti. Semua ini memusnahkan ketakutan dari hati para Bhakta-Nya, yang senantiasa terlindung dari segala bentuk kejahatan. Tidak ada setan atau iblis yang bisa mempengaruhi penyembah Siva, karena semua ini tidak mampu memberi pengaruh apa-apa. Siva tidak memiliki rival atau saingan, karena semua kekuatan berada di dalam diri-Nya. Chidambaram, Angkasa Kesadaran Murni, Pura Siva yang terbesar di dunia, berusia ribuan tahun. Tempat perziarahan utama bagi para pemuja Siva Menurut Ananda Coomaraswamy, makna penting tarian Siva ini ada tiga. Pertama, tarian ini merupakan citra dari aktivitas ritmik-Nya sebagai sumber dari segala gerakan di alam semesta. Kedua, tujuan dari tarian ini adalah untuk membebaskan roh-roh yang tak terhitung jumlahnya dari selubung khayalan. Ketiga, tempat dari berlangsungnya tarian ini adalah di Chidambaram, pusat kesadaran termurni alam semesta, yang tiada lain adalah hati para Bhakta. Kesimpulannya, tarian ini merupakan sintesis dari sains, agama, dan seni. Inilah sebuah puisi dari ilmu pengetahuan yang paling sejati. Dalam dunia modern ini memang benar sains dan teknologi telah membantu umat manusia dalam memajukan pertanian, pendidikan, pelayanan kesehatan, transportasi, komunikasi, sumber energi, dan berbagai kemudahan material lainnya. Tetapi juga benar bahwa sains dan teknologi juga membawa ancaman yang nyata bagi keberadaan umat manusia, seperti adanya bahaya bencana nuklir. Kenapa kita harus dihadapkan pada kemungkinan timbulnya bencana-bencana seperti itu? Tak lain adalah karena kita mengabaikan pelaksanaan dharma, yang dapat menekan sifat kebinatangan dalam diri manusia. Sains dan agama tidaklah bertentangan, melainkan saling melengkapi bagi para pencari kebenaran. Keserasian antara sains dan agama merupakan nilai yang dipahami oleh masyarakat Hindu sejak dahulu kala. Dalam Hindu, sains dan agama tidak dipisahkan atau saling dipertentangkan. Sains mencari kebenaran melalui alam semesta duniawi atau eksternal, sehingga temuan-temuan sains berada dalam persepsi indera-indera kita. Agama, di sisi lain merupakan penyelaman terhadap sifat batiniah manusia, pikiran dan roh. Sains memusatkan perhatiannya pada dunia objektif sedangkan agama berurusan dengan dunia subjektif. Dengan sains kita mengenal alam semesta yang secara jasmaniah berada di luar diri kita, sehingga kita dapat hidup dengan baik di dunia ini. Tetapi melalui spiritualitas kita membuat hidup menjadi bermakna, dengan mengenal diri sejati kita dan Tuhan sebagai sumber semua keberadaan ini. Metodologi yang kita gunakan untuk menginvestigasi zat-zat duniawi yang kasar sama sekali tidak cukup dan tidak mampu mencapai roh dan Tuhan yang begitu halus. Proses investigasi ilmiah dapat dilakukan di sekolah dan universitas biasa, sedangkan hanya dengan doa, pemujaan, konsentrasi dan meditasi dalam keheningan kita dapat merasakan pengalaman rohani. Pengalaman rohani dan ekstasi relijius merupakan makanan yang menyokong kesadaran. Kita tidak bisa melupakan kebutuhan rohani ini dan hanya memikirkan pemenuhan kebutuhan badan saja. Chit-sabha, Aula Kesadaran, tempat berlangsungnya tarian kosmis Siva di Chidambaram. Berada di bawah atap bergenteng emas padat. Bersama dengan pengembangan sains demi menuju kehidupan duniawi yang lebih baik, kita juga harus meluangkan waktu lebih banyak lagi untuk kontemplasi dan meditasi. Nataraja merupakan salah satu dari berbagai Rupa-Nya yang tak terbatas. Rupa ini menyatakan secara sempurna keserasian antara alam semesta, makhluk hidup, dan Tuhan. Ketika kita memuja Rupa Nataraja, kita menyadari hakikat sempurna ilmu pengetahuan, dimana sains, spiritualitas, dan seni menyatu bersama-sama dalam keselarasan tertinggi. Ketika umat Hindu bermeditasi pada Nataraja yang menari di Chidambaram, dia memusatkan kehidupannya untuk mewujudkan kesadaran murni di hatinya, agar Tuhan bersemayam di sana, dan memancarkan energi serta cintakasih-Nya ke semua makhluk dan seluruh alam semesta.

           
          5. http://canangsari.net/2012/02/tarian-brahman/ Tarian Brahman February 9, 2012 by Mangku Suro Filed under: 4. Menari Bersama Brahman Semua gerakan berawal dari Brahman dan berakhir pada Brahman. Keseluruhan dari alam semesta terlibat dalam pusaran aliran dari perubahan dan aktivitas. Ini adalah tarian Brahman. Kita semua menari bersama Brahman, dan Dia bersama kita. Jadi, kita adalah tarian Brahman. Dunia terlihat seperti tersebut dengan sebenar-benarnya hanya ketika kita melihat tarian kosmis Brahman. Segala hal di alam semesta, semua yang kita lihat, dengar dan bayangkan, adalah pergerakan. Galaksi-galaksi melayang tinggi dalam pergerakan; pusaran atom-atom dalam pergerakan. Semua pergerakan adalah tarian Brahman. Bila kita berusaha melawan pergerakan ini dan berpikir semestinya selain dari ini, kita dengan berat hati menari bersama Brahman. Kita dengan keras kepala menentang, menganggap diri kita terpisah, mengkritisi proses dan pergerakan alami di sekeliling kita. Dengan pemahaman kebenaran abadi tersebut kita bawa semua bidang pikiran kita ke dalam pengetahuan bagaimana cara menerima apa adanya dan tidak mengharapkan menjadi yang sebaliknya. Bilamana itu terjadi, kita mulai secara sadar untuk menari bersama Brahman, bergerak dengan aliran suci itu mengelilingi kita, menerima pujian dan cacian, kegembiraan dan dukacita, kemakmuran dan kesulitan dalam ketenangan hati, buah dari pemahaman. Kita kemudian dengan anggun, tak kenal menyerah, menari bersama Brahman. Veda menyatakan, “Jiwa kosmis sesungguhnya adalah keseluruhan alam semesta, sumber abadi semua kreasi, semua aksi, semua meditasi. Siapapun menemukan Dia, tersembunyi jauh di sisi dalam, memotong ikatan kebodohan, tenang selama hidupnya di dunia.” Semua dinikmati apa adanya, sebagai Tarian Brahman. Sumber inspirasi : Satguru Sivaya Subramuniyaswami (1927-2001)

                 6. http://okanila.brinkster.net/mediaFull.asp?ID=402 Sains Vedik, Sintesis Sains, dan Agama Renungan Nyepi dan Saraswati : Oleh Raka Santeri PRESENTASI Meera Nanda yang diterjemahkan dan ditulis sebagai artikel berjudul Sains Vedik dan Nasionalisme Hindu: Gugatan terhadap Upaya Sintesis Agama dan Sains (Kompas, 7/3/2003), amat menarik untuk dibahas lebih lanjut. Lebih-lebih saat umat Hindu memasuki tahun baru Saka 1925 (Hari Raya Nyepi) 2 April, dan Hari Ilmu Pengetahun (Saraswati) tanggal 5 April 2003. Dalam artikel itu Meera Nanda menyimpulkan dua hal, yaitu "bahaya sains Vedik", dan, lebih umum, "bahaya upaya rekonsiliasi sains dan agama yang terlalu terburu-buru". Menurut dia, "Di balik topeng sains Vedik, ada upaya habis-habisan melawan Pencerahan dan Reformasi di India saat ini. Anti-Pencerahan ini menyalakan chauvinisme Hindu yang tak hanya menyebabkan bencana besar bagi agama minoritas, tetapi juga berbahaya bagi mayoritas Hindu. Sebabnya di balik topeng otentisitas budaya, cara pikir magis dan takhayul dipromosikan sebagai sains. Selama cara pikir ini bertahan di masyarakat India, mereka akan tetap tertawan oleh nabi-nabi palsu. Dialog antara agama dan sains telah lama diwacanakan dan semakin intensif dengan berkembangnya pemahaman holistik terhadap seluruh aspek kehidupan. Pemisahan kaku antara sains sebagai "ruang publik" dan agama sebagai "ruang privat", semakin mencair. Seperti pesan Paus yang dikutip Louis Leahy (1997): "Sains dapat memurnikan agama dari kekeliruan dan takhayul; agama dapat memurnikan sains dari pemujaan dan kemutlakan palsu. Keduanya dapat menarik satu sama lain kepada suatu dunia lebih luas, dunia di mana keduanya dapat berkembang." Maka kecenderungan mengasosiasikan ajaran agama ke wilayah sains atau sebaliknya, bisa saja menjadi kecenderungan umum di kalangan penghayat agama. Namun, mencocok-cocokkan, mengadakan rekonsiliasi antara ajaran agama dengan ilmu pengetahuan (sains), tidaklah tepat. Kaum kreasionis yang segera kehilangan pijakannya setelah muncul teori evolusi Darwin (Encyclopedia Americana, 1995), merupakan contoh. Meskipun teori penciptaan Hindu mungkin tampak lebih rasional, tetapi tetap harus ada batas tegas antara agama dan sains. Pandangan postmodern memang membantu pendekatan agama dengan sains. Sebutlah misalnya pengalaman Fritjof Capra yang dia tulis dalam kata pengantar bukunya Tao of Physics. Ketika dia sedang duduk di tepi samudera memperhatikan ombak bergulung-gulung, dia sekonyong-konyong tersadar akan segenap lingkungannya yang terikat dalam sebuah tarian kosmis raksasa. "Sebagai fisikawan, saya mengetahui bahwa pasir, batuan, air, dan udara di sekitar saya tercipta dari molekul dan atom yang bergetar dan bahwa molekul dan atom terdiri dari partikel yang saling berinteraksi satu sama lain dengan cara mencipta dan menghancurkan partikel lain. Saya juga memahami atmosfer Bumi terus menerus dibombardir guyuran "sinar kosmis", partikel berenergi tinggi yang mengalami tumbukan berkali-kali ketika menembus udara", tulis dia. Dari riset fisika energi tinggi, Capra sangat mengakrabi gejala alam itu. Tetapi, ketika itu dia merasakan sesuatu yang istimewa. "Saya "menyaksikan" guyuran air terjun energi turun dari angkasa terluar yang di dalamnya partikel terbentuk dan hancur dalam getaran ritmis; saya "menyaksikan" atom dari elemen itu dan atom dari tubuh saya sendiri turut serta dalam tarian kosmis energi ini. Saya merasakan iramanya dan "mendengarkan" suaranya, dan pada saat itu saya memahami ini adalah Tarian Shiva, Dewa Para Penari yang dipuja puji penganut agama Hindu." Jika Capra yang sering dikelompokkan ke dalam tradisi fisika berwawasan holistik dalam istilah "postmodernisme" mengasosiasikan "tarian" kosmis itu sebagai tarian Shiva, tidaklah berarti filosofi "penciptaan dan pemusnahan" yang terkandung dalam tarian Shiva sama persis dengan terbentuk dan hancurnya partikel-partikel dalam alam semesta. Filsafat yang terkandung dalam tarian Shiva itu harus mendorong umat Hindu lebih menguasai ilmu pengetahuan dengan metode dan sistem ilmu pengetahuan itu sendiri. Bukan sebaliknya berpuas diri dalam pandangan sempit, sambil mengatakan bahwa temuan fisika itu telah diramalkan sebelumnya dalam Veda. PENDAPAT yang mendudukkan agama di atas sains memang dapat menjadi bahaya bagi kesadaran masyarakat, jika dilakukan berlebihan dan terburu-buru. Apalagi dengan dukungan alat kekuasaan pemerintahan yang sah, seperti yang konon dilakukan partai berkuasa Bharatiya Janata Party (BJP) dengan pengukuhan Hidutva atau ke-Hinduan-nya. Sebaliknya pandangan sains yang memonopoli kebenaran seolah-olah menjadi miliknya sendiri, juga tidak kurang bahayanya. Namun, benarkah di balik topeng sains Vedik itu ada upaya habis-habisan melawan Pencerahan dan Reformasi? Mungkihkah bangsa (India) yang berabad-abad telah membangun tradisi spiritual dan keilmuannya, jatuh tanpa daya ke dalam genggaman chauvinisme yang menentang seluruh kemuliaan inti ajaran agama Hindu sendiri? Sepanjang yang dapat saya baca dan hayati, tradisi beragama di India dan tradisi agama Hindu umumnya, tidaklah mengarah kepada "Anti-Pencerahan" dan pandangan chauvinistik. Malah dari sudut pandang filosofis mungkin Hindulah satu-satunya agama yang paling toleran dengan perubahan dan pencerahan. Meera Nanda sendiri mengemukakan, "Dialog antara iman dan akal, antara idealisme dan naturalisme, bukanlah hal baru dalam agama Hindu". Veda juga sangat menganjurkan pencerahan, karena "Pencerahan merupakan jalan menuju kepada Tuhan Yang Maha Esa" dan yang dimaksud dengan pencerahan di sini bukan hanya pencerahan rohani, tetapi juga "Pencerahan (yang) diperoleh melalui intelek" (Titib, 1996). Kerinduan pada pencerahan itu pula yang menyebabkan sistem filsafat Hindu tidak seluruhnya mengakui otoritas Veda, tetapi ada juga sebagian yang tidak mengakuinya. Ucapan Upanisad yang terkenal adalah: "Follow that advice of mine which is good and helpful for your progress, and neglect even my own advice which is not" (Tigunait, 1953). Dalam latar belakang seperti itulah Siddhartha Gautama muncul dan segera dapat diterima masyarakat Hindu pada abad ke-6 SM. Meskipun lahir dan meninggal sebagai Hindu, ajarannya kemudian dikukuhkan dan berkembang menjadi agama Buddha, agama yang pernah menjadi koreksi total bagi Hindu. Contoh lain terdapat dalam pelaksanaan Veda itu sendiri. Veda artinya pengetahuan. Kitab suci Hindu ini dilaksanakan dengan beragam pilihan berjenjang melalui empat tingkatan, yaitu: Samhita, tingkat pengucapan mantra-mantra; Brahmana, tingkat pelengkapan mantra-mantra dengan upacara; Aranyaka, tingkat pengendalian pikiran yang mengarah kepada pencapaian Brahman (Tuhan); dan Upanisad, yaitu tingkat pencerahan diri secara penuh mencapai kelepasan (Moksha). Sari-sari Upanisad yang dikenal sebagai puncak pengetahuan tentang Veda, disebut pula dengan nama Vedanta, atau bagian akhir (kesimpulan) Veda. Ada pendapat mengatakan agama Hindu sulit dipelajari, tetapi sangat mudah dilaksanakan. Itulah manifestasi kebhinnekaan dalam melaksanakan ajaran agama menurut Hindu, meskipun mungkin bagi pemeluk non-Hindu tampak agak aneh. Tigunait menyebut apa yang dikenal sebagai "agama" oleh masyarakat Barat, di India hanyalah berarti sekumpulan aturan sosial yang meliputi etika, tradisi, dan ritual. Kehidupan yang menyangkut dunia luar (keluarga, kemasyarakatan, kebangsaan, dan kemanusiaan) diatur agama. Sementara kehidupan menyangkut "dunia dalam" dipelajari dan dibimbing melalui filsafat yang sepenuhnya bersifat universal. "Tidak ada tembok pemisah antara filsafat dan agama, karena keduanya jalin menjalin". Berdasarkan penjelasan itu, dapat disimpulkan agama Hindu memang mengandung unsur pengetahuan, ilmu, dan filsafat, tetapi mensintesiskan agama dengan sains tetaplah tidak tepat. Raka Santeri Wartawan, tinggal di Denpasar

MEMAKNAI ILMU PENGETAHUAN 

DALAM KEHIDUPAN

Pada peringatan hari raya Sarasvati yang dijadikan sebagai momentum untuk memuliakan ilmu pengetahuan oleh seluruh umat Hindu khususnya di Indonesia, sehingga dengan melalui upacara persembahyangan Sarasvati diharapkan kita semua mampu melaksanakan apa yang menjadi kwajiban kita berdasarkan ilmu pengetahuan yang suci. Umat sedharma yang kami hormati, Sudahkah kita memahami ilmu pengetahuan?
 Dalam hal ini, Veda mensimboliskan ilmu pengetahuan dalam wujud Sarasvati, yang berasala dari urat kata “saras” dan “vati”. Saras berarti mengalir dan Vati artinya adalah memiliki. Jadi sarasvati mempunyai arti atau dapat di pahami bahwa ilmu pengetahuan memiliki sifat mengalir seperti air yang tidak akan pernah berhenti selama manusia dan jaman ini ada. Dalam filsafat hindu, ilmu pengetahuan disimbolkan dengan Dewi Sarasvati dan segala atributnya yaitu:
1. Dewi yang cantik, memiliki makna bahwa ilmu pengetahuan memiliki daya tarik tersendiri sehingga manusia yang dibekali dengan akal dan budi serta kemampuan untuk dididik dan mendidik tertarik padanya. Dengan adanya daya tarik ilmu pengetahuan tersebut maka semua umat manusia berlomba-lomba untuk memilikinya dan menjadi penganbdinya.
2. Genitri, yaitu merupakan simbol dari ilmu pengetahuan yang tidak berawal dan tidak berakhir, dan ia akan berkembang sesuai dengan perkembangan jaman.
3. Wina, bahwa ilmu pengetahuan memiliki unsur seni yang mampu memperhalus jiwa seseorang.
 4. Keropak, mengandung makna bahwa Sarasvati sebagai sumber ilmu pengetahuan dan ilmu pengetahuan sebagai sumber kehidupan untuk menyelesaikan segala permasalahan.
5. Teratai adalah simbol tumbuh-tumbuhan yang suci karena sekalipun tumbuh di tempat yang kotor bunganya tetap bersih dan suci seperti itulah pengetahuan yang mampu menumbuhkan kesucian seseorang.
6. Angsa, mensimbolkan bahwa ilmu pengetahuan mampu membedakan mana yang baik dan buruk sehingga melahirkan sifat-sifat kebijaksanaan.
 7. Merak, siapapun yang memiliki dan menguasai ilmu pengetahuan suci serta mampu mengaplikasikan/mempraktikannya maka ia akan menjadi orang yang berwibawa. 

Dari simbol-simbol tersebut sudah jelas bahwa begitu mulianya sehingga kita tidak memiliki alasan lagi untuk mengabaikan ilmu pengetahuan, sehingga pada hari ini yaitu sabtu umanis wuku watu gunung merupakan hari yang sangat disucikan berkaitan dengan ilmu pengetahuan mudah-mudahan kita semua mampu memahami menguraikan serta melaksanakan kewajiban kita masing-masing berdasakan ilmu pengetahuan yang suci/dharma itu sendiri. Demikianlah yang dapat kami sampaikan mudah-mudahan apa yang kami sampaaikan dapat bermanfaat bagi kita semua sehingga avignamastu kedamaian itu sendiri dapat kita raih baik kedamaian jasmani maupun rohani.

Minggu, 10 Juni 2012


 CONTOH

DHARMA WACANA

                  Terima kasih atas kesempatan yag di berikan kepada kami. Sambil menunggu selesai pemercikan Tirta di kesempatan yang berbahagia ini, saya mewakili STAH DNJ untuk menyampaikan pesan Dharma. Semoga pesan Dharma ini menambah wawasan kita dan bermanfaat bagi ita semua. Pertama-tama mari kita haturkan puja Astungkara kita kehadapan Gusti Sang Hyang Widhi Wasa karena atas asungkerta waranugrahanya kita bisa berkumpul di pura (…..) yang suci ini dengan keadaan sehat dan selmat serta tanpa kekurangan suatu apapun. Yang kedua tidak lupa juga mari kita haturkan puja Astuthi bhakti kita kehadapan para Maha Rsi, Leluhur, dan para Guru yang telah membimbing kita semua hingga sampai sekarang ini. Kepada seluruh Pinandita yang telah disucikan. Kepada yang terhormat Sesepuh dan Pinisepuh serta tokoh umat Hindu yang hadir pada kesempatan hari ini. Bapak-bapak dan Ibu-ibu serta seluruh umat sedharma yang kami hormati. Di kesempatan yang berbahagia ini, sebelumnya kami menyampaikan Astungkara Panganjali “OM Swastyastu” Topik: Hari Suci Agama Hindu Tema:Hari Suci Tilem Judul: Kebersamaan dari Sebuah Pura Pada hari yang berbahagia ini kita berkumpul di pura yang di sucikan ini, untuk melaksanakan persembayangan Tilem, menghaturkan Bhakti kepada Hyang Widhi agar selalu mendapatkan sinar sucinya, sehingga dalam menghadapi kehidupan ini kita senantiasa dalam berada dalam kebenaran yang penuh dengan kerahayuan, Aman-tentram, rukun dan damai, sebagai umat beragama, kita wajib menjalankan kwajiban sesuai dengan ajaran-ajaran Agama Hindu. Di samping itu sebagai orang berbangsa. Sebagai warga Negara wajib melaksanakan kwajiban demi kedamaian Negri ini Bapak-bapak dan ibu-ibu serta seluruh umat sedharma yang penuh dengan karunia. Apakah kita semua sudah mengetahui keadaan Globalisasi yang tidak ada kepastian ini untuk berbuat Kebaikan? Hidup yang mementingkan dirinya sendiri daripada orang lain, Umat Hindu kalau persembayangan tilem umatnya sedikit yang bersembayang dan apakah kita sudah mengayati apa itu sembayang yang di tujukan kepada Hyang Widhi? Bapak-bapak dan Ibu-ibu serta seluruh umat sedharma yang berbahagia Harusnya secara rutin, kita melakukan persembayangan di pura dalam kebersamaan menyatukan pikiran dan tindakan, yang terpusat pada satu titik yaitu kebesaran Sang Hyang Widhi
.

Oleh karena itu,hendaknya dalam kesempatan yang seperti ini, kita benar-benar menghayati, sehingga kita benar-benar mendapakan dan merasakan manfanya. Apalagi di jaman globalisasi ini manusia megabaikan kebenaran Tuhan, mereka semua tahu bahwa itu salah tetapi masi saja melakukanya. Karena mereka mengabaikan Tuhan itu sendiri. Misalnya; sederhananya orang korupsi/korupsi waktu, katakanlah seorang dosen, pak dosen itu tahu bahwa korupsi waktu itu salah tetapi demi menghabiskan materi di lanjutkan saja atau yang berbau politik dan lain sebagainya. Selain mengabaikan Tuhan pembentukan karakternya (character building) kurang terbentuk dan karena berbagai factor yang mempengarui, sering kita gagal dalam penghayatan, sehingga kita bisa merasakan karunia Hyang Widhi selama berada di lingkungan pura, lalu setelah meninggalkan pura, kita kembali pada kondisi yang semula, ini yang sering terjadi dan harus di waspadai agar kita sembayang di pura tidak seperti “tamu“ setelah di sediakan minum kita pergi tanpa terima kasih karena apa? Karena tidak merasakan sesuatu yang membekas dalam diri memang sulit untuk menghayati tetapi semua tidak ada yang sulit asalkan kita mau berusaha. Bapak dan Ibu serta seluruh umat sedharma yang kami hormati perlu kita pahami juga bahwa menhayati ajaran agama tidak hanya di pura saja, tetapi hendaknya yang kita serap dari sebuah pura, membekas dan memberian kesan serta menjadi pedoman dalam langkah-langkah kehidupan kita sehingga kedamaian yang kita dambakan benar-benar menjadi kenyataan. Bapak dan Ibu serta seluruh umat sedharma yang berbahagia persembayangan tilem maupun purnama di nyatakan jelas dalam kitab Srauta-srauta sebagai bagian dari kitab kalpa, yang merupakan salah satu kitab Vedangga, upacara persembayangan ini di sebut dasa purnamamasa. Dalam (Manawa Dharma Sasatra 1v.229) Varidas trptimapnoti Sukham aksayyamanadah Tilah pradha prajamistm Dipadas cakshui uttamam Artinya: Seseoramg yang telah memberikan air dengan tulus,akan mendapatkan kepuasan dalam hal makanan dan minuman, yang memberi makanan akan menerima kebahagiaan yang tak terbatas, yang memeberikan biji wijen akan menerima keturunan yang di idamkan, pemberi lampu akan menerima pengilihatan yang luar biasa. Ini semua adalah mengenai dana punia. Dengan tulus ikhlas dan tanpa pamrih, bahwa sesungguhnya punia bukan hanya uang untuk kita di pura saja, melainkan kita juga harus melihat orang yang berada di sekeliling kita yang membutuhkan uluran tangan panjenengan sedoyo dengan ikhlas membantu. Bapak-bapak dan Ibu- ibu yang kami hormati. Dengan pemahaman seperti itu bahwa sesungguhnya persembayangan tilem maupun purnama baik di mrajan maupun di pura jagad seperti saat,, ini memang mengandung makna yang luas dan nilai yang tinggi yang tidak lepas dengan kehidupan kita semua , Untuk itu dalam kesempatan yang baik ini, kita semua harus megoreksi diri kita sendiri supaya ingat bahwa kita umat Hindu yang enggan ke pura, kita berubah supaya kita bisa meluangkan waktu untuk hadir dan bersama-sama menghaturkan bhakti sebagai kuwajiban kita sebagai umut Hindu. Demikianlah yang dapat kami sampaikan muda-mudahan kita semua bisa mampu memahami, menguraikan dan mempraktekan dalam kehidupan kita berdasarkan kebajikan, semoga itu semua bermanfaat bagi kita semua sehingga Om Awignamastu Shanti atau kedamaian itu sendiri baik jasmani maupun rohani dapat kita Raih. Sekian kami akhiri dengan puja asesanti “joyo-joyo wijayanti lebur deneng pangastuti mugi kalis ing sambi kolo” Om shanti, shanti,shanty Om Rahayu,Rahayu,Rahayu




SESUNGGUHNYA TUHAN ITU ADALAH IMPERSONAL DAN PERSONAL

              Tuhan menurut Agama Hindu adalah Tuhan yang sekala (berwujud) dan niskala (tak berwujud) yang sesungguhnya hanyalah satu dan tiada duanya tetapi Orang Bijaksana yang menyebutnya dengan banyak nama “Ekam Sadwiprah Bahuddha Wadanti” konsep Hindu menyebutkan tentang tingkatan Tuhan yaitu “Tri Purusa” Tuhan yang tek terfikirkan oleh Manusia (Acintya), tak terbayangkan, Suyi, tanpa rupa, yang tidak mempunyai kepribadian (Impersonal God) yang di sebut dengan Parama Siva. Tuhan yang sedikit kena pengaruh maya tapi masih suci yang dapat di simboliskan oleh orang kebanyakan terutama Orang Suci.       Tuhan ini juga sudah mempunyai Kepribadian (Personal god) yang di sebut Sada Siva. Dan yang ketiga adalah Tuhan yang menhidupi badan wadag manusia (jiwa) dan tinggal unt uk mempertanggung jawbkan perbuatan yang telah dilakukan (Atman manusia) yang mengayomi tubuh manusia yang di sebut dengan Siva Atma. Hidup di dunia ini adalah sebuah pengabdian, pengorbanan, dan pelayanan untuk memperbaiki diri supaya tidak lagi lahir ke dunia yang langgeng, Tumujon manungso manunggaleng Gusti untuk itulah semua di butuhkan apalagi di jaman Moderninisasi dan Globalisasi yang sangat sulit untuk berbuat baik sehingga di butuhkan kemampuan untuk menggantang Hidup di jaman kali yoga mengapa begitu? Karena Dunia sudah terkontaminasi oleh sifat Raksasa dan binatang merusak Moral manusia, penyelewengan Agama, Hilangnya bahasa Krama (Budhi Pakerti Luhur), Keadilan yang Kurang Adil, menurunya Kualitas pendidikan, Merusak Diri sendiri, Mal Praktek di Bidang Medis, Kekacauan di Bidang politik dan Sosil, dan juga akibat gejala Alam mulai dari akibat Fenomena Alam, Gempa, Gunung meletus, Angin Topan, Banjir dan tanah Longsor, Meningkatnya Panas Bumi, dan Naiknya Air laut ini Adalah jaman di mana harusnya Muncul Awatara, Deva ,dan Bhatara yang Bersumber dari Brahman, Deva adalah Cahaya yang menyinari Kegelapan dan Kebodohan sehingga munculah sebuah Pengetahuan (Vidya), yang juga Harus di Pahami dan di Uraikan (Vijnanam), tidak akan berguna kalau tidak di Amalkan Pengetahuan tesebut (Vidvan). Bhatara adalah kemampuan untuk menggunakan kekuatan para deva.                                                                                                                                                                        Avatara Adalah Manifestasi Brahman yang berwujud Visnu turun kedunia sebagai makhluk Bumi untuk menyelamatkan Dunia dari kehancuran dan menegakan Dharma. Tetapi sesunggunya bukan hanya Deva Visnu saja yang Beravatara tetapi Deva Siva juga Mempunyai Avatara, Dalam Kitab-kitab Purana Khususnya Karya Bapak DR.I MADE TITIB yang Merupakan sumber Ajaran Hindu Komprehensip dari terbitan Paramita Surabaya 2003. Visnu Beravatara 26 kalii dan Siva Beravatara 28 kali, nama yang di kutib: Visnu Bernama Sanaka, Sananda, Sanathana, Sanatkhumara, Varaha, Narada, Nara narayana, Kapali, Datattreya, Yajana, Rsikha, Prthu, Matsya, Medini, Kurma, Garuda, Dhanvantari, Narasimha, Vamana, Parasu Rama, Vyasa, Sri Rama, Balabhadrarama, Sri Krsna, Buddha, Kalki .
Siva (Kurma Purana) Bernama Sveta, Sutara, Madana, Suhotra, Kankana, Lokasi, Jaigissavya, Dadhivaha, Rsabha, Ugra, Atri, Vali, Brgu, Gautama, Vadasirsa, Gokarna, Jatamali, Athasa, Daruka, Langgali, Mahavama, Muni, Suli, Pinavanisvara, Sahisnu, Somakarna, Shikandaka, Nakulisvara. Akan tetapi sekarang yang kebanyakan di Ajarkan di Sekolahan menengah Pertama dls Adalah mengenai Dasa Avatar Visnu yang di dalam Bhagavad Gita Adyaya Iv. Sloka 6,7,dan8 Aku jadikan diriku sendiri dan dengan kekuatan mayaku walau aku tak terlahirkan, kekal, dan Pencipta segala Makhluk ( Sloka 6) dan Manakala Dharma hendak Sirna dan Adharma Merajalela saat itulah wahai keturunan Bharata Aku sendiri Turun menjelma (Sloka 7), dan Sloka 8 menyebutkan: Paritranaya Sadhunam Vinasaya cha Dushkritam Dharmasamsta Panartaya Sambhavami Yuge-yuge Artinya : Demi untuk menegakan Dharma , Demi untuk melindungi Kebajikan dan untuk Memusnakan kebatilan Aku lahir dari masa ke masa. Dari Sloka-sloka tersebut Tuhan sendiri telah menjajikan kepada Umat manusia bahwa Beliau sendiri akan turun menyelamatkan Makhluk ciptaanya, tetapi kapan itu akan terjadi? Padahal ciri-ciri di atas sudah jelas sekali bahwa ini adalah ciri yang telah disampaikan bahwa Rusaknya Dharma yang dilakukan terutama Manusia. “Kita seolah-olah berfikir apa yang telah di berikan Tuhan kepada kita, tetapi     kita tidak berfikir apa yang sudah kita berikan kepada Tuhan dan segala ciptaanNya                                                                                                                                                                          ” Bapak-bapak dan Ibu-ibu Serta seluruh Umat sedharma dengan sangat mohon yang membaca sedikit Karya ini “MARI KITA RENUNGKAN BERSAMA-SAMA APA YANG KITA SUDAH PERBUAT INI SUDAH BENAR DAN BUKANYA PEMBENARAN?” Dasa Avatara (10 mamifestasi) menurut Resume cerita dan sejaranya adalah: 


1. Matsya Avatara adalah penjelmaan Deva Visnu sebagai Ikan Raksasa yang menyelamatkan manu dari Air Bah. Setelah manu mengambil air dari sungai seperti biasanya untuk melakukan ritual kepada deva matahari, tiba-tiba ada seekor ikan kecil masuk kedalam tempayan lalu manu mau melepaskan ikan kecil ke sungai lagi lalu ikan itu bicara “Tuan tolang jangan masukan aku kedalam sungai karena aku takut di makan ikan besar dan lain sebagainya dan juga bahaya dari sungai ini” baiklah kalau begitu aku akan memeliharamu jawab manu, lalu manu membawanya pulang, esok harinya manu kaget melihat ikan itu sudah memenuhi tempayan itu, lalu di pindahkan ke gentong, esok harinya ikan itu sudah memenuhi gentong itu, lalu di pindahkan ke danau danau tepenuhi, di pindahkan ke laut laut pun terpenuhi, akhirnya di pindahkan ke dalam samudra anehnya samudar tersebut juga terpenuhi lalu manu memuja ikan itu untuk mengatakan siapa namanya dan apa tujuanaya dengan di dianggil Narayana (nama kesayangan Visnu) ikan itu menampakan wujud aslinya dan mengatakan tujuanya adalah menyelamatkan manu pada waktunya, karena dunia akan di landa banjir besar (Inilah yang harus di waspadai pada jaman sekarang ini) untuk menjadi perahu Penyelamat (jaman sekarang kuncinya adalah pengetahuan) dari banjir besar itu. Dan Matsya avatara ini menyelamatkan kitab Suci Veda dari raksasa Hayagriwa yang menyembunyikan di dasar samudra (jaman Krtha yoga) 2. Kurma Avatara adalah Kura-kura Raksasa yang dalam ceritanya adalah Bahwa karena sebuah kesalahan para Deva sehingga mendapatkan kutukan dari Rsi Durvasa (Siva) bahwa Para Deva akan mengalami kelahiran, muda, tua dan mati seperti Manusia, versi lain menyebutkan ketika para Deva di kalahkan oleh Para raksasa yang di pimpin oleh Jalandhara dan Gurunya Sukracarya yang mempunyai ramuan Mritha Sanjiwani yang di ajarkan oleh adeva Siva karena Tapanya, yang membuat Raksasa yang Mati bisa hidup lagi. Deva Brahma menyarankan agar para Deva mengalah sementara dan mengajak memutar gunung Mandara Giri untuk mendapatkan Air keabadian (Tirtha Amerta) yang terletak di Samudra Ksira (lautan susu). Samudara tersebut tidak mempunyai dasar. Deva Visnu menjelma sebagai Kurma untuk menopang Gunung tersebut dan sebagai tali pemutar adalah Naga Basuki dan Naga Antaboga, yang pertama muncul dari hasil pemutaran adalah Asap panas dan Racun yang sangat mematikan yang di sebut Kalakutha, racun yang dapat melenyapkan Alam semesta Para Deva dan Raksasa tari tunggang Langgang kemena-mana Deva Visnu menutup matanya seolah-olah semuanya akan musnah oleh Racun tersebut. Dalam situasi yang Kritis ini Deva Siva dengan siggap meminum Racun yang mematikan tesebut semuanya, Parvati yang kawatir terhadap Suaminya langsung mencekik Lehenya Dengan harapan agar Racun tersebut tidak masuk ke lambungNya sehingga tidak sampai Mati, kemudian Visnu yang juga kawatir akan racun yang menyebur keluar segera menutup mulut Deva Siva. Sehingga Racun yang membekas di leher menjadi Biru yang di sebut dengan Nilakantha, Visnu dan parvati yang juga terkena semburan Racun mempunyai nama Nilavarna dan Kali. Selanjutnya muncul lagi dari pengadukan yaitu Gajah Airawata (wahana indra), Kuda uchaisswarha, Kaustubha (permata di dada Visnu), Surabhi (Asal usunya Sapi), Chandra ( mahkota Siva), Pohon surgawi, Devi Sura yaitu Devi Anggur (di ambil para Raksasa), Devi Laksmi Devi kekayaan (istri Visnu), dan yang terakhir Munculah Danvanthari Devi pengobatan yang sekaligus membawa Tirtha Amertha, yang di perebutkan para Deva dan Raksasa, Mohini (Visnu) mengambil Amertha raksasa memberikan karena mabuk karena pesonanya, Mohini memberikan Amertha pada Deva dan ada Raksasa yang menyamar jadi Deva untuk mendapatkan bagian kemudian Surya dan Chandra memberitahu Visnu yang kemudian memenggal kepala Raksasa tersebut (Kala Rahu) karena sudah minum sampai tenggorokan kepalanya jadi abadi dan badanya jatuh jadi Meteor,Visnu yang juga Kasian memberikan berkah untuk memakan Bulan (Gerhana Bulan) dan Mataharu (Gerhana Matahari) yang hanya beberapa menit saja karena Kala Rahu hanya kepala saja.(jaman Krtha yoga) 3. Varaha Avatara adalah Penjelmaan Visnu sebagai Babi Hutan. untuk menyelamatkan Bumi ini dari dasar Samudra oleh Raksasa Hiranyaksa yang sangat kejam Varaha ini mengangkat Bumi ini dengan tarinya serta membunuh Raksasa Hiranyaksa yang congkak karena sakti (jaman Kritha yoga 4. Narasimha Murti Avatara adalah wujud Manusia Yang berkepala Singa, yang bertugas untuk menyelamatkan penyembahnya dari Ayahnya yang Kejam. Raksasa Hiranyaksaipu adalah Ayah Pralada (penyembah Visnu) Raksasa yang di anugrahi Brahma, ia tidak bisa di bunuh oleh Deva, Raksasa, Manusia maupun Binatang, tak tebunuh Siang maupun malam hari,dan tidak dapat di bunuh oleh Jenis seenjata Apapun, tidak dapat di bunuh di tanah, air maupun udara, Yang mengakibatkan ia menjadi sewenang-wenang dan menentang Dharma dan ingin membunuh Pralada. An keduanya, membunuh waktu sore hari, membunuh bukan di bumi tetapi di Alam bawah, membunuh dengan cakar bukanya senjata, yang kemudian kerajaan di pimpin oleh Pralada`(jaman Krta yoga) 5. Wamana Avatara adalah wujud dari manusia cebol Putra dari seorang Rsi, yang menyelamatkan Triloka ini dari Raksasa Bali yaitu cucu dari Raksasa Hiranyaksaipu, Bali menhancurkan dan menguasai ketiga alam ini dan berbuat sewenang-wenang, beberapa hari kemudian Wamana ini pergi ketempat Bali untuk meminta tanahnya tiga langkah, melihat fisik Pendeta cebol ini ia mengabulkan keinginanya meskipun telah dilarang oleh Sukracarya yang mengetahui bahwa itu adalah Visnu yang menyamar. Wamana mulai melangkah langkah pertama Alam bawah, yang kedua Bumi, yang ketiga Sorga, Sudah di kuasai semua ini di sebut Triwikrama, sehingga Bali terdesak dan tengelam di Samudra (jangan meremehkan Fisik Orang lain twtapi lihatlah seberapa banyak Mereka peduli). (jaman Krtha yoga) 6. Parasu Rama Avatara adalah Rama bersenjata kapak untuk membasmi semua ksatriya yang menyeleweng dari swadharmanya , memberontak dan memenggal semua Brahmana, memperkosa, merampas hak orang lain, maka dari itulah Parasu Rama menumpas semua kaum Ksatriya (kaum Revolusi) Kapaka adalah Anugerah dari Deva Siva Untuk menegakan Dharma. (jaman Krtha yoga) 7. Rama Avatara (Putra Dasaratha) tinggal di Ayodya. bisa kita lihat si epos Ramayana yang intinya adalah untuk menumpas Raja Alengka Pura Rahwana (dasa mukha)/10 wajah yang menculik Devi Shita suami dari Rama yang di bantu oleh Pasukan kera Hanoman (putara Siva dengan Mohini), Subali, Anggada,dll, di pihak Rahvana Indrajit (anugrah Siva) yang mempunyai Naga Tali senja yg menjerat Rama dan Laksmana, Kumbokarna yang ingi hidup 1.000 tahun gara-gara Sarasvati yang menyelinap ke mulutnya sehingga salah ucap menjadi tidur 1.000 tahun yang menganugrahi adalah Deva Brahma. Yang kemenangan ada di Pihak Sri Rama. (jaman Tritha yoga) 8. Krsna Avatara yang paling populer diantara semua Avatara yang bisa kita lihat di epos Mahabharatha, yang tuasnya adalah membunuh raja Kamsa yang Kejam, selain itu karena sumpah untu membantu Pandava (lima Indra) yang tedapat dalam Purana Karya bapak DR.MADE TITB. Ketika deva indra mengikuti wanita yang menagis dari tepi sungai gangga ke sebuah goa ia melihat Siva dan Parvati sedang bermain dadu, indra takut pada Siva Dan lari tapi Siva memanggilnya, Indara itu melihat empat Indar ada di goa tersebut serta wanita yang menangis itu, lalu Siva memberikan Anugrah supaya lima indra itu dapat mengawini wanita yang menangis itu menjadi Pandava dan Drupadi, selain itu Indra juga bertemu dengan Visnu yang menjajikan kelak akan membantu Indra itu pada saat perang Bharatha Yudha dan Visnu mencabut dua rambutnya yang berwarna Hitam (menjadi Sri Krsna) dan Putih (Balarama). Maka dari itu saat perang Krsna membantu Pandava yang juga membela Dharma, melawan sepupunya yang jahat yaitu Kaurawa.(jaman Dvapara yoga). 9. Buddha Avatara sebenarnya adalah putra dari seorang raja yang Beraganma Hindu. Buddha bernama Sidharta Gautama yang bosan kepada kehidupan duniawi dan ingin melepaskan diri dari Hal-hal Duniawi untuk mencapai “Nirvana” Dan yang pertama yamg mengajarkan tentang Harmoni, tujuan Budha adalah Hidup tanpa melakukan tindakan kekerasan (Ahimsa) mengajak manusia yang tersesat dari dunia yang Fana ini dengan sebuah ajaran yaitu cinta Kasih. (Dvapara yoga) 10. Kalki Avatara adalah Avatara yang di Ramalkan yang turun pada jaman edan ini (ora melu edan yo ora keduman), jaman di Dominasi oleh Mterialisme, munculnya ketidak jujuran, penyelewengan Moral, menurunya nilai Etika, Rendahnya Pengetahuan Spiritual dan tanda- tanda diatas tadi juga mendominasi di Jaman Kali yoga ini. Dalam Visnu Purana di sebutkan ciri Kalki Avatara menunggangi Kuda putih, Pedang berkilau laksana petir membawa Tameng yang akan melenyapkan penyelewengan kebenaran selain dari Kitab Agama di sebutkan buku cetakan dari Paramitha surabaya yang berjudul Satriya Pingit (dalam Java). (saya baca di Perpustakaan Pasraman Dharma Vidya Malang) yang Hampir sama dengan ciri dari Kalki Avatara. Tetapi apakah kita bisa menunggu Avatara. “Kita Manusia yang ikut serta dalam kehidupan yang tidak menentu ini yang juga membuat Menurunya Nilai Dharma? Kita yang berbuat kekacauan ini Kita juga Harus bertabggung jawab atas semua ini jangan kita berpangku tangan dangan mengharap Turunya Avatara apakah kita hanya menunggu saja? Ayo kita Tujukan bahwa kita mampu memperbaikia diri menumbuhkan ‘Nilai Budhi Pekerti Luhur’ Dalam Buku Karya Pak I NENGAH MERTHA, yang berjudul “MENGGANTANG HIDUP DI JAMAN KALI YUGA” . Buku yang menyajian gambran hidup dan kehidupan jaman kali yogayang penuh dengan ketidak menentuan ,seperti kekerasa, kecurigaan, yang telah di selewenagkan, keadilan yang di manipulasi, demoralisasi, dan meredupnya sinar keagamaan, serta pelecehan terhadap kebudayaan. Yang menyajikan Sloka untuk menguatkan Keyakinan. Dengan kekuatan Sradha dan iman itu , kita di ajak untuk menggantang hidup. Yang harus di pelajari adalah:


 1. Kitab Dharma Agama 2. Refleksi Personifikasi Moral 3. Ilmu pengetahuan 4. Kepemimpinan Pancasila 5. Rethorika dan Komunikasi Sosial 6. Rwa Bhineda 7. Demokrasi Politik Jangan Diselewengkan 8. Kekuatan Si Miskin Juga dengan Mencari Tokoh Pemimpin yang di Idolakan 1. Pemimpin “Ratu Adil” 2. Pemimpin berwawasan, kewajibandan tanggung jawab 3. Pemimpin yang respek dengan Falsafah Air (Visnu)