BHAGAWADGITA
Bhagavadgita merupakan sebuah 'Nyanyian
suci' seperti dikatakan oleh Sir Edwin Araold dalam terjemahannya kedalam
bahasa inggris 'The Song Celestial' (nyanyian sorga) atau oleh Edward J. Thomas
'The Song of the Lord' (nyanyian Tuhan). Nyanyian suci ini digubah dalam bentuk
syair dalam bahasa sansekerta yang sederhana tetapi indah, melukiskan suatu
dialog tentang pengetahuan budi pekerti dengan unsur-unsur dramatis antara
seorang Sisya dengan Acaryanya.
Kitab suci Bhagavadgita terdiri dari 700
sloka dalam 18 bab, yang dalam garis besarnya terbagi menjadi tiga bagian,
yaitu bagian pertama bab I-VI melukiskan disiplin kerja tanpa mengharapkan buah
hasilnya dan sifat jiwa yang ada dalam badan kita ini, bagian kedua bab VII-XII
mengutarakan disiplin ilmu-pengetahuan dan kebaktian kepada Brahman Yang Maha
Esa dan bagian ketiga bab XIII-XVIII menguraikan kesimpulan daripada kedua
bagian yang terdahulu dengan disertai disiplin pengabdian seluruh jiwaraga dan
kegiatan kerja untuk dipersembahkan kepada Brahman Yang Kekal Abadi.
Keseluruhan isi kitab suci Bhagavadgita ini
adalah merupakan bagian daripada Bhismaparva (yaitu buku ke-VI epos besar
Mahabharata, bab XXIII-XL bhismaparva tersebut. Dilihat dari segi konstruksi
bahasanya dan referensi yang dipergunakan dalam dialog antara Arjuna dan Sri
Krisna dalam kitab suci ini, para cendikiawan berpendapat bahwa kitab suci
Bhagavadgita disusun jauh sebelum tahun masehi. Lebih-lebih karena ia merupakan
bagian dari epos besar mahabharat tahun 450-400 sebelum masehi, maka orisinil
Bhagavadgita sudah barang tentu lahir pada tahun-tahun itu juga. Disimpulkan
dari pendapat-pendapat para sarjana dan cendikiawan baik dari barat maupun
timur, bentuk dan isi kitab suci Bhagavangita yang merupakan bagian daripada
epos besar Mahabharata. Ini, adalah hasil pemikiran dan visi religi hindu
antara tahun 400 sebelum masehi dan tahun 400 sesudah masehi.
Seperti halnya epos besar Mahabharata, para
ahli sejarah dan agama bersama-sama menyimpulkan bahasannya Kitab Suci
Bhagavadgita diabadikan oleh Bagawan Vyasa, yang dengan mata kepala sendiri
ikut menyaksikan peperangan hebat di medan kurusetra antara bala tentara
kaurawa dan pandawa dan juga menyaksikan dialog antara Arjuna dan Krisna yang
menjadi intisari pemikiran dalam kitab suci ini. Bagavan Vyasa yang nama
lengkapnya adalah Krishna Dvaipayana Vyasa adalah seorang Rsi, seorang muni,
pengarang, dan penyair.
Sejak Sankaracharya hingga diabad ke-VIII
tahun masehi (788-826) sampai pada jaman kita sekarang ini, banyak sudah ahli
falsafah dan agama memberikan tafsir mereka terhadap kitab suci bhagavadgita,
antara lain : Anandajnana, Ramananda, Yamunacharya, Ramanuja, (1017-1137),
Madliva (1199-1276), Nimbarka dan Anandagiri serta sampai kepada abad ke-XX
sekarang ini yaitu Yogi Sri Aurobindo (penganjur kesatuan dunia dan
kemanusiaan) dan Mahatma Gandhi (pelopor perjuangan kemerdekaan dengan tanpa
kekerasan (ahimsa).
Dari para ahli tafsir
yang klasik. Yang terkenal dan paling penting adalah Sankaracharya, Ramanuja
dan Madhva masing-masing sebagai pemimpin ajaran Advaita non-dualisme),
Vishishtadvaita (non-dualisme yang lebih spesifik) dan Dvaita (dualisme).
Dilihat dari segi methodologi dan epistemologi penafsiran Bhagavadgita oleh
Sankaracharya lebih condong kepada falsafah, sedangkan Ramanuja dan Madhva
menafsirkan Bhagavadgita dengan memberikan tekanan kepada soal-soal ketuhanan
yang religius. Hal ini dapat dimaklumi, sebab dijamannya Sankaracharya masih
hidup, kehidupan keagamaan terancam oleh adanya kekacauan pengertian tentang
kebaktian kepada Tuhan Yang Maha Esa dan persembahyangan rituil kepada Dewata
dikayangan.
Dari segi falsafah,
penafsiran Bhagavadgita oleh Sankaracharya adalah bermutu sangat tinggi, tetapi
Bhagavadgita bukanlah semata-mata suatu naskah falsafah, melainkan sebuah kitab
suci yang merupakan dharma sastra (buku petunjuk untuk berbuat yang benar) dan
Smriti (ilmu pengetahuan yang harus selalu diingat untuk dipergunakan sebagai
petunjuk berbuat berbuat yang benar). Inilah yang ditafsirkan oleh Ramanuja dan
Madhva.
Ditinjau dari
keseluruhannya, tidaklah banyak adegan-adegan yang terlukiskan secara dramatis
dalam kitab suci Bhagawadgita ini, melainkan yang terutama adalah adegan dialog
antara Sri kresna dan Arjuna, dimana krisna bertindak sebagai guru sprituil
yang suci dan arjuna sebagai penganut ajarannya setia : "Engkau adalah
bapa dari yang bergerak dan yang tiada, tujuan memuja Guru yang mulia, tak ada
samanya" (XL.43). dan lagi : "hatiku lemah, pikirankukacau balau
tentang tugas kewajiban, dan bertanya pada-Mu aku berlindung, tunjukkan
padaku!" (II.7). dan sebaliknya Sri Krisna menyatakan dirinya sebagai
avatara yang telah bersatu dengan Brahman. Jiwa yang kekal abadi :
"Terbebas dari hawa nafsu, takut dan benci, bersatu dan berlindung pada-Ku,
dibersihkan oleh kesucian budi pekerti, banyak yang telah mencapai diri-Ku
(IV.10).
Bhagavadgita adalah
mutiara dari semua bentuk dan aliran falsafah agama yang terdapat dalam
kepercayaan hindu, mengandung kebenaran metaphisika dalam berbagai aspeknya
serta mengemban tiap bentuk pemikiran, pelaksanaan dan disiplin agama. Ia
merupakan synthese dan toleransi terbesar dari berbagai aliran pemikiran. Tuhan
adalah tidak terbatas, demikian pula tidak terbatas aspek-Nya. Oleh karenanya
tidak pula terbatas jalan untuk mencapai-Nya. Seperti apa yang telah dinyatakan
oleh Sri Krisna kepada Arjuna : "Jalan manapun ditempuh manusia kearah-Ku,
semuanya Ku-terima dari mana-mana semua mereka menuju jalan-Ku, oh Parta".
(IV.11)
Justru karena ia
merupakan syathese dan toleransi yang terbesarkah maka bagi pemikiran barat
Bhagawadgita kelihatannya agak ganjil, sebab cara pelaksanaannya diserahkan
kepada pilihan seseorang. Lebih ganjil lagi bagi pandangan barat, dimana dalam
masyarakat hindu yang begitu tertuntun rapi, namun setiap orang mencari
jalannya sendiri untuk memberi arti kepada hidupnya dan untuk melepaskan
dirinya dari belenggu karmapala didunia mayapada ini dengan jalan kerohanian
yang dimilikinya. Namun demikian, Bhagawadgita menekankan ilmu pengetahuan
tentang jiwa atau Tuhan Yang Maha Esa, yang merupakan tujuan terakhir dari
hidup ini. Sebab semua agama, semua ajaran kebajikan dan semua etika moral
bersumber kepada jiwa atau Tuhan Yang Maha Esa itu. Tidak ada suatu agama yang
mengatasinya dan tidak ada suatu agamapun akan mempunyai arti kalau tidak bisa
menolong kemanusiaan untuk mengangkat kesadarannya didalam suatu konflik bathin
kalau Tuhan Yang Maha Easa tidak menyinari jiwanya. Maka itu sebagai pesan
terakhir Sri Krisna berkata kepadsa Arjuna : "Pusatkan pikiranmu kepada-Ku,
berbakti pada-Ku, bersujud pada-Ku, sembahlah aku, engkau akan tiba pada-Ku,
aku berjanji setulusnya padamu sebab engkau Ku-kasihi,setelah meninggalkan
tugas kewajiban semua datanglah kepada-Ku untuk perlindungan, janganlah
berduka, sebab Aku akan bebaskan engkau dari segala dosa." (XVIII.65 dan
66). Karena itu pulalah Bhagavadgita disebut Upanishad yaitu ilmu pengetahuan
tentang Brahman Yang Maha Esa. Tetapi membaca dan mempelajari Bhagavadgita
haruslah disertai oleh sembahyang meditasi dan pengalaman spirituil. Salah satu
dilupakan daripadanya untuk meresapkan Bhagawadgita tidaklah ada artinya
disiplin budi adalah merupakan keharusan, simgua non,berkatalah Sri Kresna
kepada Arjuna : "Pusatkan pikiranmu hanya kepada-Ku, hanya didalamku engkau
hidup nanti, dan ini tidak bisa disangsikan " (XII.8).
Mereka yang mendalami
Bhagavadgita dengan seluruh jiwanya, memandang sama terhadap sesama mahkluk,
seperti apa yang telah dikatakan oleh Sri Kresna kepada Arjuna : "Orang
arif bijaksana melihat semuanya sama, baik Brahmana budiman dan rendah hati,
maupun seekor sapi, gajah dan anjing ataupun orang hina-papa tanpa kasta"
(V.18). dari pandangan yang suci inilah terlahir rasa persaudaraan diantara
sesama manusia , rasa kasih sayang diantara mahkluk semua, karena sadar bahwa
Tuhan bersemayam dalam badan jasmni tiap manusia : "Tuhan yang diam dihati
setiap insan menyebabkan mereka semua berputar, oh Arjuna, beredar dengan
prinsip kekuatan masya-Nya seolah-olah beredar diatas mesin semata".
(XVIII.61).
Sesungguhnya Bhagawadgita
mengajarkan kita agar mempunyai pandangan dalam hidup ini, yaitu bahwasanya
nilai kehidupan seseorang hendaknya dilihat dari segi betapa Svahdarma yang ada
padanya dilaksanakannya selama ia masih ditengah-tengah masyararakatnya.
Svahdarma atau tugas kewajiban hidup untuk mencapai kebenaran seseorang
membedakan ia dari oarang lainnya, dan perbedaan ini tidak terletak pada
kekayaan harta bendanya, kelahirannya atau tingkatan pangkat jabatannya yang ia
pangku selama ini. Perbedaan ini, kata Bhagavadgita, terletak pada :
kebaktiannya terhadap Tuhan-Nya, nusa bangsanya dan masyarakat linkungannya.
Bhagavadgita memberi
jalan kepada kita untuk berbakti, yang boleh dipilih menurut kemampuan dan
kesadaran ita masing-masing, yaitu dengan jalan yoga biasa, dengan jalan ilmu
pengetahuan, dengan jalan yoga biasa, dengan jalan ilmu pengetahuan, dengan
jalan meditasi, dengan jalan tindakan (kerja) tanpa mengharapkan hasil
keuntungan dengan jalan keadamaian hati. Tetapi jalan manapun yang akan
ditempuh " kerja harus tidak dilaksanakan sebagai suatu dosa" dan
"melakukan upacara, sedekah dan tapa brata jangan diabaikan".
(XVIII.3). tindakan (kerja) apapun yang kita laksanakan haruslah ditujukan
kepada kebaktian kita kepada Tuhan sebagai alat pen-suci karmapala kita
dimasa-masa yang lampau : "Dia yang bekerja mempersembahkan kerjanya
kepada Brahman, tanpa motif keinginan apa-apa, tidak terjamah oleh dosa papa,
bagaikan air meluncur didalam teratai". (V.10)
Dengan perasaan yang
lapang, terbebas dari dosa papa, hawa nafsu, kemarahan dan kelobaan, tiada lagi
memiliki perasaan "Aku" dan "pujaanku" kita bisa mencapai
kedamaian alam jiwa kita, seperti kata Sri Krisna kepada Arjuna : "orang
yang mengenyahkan semua nafsunya dan melangkah bebas tanpa keinginan enyah dari
perasaan 'aku' dan 'pujaanku' mencapai kedamaian dalam jiwanya'. (II.71).
Dalam hidup yang serba
sulit, penuh dengan tragedi dan dilema yang mematahkan semangat juang hidup
seseorang, tidak jarang tempat berkonsultasi dan mohon perlindungan dibutuhkan
secara mutlak, seperti halnya arjuna takala menghadapi konflik jiwa, dimana ia
diharuskan membunuh sanak keluarganya, dimana hatinya merasa lemas, pikirannya
kacau balau, ngeri dan sedih memikirkan akibat kemusnahan perang yang sedang
dihadapinya. Berkatalah Sri Krisna menenangkan pikiran Arjuna : "Engkau
berduka bagi mereka yang tak patut kau sedihi, namun engkau bicara tentang budi
pekerti, orang budiman tidak akan bersedih baik bagi yang hidup maupun yang
mati.
Setelah memakai badan ini
dari masa kecil hingga muda dan tua, demikian jiwa berpindah kebadan lain. Ia
yang budiman tidak akan tergoyahkan". (II. 11 dan 13). Itulah sebabnya
kitab suci bhagavadgita ini dimulai dengan suatu adegan yang meluliskan dua
pasukkan besar bersenjata lengkap siap untuk bertempur dimedan kuruksetra,
dimana arjuna yang disertai oleh krisna sebagai pengemudi kereta dan guru
spirituilnya sedang mengadakan inspeksi kesiapsiagaan pasukannya. Kekejaman
perang dan teror kematian terbayang dalam pikiran Arjuna, yang menyebabkan ia
mengigil bukan karena takut tetapi disebabkan oleh rasa duka dan dosa yang
mendalam. Mengetahui perasaan Arjuna yang demikian, Sri Krisna berkata :
"Darimana datangnya duka dan lemah hati?. Pada saat-saat kritis seperti
ini, semangat bukan orang ksatria, tidak luhur dan memalukan, oh Arjuna".
(II.2.). kesan yang pertama yang ditimbulkan oleh ucapan Krisna buat pertama
kalinya kepada Arjuna adalah suatu tandanya, bagaimana seorang Guru sprituil
Agung menganjurkan kekerasan perang ?. tetapi setelah kita lanjutkan membaca,
kita ketemui intisari kebenaran suci yang diajarkan Krisna kepada Arjuna,
bahwasanya untuk mencapai hidup yang kekal dan abadi dan kedamaian yang
langgeng orang harus menempuh jalan menuju pemusatan pikiran kesucian,
bertindak tanpa mengaharapkan pahala keuntungan kerja dan menyerahkan diri
sepenuhnya kepada Tuhan Yang Maha Tahu. "Inilah tingkat kesucian, oh
parta, dia yang telah sampai ditingkat ini walau maut tiba, tiada bingung dan
mencapai nirwana bersatu dengan Brahman". (II.72).
Bila direnungkan
dalam-dalam adegan yang melukiskan dua pasukkan yang berhadap-hadapan siap
untuk bertempur, yaitu kaurawa dibawahpimpinan Duryodana dan sekutunya disatu
pihak dan Pandawa dibawah pimpinan Arjuna dan sekutu-kutunya dilain pihak, maka
kita dapat memahami apa yang dimaksudkan oleh Krisna dengan "Badan ini
dinamakan Kshetra", yaitu suatu medan lapangan dimana segala peristiwa
berlangsung. Bukankah medan kurusetra diatas lapangan mana kedua belah pasukkan
siap tempur, juga merupakan suatu simili (perbandingan) yang luar biasa dalam
artinya ?. medan kurusetra yang dilukiskan oleh Bhagawan Vyasa dalam kitab suci
Bhagavadgita ini tidak tidak dapat disangsikan lagi arti kiasnya selain
daripada badan jasmani kita ini, dimana naluri dan watak manusia yang lebih rendah
serta naluri dan watak manusia yang lebih luhur selalu berjuang mengatasi satu
sama lain, yang tidak ubahnya dengan peperangnan yang lazim kita kenal dalam
dunia ini. Kedua pihak yang dilukiskan dalam medan pertempuran ini tiada lain
daripada kekuatan-kekuatan jahat yang diwakili oleh hawanafsu, amarah, loba dan
sebagainya. Melawan kekuatan-kekuatan mulia seperti takgentar, suci hati, tanpa
egoisme dan sebagainya, yang harus kita sadari. Simili yang besar ini tiada
lain melukiskan bahwasanya Duryodana adalah merupakan kekuatan-kekuatan jahat
yang ada didalam badan kita ini, dan Arjuna merupakan kekuatan-kekuatan mulia,
sedangkan Krisna merupakan jiwa yang bersemayam dalam hati tiap manusia. Maka
itu Krisna menganjurkan agar Arjuna melawan kekuatan-kekuatan jahat ini :
"Bila karena memuaskan ras ke-aku-anmu engkau berpikir aku tidak mau
bertempur", ini adalah keputusan yang sia-sia, sifat prakriti akan memaksa
dirimu". (XVIII. 59), sebab Krisna tahu bahwa Arjuna sendiri adalah
perwujudan daripada naluri dan watak yang mulia, yaitu prakirti yang dikuasai
oleh sattvika.
Untuk menaklukkan
kekuatan-kekuatan jahat yang ada dalam diri kita ini Bhagavadgita mengajarkan
kita supaya melaksanakan yoga. Yoga dalam arti kata yang sederhana adalah
'bersatu dengan Tuhan dengan jalan mendisiplin diri untuk mencapai-Nya'. Dan
Bhagavadgita sendiri adalah merupakan buku petunjuk yang praktis untuk
melaksanakan yoga ini. Terpisahnya jiwa kita dengan jiwa atman yang langgeng
dan terbatasnya jiwa kita ini oleh badan jasmani yang memisahkan diri kita
dengan Tuhan (Brahman) adalah disebabkan oleh ketidaktahuan kita yang dibungkus
rapat-rapat oleh ke-aku-an kita sendiri. Hal ini harus kita sadari, dan satu-satunya
jalan untuk kesadaran tersebut adalah yoga. Ya, sebenarnya kata yoga berarti
jalan dan agama Hindu mengakui segala jalan yang hendak ditempuh untuk bersatu
dengan Tuhan. Tetapi namun demikian, jalan utama untuk mencapainya dalah yoga,
yaitu yang disebut : Jnana yoga )jalan ilmu pengetahuan), karmayoga (jalan
tindakan kerja), bhakti yoga (jalan kebahtian dan kasih sayang) dan raja yoga
(jalan meditasi). Kulminasi atau puncak tertinggi dari jalan yoga ini tiba pada
suatu titik dimana seperti dikatakan oleh Krisna : "Dengan segera ia
menjadi orang berjiwa kebenaran dan mencapai kedamain kekal abadi, ketahuilah
wahai kuntiputra dengan pasti penganut -penganut-Ku tidak akan
termusnahkan". (IX. 31), yang mengantar orang ketujuan yang tertingi
bersatu dengan Tuhan.
Dengan jalan melaksanakan
yoga orang kan menemui mutiara-mutiara kebajikan dn etika moral yang dengan
indahnya dilukiskan oleh Bhagavadgita dalam bab percakapan kedua dengan judul
'Samkhya Yoga'. Bagi penganut ajran Bhagavadgita, kepada mereka yang hendak
menempuh kehidupan baru untuk berumahtangga beberapa hari sebelum menghadapi
upacara perkawinan diharuskan membaca dan meresapkan benar-benar akan arti bab
'Samkhya Yoga' ini untuk dipetik nilai-nilai yang mulia. Betapa tidak sebab
Bhagavadgita mengajarkan kepada kita bahwasanya etika moral dan kerohanian
adalah merupakan hal yang bersifat universal, sama dengan alam kosmos ini, yang
bukan suatu khayalan atau ilusi (maya) belaka melainkan suatu kenyataan hidup
yang mengalir dan tumbuh dari alam semesta itu sendiri, yang dinamakan prakirti
yang berpangkal dari Brahman. Hidup membesar dan kemudian menemui keakhirannya.
"Dahannya tumbuh kebawah dan keatas dibesarkan oleh guna, objek indria
sebagai kuncupnya dan akarnya menyebar kebawah menumbuhkan kegiatan kerja dalam
dunia manusia, bentuknya tidak dapat dibayangkan disini, pucuk, batang dan
pangkalnya juga tiada., setelah menumbangkan Astawa yang berakar kuat ini
dengan memakai kapak ketidakterikatan kerja". (XV. 2 dan 3), demikian
etika moral dan kerohanian dilukiskan oleh Bhagavadgita sebagai sebatang pohon
spirituil Astawa secara alegoris menggambarkan prganisme kehidupan yang berakar
diatas dan berdahan ranting dan daun dibawah.
Bagi Bhagavadgita manusia
ideal dalam dunia ini adalah ia yang berbudipekerti harmonis, yang aktif
bekerja bagi kemanusiaan, yang berusaha keras bagi emansipasi jiwanya memiliki
pengetahuan tentang Atman (jiwa) dan berbakti kepada Tuhan Yang Maha Tahu. Dia
yang begini inilah akan mencapai tujuan tertinggi, yaitu kelepasan atau moksa
terbebas dari siklus kelahiran dan kematian, yang berarti berakhirnya segala
kepahitan dan kedukaan hidup, itulah yang disebut nirwana! Kata krisna kepada
arjuna : "Dia yang menemui kebahagian pada dirinya, tentram pada dirinya,
cahaya pada dirinya, yogi yang begini menjadi suci, memasuki nirwana bersatu
dengan Illahi". (V. 24)
2. Latar Belakang Turunnya Bhagawadgita
Awatara Krisna Mengajarkan Gita Hanya Kepada Arjuna Dan Tidak Mengajarkanya
Kepada Guru Besar Bhisma Sbg Ketuturunan Langsung
Bgs Kuru Dengan Alasan
Sebagai Berikut :
- Bhisma mengetahui kebenaran ada di pihak pandawa dan bahkan ia sendiri menyatakan di depan umum, justru ia berada di pihak kurawa dan memimpin pasukan.
tidak ada keselarasan antara pikiran, perkataan
dan perbuatan, yang cendrung merupakan suatu kemunafikan. Bhisma hanya memiliki
paschathapa dan tidak purwathapa yaitu menyesal setelah kejadian, ia kurang
visioner dan terlalu terbelenggu oleh kesalahan masa lalu.
b. Arjuna sendiri adalah sosok yang pas untuk
menerima pengetahuan tentang jiwa sebab ia telah mencapai purwatapa (dialog
Bh.G. oleh made aripta wibawa)
c. Arjuna
adalah orang biasa namun ia memenuhi persyaratan istimewa yaitu menjadi bhakta
(bhakto ‘si me sakha ceti) engkau adalah penyembahku dan kawanku) dan arjuna
tahu bahwa krisna adalah keperibadian tuhan oleh karena itu arjuna selalu
berserah diri kepada krisna.
Sri Bhagawan berkata yoga yg langgeng abadi ini
aku turunkan mengajarkan kepada wiwaswan (wujud dewa matahari) wiwaswan
mengajarkan
kepada manu, manu megajarkan kepada ikswaku (leluhur bgs yadu) (Bh.G. IV.1) + 400 juta tahun yal
kepada manu, manu megajarkan kepada ikswaku (leluhur bgs yadu) (Bh.G. IV.1) + 400 juta tahun yal
Demikian ajaran suci ini
diajarkan secara turun temurun melalui garis perguruan rohani. Namun dalam
jangka waktu yang cukup panjang garis perguruan itu terputus yg menyebabkan
ajaran yang asli hilang. Umat manusia tidak punya tuntunan dalam menjalani
hidupnya sehingga terjadi kekacauan kehidupan yang menyeluruh. Saat itulah
wisnu turun ke dunia sebagai awatara krisna ditengah-tengah kekacauan perang
saudara di kerajaan astina, sekitar 5000 tahun yang lalu.
Dijelaskan bahw ajaran bhagawadgita ini bukan
ajaran baru melainkan ajaran abadi yang
telah pernah diajarkan 400 juta tahun yal,
3. Flexibelitas Bhagawadgita
Bhagawadgita memberi kesempatan berbhakti sesuai
dengan kemampuan dan kesadaran kita masing-masing, yaitu dapat melalui yoga,
ilmu pengetahuan, bhakti, jalan kerja, secara tulus (IV.11)
YE YATHA MAM PRAPADYANTE, TAMSTATHAI ‘WA
BHAJAMY AHAM, MAMA WARTMA ‘NUWARTATE,
MANUSYAH PARTHA SARWASAH.
Bagaimanapun jalan manusia mendekatiKu aku terima
sama, O Arjuna Manusia mengikuti jalanku dalam
segala
jalan.
4. Menyikapi Hidup Ala Bhagawadgita
Dalam hidup yang serba sulit, penuh dgn tragedi
dan dilemanya yang mematahkan semangat juang hidup seseorang, dibutuhkan dapat
berkonsultasi secara mutlak, seperti halnya arjuna menghadapi konflik
jiwa, dimana hatinya merasa lemah, pikiran hancur, ngeri dan sedih memikirkan
akibat perang (Bh.G. II.11, 13) yaitu terjadi pertempuran kebaikan dan
kejahatan.
- BAB 1 Arjuna Wisada Yoga (Meninjau tentara-tentara di medan perang Kurukshetra). Tentara-tentara kedua belah pihak siap siaga untuk bertempur. Arjuna, seorang ksatria yang perkasa, melihat sanak keluarga, guru-guru, dan kawan-kawannya dalam tentara-tentara kedua belah pihak siap untuk bertempur dan mengorbankan nyawanya. Arjuna tergugah kenestapaan dan rasa kasih sayang, sehingga kekuatannya menjadi lemah, pikirannya bingung, dan dia tidak dapat bertabah hati untuk bertempur.
- BAB II Ringkasan isi Bhagavad-gita, menguraikan tentang Arjuna menyerahkan diri sebagai murid kepada Sri Kresna, kemudian Kresna memulai pelajaran-Nya kepada Arjuna dengan menjelaskan perbedaan pokok antara badan jasmani yang bersifat sementara dan sang roh yang bersifat kekal. Kresna menjelaskan proses perpindahan sang roh, sifat pengabdian kepada Yang Mahakuasa tanpa mementingkan diri sendiri dan ciri-ciri orang yang sudah insaf akan dirinya.
- BAB III Karma Yoga, menguraikan mengenai semua orang harus melakukan kegiatan di dunia ini. Tetapi perbuatan dapat mengikat diri seseorang pada dunia ini atau membebaskan dirinya dari dunia/Ibarat Roket yang lepas dari pesawat ketika sudah mencapai orbit.. Seseorang dapat dibebaskan dari hukum karma (perbuatan dan reaksi) dan mencapai pengetahuan sejati tentang sang diri dan Yang Mahakuasa dengan cara bertindak untuk memuaskan Tuhan, tanpa mementingkan diri sendiri.
- BAB IV Jnana Yoga, (Konsep Theologis Hindu)menguraikan pencapaian yoga melalui pengetahuan rohani-pengetahuan rohani tentang sang roh, Tuhan Yang Maha Esa, dan hubungan antara sang roh dan Tuhan-menyucikan dan membebaskan diri manusia. Pengetahuan seperti itu adalah hasil perbuatan bhakti tanpa mementingkan diri disebut karma yoga. Krishna menjelaskan sejarah Bhagavad-gita sejak zaman purbakala, tujuan dan makna Beliau sewaktu-waktu turun ke dunia ini, serta pentingnya mendekati seorang guru kerohanian yang sudah insaf akan dirinya.
- BAB V Karma Yoga, Perbuatan dalam kesadaran Krishna, orang yang bijaksana yang sudah disucikan oleh api pengetahuan rohani, secara lahiriah melakukan segala kegiatan tetapi melapaskan ikatan terhadap hasil perbuatan dalam hatinya (Profesionalisme). Dengan cara demikian, orang bijaksana dapat mencapai kedamaian, ketidakterikatan, kesabaran, pengelihatan rohani dan kebahagiaan.
- BAB VI Dhyana Yoga, menguraikan tentang astanga yoga, sejenis latihan meditasi lahiriah, mengendalikan pikiran dan indria-indria dan memusatkan perhatian kepada Paramatma (Roh Yang Utama, bentuk Tuhan yang bersemayam di dalam hati). Puncak latihan ini adalah samadhi. samadhi artinya sadar sepenuhnya terhadap Yang Maha Kuasa.
- BAB VII Pengetahuan tentang Yang Mutlak, Sri Krishna adalah Kebenaran Yang Paling Utama, Penyebab yang paling utama dan kekuatan yang memelihara segala sesuatu, baik yang material maupun rohani. Roh-roh yang sudah maju menyerahkan diri kepada Krishna dalam pengabdian suci bhakti, sedangkan roh yang tidak saleh mengalihkan obyek-obyek sembahyang kepada yang lain.
- BAB VIII Cara Mencapai Kepada Yang Mahakuasa, Seseorang dapat mencapai tempat tinggal Krishna Yang Paling Utama, di luar dunia material, dengan cara ingat kepada Sri Krishna dalam bhakti semasa hidupnya, khususnya pada saat meninggal.(Bisma menjelang menghembuskan nafas terakhir harus melihat Krishna)
- BAB IX Raja Widya Rajaguhya Yoga (Pengetahuan Yang Paling Rahasia), hakikat Ketuhanan sebagai raja dari segala ilmu pengetahuan (widya), Krishna adalah tujuan tertinggi kegiatan sembahyang, sang roh mempunyai hubungan yang kekal dengan Krishna melalui pengabdian suci bhakti yang bersifat rohani. Dengan menghidupkan kembali bhakti yang murni, seseorang dapat kembali kepada Krishna di alam rohani.
- BAB X Wibhuti Yoga, Kehebatan Tuhan Yang Mutlak, menguraikan mengenai sifat hakikat Tuhan yang absolut/mutlak. Segala fenomena ajaib yang memperlihatkan kekuatan, keindahan, sifat agung atau mulia, baik di dunia material maupun di dunia rohani, tidak lain daripada perwujudan sebagian tenaga-tenaga dan kehebatan rohani Krishna. Sebagai sebab utama segala sebab serta sandaran dan hakekat segala sesuatu. Krishna, adalah tujuan sembahyang tertinggi bagi para mahluk.
- BAB XI Wiswarupa Darsana Yoga, Bentuk Semesta, menguraikan tentang Sri Krishna menganugrahkan pengelihatan rohani kepada Arjuna. Ia memperlihatkan bentuk-Nya yang tidak terhingga dan mengagumkan sebagian alam semesta. Dengan cara demikian, Krishna membuktikan secara meyakinkan identitas-Nya sebagai Yang Mahakuasa. Krishna menjelaskan bahwa bentuk-Nya Sendiri serba tampan dan dekat dengan bentuk manusia adalah bentuk asli Tuhan Yang Maha Esa. Seseorang dapat melihat bentuk ini hanya dengan bhakti yang murni
- BAB XII Bhakti Yoga, menguraikan tentang cara yoga dengan bhakti.
- Bhakti-yoga,adalah pengabdia yang murni kebada Tuhan (Sri Krishna), adalah salah satu cara bhakti yang sangat manjur untuk mendapatkan cintakasih yang murni dari Tuhan ( Krishna). Orang yang menempuh jalan ini dapat mengembang kan sifat-sifat cinta kasih yang tulus.
- BAB XIII Ksetra Ksetradnya Yoga, Pribadi dalam Kesadaran menguraikan hakikat Ketuhanan Yang Maha Esa sebagai purusa dan prakrti, Orang yang mengerti perbedaan antara badan, dengan sang roh dan Roh Yang Utama yang melampaui badan, akan mencapai pembebasan dari dunia material.
- BAB XIV Guna Traya Wibhaga Yoga, Tiga Sifat Alam Material, membahas Triguna (tiga sifat alam material yang melekat sejak lahir dalam kehidupan manusia) - Sattvam, Rajas dan Tamas, semua roh terkurung dalam badan di bawah pengendalian tiga sifat alam material; kebaikan (sattvam), nafsu (rajas) dan kebodohan (tamas). Sri Krishna menjelaskan arti sifat-sifat tersebut dalam bab ini, bagaimana sifat-sifat tersebut mempengaruhi diri kita, bagaimana cara melampaui sifat-sifat tersebut serta ciri-ciri orang yang sudah mencapai keadaan rohani (orang yang sudah lepas dari tiga sifat alam).
- BAB XV Purusottama Yoga, menguraikan beryoga pada purusa yang Maha Tinggi, Hakikat Ketuhanan, Tujuan utama pengetahuan veda adalah melepaskan diri dari ikatan terhadap dunia material dan mengerti Krishna sebagai Kepribadian Tuhan Yang Maha Esa. Orang yang mengerti identitas Krishna yang paling utama menyerahkan diri kepada Krishna dan menekuni pengbdian suci kepada Krishna. (Wujud bhakti yang murni)
- BAB XVI Daiwasura Sampad Wibhaga Yoga, membahas mengenai hakikat tingkah-laku manusia, sifat rohani dan sifat jahat. Orang yang memiliki sifat-sifat jahat dan hidup sesuka hatinya, tanpa mengikuti aturan Kitab Suci, dilahirkan dalam keadaan yang lebih rendah dan diikat lebih lanjut secara material(Lihat uraian Reinkarnasi dalam buku Sradha), tetapi orang yang memiliki sifat-sifat suci dan hidup secara teratur dengan mematuhi kekuasaan Kitab Suci, berangsur-angsur mencapai kesempurnaan rohani.
- BAB XVII Sraddha Traya Wibhaga Yoga, menguraikan mengenai golongan-golongan keyakinan. Ada tiga jenis keyakinan, yang masing-masing berkembang dari salah satu di antara tiga sifat alam. (1).Perbuatan yang dilakukan oleh orang yang keyakinannya bersifat nafsu dan kebodohan hanya membuahkan hasil material yang sifatnya sementara, (2). Perbuatan yang dilakukan dalam sifat kebaikan, menurut Kitab Suci, menyucikan hati dan membawa seseorang sampai pada tingkat keyakinan murni terhadap Sri Krishna dan (3) bhakti kepada Krishna.
- BAB XVIII Moksa Samnyasa Yoga, Kesempurnaan pelepasan ikatan, merupakan kesimpulan dari semua ajaran yang menjadi inti tujuan agama yang tertinggi. Dalam bab ini Krishna menjelaskan arti dari pelepasan ikatan dan efek dari sifat-sifat alam terhadap kesadaran dan kegiatan manusia. Krishna menjelaskan keinsafan Brahman, kemuliaan Bhagawadgita, dan kesimpulan Bhagavad-gita; jalan kerohanian tertinggi berarti menyerahkan diri sepenuhnya tanpa syarat dalam cinta-bhakti kepada Sri Krishna. Jalan ini membebaskan seseorang dari segala dosa, membawa dirinya sampai pembebasan sepenuhnya dari kebodohan dan memungkinkan ia kembali ke tempat tinggal rohani Sri Krishna yang kekal.
KAJIAN MASING-MASING BAB
1. ARJUNA BINGUNG
Persiapan perang yang gemuruh
dimedan kurusetra terlukiskan dalam bab ini dimana kaurawa dan pandawa dua
pihak bersaudara sepupu tetapi berlawan siap untuk bertempur, kedua belah pihak
memiliki pahlawan-pahlawan yang perkasa dan perlengkapan senjata yang hebat.
Arjuna mengadakan inspeksi
pasukan balatentaranya bersama-sama krisna, pengemudi keretanya yang juga
menjadi guru spiritualnya. Tiba-tiba arjuna merasa dikejutkan oleh bayangan
akan kemusnahan bangsa barata, bangsanya dan nenek moyangnya sendiri.
Badannya terasa gemetar,
pikirannya kacau balau dan ngeri membayangkan kehancuran materi, moral dan
kehidupan sprituil yang diakibatkan oleh peperangan ini. Arjuna tidak hendak
bertempur membunuh sanak keluarganya yang ada dipihak keluarganya, bukan karena
merasa takut melainkan karena rasa duka dan berdosa. Ia dihadapkan pada suatu
dilema, antara kesedihan dan kebimbangan
Dhritarashtra uvacha :
(1) Dharmakshetre kurukshetre,
samaveta yuyutsavah, mamakah paadavasah chai va, kim akurvata samjaya
Dritarastraberkata:
di medan bakti dipadang kuruksetra, siap bertempur, putra-putraku dan putra-putra pandu,apakah yang akan mereka lakukan, wahai sanjaya, ceritakanlah padaku
di medan bakti dipadang kuruksetra, siap bertempur, putra-putraku dan putra-putra pandu,apakah yang akan mereka lakukan, wahai sanjaya, ceritakanlah padaku
Kurusetra adalah daerah
yang luas, pada jaman dahulu kala menjadi tanah tumpah suatu bangsa yang
disebut kuru, dengan ibukotanya yang bernama hastinapura. Bangsa kuru ini
adalah nenek moyang kaurawa dan pandawa. Sesungguhnya arti perkataan kshetra
adalah sebuah medan pertempuran dan juga tempat suci, tempat pemujaan kepada
tuhan yang maha esa. Karenanya ia ia disebut dharma khestra.
Sebenarnya perkataan
kaurawa berarti putera-putera keturunan kuru, sedangkan pandawa berarti
putera-putera keturunan pandu. Kuru adalah nenek moyang kaurawa maupun pandawa.
Tetapi namun demikian, dengan perkataan "kaurawa" adalah dimaksudkan
anak-naka dritarastra, sedangkan pandawa adalah anak-anak pandu. Dritarastra
adalah dua orang bersaudara kakak-beradik. Dritarastra yang lebih tua dan pandu
adalah yang lebih muda. Mereka putera-putera maharaja wicitrawirya dan
cucu-cucu baginda maharaja santanu.
Dritarastra mempunyai anak
sebanyak seratus orang. Yang tersulung adalah duryodana. Keseratus orang anak
ini disebut kaurawa. Pandu hanya mempunyai lima orang anak, dan kelimanya ini
disebut pandawa (mereka ini adalah : yudistira, bima, arjuna, nakula dan
sadewa). Dari lima orang anak pandu ini arjunalah yang merupakan putera yang
paling istimewa dan karena ia dipanggil pula dengan nama-nama julukan seperti
kurunandana (yang berarti untuk keturan bangsa kuru), kuntipura (berarti anak
kunti dewi), mahabahu (berarti yang bersenjata perkasa) dan sebagainya.
Padang kurustra ini juga
diibaratkan sebagai tubuh manusia, atau lebih dalam lagi : hidup manusia,
dimana sifat-sifat buruk dan baik selalu mengadakan konflik atau pertempuran.
Memang hidup adalah pertempuran, pertempuran antara kebaikkan dan kebajikkan
melawan keburukkan dan kejaliman. Dalam hubungan ini kaurawa dikedepankan
sebagai pihak yang buruk dan yang salah, sedangkan pandawa dipandang sebagai
pihak yang baik dan yang benar. Itulah sebabnya kurukshetra disebut pula
dharmakshetra yaitu suatu tempat dimana kebenaran dan kebajikkan atau darma
yang langgeng itu harus dipertaruhkan sebagai suatu perjuangan mental dan
spiritual yang suci.
Sanjaya adalah pengemudi
kereta kencana drritarastra yang buta. Disamping sebagai pengemudi kereta.
Sanjaya juga berfungsi sebagai mentri penasehat pribadi dritarastra dan juga
juru bicara serta reporter pandangan mata dari pertempuran-pertempuran dalam
peperengan besar mahabharata. Ia juga selalu hadir dalam peristiwa-peristiwa
kenegaraan untuk mendampingi maharaja.
Dritarastra.samjaya uvacha
:
(2). Drishtva tu
pandavanikam, vyudham duryodhanas tada, acharyam upasamgamya, raja
achanaumabravit
sanjaya menjawab :
sanjaya menjawab :
Setelah melihat pasukkan pandawa, siap bertempur
dimedan laga, raja duryoddana, mendekati gurunya, guru besar drona seraya
berkata
Maharaja dritarastra yang
buta yang digambarkan sebagai orang buta dengan kebenaran. Berhubung ia ada
dalam keadaan tidak bisa melihat sama sekali, maka ia tidak bisa memerintah
sebagai raja. Sebab itu kerajaan diperintahkan oleh duryodana selam kelima
putera-putera pandu berada dalam pengasingan, yang kemudian kembali setelah
tiga belas tahun dalam pembuangan untuk memenuhi panggilan ketetapan perjanjian
yang telah dimufakati. Tetapi raja duryodana menolak untuk membagi kerajaan
menyerahkan kekuasaannya kepada putera-putera pandu sesuai dengan perjanjian
tersebut diatas. Dan penolakan duryodana inilah yang menimbulkan peperangan
besar mahabharata.
Duryodhana :
(3) pasyai tam panduputranam, acharya maha mahatim
chamum, vyudham drupadaputrena
tava sishena dhimata, duryodana :
tava sishena dhimata, duryodana :
Saksikanlah guruku :
betapa kuat pasukkan putra-putra pandu, dipimpin putra maharaja drupada, murid guruku sendiri yang bijaksana
betapa kuat pasukkan putra-putra pandu, dipimpin putra maharaja drupada, murid guruku sendiri yang bijaksana
Sesungguhnya duryodana juga dilukiskan sebagai orang
yang mempuyai watak kaku, keras kepala, angkuh dan licik. Namun demikian ia
juga berwatak berani, pandai dan murah hati.
Gurubesar drona adalah
seorang brahmana, selain menjadi pendeta juga memiliki keahlian dalam ilmu
peperangan dan lat persenjataan berbagai jenis. Ia adalah guru bagi kedua belah
pihak, baik kaurawa maupun pandawa, dan juga putera-putera mahkota raja negeri
lainnya. Ia telah mendidik dan mengajarkan mereka ilmu peperangan. Lebih-lebih
siasat pertempuran frontal. Selain guru besar drona, ada dua orang lagi yang
dianggap/dipandang guru dalam soal-soal kenegaraan dan spiritual dipihak
kaurawa yaitu bisama dan kripa, sedangkan dipihak pandawa ada seorang yaitu
krisna.
Perkataan acharya
sebetulnya berarti guru yang mengetahui dan faham benar-benar akan arti
ajaran-ajaran yang tercantum dalam kitab-kitab suci. Demikianlah drona, bisma
dan kripa disebut pula acharya. Putera maharaja drupada adalah dristadiumna. Ia
merupakan musuh yang terpandai akan pertempuran panah-memanah melawan balatentara
kaurawa. Ia adalah bekas murid gurubesar drona yang memihak kaurawa.
Dristadiumma menjadi panglima tertinggi angkatan perang pandawa, dan oleh
karenanya menjadi musuh bekas gurunya. Guru besar drona. Ia juga adalah ipar
pandawa, sebab adiknya drupadi menjadi istri mereka.
(4) atra sura maheshvasa, bhimaarjunasama yudhi,
yuyudhano viratas cha, drupadas cha maharathah
artinya :
artinya :
Disana pula pahlawan panah jaya, sebanding dengan bima
dan arjuna, yuyudana, wirata dan drupada, semuanya perwira perkasa
Wirata adalah seorang raja
dari negeri matsia yang pernah memberi perlindungan kepada pandawa sewaktu
mereka hidup secara incognito dinegeri tersebut selama satu tahun. Kemudian ia
menjadi sekutu terpercaya dari pandawa. Yuydana adalah pahlawan berasal dari
bangsa yadawa yang bertempur dipihak pandawa. Ia juga dikenal dengan nama
satiaki.
Perkataan maharatha
sebetulnya berarti ahli kereta besar. Kemudian perkataan ini dipergunakan
sebagai suatu titel.yang tinggi untuk menghormati seseorang militer perkasa yang
sanggup menundukkan beribu-ribu orang musuh.
(5) srishtaketus chekitanah, kasirajas cha viryavan,
purujit kuntibhojas cha, saibyas cha,
narapunigavah.
Artinya :
Artinya :
Juga dristaketu, cekitana, dan raja negeri kasi yang
perkasa, purujit serta kuntiboja, dan saibia banteng jantan dari manusia.
Selain dari mereka yang
disebut namanya diatas, pahlawab-pahlawan perkasa yang berada dipihak pandawa
adalah antara lain dristaketu raja dari negeri cedi, cekita perwira tinggi
dalam balatentara pandawa, purujit dan kuntiboja adalah dua bersaudara yang
pernah membesarkan kunti devi, ibu dari pandawa, saibia adalah raja dari negeri
sibi.
(6) yudhamayus cha
virkranta, uttamaujas cha viryavan, saubhadro draupadeyas cha, sarva eva
maharathah, artinya :
Juga yudamaniu yang kekar, uttamauja yang gagah
berani, putra-putra subadradevi dan draupadi, semua pahlawan besar
Yudamaniu dan uttamauja
adalah orang-orang ksatria yang menggabungkan diri dengan pandawa. Yang
dimaksudkan dengan putra subadradevi adalah abimaniu dari perkawinannya dengan
arjuna, sedangkan putera-putera draupadi adalah lima orang yaitu: pratiwindia,
srutasoma, srutakirti, santika dan srutakarma, masing-masing dari yudistira,
bima, arjuna, nakula dan sahadewa.
(7) asmakam tu visihta ye, tan nibodha dvijottama, nayaka
mama sainyasya, samjnartham tan bravimi te
artinya :
artinya :
Selanjutnya ketahuilah, wahai gurunda, pendita paling
bijaksana, perwira-perwira tinggi, dalam pasukkan kita, demi untukmu kusebutkan
nama mereka :
Setelah duryodana
menyebutkan nama-nama pahlawan yang ada dipihak pandawa, ia lalu menyebutkan
nama-nama mereka yang berpihak kepada kaurawa kepada drona untuk dapat diingat
dan dikenal. Agaknya dalam ucapan ini duryodana bermaksud agar drona sebagai
seorang brahmana yang sesungguhnya hanya cinta perdamaian, yakin akan kekuatan
balatentara kaurawa, tidak takut kepada pandawa dan iklas bertempur kepada
mereka. Perkataan dvijottama berarti lahir dua kali, dan yang dimaksudkan ini
adalah kasta brahmana atau kasta pendita. Sebab, golongan brahmana dipandang sebagai
orang yang dilahirkan dua kali pertama kali, kedalam dunia materil. Dan kedua
kalinya, kedalam dunia spirituil.
(8) bhavan bhishmas cha karnas cha, kripas cha
samitimjayah, asvatthama vikarnas cha
saumadattis tathai va cha
artinya :
saumadattis tathai va cha
artinya :
Pertama engkau guruku, kemudian bisma, karna dan
kripa, semuanya telah jaya, dan aswattama dan wikarna, dan somadattaputra juga
Bisma adalah pandita
pahlawan tua, yang membesarkan dritarastra dan pandu ketika mereka masih
bocah-bocah. Ia seorang brahmacarin (tidak kawin seluruh hidupnya). Akhir
tafsir kitab-kitab suci dan disegani oleh kedua belah pihak, baik kaurawa
maupun pandawa. Karna adalah putera batara surya (dewa matahari) dengan
kuntidevi ketika ia masih gadis, sebelum menjadi istri pandu. Karna dilukiskan
sebagai seorang pahlawan yang tidak mudah ditundukkan, ahli perang dan memiliki
senjata sakti hadiah dari ayahnya, barata surya, kripa adalah iapar drona yang
kawin dengan saudaranya, kripidewi. Aswattama adalah putera drona dan wikarna
adalah seorang dari 99 orang saudaranya duryodana yang berbudi pekerti baik,
jujur dan gagah berani. Somadattaputra adalah putera raja somadatta dari negeri
bahika.
(9) anye caha bahavah sura, madarthe praharanah,
nanasastra praharanah, sarve yuddhavisaradah
artinya :
artinya :
Banyak lagi pahlawan perwira, bagiku, mempertaruhkan
jiwa mereka, bersenjata lengkap aneka warna, semua, ahli tempur dimedan laga
Perkataan tyaktajivitah
berarti bersedia mengorbankan jiwaraga. Dengan perkataan ini doryodana berusaha
menanamkan keyakinan akan kekuatan balatentara kaurawa kepada drona.
(10) aparyaptam tad asmakam, balam bhi shmabhirakhi
tam, paryaptam tv idam etesham
balam bhimabhikshitam
balam bhimabhikshitam
Sungguh tak terkira banyaknya pasukan kita dipimpin
oleh bhisma, sedangkan besar pasukan mereka dapat diduga dibawah komando bima
Perkataan aparyaptam
ternyata menimbulkan tafsiran yang berbeda-besar. Yang terpenting adalah
tafsiran dari anandagiri dan sridhara. Anandagiri menterjemahkan perkataan ini
dengan "tak terhitung" (tak terbatas) sedangkan sridhara dengan
"tak cukup" (dapat dihitung). Rupa-rupanya anandagiri yang benar,
sebab dalam pertempuran dimedan kurusetra balatentara kaurawa terdiri dari
sebelas divisi dan pandawa tujuh divisi (akshauhini). Satu divisi terdiri dari
216000 orang lebih kurang.
(11) ayaneshu cha sarveshu, yathabhagam avasthitah,
bhismam evabhirakshantu, bhavantah sarva eva hi, berdiri tegak dalam barisan,
kalian, masing-masing dalam divisi, membela bisma ini, sesuai dengan kedudukan
kalian
Perkataan abhirakshantu
berarti menjaga dan membela duryodana meminta kepada setiap orang dalam
pasukkan kaurawa untuk menjaga dan membela bisma sebagai panglima tertinggi
mereka. Adalah menjadi tugas-kewajiban setiap orang dalam barisan menjaga dan
membela pimpinannya disampung bertempur melawan musuh.
Samjaya :
(12) tasya samjanayanharsham, kuruvddhah pitamahah,
simhanadam vinadyochchaih, sankham dadhmau pratapavan
sanjaya :
sanjaya :
Demi untuk membangkitkan semangatnya, pahlawan kuru,
kakek bisma, meniup kuat-kuat trompet kerangnya, mendera bagaikan raung singa
Setelah duryodana berseu
kepada semua perwira-perwira tinggi dalam kalangan balatentara kaurawa untuk
menjaga dan membela bisma dalam pertempuran-pertempuran yang akan mendatang,
seperti tercantumdalam sloka 3 sampai denagn 11, maka sanjaya meneruskan ceritanya
kepada maharaja dritasastra. Sankham adalah terompet yang diperbuat daripada
kulit kerang. Ia ditiup oleh bisma dengan maksud untuk membangkitkan semangat
duryodana, dan sebagai suatu tanda bahwa pasukan telah siap untuk mengahadapi
pertempuran.
(13) tatah-sankhas cha
bheryas cha, panavanaka gomukhah, sahasai va 'bhyahanantra, sa sabdas tumulo
'bhavat, artinya :
Trompet, genderang dan
tifa, gong serta suling-tanduk, dibunyikan dengan serentak, gemuruh,
gegap-gempita berbagai alat bunyi-bunyian dipergunakan, khusus dalam lingkungan
pasukan sendiri untuk membangkitkan semangat tempur para prajurit dan bagi
pihak musuh bunyi gemuruh dari pada terompet, genderang, gong, tambur,
suling-tanduk dan sebagainya ini berarti suatu tantangan untuk segera
dimulainya peperangan. Tiap pahlawan perwira tertinggi mempunyai alat
bunyi-bunyian ini yang spesifik baginya sendiri, mempunyai nama yang spesifik
pula.
(14) tatah svetair hayair yukte, mahati syandane
sthitau, madhavah paandavas chai 'va
divyau sankhau pradadhmatuh
artinya :
divyau sankhau pradadhmatuh
artinya :
Setelah berdiri diatas kereta, megah ditarik kuda
putih dua, krisna dan arjuna juga
meniup trompet sakti mereka
meniup trompet sakti mereka
Dalam kitab-kitab suci agama hindu dan agama buddha
kereta diibaratkan sebagai kendaraan budi pekerti manusia, sedangkan kuda
diumpamakan sebagai pancaindria tersebut dan pengemudi adalah penuntun jiwa
manusia. Disini krisna bertindak sebagai penuntun jiwa arjuna. Perkataan
madhava berarti keturan suku madhu dari bangsa yadaawa dan yang dimaksudkan
dengan perkataan tersebut adalah krisna, sedangkan dengan perkataan pandava
dimaksudkan arjuna dalam sloka ini
.
(15) panchajayam hrikeso, devadattam dhanamjayah, paundram dadhmau mahasankham
bhimakarma vrikodarah
artinya :
.
(15) panchajayam hrikeso, devadattam dhanamjayah, paundram dadhmau mahasankham
bhimakarma vrikodarah
artinya :
Trompet pancajania ditiup krisna, trompet dewadatta
ditiup arjuna, dan bima sena yang galak bagaikan srigala, meniup tromprtnya,
bernama paundra
Trompet krisna bernama
pancajania yang berarti "pengekangan pancaindria" (diperbuat daripada
tulang raksasa laut yang telah dibunuh oleh krisna sendiri), trompet arjuna
bernama dewadatta yang berarti "anugerah dewata" (diperbuat daripada
kerang laut) dan terompet bimasena bernama paundra yang berarti "rokh
batara siwa". Kata-kata hrishikesa, dhanamjaya dan vrikodara dalam sloka
ini dimaksudkan sebagai nama lain krisna, arjuna dan bhimasena. Dalam sloka ini
dilukiskan bahwa pihak pandawa-puntelah siap bertempur.
(16) anantavujayam raja, kuntiputro yudhishthirah,
nakulah sahadevas cha, sughosha manispushpakau
artinya :
artinya :
Raja yudistira, putera kuntidewi, meniup terompetnya
bernama anantawijaya, nakula dan sahadewa mereka, masing-masing sugosa dan
manipuspaka
Kuntidewi adalah istri
pertama raja pandu yang melahirkan yudistira, bimasena, dan arjuna, dan
madridewi adalah istri raja pandu yang kedua yang melahirkan nakula dan
sahadewa. Baik sendiri-sendiri, maupun bersama-sama, kelima mereka itu disebut
pandawa sungguh sangat menarik nama-nama trompet mereka, seperti anantawijaya
yang berarti "kemenangan abadi". Sugosa berarti suara merdu dan
manipuspaka berarti kembangmutumanikam.
(17) kasyas cha parameshvasah, sikhandi cha
maharathah, dristadyumno vuratas cha, satyakis cha parajitah, artinya :
Kasiraja pemimpin pasukan panah, juga sikandi maha
pahlawan, dristadiumna dan wirata
dan setiaki yang tak tertaklukan
dan setiaki yang tak tertaklukan
Dipihak kaurawa, hanya
bismalah yang meniup trompet, sedangkan dipihak pandawa kelima putera-putera
pandu beserta krisna dan pahlawan-pahlawan lainnya meniup trompet mereka
masing-masing. Hal ini dapat diartikan bahwa pihak pandawa tiupan trompet
tersebut mempunyai nilai tingkatan daripada kepemimpinan mereka, yang berurut
dari atas kebawah.
(19) sa ghosho dhartarashtaanam, hridayani
vyadarayat, nabhas cha prithivim chai 'va, tumulo vyanunadayan, artinya :
Suara gegap gempita, memenuhi ankas dan bumi,
mengetarkan hati, putra-putra dristarastra
Sloka 14 sampai dengan 19
mengandung ungkapan bahwa pandawa, walaupun memiliki balatentara lebih kecil
jumlahnya, kelihatan lebih perkasa. Lebih-lebih dalam sloka 19, jelas
dinyatakan betapa gagap-gempitanya bunyi terompet memenuhi angkasa dan bumi
yang menyababkan hati kaurawa menjadi takut dan ngeri. Hal ini dapat kiranya
dimengerti kenapa sanjaya menceritakan kehebatan pandawa kepada maharaja
dritarastra; sebab ia sendiri ingin memberitahukan kepada raja tua itu bahwa
kemenangan pasti akan berada dipihak pandawa, sebab pandawa berada dipihak yang
benar.
(21) hrishikesam tada vakyam, idam aha
mahipate, senayor ubhayor madhye
ratham sthapaya me 'chyuta, artinya :
ratham sthapaya me 'chyuta, artinya :
Dan oh, tuanku hamengku
bumi, ia berkata kepada krisna, arjuna berkata : tariklah keretaku sampai
ditengah, diantara kedua pasukan, krisna!
Nama-nama julukan dan
kehormatan diberikan kepada krisna dan arjuna seperti tercantum dalam
sloka-sloka yang terdahulu dan berikut ini. Untuk krisna nama julukan dan
kehormatan itu antara lain : aciuta (dia yang tidak bergerak), madusudana
(pembunuh raksasa bernama madu, arisudana (penakluk musuh-musuh), gowinda
(pengembara atau pemberi ilham, wasudewa (putera wasudewa), yaddawa (keturunan
bangsa yadu), kesawa (memiliki rambut indah), madawa (suami laksmi dewi),
hrikesa (yang menguasai pancaindria) dan janardana (juruselamat umat manusia).
Untuk arjuna nama-nama julukan dan kehormatan itu antara lain : (selain
daripada kurunandana, kurusattama dan kuruprawira) barata (keturunan barata),
dananjaya (pemengan harta benda), gudakesa (berambut gempel), parta (putera
prita dewi) dan parantapa (penakluk musuh-musuh).
(22) yavad etan nirikshe
'ham, yuddhukaman avasthitan, kair maya saha yoddavyam
asmin ranasamudyame, artinya :
asmin ranasamudyame, artinya :
Supaya aku dapat
mengetahui, mereka yang siap, ingin bertempur, yang aku harus hadapi nanti,
dalam peperangan mendatang ini
Sebelum mulai bertindak
akan berbuat sesuatu arjuna ingin sekali mengetahui siapa-siapa sebenarnya yang
akan dihadapinya dalam pertempuran-pertempuran nanti. Waspada dan hati-hati
adalah memang menjadi sifat arjuna.
(23) yotsyamanan avekshe
'ham, ya ete 'tra samagatah, dhartarashtrasya durbuddher
yuddhe priyachikirshavah, artinya :
yuddhe priyachikirshavah, artinya :
Dan dapat menyaksikan
sendiri, mereka yang berkumpul, berbaris disini, rela berkorban demi kepuasan
hati, putra dristarastra yang busuk budi
Sesungguhnya persiapan
perang telah rampung pada kedua pihak. Dipagi hari pertama yudistira
menyaksikan formasi balatentara kaurawa yang tidak mungkin ditembus dibawah
pimpinan bisma. Dengan gemetar ia menyatakan kecemasannya kepada arjuna, bahwa
tidak mungkin untuk menaklukan pasukan yang begitu perkasa dibawah pimpina
bisma, arjuana memberi semangat kepada saudaranya dengan jalan mengutip
ajaran-ajaran suci : "mereka yang mengidam-idamkan kemenangan tidak dapat
banyak menaklukan dengan kekuatan dan kekuasaan jika dibandingkan dengan
kebenaran, persaudaraan, kasih sayang dan budi luhur. Kemenangan adalah pasti
dimana krisna berada dan dengan hadirnya krisna, guru spiritualnya, disisinya,
arjuna dapat menyadari dengan keyakinan suci bahwa musuh-musuh yang ia harus
hadapi adalah juga kesayangan dari kesucian baginya.
(24) samjaya uvacha, evam
ukto hrihikeso, gudakesena bharata, senayor ubhayor madhye
sthapayitva rathottamam, sanjaya berkata :
sthapayitva rathottamam, sanjaya berkata :
Oh, paduka tuanku raja,
mendengar permintaan arjuna demikian, krisna menempatkan kereta indahnya,
ditengah diantara dua pasukan
Dalam sloka ini bhatara
dimaksudkan maharaja dritrastra, dan untuk menghoirmati sanjaya berkata padanya
"paduka tuanku raja". Dalam sloka-sloka berikutnya sambada atau
dialog antara arjuna dan krisna dimulai.
(27) svasuran suhridas
chai 'va, senayor ubhayor api, tan samikshya sa kauteyah, sarvan bandhun
avashitan. Artinya :
Dan kuntiputra juga
melihat, para mertua, kawan sejawat, semuanya sanak kadang berdiri tegak, dalam
barisan kedua belah pihak.
Perkataan kuntiputra
diambil dari arti, kata kaunteya, yaitu putera kunti dewi, dan yang dimaksudkan
adalah arjuna. Perasaan bimbang ragu arjuna bertambah mendalam, sebab bukan
saja dipihak musuhnya sanak saudara itu berdiri, melainkan dikedua belah pihak.
(28) kripaya paraya
'vishto, vishidann idam abravit, drishtve 'mam svajanam krishna
yuyutsum samupashitam, artinya :
yuyutsum samupashitam, artinya :
Dengan penuh diliputi
destapa, disampaikan rasa duka, arjuna berkata : menyaksikan sanak kadang, oh
krisna, berbaris siap untuk berlaga.
Perkataan kripaya paraya
berarti duka-nestapa yang sngat mendalam dari perkataan svajanam berarti
keluarga dan bangsanya sendiri, baik pihak kaurawa maupun pihak pandawa.
(29) sidanti mama gatrani,
mukham cha parisushyati, vepathus cha sarire me
romaharshas cha javate, artinya :
romaharshas cha javate, artinya :
Anggota badanku terasa
lemas, mulutku terasa kering, sekujur badanku gemetar, dan buluromaku terasa
berdiri.
Arjuna tidak kuasa lagi
membendung perasaannya. Duka nestapa dan bimbang ragu kini menguasai jiwa dan
raganya.
(30) gandivamsramsate
hastat, tvak chai 'va paridahyate, na cha saknomy avasthatum
brahmati 'va cha me manah. , artinya :
brahmati 'va cha me manah. , artinya :
Gandiwa terlepas dari
tanganku, dan kulitku terasa panas membara, aku tidak kuasa lagi berdiri, dan
pikiranku kacau tidak menentu.
Gandiwa adalah nama busur
panah arjuna, anugerah dari batara indra. Kata-kata arjuna dalam sloka 29-30
ini menyebabkan kita berpikir dan merenungkan, betapa seorang yang sedang
dicekam oleh perasaan bimbang, ragu was-was cemas, duka nestapa dan hampa
kesepian tidak dapat berbuat apa-apa. Dalam situasi semacam inilah orang dapat
menemui visidiayangmahakuasa.
.
(31) nimittani cha pasyami, viparitani kesava, na cha sreyo 'nupasyami, hatva svajanam ahave, artinya :
.
(31) nimittani cha pasyami, viparitani kesava, na cha sreyo 'nupasyami, hatva svajanam ahave, artinya :
Aku melihat firasat biruk,
oh, krisna, tidak ada baiknya, aku membuntuti sanak kandang
dalam pertempuran yang mendatang.
dalam pertempuran yang mendatang.
Kesawa adalah krisna. Arjuna tidak dapat melihat
disini kebaikkan moral dan nilai spirituil daripada perbuatan membunuh sanak
kadang sendiri.
(32) na kankshe vijayam
krishna, na cha rajyam sukhani cha, kim no rajyena govinda
kim bhogair jivitena va, artinya :
kim bhogair jivitena va, artinya :
Aku tidak inginkan
kemenangan, dan juga kerajaan dan kesenangan, krisna apa gunanya kerajaan dan
kesenangan, dan hidup ini sekalipun, oh gowinda?
Gowinda adalah krisna
juga. Dalam sloka ini terlukiskan betapa arjuna ingin melepaskan diri dari
kekayaan dan kesenangan duniawi ini.
(33) yesham arthe
kaashitam no, rajyam bhogah sukhani cha, ta ime 'vasthita yuddhe, pranams
tyaktva dhanani cha, artinya :
Mereka untuk siapa kita
perebutkan, kerajaan, kebahagian dan kesenangan, ada disini siap untuk berlaga,
mengobarkan jiwa dan harta mereka.
(34) acharyah pitarah
putras, tathai 'va cha pitamahah, matulah svasurah pautrah, syalah sambandhinas
tatha, artinya :
Guru, bapa, anak-anak, dan
kakek, paman juga, dan ipar, cucu, mertua, dan sanak kandang lainnya
(35) etan na hantum ichchhami, ghanato 'pi
madhusudana, api trailokyarajyasya, hetoh kim nu mahikrite, artinya :
Aku tidak hendak bunuh
mereka, sekalipun mereka bunuh aku, oh krisna, kendatipun, untuk ketiga-tiga
dunia, apalagi hanya untuk dunia fana ini.
Dalam sloka ini
madhusudana adalah dimaksudkan krisna sendiri. Perkataan triloka adalah
pembagian alam semesta ini menjadi tiga.pada umunya ketiga pembagian itu
dimaksudkan : sorga, dunia kita ini dan neraka. Tetapi ada juga iterpretasi
yang menyatakan bahwa ketiga pembagian ini dimaksudkan : dunia manusia, dalam
semi devata dan dunia rokh kudus. Yang lain lagi menafsirkan dunia kita ini,
antariksa dan sorga.
(36) nihatya
dhartasashtran, ka pritih syaj janardana, papam eva 'srayed asman, hatvai 'tan
atinah, artinya :
Setelah membunuhi putra
dritasastra, kebahagaian apakah kita nikmati?, oh janardana anya dosalah
kiranya, bila membunuh sidurhaka ini.
Janardana adalah krisna.
Perkataan atatayinah berarti :penjahat, perampok, orang durhaka, pembunuh,
penipu, hidung-belang dan sebagainya. Dan kaurawa disini dipandang sebagai
atatayinah, sebab duryodana melakukan semua kategori kejahatan ini. Arjuna
menganggap bahwa mwmbunuh adalah tetap dosa dan menolak untuk membunuh
sekalipun yang akan dibunuh adalah orang durhaka.
(37) tasmaan na 'rha vayam
hantum, dhartashtram svabandhavan, svajanam hi katham hatva, sukhina syaama
madhaca, artinya :
Kiranya tidaklah patut bagi kita, membunuh saudara,
putra dritarastra, benarlah, bagaimana kita 'kan bahagia, setelah membasmi
keluarga sendiri, oh madawa?
(38) yadi apy ate na
pasyanti, lobhopahatachetasah, kulaksahayakritam dosham, mitradrohe cha
patakam, artinya :
Sekalipun bagi mereka,
yang jiwanya dikuasai oleh kelobaan, tidak melihat dosa, membunuhi keluarga,
tidak melihat khianat membasmi kawan.
(39) katham na jneyam
asmabhib, papad asman nivartitum, kulakshayakritam dosham
prapasyadbhir janardana, artinya :
prapasyadbhir janardana, artinya :
Kenapa kita tidak sadari,
dosa semacam itu, oh krisna, kesadaran akan kekhilafan, membasmi sanak-keluarga
sendiri
Madawa adalah krisna.
Argumentasi yang dikemukan oleh arjuna adalah didasarkan atas pengertian
bahwamadawa adalah krisna. Argumentasi yang dikemukan oleh arjuna adalah
didasarkan atas pengertian bahwa mereka telah dibutakan oleh nafsu loba-tamak
dan ketidakmengertian, sehingga mereka tidak mampu melihat apa yang salah.
Sekalipun kita menyatakan bahwa mereka itu salah karena loba dan nafsu
memetingkan diri sendiri, namun membunuh adalah tetap dosa, sebab mereka yang
mata-hatinya buta dibunuh oleh kita yang bermata hati terbuka. Disinilah letak
dosa menurut arjuna. Lagipula membunuh keluarga, bukan saja berarti membunuh
orang-orang belaka, melainkan membunuh keluarga itu sebagai lembaga yang
merupakan evolusi kekuatan generasi dan satu-satunya tempat penyimpangan
baginya untuk dapat melanjutkan kemajuan sosial dan moral manusia. Keluargalah
yang menghasilkan orang yang berjiwa besar dan orang yang suci.
(40) kulakshaye
pranasyanti, kuladharmah sanatanah, dharme nashte kulam kritsnam
adharmo bhibhavaty uta, artinya :
adharmo bhibhavaty uta, artinya :
Bila keluarga sudah hancur, dan hukum tradisi sudah
lebur, kewajiban dan undang-undang keluarga, dikuasai tirani rajalela.
Perkataan dharma sesungguhnya
berarti wujud dan hakekat sesuatu. Dalam hubungan ini perkataan tersebut
diartikan : kewajiban, yang meliputi kewajiban bermasyarakat, memenuhi
panggilan adat-itiadat, kewajiban beragama dan kewajiban menjunjung tinggi
kebenaran.
(41) adharmabhibhavat
krishna, pradushyanti kulastriyah, strishu dushtasu varshneya, jayate
varnasamkarah, artinya :
Bila tirani telah berkecamuk, oh krisna, pertempuran
jadi jalang, dan bila perempuan sudah jalang, dikuasai tirani merajalela.
Perkataan varna berarti
kasta, dimana terdapat empat kategori, yaitu kasta brahmana, kasta ksatria,
kasta waisia dan kasta sudra (yang masing-masing berarti golongan pendita,
golongan bangsawan, golongan pedagang atau pengusaha dan golongan rakyat
biasa), sebagai pencerminan pembagian sosial dalam masyarakat penganut agama
hindu. Warsneja adalah krisna sendiri.
(42) samkaro narakayai
'va, kulaghnanam kulsya cha, patanti pitaro hy esham, luptapindodakakkriyah,
artinya :
Keruntuhan moral ini
membawa, keluarga dan para pembunuhnya keneraka, arwah nenek moyang jatuh
cedera, semua sesajen, air dan nasi tiada baginya.
Dalam sloka ini dinyatakan
bahwa kalau keluarga sudah hancur, maka kewajiban keluarga terhadap tradisi dan
agama tidah terurus lagi, seperti upacara sraddha dimana dilakukan upacara
mengenang jasa-jasa nenek moyang di piraloka (tempat arwah mereka segerasetelah
meninggal dunia sebelum mencapai sorga) dengan jalan mempersembahkan sesajen
yang terdiri dari makanan dan buah-buahan yang serba lezat.
(43) doshair etaih
kulaghnanam, varnasamkarakarakaih, ustadyante jatidharmah, kuladharmas cha
saavatah, artinya :
Dosa dan kehancuran
keluarga ini, membawa keruntuhan masyarakat bangsa, kebiasaan keluarga dan
hukum kasta, hancur lebur dilimat tirani.
(44) utsanna
kuladharmanam, manushyanam janardana, narake niyatam vaso, bharvati 'ty
anususruma, artinya :
Kita semua sudah dengar
ini, oh janardana, tempat bagi manusia, yang kebudayaan dan hukumnya ditirani,
adalah pasti itu neraka.
(45) aho bata mahat papam,
kartum vyavasita vayam, yad rajjyasukhalobhena, hantum svajanam udyatah,
artinya :
Ah, betapa besar dosa
kita, merencanakan pembunuhan sanak keluarga, hanya karena perasaan loba, ingin
memiliki kerajaan dan kenikmatan.
(46) yadi mam apratikaram,
asastram sastrapanayah, dhartarashtra rane hanyus, tan me kshemataram bhavet,
artinya :
Bagiku lebih baik apabila,
kaurawa dengan senjata ditangan, menyerang aku dalam, pertempuran, tanpa
senjata, tanpa perlawanan.
Tirani yang terbayang
dalam pikiran arjuna, andaikata ia bertindak segera dalam pertempuran membunuhi
sanak keluarganya, menyebabkan ia berdiri diantara dua dunia dengan prasaan
yang penuh diliputi dengan agoni dan kecintaan. Kata-katanya membayangkan
betapa keragu-bimbangannya menekan jiwanya, sehingga ia tidak dapat melihat
diantara berdiri tegak menghadapi tirani dan menyerah menghadapi mati tanpa
perlawanan. Ia masih mengharapkan petunjuk-petunjuk dari gurunya bagaimana
menghadapi hidup ini untuk berbuat sesuatu tanpa mengharapkan hasilnya yang
disebut nishkamakarma.
(47) samjaya uvacha:, evam uktva 'rjuna samkhye, rathopastha upavisat, visrijya sasaram chapam, sokasamvignamanasah, artinya :
(47) samjaya uvacha:, evam uktva 'rjuna samkhye, rathopastha upavisat, visrijya sasaram chapam, sokasamvignamanasah, artinya :
Sanjaya berkata:, setelah berkata demikian dimedan
laga, arjuna terheyak diatas keretanya
menjatuhkan busur dan anak panahnya, dengan perasaan penuh diliputi duka.
menjatuhkan busur dan anak panahnya, dengan perasaan penuh diliputi duka.
Dalam bab keragu-bimbangan
arjuna (arjuna-vishadayoga) sikap arjuna dapat diikuti dari sloka-sloka 20, 21,
26-27, 29-30 dan 47, yamg berturut-turut melukiskan bagaimana ia mengangkat
senjata dan memacu keretanya maju, kemudian setelah melihat sanak kadang dalam
pasukkan kedua belah pihak, hatinya jadi bimbang-ragu dan duka-nestapa serta
badanya jadi lemas, senjata terlepas dari tangannya, dan terakhir memilih rela
dibunuh dan melemparkan senjatanya.
Arjuna dihadapkan kepada
dilema antara kesedihan dan kjebimbangan. Kebimbangan arjuna ini disebabkan
oleh perasaan priotik dan kesadaran akan dosa. Ini adalah suatu hakekat
gambaran suatu perjuangan jiwa manusia, yang sedang berada diambang pintu
menuju kehidupan spiritual yang lebih tinggi.
Sebelum ia sadar untuk
memasuki dunia spiritual dan menerima kewajiban-kewajiban yang diletakkan
baginya untuk memasuki dunia spirituil tersebut, ia harus bertempur terlebih
dahulu melawan keakuan, kedunguan dan kegelapan bhatinya, yang memisahkan dia
daripada jiwanya sendiri, yang merupakan bagian daripada atman yang universil.
Ini adalah evolusi jiwa manusia yang tidak mengenal ruang dan waktu, yang tiap
saat berlangsung dalam dirinya.
Maka berakhirlah bab
pertama upanishad bhagavadgita menegenai ilmu pengetahuan tentang tuhan yang
maha esa, kitab suci yoga dan dialog antara sri kresna dan arjuna yang berjudul
arjuna vishadayoga.
2. AJARAN SAMKHYA
Arjuna menolak untuk
bertempur, tetapi krisna menghiburnya dan tidak membenarkan ia bersedih dan
bimbang hati demikian. Dalam bab ketiga ini krisna menjelaskan bahwa orang yang
mengerti tidak akan bersedih pada kematian maupun kehidupan, sebab orang mesti
mati. Dalam peperangan hanya badan jasmani yang mati dan jiwa tidak pernah
mati. Yang mengerti itu sebenarnya tidak membunuh siapa-siapa. Kewajiban
seorang ksatria adalah berperang menegakkan kebenaran,, memperoleh kemenangan
didunia sini dan kebahagian didunia sana, dan bertempur dalam peperangan bukan
melakukan dosa. Kehilangan kehormatan lebih buruk daropada kematian.
Kematian berarti
pengantian badan jasmani, dan jiwa sebagai penghuni badan jasmani ini
berpindah-pindah kebadan jasmani lain, bagaikan menganti baju lama dengan baju
baru.
Pusatkan pikiran pada kesucian, bertindak tanpa mengharapkan pahala kerja, serahkan diri kepada tuhan yang maha tahu.
Pusatkan pikiran pada kesucian, bertindak tanpa mengharapkan pahala kerja, serahkan diri kepada tuhan yang maha tahu.
Teguhkan
iman untuk samadi, hilangkan nafsu, takut dan amarah, hadapi senang dan duka
bersatu dengan brahman.
(1) samjaya uvacha:, tam tatha kripaya vishtam,
asrupurnakulekshanam, uvacha adhusuudanah, artinya :
Samjaya berkata: kepadanya, yang diliputi rasa belas
kasihan, dengan pelupuk mata digenangi airmata, dan rasa remuk redam dalam
hati, madusudana berkata begini.
Madusudana adalah krisna sendiri. Disini arjuna mesara
belas kasihan kepada sanak keluarganya, yaitu kaurawa, yang ia akan perangi.
Tetapi rasa belas kasihan arjuna ini tidaklah sesuai dengan sifat-sifat orang
arya; sebab walaupun sebagi sanak keluarganya, kaurawa sesungguhnya merupakan
musuh-musuhnya yang jahat dan sngat berbahaya.
(2)
sribhagavan uvacha:, kutas tva kasmalan idam, vishame samupasthitam,
anaryajustam asvargyam, akirtikaram arjuna, artinya :
Sri
bhagawan berkata:, darimana datangnya duka dan lemah hati?, pada saat krisis
seperti ini, semangat bukan orang ksatria, tidak luhur dan memalukan, oh
arjuna.
Sri bagawan adalah krisna sendiri. Dalam bab iii
inilah krisna, sebagai guru-nya mulai mengungkapkan kepada arjuna siapa
sebenarnya dia. Dengan maksud agar arjuna dapat melepaskan dirinya dari
keragu-bimbangannya seperti ternyata dalam bab ii. Krisna mengungkapkan doktrin
tentang jiwa yang tidak termusnahkan, mendorong kebangkitan semangat
ksatrianya, menunjukan jalan tuhan kepadanya dan merintis tindakan-tindakan
kerja serta kewajiban hidup dalam dunia.
Perkataan anaryajustam berarti tidak sesuai dengan
sifat-sifat arya yang mempunyai ciri-ciri berani, tegas, agung dan luhur budi
pekerti.
a.
Klaibyam ma sma gamah partha, nai 'tat tvayy upapadyate, kshudram,
hridayadaubalyam, tyaktvo 'ttishtha paramtapa, artinya :,
Jangan biarkan kelemahan itu, oh parta, sebab itu
tidak sesuai bagimu, enyahkan rasa lemah dan kecut itu, banhkitkanlah! Oh
pahlawan jaya.
Parta adalah arjuna sendiri, dan perkataan paramtapa
sebenarnya berarti pebakluk musuh-musuhnya. Disini penakluk musuh-musuh adalah
tiada lain arjuna sendiri, sebagai pahlawan yang selalu jaya, selalu menang dan
menaklukan musuh-musuhnya. Ketia menyebut diademikian. Dengan maksud agar
arjuna benar-benar bertindak sebagai ksatria yang berani menaklukan
musuh-musuhnya.
(4) arjuna uvacha:, katham bhisman aham samkhye,
dronam cha madhusudana, tshubbih pratiyotsyami, pujarhav arisudana, artinya :
Arjuna berkata:, tetapi bagaimana ku, 'oh madusudana,
bisa menyerang bisma dan drona mereka yang patut kuhormati, dengan panah dalam
pertempuran ini, arisudana?, madusudana dan arisudana, kedua-duanya adalah nama
lain dari krisna.
(5) gurun ahatva hi mahanudhavan, sreyo bhoktum
bhaikshyam api 'hi loko, hatva 'rthakamams tu gurun ihai 'va, bhunjiya bhogan
rudhirapradigdhan, artinya :
Didunia ini lebih baik jadi peminta-minta, daripada
membunuh guru-guru yang mulia
walaupun mabuk duniawi, namun tetap guruku, dan membunuh mereka berarti hidup berlumuran darah.
walaupun mabuk duniawi, namun tetap guruku, dan membunuh mereka berarti hidup berlumuran darah.
Perkataan arthakaman sebenarnya berarti kekayaan atau
harta benda, dan perkataan rudhirapradigdhan berlumuran darah. Arjuna yang
dalam sejarah kemanusian berarti penderitaan, kesengsaraan, penindasan dan
ketidakadilan.
(7) karpanyadoshopahatas
vabhavah, prichchhami tvam dharmasammudhachetah, yach chhreyah syan nischitam
bruhi tan me, sishyas te'ham sadhi mam tvam prapannam, artinya
Hati lemah, pikiranku kacau balau, tentang tugas
kewajiban, aku bertanya pada-mu, terangkanlah kepadaku dengan pasti mana lebih
baik, aku murid-mu, pada-mu, uberlindung, tunjukkan padaku!
Arjuna kini tidak saja merasa putus asa, kecemasan,
bimbang ragu tetapi juga mengharap sepenuhnya kepada petunjuk dari guru-nya.
Kepada krisna diharapkan cahaya terang. Kebenaran yang dapat menyebkan ia bisa
melihat mana yang benar dan mana yang salah. Perkataan nischitam berarti: untuk
jelasnya atau untuk pastinya.
(8) na hi prapasyami mama panudyad, yach chhokam
uchchhosanam indriyaanam, avapya bhumav asapatnam riddham, rajyam suranam api
cha 'dhipatyam, artinya :
Sebab, aku tidak melihat yang dapat, mengenyahkan duka
ini mematikan pancaindriaku walaupun seandainya aku mendapat kekayaan dan
kekuasaan, tiada taranya dibumi dan kedaulatan atas kayangan.
Arjuna tidak menginginkan apa-apa selain melepaskan
jiwanya dari agoni yang sangat menyiksanya. Konflik jiwanya harus disembahkan
dan harus mencapai kesadaran baru yang menyeluruh
(9) sanjava uvacha:, evam uktva hrishikesam, gudakesah
paramtapam, na totsya iti, govindam, uktva tushnim babhuva ha, artinya :
Sanjaya berkata: setelah menerangkan kepada krisna,
gudakesa berkata kepada gowinda: "aku tidak hendak bertempur", dan
kemudian diam tertegun.
Dengan berkata "aku tidak hendak bertempur".
Arjuna telah memutuskan dalam hatinya tanpa menunggu penadapat dan nasehat
gurunya. Tetapi dengan keadaannya terdiam (tushnim babhuva) suara kebenaran
akan dapat didengar. Disinilah sri bagawan (krisna) mendapat kesempatan untuk
menyampaikan ajaran-ajaranya kepada arjuna yang ada dalam keadaan menderita
tekanan jiwa dari agoni yang sangat berat. Gudakesa = arjuna dan gowinda =
krisna.
(10)
tam uvacha hrishikesah, prahasann iva bharata, senayor ubhayor madhye,
vishidantam idam vachah, artinya :
Dalam
keadaan duka nestapanya, ditengah-tengah kedua pasukkan, oh barata, dengan agak
tersenyum hrisikesa, berkata kepadanya seperti ini:
Barat disini adalah maharaja dristarastra. Dalam sloka
ini, hrisikesa (krisna) dinyatakan tersenyum, bagaikan cahaya kilat yang
menerangi gumpalan awan gelap yang terbayang pada wajah arjuna. Senyuman krisna
ini adalah sebagai kunci pembuka hati arjuna untuk menerima ajaran-ajaran suci
daripadanya supaya membedakan antara jiwa atau rokh dan badan jasmani ini.
(12) na tv eva 'ham jatu na 'sam, na tvam ne 'me
janadhipah, na chai 'va na bhavishyamah sarve vayam atah param, artinya :
Tidak pernah ada saat dimana, aku, engkau dan para
raja ini tidak ada, dan tidak akan ada saat dimana, kita berhenti ada,
sekalipun sesudah ini.
Sudah barang tentu yang
dimaksudkan krisna dalam sloka ini "aku, engkau dan para raja"
bukanlah badan jasmani, melaikan jiwa yang ada didalam badan jasmani
masing-masing, yamng merupakan bagian terkecil daripada jiwa alam semesta.
Karena ketidaktahuanlah jiwa individu-individu terbungkus oleh badan jasmani
yang terbatas ini merupakan multi ego, seolah-olah terpisah dari kosmos ego.
Jiwa yang telah mencapai kelepasan, bersatu dengan jiwa kosms, atau kosmos ego,
sedangkan jiwa yang tidak menemui kelepasan mengembara dari satu kelahiran
ke-kelahiran lain, selalu terkungkung oleh badan jasmani, dalam bentuk multi
ego.
(13)
dehino 'smin yatha dehe, kaumaram yauvanam jara, tatha dehantarapaptir, dhiras
tatra na muhyati, artinya :
setelah memakai badan ini dari masa, kecil hingga muda dan tua, demikian jiwa berpindah kebadan lain, ia yang budiman tidak akan tergoyahkan.
setelah memakai badan ini dari masa, kecil hingga muda dan tua, demikian jiwa berpindah kebadan lain, ia yang budiman tidak akan tergoyahkan.
Manusia memang ditakdirkan untuk hidup melaui masa
kecil, masa muda dan masa tua, serta melalui kelahiran dan kematian dan tidak
langgeng. Tetapi jiwa yang ada didalamnya tidak mengalami perubahan. Hanya
jasmaninyalah yang tidak kekal.
(14) matrasparsas tu kauntenya, sitoshnaskhaduhkhadah,
agamapayino 'nityas, tams titikshasva bharata, artinya :
Hubungan dengan benda jasmaniah, oh arjuna,
menimbulkan panas dan dingin, senang dan duka, dan semua ini datang dan pergi,
tidak abadi, karena pikullah, wahai kuntipura.
Sesungguhnyalah sikap
senang dan duka ini ditentukan oleh kekuatan dan badan jasmaniah kita.
Tidaklahg benar bahwa seseorang pasti akan bersenang kalau ia mengalami sukses
dan bersedih kalau ia menemui kegagalan. Orang dapat mempunyai sikap yang sama
sempurna terhadap keduanya; sebab keakuan-lah yang sebenarnya menikmati atau
menderita akibat kebiasaan tersebut. Keakuan ini akan terus berbuat demikian
selama jiwa dikungkung oleh badan-jasmani ini, dan tergantung kepada
pengetahuan dan tindakkan jiwa itu sendiri, tetapi apabila jiwa ini mencapai
kelepasan, maka kesadaran menjadi terang, dan ia akan menerima segala
sesuatunya (panas dan dingin suka dan duka) dengan tenang dan sempurna, karena
ia tahu bahwa semua itu akan datang dan pergi.
(15) yam hi na vyathayanty ete, purusham
purusharshabha, samaduhkhasukham dhiram so 'mritatvaya kalpate, artinya :
Orang yang tidak tergoyahkan ini, oh arjuna, yang
tetap dalam duka, dan senang, yang teguh iman, patut hidup kekal abadi.
Hidup kekal abadi adalah berbeda dengan yang dialami
oleh semua mahkluk hidup didunia ini, ia melebihi hidup dan mati, tidak
dihinggapi senang dan duka, panas dan dingin, tidak diganggu oleh segala macam
kejadian. Hidup kekal abadi ini adalah kesempurnaan kesadaran akan satunya jiwa
dengan jiwa alam semesta yang langgeng.
(16) na 'sato vidyate bhavo, na bhavo vidyate satah,
ubhayor api drishto 'ntas tv, anayos tattvadarsibhih, artinya :
Apa yang tiada, tak akan pernah ada, apa yang ada tak
akan pernah berhenti, keduanya hanya dapat dimengerti, oleh orang yang melihat
kebenaran.
Perkataan sat berarti ada atau nyata dan saat berarti
tiada atau tak nyata. Dalam sloka ini sat dimaksudkan jiwa dan asat adalah
badan jasmani. Jadi yang nyata adalah jiwa dan yang tak nyata adalah badan
jasmani, sebab dalam jangka waktu tertentu badan jasmani tidak tinggal sama,
dan sebaliknya yang nyata akan tetap tinggal sama. Seluruh gejala phenomena
didunia ini adalah tidak pernah kekal, tiada tinggal sama, sebab itu adalah tak
nyata. Jiwa itulah nyata!
(18) antavanta
ime deha, nityasyo 'ktah saririnah, anasino 'prameyasya, tasmad yudhyasva
bharata, artinya :
Badan jasmani yang membungkus dia, yang langgeng,
tiada terhancurkan, dan tiada terbatas akan habis, sebab itu bertempurlah,
wahai barata.
Disini barata dimaksudkan arjuna sendiri. Perkataan
aprameya berarti tidak terbatas, tidak dapat diukur, dan perkataan sariri
berarti jiwa yang sejati dari tiap individu yang tidak dapat dipikirkan sebab
tidak dapat dikenal dengan ilmu pengetahuan yang biasa.
Krisna mencoba mengungkapkan kepada arjuna perbedaan
antara jiwa dan bukan jiwa (badan jasmani), yang dalam istilah samkhya disebut
purusha dan prakriti, dimana jiwaitu tidak mengenal lahir, hadir, tumbuh,
berubah, rusak dan mati seperti benda-benda dan mahkluk hidup biasa.
Jiwa yang langgeng tidak berpindah-pindah dari satu
tempat ketempat yang lain, tetapi jiwa yang terbelenggu bergerak dari satu
badan kebadan yang lain. Tiap kelahiran membawa badan (anna), hidup (prana) dan
pikiran (manah) yang terbentuk daripada materia lam menurut evolusinya dimasa
yang kan datang. Apabila badan jasmani menjadi tua dan hancur, maka manah
sebagai pembalut jiwa itu merupakankesadaran baginya untuk berpindah-pindah
dari satu badan kebadan lainnya, yang disebut inkarnasi atau numitis. Inkarnasi
atau numitis ini adalah hukum alam, dan hubungan ini adalah objektif dalam
evolusi alam semesta.
Jadi jiwa itu dikatakan
mengatasi segala elemen materi, kekal abadi, dan tidak terpikirkan. Oleh
karenanya jiwa tidak dapat menjadi subjek maupun objek daripada tindakan atau
pekerjaan. Dengan lain perkataan, jiwa itu tidak terkena akibat daripada
perobahan-perobahan yang dialami oleh pikiran, hidup dan badan jasmani. Semua
bentuk ini bisa berubah, datang dan pergi, tetapi jiwa itu tetap langgeng untuk
selamanya. Perkataan mahabaho berasal dari mahantam babu yasya (tvam) dan
berarti "yang bersenjata sakti (perkasa)". Yang dimaksudkan dengan
perkataan ini ialah arjuna sendiri. Dalam sloka ini, demi untuk argumentasi
agar jelas bagi arjuna, krisna mempergunakan perumpamaan dari segi jasmaniah,
yaitu : seandainya jiwa ini memang dapat lahir dan mati namun arjuna tidak
patut bersedih. Sebab, kalau kedudukan itu sudah dilenyapkan, maka dosa, neraka
dan sorga tidak akan ada lagi kelak sesudah hidup ini.
Walaupun kematian itu
tidak dapat dielakkan, namun tidakla berarti kita harus membenarkan pembenuhan,
bunuh diri dan peperangan. Kita tidak bisa dengan sengaja mengharapkan kematian
orang lain dengan alasan bahwa semua orang akan mati. Benarlah hidup ini
diakhiri kematian, semua kemajuan akan lenyap, dan tidak sesuatupun yang tetap
kekal dilihat dari segi kesementaraannya, namun kesadaran jiwa yang sempurna
dapat menjadi kenyataan, dan perkembangan menuju inti tujuan hanya tergantung
pada soal waktu dan kejadian-kejadian kosmos dalam dunia ini.
(28) avyaktadini bhutani, vyaktamadhyani bharata,
avyaktanidhananany eva, tatra ka, paridevana, artinya :
Makluk pada mulanya tidak kelihatan, hanya kelihatan
pada waktu pertengahan, dan menghilang pada akhirnya, kenapa mesti bersedih, oh
batara?
Maksud krisna dalam sloka ini adalah untuk menjelaskan
bahwa apa yang dikatakan mahkluk itu, yang pada mulanya dan pada akhirnya tidak
ada, hanyalah merupakan ilusi pada pertengahannya, yamh oleh karenanya tidak
boleh dibiarkan mempengaruhi jiwa kita.
Hanya sedikit sekali yang telah melihat, mendengar dan
berbicara tentang dia, karena hanya sedikitlah orang yang merelakan dirinya
untuk menjalani disiplin diri, keyakinan membaja dan merelakan diri berbuat
kebajikkan tanpa menharapkan buahnya. Walaupun banyak orang yang mempunyai
keinginan untuk memiliki kebenaran abadi ini, namun mereka menderita
kebimbangan dan kelemahan. Biarpun seandainnya mereka tiada merasa bimbang,
namun kebanyakkan daripada mereka tidak sanggup menderitanya dalam mencari
kebenaran tersebut.
(30)
dehi nityam avadhyo 'yam, dehe sarvasya bharata, tasmat sarvani bhutani, na
tvam sochitum arhasi, artinya :
Penghuni badan setiap orang semua, tidak akan dapat
dibunuh, karenanya, oh barata, angan duka, atau kematian mahkluk apapun.
Dalam sloka ini karisna kembali menyatakan betapa jiwa
atau atman itu sebagai penghuni badan jasmani ini tidak bisa dibunuh. Yang
hanya dapat dibunuh adalah badan jasmani, sebab itu krisna menganjurkan kepada
arjuna supaya bertempur sebagai ksatria
(31) svadharmam api chaa 'vekshya, na vikampitum
arhasi, dharmyad dhi yuddhach chhreyo 'nyat, kshatriyasya na vidyate, artinya :
Apalagi sadar akan kewajibanmu, engkau tidak boleh
gentar, bagi ksatria tiada kebahagian lebih besar, daripada bertempur
menegakkan kebenaran.
Perkataan swadharma berarti: budi-pekerti pribadi
seseorang yang tepat menurut kawajiban hidupnya sendiri swadharma.arjuna adalah
sebagai kesatria, yang mempunyai tugas kewajiban unytuk bertempur demi
kebenaran, yaitu membela tanah air, bangsa dan agama.
(33) atha chet
tvam imam dharmyam, samgramam na karishyasi, tatah svadharmam kirtim cha, hitva
papam avapsyasi, artinya :
Tetapi jika engkau tiada melakukan , perang menegakkan
kebenaran ini, meninggalkan kewajiban dan kehormatanmu, mana dosa-papalah
bagimu.
Sesunguhnya yang dimaksudkan dengan perkataan perang
dan ksatria dalam sloka-sloka ini adalah mengandung pengertian yang lebih
mendalam dan bersifat spirituil. Perang menegakkan kebenaran disini dimaksudkan
lebih dari membela tanah air, bangsa dan agama.yaitu pergulatan bathin antara
yang benar dan yang salah. Mereka yang menghindarinya karena perasaan palsu,
lemah dan takut akan dosa. Demikian pula yang dimaksud dengan ksatria disini
bukanlah asal kelahiran atau keturunan ethnologi melainkan psikophisik
seseorang yang memiliki sifat-sifat dan pengertian akan svadharma.
Banyak caci maki dilontarkan kepadamu, oleh mereka
musuh-musuhmu, menjelekkan dan menghina kekuatanmu, adakah yang lebih sedih
dari itu?
(37) hato va prapsyasi svargam, jitva va bhokshyase
mahim, tasmad uttishtha kaunteya
yuddhaya kritanischayah, artinya :
yuddhaya kritanischayah, artinya :
Andaikata tewas, engkau 'kan pergi kesorga, atau kalau
menang , engkau 'kan nikmati dunia maka itu bangkitlah, kunti putra, bulatkan
tekad, bertempur maju.
Setelah mengungkapkan kebenaran yang tertinggi, yaitu
jiwa atau atman, dan ketidak-kekalan badan jasmani,krisna selanjutnya dalam
sloka-sloka diatas menerangkan tugas kewajiban seorang ksatria, baik dilihat
dari segi kebenaran metaphisika ataupun kewajiban sosial pada umunya. Jelaslah
kepada kita, bahwa adalah mungkin untuk mencapai kesempurnaan yang lebih tinggi
dengan jalan melakukan tugas-kewajiban kita atas dasar kebenaran.
(38) sukhaduhkhe same kritva, labhalabhau jayajayau,
tato yuddhaya yujyasva, nai 'vam papam avapsyasi, artinya :
Dengan menganggap suka dan duka, laba rugi, menang dan
kalah, sama kemudian terus maju bertempur, engkau tiada melakukan dosa.
Walaupun arjuna telah menyatakan bahwa ia tidak
menginginkan kemenangan, kesenangan duniawi dan kekuasaan yang tidak terbatas
(seperti dalam sloka i.32 dan ii.8), namun krisna disini bermaksud untuk
menjelaskan suatu methode dan bukan mengharapkan agar dia menginginkankan sorga
dan kebahagian duniawi, dan bhwasannya hanya dengan semangat dan keyakinan yang
menyatakan suka dan duka, menang dan kala itu sama, maka dia dapat melakukan
tugas kewajibannya dalam situasi dimana ia berada dengan tanpa ikatan pada
keinginan memperoleh hasilnya. Dengan jalan demikian karma dapat dilaksanakan
dengan tanpa menambah bebanya, dan jalan menuju kelepasan dapat ditempuh.
(39) esha te 'bhihita samkhye, buddhir yoge tv imam
srinu, buddhya yukto yaya paartha
karmabandham prahasyasi, artinya :
karmabandham prahasyasi, artinya :
Itulah bagimu ajaran sankhya, dan kini dengarkanlah
ajaran yoga, bila engkau bersedia menerimanya, oh parta, engkau akan terlepas
dari ikatan karma.
Dalam bab ini ada dua bagian yang terpisahkan walaupun
sesungguhnya kedua bagian tersebut merupakan satu-kesatuan yang tidak dapat
dipisahkan, yaitu bagian pertama mengandung ajaran-ajaran sankhya dan bagian
kedua berisikan ajaran-ajaran yoga. Dalam ajaran sankhya. Krisna mengungkapkan
kepada arjuna pengertian tentang jiwa, atau purusha, atau atman, yang mengatasi
segala element materiil, kekal-abadi dan yang berbedah dengan badan jasmaniah
yang tidak kekal atau selalu berubah-ubah;ajaran yoga, atau lebih jelasnya karmayoga,
menguraikan pengetahuan tentang atman yang tidak dapat dimusnahkan dan kekal
abadi yang harus diterapkan kepada sikap, tindakkan dan kerja yang nyata untuk
membebaskan-nya dari ikatan kelahiran dan kematian. Sikap, tindakkan dan kerja
yang bagaimana?. Yaitu sikap, tindakkan dan kerja yang tidak mempunyai motif
kepentingan diri pribadi dan tidak mengharapkan hasilnya. Karmayoga adalah
ajaran-ajaran yang mengungkapkan agar atman dibebaskan dari ikatan karmabandham
(ikatan hasil kerja)
Dalam bagian kedua bab ini (slika-sloka berikutnya).
Krisna menguraikan kepada arjuna bagaimana yoga itu harus dilaksanakan dalam
prakteknya.
Dalam karmayoga setiap sikap, tindakkan dan kerja
tidak ada yang hilang dan sia-sia, dan semua usaha akan meninggalkan nilai kebersihan
dan kesucian jiwa setiap individu yang melaksanakan sikap, tindakan dan
kerjanya benar-benar tanpa motif kepentingan diri pribadi dan harapan akan buah
hasilnya. Tetapi sebaliknya, apabila sikap, tindakkan dan kerja semata-mata
penuh didasarkan atas motif kepentingan diri sendiri dan mengharapkan akan buah
dan hasilnya, maka skumulasi karma akan terus bertambah dan ikatan kelahiran
dan kematian akan bertambah kuat. Inilah yang dimaksudkan dengan cengkraman
ngeri (mahato bhayat).,
Untuk memperoleh kenikmatan dan kekuasaan dalam kedua
sloka tersebut diatas. Krisna menunjukkan kepada arjuna kekeliruan orang-orang
yang mengatakan dirinya guru dengan mengajarkan pengikut-pengikut memperoleh
pahala, kesenangan + kekayaan ekuasaan, dengan jalan upacara-upacara beraneka
warna seperti tercantum dalam kitab-kitab suci weda. Ini bukanlah dimaksudkan
oleh krisna.
(44)
bhogaisvarya prasaktanam, taya 'pahritachetasam, vyavasayatmika buddhih,
samadhau na vidhiyate, artinya :
Mereka yang pikirannya terpengaruhi, keinginan akan
kenikmatan dan kekuasaan, terjebak oleh ajaran-ajaran demikian, tak
terpusatkan, tidak patut untuk samadi.
Dengan perkataan samadhi dimaksudkan pemusatan pikiran
kepada kesadaran akan adanya brahman (yang langgeng dan maha tahu) yang
diperoleh dengan jalan meditasi terus-menerus dan mendalam. Orang yang
pikirannya selalu diburu oleh kekayaan, kenikmatan dan kekuasaan tidak mungkin
dapat dipusatkan. Oleh karenanya tidak mungkin dapat bersamadhi.
(45) traigunya vishaya veda, nistraigunyo bhava 'rjuna,
nirdvandvo nitya sattvastho, niryogakshema atmavan, artinya :
Veda menguraikan tentang triguna, arjuna, bebaskan
dirimu daripadanya, juga dari dualisme, pusatkan pikiranmu kepada kesucian,
lepaskan dirimu dari duniawi, bersatu dengan atman.
Yang dimaksudkan dengan triguna adalah sattva, rajas
dan tamas,sedangkan guna berarti sifat, atribut dan karakter daripada prakriti
atau alam atau badan jasmaniah. Dalam hal ini krisna hendak menjelaskan kepada
arjuna bahwa prakriti atau benda jasmaniah memiliki tiga sifat, antribut dan
karakter, yaitu sattva, rajas dan tamas. Sattva berarti sifat, antribut dan
karakter yang cerdas, terang bersih, bahagia, tenang. Rajas berarti sifat,
atribut dan karakter yang lincah, campur baur, bernafsu, susah, gelisah. Tamas berarti
sifat, atribut dan karakter yang tolol, gelap, kotor, pulas dan mati. Jadi
benda atau badan jasmaniah ini memiliki salah satu daripada guna tersebut.
Krisna mengharapkan agar arjuna membebaskan diri
daripada ketiga (tri) macam guna tersebut diatas, atau dengan perkataan lain,
membebaskan dirinya daripada ikatan sifat, atribut dan karakter badan jasmaniah
ini. Juga ikatan dari dualisme, yaitu baik dan buruk, senang dan suka, panas
dan dingin dan sebagainya.
(46) yavan artha udapane, sarvatah samplutodake, tavan
sarveshu, brahmanasya vijanatah
artinya :
artinya :
Seperti
sebuah kolam didaerah banjir, digenang air dimana-mana, demikian kitab suci
veda
bagi brahmana yang arif-bijaksana.
bagi brahmana yang arif-bijaksana.
Dalam sloka ini krisna memberikan suatu perbandingan
bahwa seseorang yang telah memiliki pengetahuan tentang atman pada dirinya,
maka tiada perlu lagi baginya melakukan persembahyangan dan upacara-upacara
seperti tercantum dalam kitab-kitab suci weda, seperti halnya kalau sudah ada
air dimana-mana maka tidak dibutuhkan lagi untuk membuat kolam.
(47) karmany eva dhikaras te, ma phaleshu kadachana,
ma karmaphala hetur bhur, ma te sango 'stv akarmani, artinya :
Kewajiban kini hanya bertindak, bekerja tiada
mengaharapkan hasil, jangan sekali phala menjadi motifmu, jangan pula bediam
diri jadi tujuaanmu.
Dalam sloka ini bukanlah dimaksudkan bahwa
"bekerja tanpa mengharapkan hasil", orang lalu bersikap ingkar dari
segala tujuan bekerja, seperti digambarkan dalam contoh berikut ini : seorang
petani yang dengan rajin mengerjakan sawahnya, ketika padinya telah menguning
dan masak dituai, karena mengharapkan hasilnya, ia sendiri lalu membakar habis
padinya. Bukan ini yang dimaksudkan! Tujuan yang tertinggi dari seseorang
adalah bekerja dan bertindak untuk melepaskan jiwanya menuju pembebasab abadi,
bersatu dengan atman.
Berdiam-diam atau masa bodo terhadap kewajiban dan
tanpa bertindak atau bekerja adalah juga bukan dimaksudkan. Sebab, baik bekerja
dengan mengharapkan pahalanya maupun masa bodo terhadap kewajiban kedua-duanya
berarti membiarkan yang tidak habis-habisnya.
(50) buddhi yukto jahati 'ha, ubhe sukrita dushkrite,
tasmad yogaya yujyasva, yogah karmasu kausalam, artinya :
Orang yang bersatu dengan budi suci, bersikap bebas
terhadap baik dan keji, oleh karenanya, laksanakanlah yoga, sebab yoga-lah
mahatahu dalam kerja.
Orang yang mengerti karmayoga mencapai status yang
lebih tinggi dimana ia terbebas dari dualisme, baik dan buruk. Ia tiada lagi
mempunyai motif pribadi atas segala kerja yang dilakukan, dan oleh karennya ia
terbebas dari sgala keburukkan dan kejahatan. Pikirannya seimbang, bening,
tiada lagi diwarnai oleh sifat, atribut dan karakter yang dimiliki badan
jasmaniahnya.
(51)
karmaja buddhiyukta hi, phalam tyaktva manishinah, jamabandha vinirmuktah,
padam gachchanty anamayam, artinya :
Orang yang jiwanya bersatu dengan yang maha tahu,
tiada lagi mengharapkan pahala dari kerjannya, membebaskan diri dari ikatan
kelahiran, mencapai tempat dimana duka nestapa tiada.
Orang yang terlepas dari ikatan kelahiran dan mencapai
tempat yang tenang dimana tidak terasa lagi duka-nestapa disebut moksha. Moksha
tidak pula dicapai walaupun seseorang masih hidup didunia kita ini, moksha ini
adalah kelepasan.
(53) srutivi
pratipanna te, yada sthasyati nischala, samadhav achala buddhis, tada yogam avapsyasi,
artinya :
Bila pikiranmu, yang dikacaukan sruti, tenang tidak
tergoyahkan lagi, tetap seimbang dalam samadhi, itu berarti engkau mencapai
yoga.
Kata-kata srotavya sruta dan sruti dalam kedua sloka
diatas ini berarti : apa yang telah didengar, apa yang harus didengarkan dan
apa yang telah didengarkan. Adapun yang dimaksud dengan sruti (apa yang sedang
didengarkan) dalam sloka diatas adalah kitab-kitab suci weda. Bagi orang yang
telah mencapai kesadaranjiwa dan telah menyerahkan dirinya kepada atman, maka
ia tiada lagi membutuhkan kitab-kitab suci. Ia telah berada ditingkat yang
lebih diatas daripada itu.
(54) arjuna uvacha:, sthitaprajnasya ka bhasha,
samadhisthasyta kesava, shitadhih kim rabhasheta, kim asita vrajeta kim,
artinya :
Arjuna bertanya:, apakah tandanya orang
arif-bijaksanadan, dan teguh iman untuk samadi, oh kesawa, betapa pula caranya
berbicara, cara duduk, atau berjalan?
Dalam sloka ini ada dua hal yang ditanyakan oleh
arjuna kepada arjuna. Pertama, arjuna ingin menegetahui bagaimana ciri-cirinya
seseorang yang telah meyerahkan dirinya kepada atman dikala ia bersamadi.
Kedua, arjuna ingin mengetahui betapa pula pengaruh kesadaran jiwanya terhadap
tindak tanduk dan sikap hidupnya sehari-hari. Kesawa = krisna.
(55) sribhagavan uvacha:, prajahati yeda kaman, sarvan
partha manogatan, atmany eva 'tmana tushtah, sthitaprajnas tado 'chyate,
artinya :
Sri bagawan berkata:, jika seseorang dapat
melenyapkan, oh parta, segala nafsu yang timbul dalam hatinya, dan puas hanya
dengan baktinya kepada atman, maka ia disebut orang teguh beriman.
Perkataan kamah berarti segala macam nafsu yang dapat
memuaskan pancaindria manusia. Orang yang selalu ingin memuaskan nafsunya,
selalu berusaha memburu sasarannya, objeknya. Sesungguhnya orang yang dalam
keadaan demikian, bukannya nafsunya yang terkejar, melainkan hatinya tertangkap
oleh objek nafsunya, tidak ubahnya sebagai ular yang dibungkus kulitnya
sendiri. Jadi, orang yang dapat melepaskan dirinya dari hawa nafsu, dikatakan
sebagai ular yang mengelupas kulitnya.
(56) duhkheshv anudvignamanah, sukheshu vigatasprhah,
vita raga bhaya krodha, sthitadhir munir uchyate, artinya :
Yang tidak sedih dikala duka, tidak melonjak
kegirangan dikala bahagai, bebas dari nafsu, takut dan amarah, ia disebut orang
suci teguh beriman.
Perkataan muni berarti orang yang sedang bersamadi.
Nafsu, takut dan amarah adalah godaan yang jahat terhadap jiwa seseorang,
sedangkan suka dan duka merupakan komponen daripada nafsu. Orang yang telah
memutuskan dalam hatinya untuk melakukan meditasi dan berusaha melepaskan diri
dari nafsu, takut dan amarah, lambat laun tiada lagi merasakan akibat daripada
suka dan duka. Dan pada suatu saat ia merasakan duka dan duka itu adalah sama.
Pada waktu itulah ia telah dapat menguasai dirinya, menguasai godaan nafsu,
takut dan amarah yang mulanya telah mengepung dia.
(57)
yah sarvatra 'nabhisnehas, tat-tat prarya subhasubham, na 'bhinandati na
dveshti, tasya prajna pratishthita, artinya :
Yang tidak keinginan apapun jua, tiada lagi hiraukan
senang atau duka, walau kebahagian atau kesedihan dihadi, dinamakan memiliki
kesimbangan jiwa.
Apabila kebahagian yang dihadapi, hendaknya jangan
berlaku dipuji-puji, demikian pula sebaliknya kalau kesedihan yang dihadapi,
hendaknya jangan dimaki-maki setengah mati. Ibarat bunga mekar dan kemudian
layu, hendaknya diterima seadanya, jangan hanya diwaktu mekar
disanjung-sanjung, tetapi dikala layu dibuang, ditendang jauh-jauh. Demikianlah
orang memiliki keseimbangan jiwa menghadapi suka dan duka itu dengan sikap yang
sama.
(59) vishaya
vinivartante, niraharasya dehinah, rasavarjam raso 'py asya, param drishtva
nirvartate.artinya :
Orang dapat mengekang hawa nafsunya, dan seleranya
lenyap, tapi kerinduaanya tetap
dan kerinduan ini pun akan lenyap, bila yang maha tahu menampakkan dirinya.
dan kerinduan ini pun akan lenyap, bila yang maha tahu menampakkan dirinya.
Hawa nafsu memang mungkin dapat dikekang dan objek
keinginan akan dilenyapkan, dibuang jauh-jauh. Tetapi orang yang dapat
mengekang hawa-nafsunya, belum tentu menyapu kerinduaan terhadap objek
keinginannya dari dalam hatinya. Maka itu, pengekangan tidak saja terhadap
pancaindria, tetapi juga terhadap jiwa, sehingga jiwa itu bersatu dengan atman.
Dan bila jiwa berdatu dengan atman, maka yang maha tahu akan menampakkan
diri-nya.
(61) tani
sarvani samyamyam, yukta asita matparah, vase hi yasye 'ndriyani, tasya prajna
pratishtthita, artinya :
Setelah dapat menguasai semua itu, ia harus duduk
memusatkan pikiran pada-ku, sebab, yang dapat mengendalikan pancaindrianya,
dinamakan memiliki keseimbangan jiwa.
Ku dalan sloka ini adalah sama dengan yang maha tahu
dalam sloka 59. Disini krisna menjelaskan kepada arjuna, bahwa tanpa pemusatan
pikiran dan pengabdian jiwa terhadap brahman (yang maha esa), segala usaha
seseorang akan sia-sia. Disiplin jiwa, bukan hanya pemusatan pikiran dan
pengekangan hawa nafsu tetapi juga harus disertai dengan kemauan keras dan
pengabdian yang terus-menerus.
(62) dhyayato vishayan pumsah, sangas teshu pajayate,
sangat samjayate kamah, kamat krodho 'bhijayate, artinya :
Bila orang memikirkan duniawi selalu, maka keinginan
daripadanya lahir, dan keinginan ini timbulah nafsu, dan dari nafsu itu
bangkitlah amarah.
Nafsu adalah kekuatan lahiriah yang tidak ada
bandingannya. Orang bisa mencapai kemegahan dan kemewahan setinggi langit
justru karena nafsu tiu. Demikian pula orang bisa terpelanting dan terjerumus
kedalam jurang kesengsaraan dan kehinaan. Dan nafsu yang tidak mencapai
sasarannya menimbulkan marah yang berkobar-kobar. Nafsu pasti menimbulkan
ketenangan dan keseimbangan jiwa.
(63) krodhad bhavati sammohah, sammohat smritivibrahramah,
smritibrahmsad biddhonaso, buddhinasat pranasyati. Artinya :
Dari amarah timbulah kebingungan, dari kebingungan
hilang ingatan, hilang ingatan menghancurkan pikiran, kehancuran pikiran
membawa kemusnahan.
Seperti dijelaskan dalam sloka terdahulu, hawa nafsu
membangkitkan amarah. Dalam sloka ini dijelaskan oleh krisna bahwa amarah
adalah pangkal kemerosotan psiko seseorang. Emosi kemarahan ini menyeret jiwa
seseorang kedalam kebingungan ini membungkus inteleknya. Sehingga kekuataan
pikiran yang dipancarkan oleh intelek ini tertutup. Secara psikologis, orang
itu dikatakan hilang ingatan. Hal ini dikuti oleh kekusutan (kehancuran)
pikiran. Pikiran yang kusut tidak lagi mempunyai kekuatan membedakan dan tidak
pula rasional. Pikiran yang tidak rasional inilah meluruskan jalan keruntuhan
moral. Inilah yang dimaksudkan kemusnahan seseorang bukanlah ia lalu mati dalam
artian jasmani, sebab kenyataan lahiriah biasa menunjukkan bahwa orang yang
hidup penuh diliputi hawa nafsu sehari-hari kelihatan segar bugar.
Demikianlah krisna menguraikan degradasi atau
kemerosotan moral itu yang pankal mulanya berasal dari pikiran, yang secara
halus dan tidak sadar menyusup kedalam jiwa.
Demikian orang yang membebaskan dirinya dari macam
gangguan emosi lambat-laun mencapai keseimbangan yang cocok benar untuk samadi.
(66) na 'sti buddhir ayuktasya, na 'cha 'yuktasya
bhavana, na 'cha 'bhavayatah santir, asantasya kutah sukhan, artinya :
Yang melepas hawa-nafsu, tak punya kekuatan jiwa, jiwa
lemah tidak dapat memusatkan pikiran, tanpa pemusatan pikiran tak mungkin ada
ketenangan, dan tanpa ketenangan , dimanakah ada kebahagian?
(67)
indriyanam hi charatam, yan mano 'nuvidhiyate, tad asya harati prajnam, vayur
navam iva 'mbhasi, artinya :
Bila pikiran hanyut dalam pancaindria, penegertian
baik juga terbawa olehnya, ibarat angin topan melanda, perahu hanyut dalam
samudera.
Kontras dengan sloka 64. Dalam sloka ini dijelaskan
betapa posisi seorang yang berpikiran dan pengertian baiknya terbawa hanyut
oleh nilai-nilai keinginan pancaindrianya. Keinginan atau hawa-nafsu yang
selalu bergerak dengan kuatnya (bila orang tiada teguh iman) dapat
mnegombang-ambingkan jiwa, seperti diibaratkan sebuah perahu dalam sloka ini.
(68) tasmad yasya mahabaho, ningrihitani sarvasah,
indriyani 'ndriyarthebhyas, tasya prajna pratishthita, artinya :
Karenanya orang yang dapat mengendalikan,
pancaindriannya dari segala nafsunya, objek keinginannya, oh mahabahu ialah
jiwanya, mencapai keseimbangan.
Ini bukanlah berarti bahwa pancaindria itu dapat diputuskan
dari nafsu dan objek keinginan seseorang. Ia hanya dapat dikendalikan dan
ditaklukan oleh kemauan jiwa yang kuat. Mahabahu berarti: yang bersenjata
perkasa (sakti) dan yang dimaksudkan adalah arjuna (lihat sloka 26). Disini
dimaksudkan : arjuna yang bersenjatakan memtal yang perkasa.
(69) ya nisa sarvabhutanam, tasyam jagarti samyami,
yasyam jagrati bhutuni, sa nisa pasyato munch, artinya :
Apa yang gelap bagi mahkluk sekalian, adalah terang
bagi m yang mengetahui atman, apa yang siang bagi mahkluk sekalian, adalah
malam bagi yang mengetahui atman.
Bagi orang dan mahkluk lainnya kebenaran abadi adalah
gelap, tetapi bagi munu (yaitu orang yang mengetahui atman), kebenaran abadi
adalah terang benderang. Ia dapat melihat apa yang masih gelap bagi orang biasa.
Demikianlah perbedaan pandangan orang biasa dengan orang yang mengetahui atman
terhadap kebenaran abadi dalam hidup ini.
Selanjutnya, bagi orang biasa siang hari adalah waktu
untuk melakukan segala macam aktivitas untuk mencapai kesenangan hidup dalam
dunia ini : tetapi bagi muni kebahagian ini hanya dapat diperoleh diwaktu malam
sepi, dimana hiruk-pikuk dan sktivitas manusia sudah tidak ada lagi, hal mana
yang sangat cocok untuk melakukan samadi. Jiwanya terjaga dikala orang biasa
membangunkan panca indrianya bagi segala objek hawa-nafsu dalam hidup ini.
(70) apuryamanam achala pratishtham, samudram apah
pravisanti yadvad, tadvad kama yam pravisanti sarve, sa santim apnoti na
kamakami, artinya :
Ibarat sungai mengaliri samudera, walau tetap diisi
air namun tetap tenang, demikian orang berjiwa tenang mencapai kedamaian,
tetapi bukan orang yang melepas hawa-nafsu.
Samudera yang luas tidak terpengaruh sama sekali oleh
aliran air dari beribu-ribu sungai yang bermuara ditepinya. Demikianlah halnya
orang yang telah menemukan kedamaian dalam jiwanya tidak terpengaruh oleh
reaksi-reaksi jahar dari nafsu yang dihasilkan oleh objek kesenangan duniawi
yang silih berganti melintas depanya selama hidupnya didunia ini.
(72) esha
brahmi sthitih partha, nai 'nam prapya vimuhyati, sthitva 'syam antakale ;pi,
brahmanirvanam richchhati, artinya :
Inilah tingkat kesucian, oh parta, dia yang telah
sampai ditingkat ini
walau maut tiba, tiada bingung lagi, dan mencapai nirwana bersatu dengan brahman.
walau maut tiba, tiada bingung lagi, dan mencapai nirwana bersatu dengan brahman.
Orang yang telah melemparkan jauh-jauh hawa nafsu,
tiada lagi mempunyai keinginan dan perhitunagn akan sesuatu untuk kebesaran
atau keagungan dirinya sendiri. Ia tiada lagi mempunyai rasa ke-aku-an dan
tiada memiliki benda jasmaniah sebagai kepunyaannya.
Dalam keadaan demikianlah ia disebut mencapai samtim,
kedamaian, yaitu lenyapnya semua suka dan duka dalam kehidupan didunia kita
ini.
Didalam evolusinya, ia lalu mencapai nirvana,
kesempurnaan. Dalam kitab suci dhammapada, gautama budhha menjelaskan seperti
berikut : "kesehatan adalah keberuntungan yang terbesar, kepuasan (dalam
kesederhanaan) adalah kekayaan yang paling melimpah-limpah, keyakinan adalah
kawan sejati dan nirwana adalah kebahagian yang tertinggi". Inilah artinya
nirwana.
Oranng yang mencapai moksa adalah mencapai tempat
brahman yang maha tunggal, yang absolut, jiwa yang maha agung, dan tinggal
selam-lamanya distu bersama-nya.
Tempat ini disebut brahmanirwana.
Tempat ini disebut brahmanirwana.
Ity srimad bhagavadgitasupanishatsu brahmavidyayam,
yogasastre srikrishnarjuna, amvade, samkhyayogo nama dvitiyo 'dhyayah.
Maka berakhirlah bab kedua upanishad bhagavadgita,
mengenai ilmu penegtahuan, tentang yang maha esa, kitab suci yoga dan dialog
antara sri krisna dan arjuna yng berjudul smkhyayoga
3. AJARAN KARMA
Arjuna bertanya bhwasanya
kalau memang benar ilmu pengetahuam lebih mulia daripada tindakkan (kerja),
mengepa harus melakukan tindakan-tindakan kejam membunuhi sanak
Keluarga?. Dalam bab
ketiga ini krisna memberi jawaban : tindakan (kerja) adalah merupakan hukum
alam.
Bekerja seperti telah diwajibkan
dengan kebaktian dan pengabdian kepada brahman, tanpa megharapkan keuntungan
pribadi demi kesejahteraan dan kebahagian sesama umat manusia. Dan melakukan
kewajiban sendiri walaupun dengan tidak sempurna lebih baik daripada kewajiban
orang lain walaupun dikerjakan dengan sempurna. Inilah disiplin hidup.
Tindakkan digerakkan oleh
hukum-alam ini dan bukan oleh jiwa yang ada dalam badan jasmaniah ini. Sifat
alam menimbulkan amarah dan nafsu yang dapat menyebabkan orang terikat oleh
keinginan akan pahala kerja.
Maka itu, janganlah sampai
tertipu oleh sifat alam ini, tetapi berhenti bekerja berarti melawan hukum alam
dan dunia kan hancur.
Tunjukkanlah segala
tindakkan kepada brahman, bebas dari keinginan nafsu dann ke-aku-an, enyahkan
rasa gentas dan bertempur, beri contoh kepada yang lebih bodoh!
(1) arjuna uvacha:, iyayasi chet karmanas te,
mata buddhir janardana, tat kim karmani, hore mam, niyojayasi kesava, artinya :
Arjuna bertanya:, wahai
janardana, kalau engkau berpikir, bahwa ilmu pengetahuan lebih mulia dari
tindakkan, melakukan tindakkan kejam ini, oh kesava?
(2) vyamsrene 'va vakyena,
buddhim mohayasi 'va me, tad ekam vada nischita, yana sreyo 'ham apnuyam,
artinya :
Uraian-mu agak kacau
membingungkan pikiranku, dari itu, katakanlah kepadaku dengan pasti,
satu-satunya jalan yang dapat kutempuh, untuk mencapai kebahagian abadi
Arjuna berpendapat bahwa
berperang, bertempur saling bunuh-membunuh adalah ghore, kejam, buas dan kasar.
Walaupun bagi seorang ksatria membunuh dalam peperangan itu adalah suatu
kewajiban, namun arjuna menolak untuk berbuat demikian sebab hatinya tiada tega
melakukan kekejaman tersebut, apalagi untuk membunuh anak kandangnya sendiri.
Uraian krisnadalam bab ii
tiada mudah ditangkap oleh arjuna, yang menyebabkan ia salah mengerti. Ia
bertambah bingung menangkap ajaran krisna seolah-olah sri bagawan menyatakan
bahwa bekerja untuk memperoleh penghargaan adalah lebih rendah derajatnya
daripada bekerja tanpa keinginan dan kepentingan pribadi, dan ilmu pengetahuan
tanpa tindakkan adalah lebih baik daripada tindakkan atau kerja.
Kalau memang cara ilmu
pengetahuan lebih baik untuk mencapai kebahagian abadi daripada kerja?
Lebih-lebih tindakan untuk membunuh dalam peperangan. Demikian pertanyaan
arjuna, dan ia mengharapkan benar-benar petunjuk yang pasti dari guru-nya.
(3) sribhagavan uvacha:,
loke 'smin dvividha nishtha, pura prokta maya 'nagha, jnanayogena samkhyanam,
karmayogena yoginam, artinya :
Sri bagawan berkata:,
telah kukatakan sejak dahulu, oh anagha, ada dua disiplin dalan hidup ini,
jalan ilmu penegtahuan bagi cendikiawan, jalan tindakkan, kerja bagi karyawan
Seperti dalam
ilmu-psikologi dewasa ini, krisna menjelaskan kepada arjuna, bahwa memang pada
umumnya ada dua macam pencari kebenaran abadi ini, yaitu mereka yang mencari kebenaran
abadi dengan jalan ilmu pengetahuan dan kerohanian, dan mereka yang mencari
kebenaran dengan jalan pengabdia dan kerja sehari-hari tanpa menghitung-hitung
pahala yang akan diperoleh. (anagha seperti orang yang tidak bersalah; disini
dimaksudkan arjuna, sebab ia belum mengerti). Baik orang menempuh jalan
tersebut memberi effek yang sama terhadap usaha mencapai kebahagian abadi itu.
Kedua jalan tersebut tidaklah ekslusif sama sekali, melainkan pada suatu
tingkatan usaha, kedua-duanya isi-mengisi.
Kedua-dua jalan itu sama
nilainya. Jalan kerja ditempuh oleh orang biasa dalam kehidupannya sehari-hari,
sedangkan jalan ilmu pengetahuan ditempuh oleh mereka yang jiwanya telah
diterangi dengan ajaran-ajaran kerohanian.
(4) na karmanam
anarambhan, naishkarmyam purusho 'snute, na cha samnyasanad eva, siddhim
samadhigachchhati, artinya :
Orang tidak akan mencapai
kebebasan, karena diam tiada bekerja, juga ia tak-kan mencapai kesempurnaan,
karena menghindari kegiatan kerja.
Memang ada anggapan bahwa
untuk mencapai kebebasan, orang harus menghentikan segala kerja dan kegiatan
lainnya, agar bebas sama sekali dari hasil kerja tersebut. Demikian pula untuk
mencapai kesempurnaan, orang hasrus menghindari segala kegiatan kerja, agar
pahala tidak mendatangkan, seperti halnya aksioma yang mengatakan ada saksi
pasti ada reaksi. Jadi ada kerja pasti ada hasilnya, baik atau buruk.
Bukankah itu yang dimaksudkan krisna! Kebebasan yabg dimaksudkan adalah bukan bebas tanpa kerja, melainkan bebas dari ikatan belenggu kerja itu sendiri. Dan kesempurnaan yang dimaksudkan adalah bukan menghindari kegiatan kerja, melainkan menghindari nafsu keinginan untuk memperoleh pahala daripada hasil kegiatan kerja itu sendiri.
Bukankah itu yang dimaksudkan krisna! Kebebasan yabg dimaksudkan adalah bukan bebas tanpa kerja, melainkan bebas dari ikatan belenggu kerja itu sendiri. Dan kesempurnaan yang dimaksudkan adalah bukan menghindari kegiatan kerja, melainkan menghindari nafsu keinginan untuk memperoleh pahala daripada hasil kegiatan kerja itu sendiri.
(5) na hi kaschit kshanam
api, jatu tishthaty akarmakrit, karyate hy avasah karma, sarvah parkkitijair
gunaih, artinya :
Tidak seorang pun tidak
bekerja, walaupun untuk sesaat jua, karena dengan tiada berdaya manusia, dibuat
bertindak oleh hukum alam.
Selama manusia hidup
didunia ini, ia tidak bisa menghindarkan diri dari tindakkan atau kerja.
Berfikir adalah suatu tindakkan kerja. Berjalan, berbuat sesuatu dan sebagainya
adalah suatu tindakkan atau kerja. Orang tidak akan dapat menghindarinya, ia
tidak bisa lari dari tindakkan ini, dari sifat atau hukum prakriti (alam, benda
jasmaniah).
Hanya dia yang mengetahui
atman bisa terbebas dari belenggu nafsunya, tidak mengetahui atman dan akan
selalu dibelenggu oleh hukum alam ini.
(6) karmendriyani
samyamya, ya aste manasa smaran, indriyarthan vimudhatma, nithyadharah sa
uchyate, artinya :
Yang duduk, mengontrol
pancaindrianya, tetapi pikirannya terus mengenang kenikmatan,
sebenarnya bingung, menipu dirinya, dan dinamakan seorang hipokrat.
sebenarnya bingung, menipu dirinya, dan dinamakan seorang hipokrat.
Orang munkin menutup
matanya supaya tidak melihat yang indah-indah atau cantik-cantik, orang mungkin
menutup mulutnya supaya tidak makan yang enak-enak atau nikmat-nikmat, tetapi
kalau membiarkan pikirannya dan keinginannya tidak terkontrol, maka ia gagal
dalammeresapkan arti disiplin hidup ini. Demikian pula, orang mungkin dapat
menahan pikiran dab keinginannya, tetapi kalau membiarkan alam pancaindrianya
(mata, mulut, telinga dan sebagainya) berkeliaran, maka ia tidak mengerti
sesungguhnya apa arti disiplin hidup ini.
Pengekangan alat
pancaindria adalah sebagai pendahuluan daripada kontrol pikiran dan keinginan,
atau dengan perkataan lain, kontrol jasmaniah adalah pendahuluan daripada
kontrol rokhaniah.
(7) yas tv indriyani manasa, niyamya 'rabhate 'rjuna,
karmendriyaih karmayogam, asaktah sa visihyate, artinya :
Tetapi orang yang dapat
mengendalikan, pancaindrianya dengan pikiran, oh arjuna, dan bekerja tanpa
mementingkan diri, ia itu adalah orang utama
Pengendalian pancaindria
oleh pikiran perlu sekali untuk membersihkan jiwa dari hawa-nafsu dan
keinginan. Pengontrolan alat pancaindria bukanlah berarti menghentikan kegiatan
atau tindakkan dan kerja. Pengendalian atau pengontrolan ini penting sekali
bagi pemusatan pikiran untuk menjuruskan segala kegiatan dan pancaindria kearah
tindakkan dan kerja yang baik dan benar.
Dengan tindakkan dan kerja
yang baik dan benar selanjutnya pikiran dapat dipusatkan untuk pekerjaan dan
pengabdian yang lebih sempurna tanpa kepentingan diri sendiri. Tindakkan dan
kerja yang demikian inilah dapat membebaskan jiwa dari belenggu prakriti (alam,
benda jasmaniah).
(8) niyatam kuru karma
tvam, karma iyayo hy akarmanah, sarirayatra 'pi cha te, na prasidhyed
akarmanah, artinya :
Bekerjalah seperti yang
telah ditentukan, sebab bekerja lebih baik dari tak kerja, kalau engkau tidak
bekerja, kalau sehari-haripun tidak mungkin
Perkataan niyatam berarti:
pekerjaan yang telah ditentukan. Maksud sloka ini adalah, bahwa tiap-tiap orang
dalam hidup mempunyai tugas pekerjaan yang telahditentukan sesuai dengan bakat
dan pilihannya sejak ia masih kecil. Sebagai seorang guru, krisna mengharapkan
agar arjuna bekerja dan bertindak seperti apa yang telah ditentukan baginya
sebagai seorang ksatria.
(9) yajnarhat karmano
'nyatra, loko 'yam karma bandhanah, tadartham karma kauteya, mukta sngah
samachara, artinya :
Kecuali untuk tujuan
berbakti, dunia ini dibelenggu oleh hukum kerja, karenalah bekerjalah demi
bakti, tanpa kepentingan pribadi, oh kuntipura.
Perkataan yajna berarti :
bakti pengabdian, persembahaan dan yajnartha berarti : semua pekrjaan, nasehat
krisna kepada arjuna, harus dilaksankan dengan semangat pengabdian, berbakti
kepada yang maha esa. Walaupun dunia ini (termasuk juga manusia) dibelenggu
oleh hukum kerja, namun kalau kerja itu dilaksanakan dengan motif kepentingan
diri sendiri, melainkan demi berbakti dan mengabdi, mak belenggu itu tidak lagi
mempunyai kekuatan mengekang.
(10) sahayajnah prajah
srishtva, puro 'vacha prajapatih, anena prasavishya dhvam, esha vo 'stv ishta
kamadhuk, artinya :
Dahulukala prajapati
menciptakan manusia, bersama bakti persembahannya dan berkata:
dengan ini engkau akan berkembang biak, dan biarlah ini jadi sapi perahmu.
dengan ini engkau akan berkembang biak, dan biarlah ini jadi sapi perahmu.
Perkataan prajah berarti :
manusia, rakyat, dan perkataan prajapati berarti : pencipta atau brahman.
Perkataan kamadhuk berarti : sapi kepunyaan indra yang dapat memenuhi keinginan
manusia. Jadi kisahnya, pada waktu brahman, yang maha esa menciptakan manusia,
ia diberi kekal oleh-nya seekor sapi kepunyaan indra untuk diperas susunya.
Berbarengan dengan lahirnya manusia itu, lahir pula tugas pekerjaannya untuk
berbakti kepada-nya. Tetapi oleh karena sapi indra itu dapat dipenuhi sehingga
ia lupa kepada bakti persembahannya. Demikianlah kisahnya.
(11) devan bhavayata
'nena, te deva bhavayantuvah, parasparan bhavayantah, sreyah param avapsyatha,
artinya :
Dengan ini, pujalah
dewata, semoga dewata memberkahi engkau, dengan saling menghormati begini,
engkau mencapai kebajikan tertinggi.
Perkataan devan berarti :
devata yaitu kekuatan-kekuatan yang bercahaya yang mengatur fungsi kosmos (alam
semesta) ini dalam evolusinya. Untuk mudahnya, ia digambarkan sebagai mahkluk
yang lebih tinggi daripada manusia.
Krisna mengajarkan kepada
arjuna dokrim yang menyatakan bhwa manusia harus memuja atau menghormati
dewata, yaitu yang tiada lain daripada kekuata-kekuatan yang mengatur fungsi
kosmoskita ini,, sebagai pernyataan terima kasih manusia yang menghormati
kekuatan-kekuatan tersebut, berarti mngerti akan tugas dan kewajiban hidupnya.
Dan barang siapa mengerti akan tugas kewajibannya akan mencapai kebajikan yang
tertinggi. Disini memuja atau menghormati dewata seperti diterangkan diatas
bukanlah persoalan polytheisme atau monotheisme seperti sering
diinterpretasikan oleh kaum sarjana atau cerdik pandai. Sebab dewata atau
kekuatan-kekuatan yang mengatur fungsi kosmos itu tiada lain daripada bagian
brahman, yang maha esa, yang absolut, seperti halnya jiwa manusia adalah bagian
daripada jiwa yang tunggal
(12) ishtan bhogan hi vo
deva, dasyante yajna bhavitah, tair datt apradayai 'bhyo, yo bhunkte stena eva
sah, artinya:
Sebab, dengan pujaanmu dewata, akan memberkahi
kebahagian bagimu, dia yang tidak membalas rahmat ini, kepada-nya, sesungguhnya
adalah pencuri.
(13) yajna sishtasinah
santo, muchyante sarva kilbishaih, bhunjate te ty agham papa, ye pachanty atma
karanat, artinya :
Yang baik makan setelah
upacara bakti, akan terlepas dari segala dosa, tetapi menyediakan makanan lezat
hanya bagi sendiri, mereka ini, sesungguhnya makan dosa.
Seperti telah diterangkan
diatas (lihat sloka 90, yajna berarti bakti, pengabdian atau persembahan. Dalam
kategorinya, yajna itu dapat dibagi sebagai berikut : (a) brahma-yajna-berbakti
kepada brahman, yang maha esa, (b) deva-yajna-berbakti kepada para dewata,
yaitu kekuatan-kekuatan yang mengatur fungsi kosmos ini, (c)
pitri-yajna-berbakti kepada nenek moyang dan orang tua, (d) nri-yajna-memberikan
sedekah kepada yang miskin dab sengsara, dan (e) bhuta-yajna-memberikan makan
kepada binatang.
Melakukan yajna kepada
mereka yang tersebut diatas itu adalah menjadi tugas manusia dalam hidup ini.
Inilah yang dinamakan kerja atau tindakkan. Setiap pembaktian atau pemberian
kepada mereka harus dilakukan dengan hati suci dan semangat pengorbanan.
Menurut krisna. Orang yang
baik dan berbudi luhur mendahulukan pembektian ini daripada kebutuhannya
sendiri, dan berdosalah orang yang hanya ingat kepada dirinya sendiri
menyediakan makanan yang lezat-lezat tanpa ambil pusing terhadap yajna-yajna
yang harus dilakukannya.
(14) annad bhavanti
bhutani, parjanyad annasambhavah, yajnad bhavanti parjanyo, yajnah karma
samudbhavah, artinya :
Karena makanan, mahkluk
hidup, karena hujan makanan tumbuh, karena persembahan hujan turun, dan
persembahan lahir karena kerja.
(15) karma brahmodbhavam
viddhi, brahma 'kshara samudbhavan, tasmat sarvagatam brahma, nityam yajne
paraishthitam, artinya :
Ketahuilah, kegiatan kerja
lahir dari brahman, dan brahman datang dari yang maha esa,
dari itu, brahman yang melingkupi semua, selalu ada disekitar persembahan.
dari itu, brahman yang melingkupi semua, selalu ada disekitar persembahan.
Dalam kedua sloka diatas
ini jelas dilukiskan ajaran tentang hubungan antara kerja, berbakti
(persembahan) hidup dan brahman, yang merupakan suatu prinsip daripada sebab
dab akibat pencipta manusia seperti tercantum dalam sloka 10.
Benarlah kiranya kalau
direnungkan dari segi ilmu pengetahuan biasa, kerja yang melahirkan persembahan
mendatangkan hujan. Contoh yang mudah dapat dimengerti misalnya, dimana tanah
tandus, pohon-pohonan tidak ada, maka hujan pun tidak turun. Tetapi kalau
tanah-tanah tandus ini dikerjakan dengan semangat pengabdian dan persembahan,
ditanami pohon-pohonan sehingga menjadi hutan, maka hujanpun akan turun. Dengan
adanya air mahkluk akan hidup. Dan hidup adalah berakar pada brahman, yang
abadi. Jadi hidup dan kerja itu berkisar dalam lingkaran persembahan (yajna).
(16) evam pravatitam
chakram, na 'nuvartayati 'ha yah, aghayur indriyaramo, mogham partha sa
jivati.artinya :
Yang tak-ikut memtar roda
hidup ini, selalu hidup dalam dosa,menikmati kehendak hawa-nafsunya,oh parta,
ia hidup sia-sia.
Dalam sloka ini krisna
ingin menjelaskan bahwa manusia individu dan kosmos semesta ini adalah
bergantung satu sama lain. Hidup individu manusia dan hidup kosmos semesta
saling bergantungan. Ia yang bekerja hanya untuk dirinya sendiri adalah
sia-sia, karena putaran roda hidup adalah disebabkan adanya kerjasama antara
manusia dan mahkluk lain yang lebih suci. Demi kerjasama ini perlu adanya
persembahan.
(17) yas tv atmaratir eva syad, atmatriptas cha
manavah, atmany eva cha samtushtas, tasya karyam na vidyate, artinya :
Tetapi mereka yang selalu
mengabdi atman, dan puas akan segala rahmat-nya, hidup bahagia begini dengan
atman, tiada lagi ikatan kerja baginya,
Mereka yang hidup penuh
dengan semangat berbakti dan rela berkorban, serta menerima apa saja sebagai
rahmat-nya, terbebas dari belenggu ikatan kerja, yang membuat mereka bersatu
dengan yang maha semesta.
(19) tasmad asaktha satatam, karyam karma
samachara, asakto hy acharan karma, param apnoti purushah, artinya :
Dari itu laksanakanlah
segala kerja, sebagai kewajiban tanpa harap keuntungan, sebab kerja tanpa
keuntungan pribadi, membawa orang ke-kebahagian tertinggi.
Dalam tingkatan, kerja
dilakukan orang adalah paling mulia apabila ia dilaksanakan tanpa tujuan untuk
memperoleh pahala bagi kepentingan diri pribadi. Demikian pula pekerjaan yang
disertai dengan persembahan sebagai tanda berbakti, jauh lebih mulia daripada
pekerjaan yang mengangkat orang pada penyucian dan kesempurnaan pikiran dan
jiwanya.
(20) karmanai 'va hi
samsiddhim, asthita janakadyah, loka samgraham eva 'pi, sampasyan kartum
arhasi, artinya ;
Dengan berja demikian
janaka, dan yang lainya mencapai kesempurnaan, demi kebahagian dan kemanusian
didunia, engkau juga harus laksanakan kewajibanmu.
Perkatan loka samgraha
berarti : pengemban kemanusiaan didunia. Disini krisna memberi contoh
orang-orang berjiwa besar yang telah melaksanakan kewajiban hidup mereka untuk
kebahagian serta kemanusian dengan jalan menyelamatkan dunia dari kondisi
materiil dan moral. Dalam hubungan ini krisna menyebut nama raja janaka.
Janaka adalah raja dari
negeri mithila, ayah dari sita dewi dan mertua dari sri rama. Namanya sering
disebut-sebut sebagai seorang acharya, sebagai contoh dalam soal-soal
membawakan kebahagian bagi rakyatnya dan memupuk rasa kemanusiaan yang agung
pada jamannya. Janaka sendiri dalam masa hidupnya mencapai kesadaran jiwa dan
kebahagian abadi dengan segala aktivitas kerjanya, tanpa motif-motif
kepentingan diri pribadinya, tidak henti-hentinya sampai saatnya terakhir. Rasa
"aku" dan "punyaku" tidak ada lagi padanya. Ketika
istananya dan segala isi dalam istanan itu musnah terbakar, ia berkata :
"tiada satupun punyaku terbakar".
(21) yad-yad acharati
sreshthas, tad-tad eve 'taro janah, sa yat pramanam kurute, lokas tad
anuvarrtate, artinya :
Apa saja yang dilakukan
orang besar, orang lain akan mengikutinya, contoh apa saja yang diberikannya,
seluruh dunia akan menurutinya.
Orang biasa akan selalu
mengikuti jejak orang-orang besar dari jaman dahulukala. Orang-orang besar ini
memang telah dilahirkan untuk membawa cahaya bagi pikiran dan rakyat biasa
dalam menempuh hidup mereka didunia ini. Ada yang lahir sebagai bagawan, ada
pula sebagai awatara, dan ada pula sebagai nabi.
(24) utsideyur ime loka, na kuryam karma ched
aham, samkarasya cha karta syam, upahanyam imah prajah, artinya :
Jika aku berhenti bekerja,
didunia ini akan hancur lebur, dan aku jadi pencipta keruntuhan, memusnahkan
manusia ini semua.
(26) na buddhi bhedam janayed, ajnanam karma
sanginam, joshayet sarva karmani, vidvan yuktah samacharan, artinya :
Janganlah mereka yang
bijaksana, membingungkan yang bodoh bekerja bernafsu, melainkan membiarkannya
semua bekerja, sambil memberi contoh bekerja berbakti.
(barata = arjuna) dalam
kedua sloka ini krisna hendak memperingatkan kepada kita bahwa mereka yang
pandai dan bijaksana hendaknya jangan membingungkan dan melemahkan keyakinan
mereka yang mempunyai pengetahuan sederhana terhadap kerja mereka dalam hidup
ini. Sebab, walaupun mereka bodoh semua pada dasarnya mempunyai rasa tanggung
jawab kepada kerja, pangabdian dan kecintaan. Elemen-elemen inilah merupakan
fondasi keyakinan mereka. Mungkin karena ketidaktahuan mereka terkadang timbul
gejala-gejala yang sukar diteloransikan. Oleh karenanya mereka harus dituntun
bukti perbuatan ketja yang nyata sehingga mereka menyontohnya. Ketahuilah bahwa
keyakinan mereka adalah lebih luas dan mendalam daripada kepercayaan mereka.
Dan mengangkat moral serta budipekerti tidaklah dapat dilakukan dengan jalan
meloncat tiba-tiba melainkan setapak demi setapak ketempat yang lebih tinggi.
(29) prakkriter guna sammudhah, sajjamte guna
karmasu, tan akritsnavido mandan, kritsnavin na vichalayat, artinya :
Mereka yang tertipu sifat
guna, terikat pada keinginan yang dihasilkan olehnya, tetapi yang mengerti
jangan sampai menyesatkan, mereka yang pengetahuannya tiada sempurna.
(mahabahu = arjuna untuk
mengetahui istilah guna, baca sloka II.45). Guna adalah batas kebebasan manusia
yang diperoleh dari kelahiran dan lingkungan yang mempunyai kekuatan
membelenggu. Pengalaman hidup seseorang dapat menambah atau mengurangi
akumulasi kekuatan belenggu guna ini. Pengalaman ini diperoleh daritindakkan
atau kerja selama hidupnya, seperti halnya proses kosmos semesta ini adalah
akibat (hasilnya) adalah diperbuatannya sendiri. Tetapi orang yang mengerti
dapat membebaskan dirinya dari belenggu guna ini yang berarti pula bebas dari ikatan
hasrat mengejar pahala kerja.
(30) mayi sarvani karmani,
samnyasya 'dhyatmachetasa, nirasir nirmamo bhutva, yudhyasva vugatajvarah,
artinya :
Tunjukkan semua kerjamu
kepada-ku, dengan pikiranmu terpusat pada atman, bebas dari nafsu keinginan dan
ke-aku-an, enyahkan rasa gentar dan, bertempurlah!.
Seperti dalam sloka-sloka
22, 23 dan 24. Krisna kini menyatakan dirinya bukan hanya sebagai rasul atau
nabi, melainkan sebagai penjelmahan daripada brahman, jiwa atau atman sendiri,
dan menasehatkan kepada arjuna supaya menyerahkan dan mendedikasikan jiwanya
kepada atman, yang bersemayam dalam tubuhnya. Dengan jalan penyerahan dan
pengabdian serupa ini, arjuna akan dapat menyadari bahwa dirinya adalah sebagai
alat belaka sedangkan pelaksanaannya adalah atman sendiri. Dalam kondisi
demikianlah rasa takut dapat dihapus.
Memang krisna mengakui
bhwa banyak orang yangtidak mengikuti, malaham mencela, ajarannya. Hal ini
dapat dijelaskan sebab-sebabbya yang terletak pada sikap orang masing-masing,
baik yang pandai maupun yang bodoh. Pada mereka ini, kekuatan belenggu prakriti
yang termanifestasikan dalam sifat guna menjadi sifat mereka sendiri. Maka itu
sering orang mengatakan : "aku tidak dapat melakukan hal ini, sebab tidak
sesuai dengan sifat-sifatku". Demikian kuat belenggu prakriti sehingga
orang tidak mungkin dipaksa lagi. Tetapi ini bukan berarti bahwa apa yang
dinyatakan dalam sloka-sloka ii.61 dan ii.68 tidak dapat dilakukan. Tenaga dan
pikiran manusia harus dapat diarahkan untuk mencapai pengekangan hawa-nafsu sampai
pada saat terakhirnyapun (apabila perlu), sebab kemajuan bukan kemunduran dan
penyucian bukan penodaan menjadi sifat jiwa yang sesungguhnya.
(34) indriyasye 'ndriyasya
'rthe, raga dveshau vyavasthitau, tayor na vasam agachchet, tau hy asya
paripanthinau, artinya :
Cinta dan benci pada suatu
objek keinginan, terletak pada objek keinginan itu sendiri, janganlah ada yang
menyerahkan kepada keduanya, sebab keduanya merupakan penghalang belaka.
Mendengar sesuatu objek
dari pendengaran, demikian pula melihat sesuatu adalah objek dari penglihatn.
Orang boleh menyatakan suka atau tidak suka atas objek pendengaran atau
penglihatannya, tetapi orang harus mengerti bahwa kesukaan atau
ketidak-sukaanya adala timbul dari emosinya. Kalau orang ini menjadi korban dari
emosinya, maka rasa senang dan tidak senang (cinta dan benci) menguasai
kesadaranya. Dalam kondisi yang demikian, hidupnya tidak bertujuan lagi dan
inteleknya hilang, tidak ubahnya seperti binatang biasa. Emosi inilah yang
harus ditundukkan.
(35) sreyan svadharmat
vigunah, paradharmat svanushthitat, svadharme nidhanam sreyah, paradharmo
bhayavahah, artinya :
Lebih baik menunaikan
kewajiban sendiri walau selesainya tiada sempurna, daripada tugas orang lain
walau dengan baik, daripada dalam kewajiban orang lain, daripada dalam
kewajiban orang lain yang sangat berbahaya.
Dalam sloka ini krisna
ingin menyinggung keinginan arjuna yang memilih hidup sebagai peminta-minta
daripada bertempur dan membunuh sanak-kandangnya (seperti dinyatakan dalam
sloka ii.5). Peminta-minta dalam hubungan ini dimaksudkan bhikshu atau
samnyasi, yang dalam tradisi dan agama dimaksudkan orang yang menanggalkan
semua hidup keduniawian ini, dan pergi betapa mencari kebenaran abadi. Untuk
hidup sederhana sekedarnya sehari-hari, ia pergi meminta-minta.
Hal ini tidaklah disetujui
oleh krisna, sebab svadharma(kewajiban sendiri). Arjuna sebagai ksatria adalah
menunaikan tugas dimedan pertempuran, seperti halnya petani svadharmanya adalah
mengerjakan sawah ladang, nelayan svadharmanya adalah menangkap iakan, dan
seterusnya. Kalau ada orang yang meletakkan tugas kewajibanya sendiri lalu
mengerjakan pekerjaan orang lain, masyarakat akan jadi kacau, dan dimata yang
maha esa nilai terakhir daripada hasil tugas kewajiban seseorang adalah letak
pada semangat pengabdian yang diletakkan pada kerja itu sendiri. Semangat
pengabdian yang diletakkan pada suatu kerja membersihkan jiwanya dan
mendekatkan kepada ke-bahagian abadi.
(36) arjuna uvacha, atha
kena prayukto 'yam, papam charati purushah, anichchhannapi varshneya, balad iva
niyojitah, artinya :
Arjuna bertanya, tetapi
apakah, oh warsneja, yang mendorong orang berbuat dosa, walau bertentangan
dengan nuraninya, seolah-olah dengan paksa.
(warsneja + keturunan
bangsa wrisni, yaitu yang dimaksud adalah krisna). Kini arjuna mulai dengan
pertanyaan baru, karena (sebagai halnya sendiri) ia merasa bahwa orang sering
merasa terpaksa berbuat sesuatu yang bertentangan dengan kemauannya
(anichcannapi).
(37) sribhagavan uvacha,
kama esha krodha esha, rajoguna samud bhavah, mahasano mahapapma, viddhy enam
iha vairinam, artinya :
Sri bagawan menjawab,
itulah amarah, itulah nafsu, lahir daripada sifat guna, keduanya memusnahkan
penuh dosa, ketahuilah, kedua ini adalah musuh.
Perkataan rajoguna berasal
dari kata-kata rajas + guna yang berarti sifat guna yang penuh dengan nafsu
(selanjutnya baca sloka ii.45, tentang kata-kata rajas dan guna). Mahasano =
memusnahkan, mahapapma = penuh dosa. Kama = nafsu. Krodha = amarah. Menurut
orang arif bijaksana amarah berasal dari nafsu yang terhalang menjadi = amarah.
Dengan perkataan lain nafsu dan amarah adalah sama (sloka ii.2a).
(38) dhumena 'vriyate
vahnir, yatha 'darso malena cha, yatho 'ibena 'vrito garbhas, tatha tene 'dam
avritham, artinya :
Bagai api diselubungi
asap, bagaikan cermin diliputi debu, bagai bayi dibungkus dalam kandungan,
demikian pula dia diselimuti olehnya.
Perkataan "dia"
dan "olehnya" dalam kalimat terakhir sloka ini masing-masing
dimaksudkan jiwa atau atman dan nafsu atau amarah. Demikianlah kalau orang lagi
bernafsu atau amarah jiwanya tertutup oleh sifat-sifat guna yaitu sattva, rajas
dan tamas, yang tergantung pada tingkatan nafsu dan amarahnya. Makin keras
nafsu atau amarahnya, makin kuat pula jiwanya tertutup oleh sifat guna itu.
Apabila nafsu dan amarahnya
tiada begitu keras, maka jiwanya diselubungi oleh sifat guna sattva yang
diibaratkan seperti api diselubungi asap, kalau ada angin sedikit saja asap
dapat diterbangkan dan apipun segera kelihatan. Manakala nafsunya atau
amarahnya bertambah keras, maka jiwnya diliputi oleh sifat guna rajas yang
diibaratkan seperti cermin diliputi debu, dimana diperlukan usaha untuk
mengosok debu itu sehingga cerminnya kelihatan. Tretapi kalau nafsunya atau
amarahnya sangat keras, maka jiwanya dibungkus dalam kandungan, dimana
dibutuhkan waktu, usaha dan keahlian supaya jiwa atau atman harus dibebaskan
dari ketiga macam guna ini yang merupakan sifat, atribut dan karekter daripada
prakriti atau benda jasmaniah dalam dunia kita ini.
(39) aviritam jnanam
etena, jnanino nityavairina, kamarupena kaunteya, dushpurena 'nalena cha,
artinya :
Tutuplah ilmu pengetahuan
kuntipura, bagi mereka yang arif bijaksana, oleh hawa nafsu yang tidak
puas-puasnya, yang merupakan musuh utama.
Hawa nafsu utama dari
kemanusian. Bagi 100 orang yang bodoh, yang mempunyai pikiran yang sangat
sederhana, hawa-nafsu itu tidak demikian rupa mencekammya seperti pada orang
yang pandai, yang mempunyai pikiran yang cerdas.
Bagi prang bodoh hawa
nafsu itu menyiksanya sesaat saja, orang pandai haewa0nafsu itu menyiksanya
lebih kejam lagi, sebab makin berusaha ia memenuhi hawa nafsunya dengan objek
keinginannya, makin besar pula berkobarnya hawa-nafsu tersebut, ibarat api yang
diberi bahan bakar terus-menerus makin menjela-jela. Maka itu hawa nafsu adalah
musuh utama! Manusia yang konstan.
(41) tasmat tvam indriyany adau, niyamya
bharatarshabha, papmanam prajahi hy enam, jnana vijnana nasanam, artinya :
Dari itu, oh barat yang
terbaik, kendalikanlah pancaindriamu pertama, dan basmilah nafsu yang penuh
dosa, perusak segala ilmu pengetahuan dan kebajikkan.
Kata-kata jnana dan
vijnana masing-masing berarti : ilmu pengetahuan dan ilmu-pengetahuan tentang
jiwa yang diperoleh dari pengelaman dan perbandingan kenyataan-kenyataan yang
dihadapi dalam hidup ini.
(42) indriyani parany
anhur, indriyebhyah param manah, manasas tu para buddhir, yo buddhch paratas tu
sah, artinya :
Orang mengatakan
pancaindria itu besar, lebih besar daripada adalah nurani, lebih besar dari
nurani adalah intelek, tetapi lebih besar dari intelek adalah dia.
Perkatan manah berati :
hati, nurani. Perkataan "lebih besar" mengandung pula pengertian
"lebih besar" dan "lebih agung".
(43) evam buddheh param
buddhva, satstabhya 'tmanam atmaua, jahi satrum mahabaho, kamarupam durasadam,
artinya :
Jadi mengetahui dia lebih
agung dari intelek, dengan mengendalikan jiwamu dengan jiwa, basmilah musuhmu
dalam bentuk hawa nafsu, yang tidak mudah ditundukkan, oh mahabahu.
Kesadaran harus
ditumbuhkan langkah demi langkah, yang memang tidak bisa lompat sekaligus.
Pertama-tama kesadaran ditumbuhkan dari pengertian pada kendali pancaindria,
kemudian lebih tinggi pada kontrol nurani dan selanjutnya pada analisa intelek.
Secara ethika, manusia harus mengendalikan pancaindrianya terlebih dahulu
sebagai sesuatu yang sangat rumit, kemudian mengontrol pikirannya dan akhirnya
menyadarkan jiwanya untuk bersatu dengan atman. Secara metaphisika, manusia
harus memisahkan jiwanya dari pancaindria, kemudian dari nuraninya dan
selanjutnya dari inteleknya, sehingga ia sadar bahwa jiwanya adalah bagian
daripada jiwa atau atman, yang maha langgeng. Demikianlah tingkatan kesadaran
yang dinyatakan dalam sloka 42.
Jadi dengan kesadaran yang
telah ditingkatkan lebih tinggi, maka ego yang sangat gelisah dalam diri
manusia dapat dikendalikan dengan sinar cahaya jiwa yang maha langgeng. Dan
dengan terkendalinya ego ini manusia mencapai kedamaian jiwa yang dengan mudah
dapat menundukkan hawa-nafsu dari dirinya sendiri sebagai musuh utama.
Demikian bab iii ini
mengeungkapkan penting artinya kerja yang dilaksanakan tanpa mementingkan
pahala untuk diri sendiri, melainkan untuk kesejahteran dan kebahagian umat
manusia didunia ini, dengan jalan kesadarn jiwa yang menjadi bagian daripada
jiwa yang maha langgeng.
Ity srimad
bhagavadgitasupanishatsu, brahmavidyayam, yogasastre srikrishnajunasamvade,
karmayogo nama tritiyo 'dhyayah,
Maka berakhirlah bab
ketiga upanishad, bhagavadgita menegnai ilmu pengetahuan, tentang yang maha
esa, kitab suci yoga. Dan dialog antara sri krisna dan arjuna
yang berjudul karmayoga
yang berjudul karmayoga
4. ILMU PENGETAHUAN
Krisna menjelaskan bahwa ialah yang mengajarkan ilmu
pengetahuan yoga ini pertama kalinya, dan ia adalah inkarnasi avatara (nabi)
yang menjelma kedunia dikala dharma hendak sirna.
Dalam bab keempat ini dijelaskan : dengan ilmu pengetahuan
arti kerja, kerja yang salah, tak-kerja dan jalan kerja dapat diketahui.
Ilmu-pengetahuan suci menuntun kita bekerja tanpa hawa-nafsu, tanpa motif
kepentingan pribadi tanpa mengaharap sesuatu dan puas akan seadanya, rela
melepaskan milik segalanya, sadar bahwa hanya badan jasmaniah yang bekerja,
bebas dari pertentangan dualisme, menguasai pancaindria, pikiran dan hati
terkendalikan.
Banyak cara berbakti : dengan mempersembahkan harta
benda dengan tapa brata, dengan yoga dan sebagainya. Tetapi berbakti dengan
mempersembahkan ilmu pengetahuan adalah lebih bermutu, sebab pada
keseluruhannya kerja berpusat pada ilmu-pengetahuan
Dengan perahu ilmu-pengetahuan seluas-luas lautan dosa
dapat disebrangi.
Dengan pikiran berpusat pada ilmu-pengetahuan,
melaksanakan kerja dengan penuh kepercayaan dengan pengabdian pada brahman,
inilah tugas hidup kita.
(1) sribhagavan
uvacha, imam vivasvate yogam, proktanam aham avyayam, vivasvan manave praha,
manur ikshvakave 'bravit, artinya :
Sri bagawan berkata, yoga yang langgeng abadi ini, aku
turunkan mengajarkan kepada wiwaswan, wiwaswan mengarkan kepada manu, dan manu
menerangkan kepada iswaku.
Wiwaswan adalah personifikasi dari batara surya, dewa
matahari. Ia adalah mahkluk pertama yang diciptakan oleh brahman, dan ia sendiri
mempelajari yoga ini dari brahman, kemudian wiwaswan mengajarkan yoga ini
kepada manu, pencipta dan penegak hukum undang-undang kehidupan manusia. Manu
kemudian mengejarkan yoga ini kepada iswaku, nenek moyang pertama dari dinasti
bangsa ksatria keturunan dewa matahari. Iswaku-lah yang pertama-tama
melaksanakan ajaran-ajaran hukum dan undang-undang yang diciptakan oleh manu,
yang disebut manusmriti dalam pemerintahannya sebagi raja. Dia pulalah yang
meneruskan ajaran-ajaran yoga ini kepada generasi-generasi sesudahnya.
(2) evam paramparapraptam, imam rajarshayo viduh, sa
kalene 'ha mahata, yogo nashtah paramtapa, artinya :
Demikianlah diteruskan turun-temurun, pada pandita
bangsawan mengetahuinya, hingga dalam masa yang sangat panjang, hilang lenyap
didunia ini, oh parantapa.
Disini krisna ingin menjelaskan kepada arjuna
(parantapa = ia yang menaklukan musuh-musuhnya), bahwasanya ilmu pengetahuan
tentang yoga ini sungguh sangat tua sekali, yaitu sejak dimulainya penciptaan
pertama oleh brahman, tuhan yang maha esa. Karena sangat tuanya, dalam
perjalanan waktu yang beratus-ratus bahkan beribu-ribu abad lamanya, ilmu
pengetahuan yoga ini kerapkali hampir lenyap ditelan masa.
(3) sa eva 'yam maya te 'dya, yogah proktah puratanah,
bhakto 'si me skha che 'ti, rahasyam hy etad uttamam, artinya :
Yoga yang tua itu pulalah, yang ku-ajarkan kepadamu
kini, sebab engkau adalah pengikut dan kawan-ku, inilah rahasianya yang
terutama.
Dalam kedadaan pudar, bagaikan nyala lilin yang hampir
mati dihembuskan angin ajaran-ajaran yoga yang kekal abadi ini, yang hampir
lenyap ditelan jaman. Perlu diselamatkan dan diajarkan kembali kepada manusia
demi kesejahteraan masyarakat. Demikianlah brahman menjelma kedunia berulang
kali pada saat-saat umat manusia menghadapi kris kemusnahan lahir dan batin,
dalam bentuk manusia yang berjiwa seperti nabi-nabi dan pemimpin-pemimpin agama
mahavira, gautama buddha, krisna dan sebagainya.
Dalam sloka ini krisna mengungkapkan suatu rahasia
yang tertinggi dimana dia memandang arjuna sebagai pengikut (bhakta) dan kawan
(saktha) nya. Ini berarti betapa dekatnya hubungan tuhan dengan manusia yang
akan mencapai kesadaran yang tinggi dalam menemukan yang abadi dalam hidup ini.
(4) arjuna uvacha, aparam bhavato janma, param janma
vivasvatah, katham etad vijaniyam, tvam adau proktavan iti, artinya :
Arjuna bertanya, kelahiran-mu baru belakangan kini,
sedang kelahiran wiwaswan adalah dahulu, bagaimana aku dapat mengerti, engkau
mengajarkannya pada mulanya.
Dalam sloka ini arjuna bertanya-tanya kepada krisna
dalam istilah pengertian sejarah, betapa mungkin kiranya krisna yang ada
dihadapanya kini pada jaman dahulu sekali dapat mengejarkan yoga yang teramat
tua ini kepada wiwaswan. Memang arjuna sendiri belum mengerti, bahwasanya yoga
yang kekal-abadi ini tidak mengenal waktu dalam artian sejarah yang digambarkan
oleh manusia. Waktu yang dihubungkan dengan sejarah oleh manusia adalah
bersifat relatif, sedangkan brahman yang maha absolut langgeng, yang selalu ada
dahulu dan sekarang tidak dibatasi oleh waktu.
(5) sribhagavan uvacha, bahuni me vyatitani, janmanbi
tava cha 'rjuna, tany aham veda sarvani, na tvam vettha paramtapa, artinya :
Sri bagawan berkata, banyak kelahiran-ku dimasa lalu,
demikian pula kelahiranmu arjuna, semuanya ini aku tahu, tetapi engkau sendiri
tidak parantapa.
Disini krisna menerangkan kepada arjuna tentang
reinkarnasi atau numitis atau penjelmahan kembali. Referensi yang dikemukan
oleh krisna disini hendaknya dihubungkan dengan lahirnya kedunia manisfestasi
brahman dalam wujud avatara, yaitu reikarnasi dari pada-nya. Kelahiran-nya dan
kelahiran arjuna sendiri sebagai manusia biasa dimasa-masa yang lampau haruslah
diartikan bahwasanya krisna sebagai manisfestasi. Dia yang maha langgeng selalu
sadar akan kelahiran ini, sedangkan arjuna sendiri tidak.
(6) ajo 'pi sann avyayatma, bhutanam isvaro 'pi san,
prakritim svam adhishthaya, sambhavamy atmamayaya, sambhavamy atmamayaya,
artinya :
Walaupun aku tak terlahirkan, tak termusnahkan, dan
aku adalah pencipta mahkluk hidup, segala namun atas pengeasan sifat-ku
sendiri, dan denga kekuatan maya-ku aku menjelma.
Perkataan atmayaya berarti : dengan kekuatan mayaku
aku menjelma. Maya adalah kekuatan pikiran untuk menciptakan bentuk
kelihatannya nyata, tetapi sebenarnya hanya berupa ilusi. Krisna, sebagai
penjelmahan brahman yang menguasai prakriti, dengan sadar lahir kedunia tanpa
mengalami proses hukum karma, yaitu dengan kekuatan maya ini.
Tetapi hidup dan pembentukkan jasmani dari mahkluk
biasa, seperti halnya arjuna sendiri, bukanlah atas kehendak sendiri, melainkan
oleh prakriti yang dikuasai oleh sifat ketidak-tahuannya. Maka ia menjelma lagi
dan menjelma lagi tidak henti-hentinya.
(7) yada-yada hi dharmasya, glanir bhavanti bhatara,
abhyutthanam adharmasya, tada 'tmanam srijamy aham, artinya :
Manakala dharna hendak sirna, dan adharma hendak
merajalela, saat itu wahai keturunan batara, aku sendiri turun menjelma.
Perkataan dharma berarti : kebenaran spiritual, dan
adharma berarti : ketidak-benaran atau dosa.
Arjuna juga dipanggil dengan sebutan "Bharata"
atau "keturunan batara" sebab Bharata adalah kakek dari kuru
sedangkan kuru adalah nenek-moyang kaurawa dan pandawa, seperti telah
dijelaskan dalam bab I (percakapan pertama).
(8) paritranaya sadhunam, vinasaya cha dushkritam,
dharma samsthapanarthaya, sambhavami yuge-yuge, artinya :
Demi untuk melindungi kebajikkan, demi untuk
memusnahkan kejaliman, dan demi untuk menegakkan dharma, aku lahir kedunia dari
masa-ke-masa.
Krisna sebagai avatara (yaitu penjelmahan brahman)
lahir kedunia pada jaman dimana kebajikkan diteror dan kebenaran diperkosa,
yang pada masa peperangan besar mahabarata berkecamuk yang memusnahkan segala.
Demi untuk melindungi kebajikkan dan menegakkan kebenaran bagi umat manusia
inilah krisna lahir kedunia. Satu yuga abad diantara kelahiran seorang avatara
yang satu dan avatara yang lain. Tetapi pengertian satu abad disini haruslah
diartikan dalam hubungannya dengan sejarah spirituil manusia, dan bukan satu
abad yang berarti 100 tahun.
(9) jamna karma cha me divyam, evam yo vetti tattvatah,
tyaktva deham punarjanma, nai ;ti mam eti so 'rjuna, artinya :
Dia yang mengenal rahasia inti, perbuatan dan
kelahiran-ku yang suci, tak menjelma lagi setelah meninggalkan jasmaninya, dan
datang kepada-ku, oh arjuna.
Disini krisna sebagai seorang avatara menjelaskan
misteri jiwa manusia yang telah mencapai kesempurnaan bersatu dengan brahman.
Sebagai seorang avatara krisna juga memenuhi proses kosmos ini, yaitu hidup
bersama-sama dan ditengah-tengah manusia, dengan maksud mendidik dan memberi
contoh kepada manusia kehidupan spirituil dan mencapai kelepasan.
(10) vita raga bhaya krodha, manmaya mam upasritah,
bahavo jnana mpasa, puta madbhavam agatah, artinya :
Terbebas dari hawa nafsu, takut dan benci, bersatu dan
berlindung pada-ku, dibersihkan oleh budi pekerti, banyak yang telah mencapai
diri-ku.
Dalam sloka ini dijelaskan bahwa untuk memasuki
kehidupan abadi, bersatu dengan brahman, tiadalah sesuatu yang amat sukar atau
paling istimewa, asalkan seseorang dapat membebaskan dirinya dari ketiga musuh
dalam hidup ini yaitu hawa nafsu dan amarah (benci). Dan jalan untuk itu adalah
jnana tapasa, disiplin dan kesucian budipekerti.
(11) ye yatha mam prapadyante, tams tathai 'va bhajamy
aham, mama vartma 'nuvartante, manushyah partha sarvasah, artinya :
Jalan manapun ditempuh manusia, kearah-ku semuanya
ku-terima, dari mana-mana semua mereka, menuju jalan-ku oh parta.
Dalam sloka ini krisna menyatakan bahwa tuhan menemui
tiap orang yang mengharapkan karunia daripada-nya dan menerima mereka yang
menempuh jalan-nya. Dia tidak hendak mengahapus harapan tiap-tiap orang yang
tumbuh menurut kodratnya dan tiada berat sebelah. Hanya pada masing-masing
orang menurut jalan dan kepercayaannya sendiri untuk mencapai dia-lah terletak
perbedaan, yang bukan merupakan pilihan-nya.
Jalan upacara, jalan sembhayang, jalan falsafah atau
jalan meditasi semuanya tuhan yang satu. Disini krisna tidak menyebut cara,
jalan atau agama yang tertentu untuk mencapai hubungan dengan tuhan yang maha
esa. Hanya orang yang belum spirituil dewasalah tidak bisa mengakui cara atau
jalan orang lain untuk mencapai dia yang satu.
(12) kankshantah karmanam siddhim, yajanta iha
devatah, kshipram hi manushe loke, siddhir bhavati karmaja, artinya :
Mereka yang mengharapkan buah kerja, disini berbakti
kepada para-dewata, sebab didunia manusia hasil kebaktian, segera lahir dari
pengorbanan.
Sloka ini mencoba menjelaskan bahwa dalam dunia
manusia kita ini hasil kebaktian dapat segera lahir menjadi kenyatan, tetapi
tidak demikian halnya dalam dunia spirituil yang lebih tinggi, untuk mencapai
kelepasan.
(13) chatur varnyam maya srishtam, guna karma
vibhagasah, tasya kartaram api mam, viddhy akartaram avyayam, artinya :
Catur warna adalah ciptaanku, menurut pembagian
kwalitas dan kerja, tetapi ketahuilah walau pencitanya, aku tidak berbuat dan
merobah diri-ku.
Perkataan chatur varna berarti: empat warna atau empat
kategori dalam masyarakat manusia, yang didasarkan atas guna dan karma. Adapun
yang dimaksudkan dengan dasar guna dan karma ini ialah sifat, atribut dan
karakter (kwalitas) dan kerja seseorang anggota masyarakat terhadap
pengebdiannya kepada kehidupan spirituil, mencapai kelepasan menuju brahman.
Referensi agama tentang chatur warna ini adalah empat kasta, yaitu : brahmana
(pendita dan alim-ulama), kesatria (prajurit dan pahlawan), waisia (pengusaha
dan pedegang) dan sudra (pekerja dan pelayan).
Krisna menekankan disini bahwa pembegian kwalitas dan
kerja (guna dan karma ) bukanlah didasarkan atas status, melainkan pengabdian
dan pengorbanan
(14) na mam karmani limpanti, na me karmaphale spriha,
iti mam yo 'bhijanati, karmabhir na sa badhyate, artinya :
Kerja tidak membawa akibat kepada-ku, juga aku tidak
mengharapkan pahala kerja, mereka yang mengetahui aku begitu, tidak lagi
terikat oleh kerja.
Dalam sloka ini krisna mencoba menerangkan betapa
seseorang walaupun bekerja namun terbebas dari segala ikatan dan akibat kerja
itu sendiri, dengan memberi contoh yang agung seperti apa yang telah dikerjakan
(perhatikan sloka diatas, iv.13) sendiri oleh-nya.
(15) evam jnatva kritam karma, purvair api
mumukshubhih, kuru karmai 'va tasmat tvam, purvaih purvataram kritam, artinya :
Mengetahui ini, orang dijaman dahulu, melaksanakan
kerja mencapai kelepasan, karena itu, bekerjalah engkau, seperti mereka dahulu
kala itu.
Orang-orang yang berfikir sederhana melaksanakan kerja
untuk membersihkan jiwa sendiri (atmasuddhyartham) dan orang-orang yang
arif-bijaksana melaksanakan kerja demi kesejahteraan umat manusia didunia
(lokasamgrahartham). Ini dilasanakan oleh orang-orang dijaman dahulu juga
mengetahui hal ini. Arjuna diharapkan untuk melaksanakan kerjanya sebagai
ksatria.
(16) kim karma kim akarme 'ti, kavayo 'py atra
mahitah, tat te karma pravakshyami, yaj jnatva mokshyase 'subhat, artinya :
Apakah kerja? Apakah tak kerka?, para cendikiawan pun
bingung pula, hendak ku-beritahu dan setelah mengetahuinya, engkau akan
terbebas daripada dosa.
(17) karmano hy api boddhavyam, boddhavyam cha
vikarmanah, akarmanas cha boddhavyam, gahana karmano gatih, artinya :
Orang harus tahu srtinya kerja, demikianpula kerja
yang salah, dan juga makna daripada tak-kerja, sungguhnya dalam artinya jalan
kerja.
Kata-kata karma, vikarma dan karma dalam istilahnya
sendiri berarti : kerja, kerja yang salah dan tak kerja.
Untuk menjelaskan lebih jauh akan arti kerja ini,
dengan sangat hati-hati krisna menerangkan bahwasanyaada tiga macam kerja yang
klasifikasinya seperti berikut : (a) kerja (karma) yang lazim dilaksanakan
tanpa mengharapkan buahnya, tiadalah mengikat; tetapi kalau kerja ini disertai
dengan kepentingan-kepentingan pribadi, maka ia akan mengikat. (b) kerja yang
salah (vikarma), termasuk kejahatan, pembunuhan, berbohong, jinah dan
sebaginya, yang pada dasarnya memang mempunyai maksud-maksud tertentu, pasti
mengikat. (c) tak kerja (akarma) vyang dilaksanakan baik jasmaniah maupun
rokhaniah, tanpa keinginan atau motif apapun, tidak mengikat sama sekali.
Ketiga macam kerja ini harus dapat dimengerti dengan sungguh-sungguh.
(18) karmany akarma yah pasyed, akarmani cha karma
yah, sa buddhiman manushyeshu, sa yuktah krisnakarmakrit, artinya :
Dia yang melihat tak kerja, dalam kerja dan kerja
dalam tak-kerja, diantara manusia adalah bijaksana, seorang yogi walau dia
terus bekerja.
Kerja (karma) walaupun dilaksanakan secara aktif oleh
orang arif-bijaksana, tetapi karena tanpa kepentingan pribadi, maka ini adalah
sama dengan tak-kerja (akarma). Tak-kerja (akarma) oleh orang yang bodoh
diartikan tidak berbuat apa-apa, non aktif jadi akibatnya adalah malas;
bermalas-malas dalam hidup ini,sama artinya dengan kerja (karma) yang disertai
dengan motif-motif kepentingan pribadi, sebab kedua-duanya mengikat yang
berarti tidak membersihkan jiwa untuk tujuan spiritual. Seseoarng yogi (budiman
arif-bijaksana) mengetahui semua ini, dan walaupun ia bekerja terus, namun
tidak ada sesuatu yang mengikat. Ia telah membersihkan jiwanya dari segala
ikatan.
(19) yasya sarve samarambhah, kama samkalpa varjitah,
jnanagni dagdha karmanam, tam ahuh panditam budhah, artinya :
Yang bekerja tanpa nafsu dan motif, kerjanya dibakar api
ilmu-pengetahuan, dinamakan orang-orang arif, sebagai seorang pendita budiman.
Perkataan pandita berarti : orang yang mencapai
kebesaran jiwa. Kalimat "karyanya di bakar api ilmu pengetahuan"
artinya segala pekerjaannya tidak lagi meninggalkan ikatan-ikatan. Ia terbebas
dari ikatan keduniawian menuju kelepasan
(20) tyaktva karma phala sangam, nityatripto
nirasrayah, karmany abhipravritto 'pi, nai 'va kimchit karoti sah, artinya :
Tanpa mengharapkan hasil kerja, selalu gembira, bebas
dari segala, walaupun terus tekun bekerja, sesungguhnya ia tidak berbuat
apa-apa.
(21) niratsir yatachittatma, tyakta sarva parigrahah,
sariram kevalam karma, kurvan na 'pnoti kilbisham, artinya :
tanpa mengaharpkan sesuatu apa, dengan pikiran dan
hati terkendalikan, dan rela melepaskan milik segalanya, hanya jasmaniah
bekerja dia tidak berdosa.
Dalam sloka ini krisna menjelaskan bahwasanya
seseorang yang telah membebaskan jiwanya dari belenggu, bekerja hanya secara
jasmaniah, ibarat orang tidur yang bergerak hanyalah badannya sedangkan jiwanya
tidak berbuat apa-apa.
Dalam tingkatan ini orang telah mencapai kebajikan,
terlepas dari hawa-nafsu dan keinginan-keinginan pribadi. Jiwanya lalu ibarat
cermin yang membayangkan hasrat kesucian mempunyai kekuatan spirituil untuk
mencapai brahman.
(22) yadrichchha labha samtushto, dvandvatito
vimatsarah, samahdiddhav asiddhau cha, kritva 'pi na nibadhyate, artinya :
Puas akan apa-apa diperoleh seadanya, terbebas dari
dualisme pertentangan, tanpa irihati tenang dalam sukses dan kegagalan, walaupun
ia bekerja ia tidak terikat.
Baik dan buruk panas dan dingin, spritual dan duniawi
dan sebagainya adalah dualisme yangs elalu bertentangan. Orang yang telah
membebaskan jiwanya dari dualisme yang bertentangan tersebut diatas, tiada lagi
terikat oleh kerja yang ia laksanakan.
(23) gatasangasya muktasya, jnanavasthita chetasah,
yajnaya 'charatah karma, samagram praviliyate, artinya :
Yang bebas terlepas dari ikatan, pikiran terpusat pada
ilmu pengetahuan, melaksanakan kerja demi pengabdian, segala kerjanya menuju
kelepasan.
sloka-sloka 19 sampai dengan sloka23 ini menguraikan
kerja yang terlepas dari segala ikatan. Dalam sloka iii.9 dikatakan bahwa kerja
yang diperuntukkan bagi kepentingan berbakti tiada mengikat. Dan dalam sloka
diatas ini krisna menjelaskan bahwa kerja (karma0 yang mestinya membawa
pahalapun kalau dilaksanakan dengan penuh pengabdian akan tidak lagi megikat,
sebab kerja + pelaksana +hasilnya semua ditunjukan kepada brahman.
(24) brahma 'rpanam brahma havir, brahmagnau brahmana
hutam, brahmai 'va tena gantavyam, brahma karma samadhina, artinya :
Dipujanya brahman persembahannya brahman, oleh brahman
dipersembahkan dalam api brahman, dengan memusatkan meditasinya kepada brahman,
dalam kerja ia mencapai brahman.
Bila seseorang telah memusatkan segala sesuatunya
dalam hidupnya kepada brahman. Tuhan yang maha esa, maka alat dan tujuan
kerjanya, demikian pula sebab dan akibat kerjanya. Menjadi satu dan hukum kerja
lenyap tidak terbekas lagi, dan ia mencapai brahman.
(25) daivam eva 'pare yajnam, yoginah paryupasate,
bbrahmagnav rahmanav apare yajnam, yajnenai 'vo 'pajuhvati, artinya :
Beberapa yogi memuja dewata, yang lain mempersembahkan
sajian, dengan jalan membaktikan pemujaan, ini kedalam api brahman.
Sloka ini menyatakan bahwasanya bagi orang yang belum
mencapai kesadran yang tinggi adalah wajar kalau ia memuja tuhan dengan
mempersembahkan saji-sajian dalam upacara keagamaan. Tidaklah kiranya wajar dan
adil kalau sekiranya ia disuruh berbuat lain daripada kemampuan materiil dan
spirituil yang ada pada jiwanya. Namun satu hal yang nyata, bahwa apa yang ia
kerjakan adalah untuk berbakti kepada tuhan.
(26) srotradini 'ndriyany anye, samyamagnishu juhvati,
sabdadin vishayan anya, indriyagnishu juhvati, artinya :
Ada yang mengorbankan penglihatan, dan panindria
lainya dalam api-disiplin, yang lain mengorbankan objek suara, dan objek lainya
dalam api-nafsu keinginan.
Disini pengorbanan pancaindria (penglihatan,
pendengaran, penciuman, perasaan dan penyentuhan) dimaksudkan membatasi dan
mengontrol alat-alat pancaindria (mata, telinga, hidung, mulut dan kulit)untuk
tidak leluasa mencari kenikmatan. Demikian pula mengorbankan objek-objek (suara
yang merdu, pemandangan yang indah, bau yang harum, makanan yang lezat dan
benda-benda yang mahal dan halus) dimaksudkan untuk menghindarkan diri dari
segala hawa-nafsu dan keinginan akan objek atau benda serba duniawi, mewah dan
mahal. Semua ini dapat dilaksanakan dengan api-disiplin, yaitu dengan disiplin
yang teguh dan menyala-nyala sehingga membakar segala nafsu dan keinginan
sanpai musnah.
(27) sarvani 'ndriya karmani, prana karmani cha 'pare,
atma samyama yogagnau, juhvati jnanadipite, artinya :
Yang lain lagi mengorbankan semua kerja, pancaindria
dan kekuatan sakti yoginya, kedalam api disiplin jiwanya, yang dinyalakan oleh
ilmu-pengetahuan.
Ini adalah selangkah lebih mendalam daripada yang
dinyatakan dalam sloka 26 diatas, yaitu tenggelam dalam renungan meditasi yang
berpusat pada brahman.
(28) dravyayajnas tapoyajna, yogayajnas tatha 'pare,
svadhyaya jnanayajnas cha, yatayah samsitavratah, artinya :
Ada yang mempersembahkan harta ada tapa, ada yoga dan
ada yang lain pula, pikiran terpusat dan sumpah berat, mempersembahkan ilmu dan
pendidikan budi.
Dalam sloka ini diuraikan lima macam cara berbakti
kepada brahman, yaitu dengan jalan (1) persembahan rituil dengan benda-benda
seperti saji-sajian, (2) bertapa, (3) yoga seperti yang diajarkan oleh
petanyali dalam yogasutra, (4) stude seperti diuraikan dalam upanisahad dan (5)
pendidikan budi.
(29) apane juhvati pranam, prane 'panam tatha 'pare,
pranapanagati ruddhva, pranayama parayanah, artinya :
Ada pula mengatur nafas sebagai persembahan, dengan
jalan mengontrol nafas keluar dan masuk, mempersembahkan prana dalam apana, dan
apana dalam prana sebagai kebaktian.
Perkataan pranayama berarti : pengatur atau kontrol
pernafasan prana = nafas masuk. Dalam hubungan pranayama terdapat suatu ajaran
yang disebut hathayoga, dimana segala sesuatu mengenai arti dan pelaksanaan
pengaturan pernafasan ini diuraikan dengan jalan
(30) apare niyata harah, pranan praneshu juhvati,
sarve 'py ete yajnavido, yajna kshapita kalmashah,artinya :
Ada juga dengan mengatur makanan, mempersembahan
nafas-hidup dalam nafas hidup, semua mereka ini mengetahui pengabdian, dan
dengan kebaktian mereka melenyapkan dosa-hidup.
Mereka yang mengetahui pengabdian san persembahan
kepada brahman dengan cara yang dilukiskan dalam sloka-sloka 25-30 ini, yang
manapun, akan melenyapkan dosa mereka dan dapat mencapai kedamaian.
(31) yajna sistamrita bhujo, yanti brahma sanatanam,
na 'yam loko 'sty ayajnasya, kuto 'nyah kurusattama, artinya :
Mereka yang makan dari sisa persembahan,mencapai
brahman yang kekal-abadi,dunia ini bukan bagi yang tidak berbakti,apapula dunia
yang lain, oh kurusattama.
Kurusuttama = arjuna sendiri, lihat penjelasan sloka
1.1 yang dimaksudkan dengan makanan sisa persembahan atau amrita adalah
saji-sajian yang telah dipersembahkan kepada brahman yang mengandung berkah
keabadian daripada-nya (lihat sloka iii.13). Krisna menjelaskan dalam sloka ini
membawa undang-undang pada dirinya sendiri yang menyatakan hidup adalah
pengorbanan (kebaktian) dan barang siapa yang tidak menyadari ini, tidak akan
menemui kebahagian dalam dunia ini maupun dunia lain.
(32) evam bahuvidha yajna,vitata brahmano mukthe,karmajan
viddhi tan sarvan,evam jnatva vimokshyase,artinya :
Banyak dan beraneka warna persembahan,bakti dihaturkan
kepada brahman,semuanya ini berasal dari kerja,mengetahui ini, engkau 'kan
moksha.
Perkataan moksha berarti emansipasi jiwa atau kelepasan,
kerja sloka ini adalah kerja yang meliputi mental, jasmaniah dan spirituil.
(34) tad viddhi pranipatena, paripprasnena
sevaya, upadekshyanti te jnanam, jnaninas attvadarsinah, artinya :
Belajarlah dengan wujud displin,dengan bertanya dan
dengan kerja berbakti,guru budiman yang melihat kebenaran,akan mengajarkan
padamu ilmu budi-pekerti.
Tiga cara yang tidak bisa dipisahkan satu sama lain
untuk belajar mencapai kebenaran abadi, yaitu pranipatena (hormat, sujud dan
disiplin kepada guru yang memberi pendidikan), pariprasena (bertanya, mencari
dan memikirkan sendiri ilmu-pengetahuan yang diberikan kepadanya) dan sevaya
(berbakti, melayani dan setia dengan tulus iklas kepada guru). Ketida cara ini
harus dituntun oleh seorang guru yang telah melihat brahman dalam dirinya.
(35)
yaj jnatva na punar moham,evam yasyasi paandava,yena bhutany
aseshena,drakshyasy atmany atho mayi,artinya :
Setelah mengetahui segala ini,engkau tidak lagi
kebingungan pandawa,dengan demikian melihat, tanpa kecuali,segala mahkluk dalam
atman, dalam diri-ku.
(36) api ched asi papebhyah, sarvebhyah
papakrittamah,sarvam jnanaplavenai 'va,vrijinam samtarishyasi,artinya :
Walau seandainya engkau paling berdosa,diantara
manusia yang memikul dosa,dengan perahu ilmu-pengetahuan ini,lautan dosa engkau
akan seberangi.
Ilmu-pengetahuan (yang juga sama artinya dengan ilmu
budi pekerti) melenyapkan segala keraguan dan kebingungan, serta mengahpus
segala dosa dan melepaskan segala ikatam jasmaniah.pandawa = arjuna
(37) yathai 'dhamsi samiddho 'gnir,bhasmasat kurute
'rjuna,jnanaghih sarvakarmani, bhasmasat kurute tatha,artinya :
Bagaikan api menyala, oh arjuna,membakar kayu api
menjadi abu,api-ilmu pengetahuan demikian pula,membakar segala karma menjadi
abu.
Karma = kerja. Api ilmu-pengetahuan membakar karma
atau kerja, mengehapus dualisme (buruk dan baik, panas dan dingin dan
sebagainya), mengantar jiwa kealam kebebasan abadi.
(38)
na hi jnanena sadrisam,pavitram iha vidyate,tat svayam yogasamsiddhah,kalena
'tmani vindati,artinya :
Tidak ada sesuatu dalam dunia ini,dapat menyamai
ilmu-pengetahuan,mereka yang disempurnakan dalam yogi,menemuinya sendiri dalam
jiwanya pada waktunya,
Pada umumnya yoga diartikan orang sebagai praktek
disiplin yang spiritual, yang kesempurnaanya membutuhkan waktu lama, tetapi sesungguhnya
yoga, bila dimengerti sewajarnya, melingkupi teori kesucian ilmu pengetahuan
dan praktek disiplin yang spiritual. Orang yang melaksanakan yoga dengan
disiplin tetapi tanpa kesucian ilmu-pengetahuan, usahanya adalah sia-sia,
demikian pula sebaliknya, orang yang memiliki teori kesucian ilmu-pengetahuan
tanpa praktek disiplin yang spiritual tidak mungkin menjadi yogi, oranmg yang
mencapai kelepasan.
(39)
sraddhavaml labhate jnanam,tatparah samyatendriyah,jnanam labdhva param
satim,achirena 'dhigachchati,artinya :
Ia yang memiliki kepercayaan dan
menguasai,pancaindrianya, mencapai ilmu-engetahuan,
setelah memiliki ilmu-pengetahuan,dengan segera ia menemui kedamaian abadi.
setelah memiliki ilmu-pengetahuan,dengan segera ia menemui kedamaian abadi.
Perkataan sraddha berarti : kepercayaan, keyakinan.
Sesungguhnya perkatan sraddha walaupun berarti kepercayaan, namun bukanlah
kepercayaan yang membabi-buta. Perkataan sraddha (kepercayaan) harus diikuti
dengan perkataan samyatedriyah (penguasaan atas pancaindria, hawa-nafsu) untuk
mencapai param santim (kedamaian abadi, tertinggi)
(40)
ajnas cha 'sraddadhanas cha,samsayatma vinasyati,na 'yam loko 'sti na paro,na
sukham samsayatmanah,artinya :
Tetapi mereka yang dungu dan tidak percaya,dan
bersifat ragu, akan hancur sirna,bagi yang ragu-diri, baginya tiada
bahagia,bagi dunia ini, pun dunia sana.
Dalam kehidupan sehari-hari nyatanya banyak orang yang
bimbang dan ragu-ragu, tetapi mereka tidak apa-apa tidak hancur ataupun sirna.
Adapun yang dimaksudkan dalam sloka ini, yang hancur adalah kehidupan
spirituilnya, sebagai sebaliknya, basis positif dalam hidup ini adalah memiliki
kepercayaan atau keyakinan.
(41) yoga samnyasta karmanam,jnana samcchinna
samsayam,atmavanism na karmani,nibadhnanti dhanamjaya,artinya :
Ia yang bebas menurut ajaran yoga, dananjaya,yang
mengikis keraguannya dengan ilmu pengetahuan,yang telah menguasai jiwanya
sendiri,hukum kerja tidak membelenggunya lagi.
Sloka ini memberi kesimpulan apa yang diuraikan krisna
kepada arjuna dalam bab iv, yaitu hubungan timbal balik antara kerja yang
benar, ilmu-pengetahuan yang suci dan disiplin jiwa yang teguh.
(42) tasmad ajnana samnhutan,hritstham jnanasina
'tmanah,chhittvai 'nam samsayam yogam,atishtho 'ttishtha bhaarata,artinya :
Sebab itu, setelah memotong keraguan,dalam hatinya
karena ketidak-tahuan,dengan pedangnya ilmu pengetahuan,berpegang pada yoga,
bangkitlah! Oh barata.
Barat = arjuna. Dengan kerja yang benar,
ilmu-pengetahuna yang suci dan disiplin jiwa yang teguh, serta terhapusnya
keraguan dalam hati, arjuna diharapkan bangkit, bertindak!
Ity
srimad bhagavadgitasupanishatsu,brahmavidyayam yogasastre,
srikrishnarjunasamvade, jnanayogo nama chaturtho 'dhyayah.
Maka berakhirlah bab keempat upanishad
bhagavadgita,mengenai ilmu-pengetahuan tentang yang maha esa,kitab suci yoga
dan dialog antara sri krisna dan arjuna,yang berjudul jnanayoga.
5.
PEMBEBASAN DARI PENGARUH KERJA
Arjuna bertanya, yang manakah lebih baik membebaskan
diri dari kerja atau bekerja tanpa kepentingan pribadi?. Dalam bab keenam ini
krisna menjawab bahwa kedua-duanya sama, tetapi kerja tanpa kepentingan pribadi
lebih baik.
Samnyasi (membebaskan diri dari kerja) maupun yogi
(bekerja tanpa motif kepentingan diri pribadi) mempunyai tujuan yang sama.
Samyasi walaupun membebaskan diri dari kerja, namun apa yang diperbuatnya
sehari-hari adalah motif apa-apa untuk dirinya sendiri. Secara mental ia
meninggalkan kerja.
Ia bekerja tanpa pengeruh ikatan kerja, sebab sadar
bahwa kenikmatan berasal dari hubungan duniawi dan hanya merupakn sumber
penderitaan belaka.
Ia memandang semuanya sama, rendah maupun tinggi,
tidak bergirang karena senang dan tidak bersedih karena duka dan berpikir :
"aku sebenarnya tidak berbuat apa-apa, hanya pancaindria yang bergerak
diantara objek-objek benda''
Ia memutuskan hubungan dengan objek duniawi,
memikirkan dan menyerahkan seluruh jiwanya kepada brahman, bermeditasi
mengahpuskan dosa mencapai kedamaian abadi.
(1) arjuna
uvacha:, samnyasam karmanam krishna, punar yogam cha samsasi, yach chhreya
etayor ekam, tan me bruhi sunischitam, artinya :
Arjuna bertanya:, engkau memuji pembebasan diri dari
kerja, kemudian kerja tanpa kepentingan pribadi, oh krisna, katakanlah padaku
dengan pasti, manakah yang lebih baik diantara keduanya?
Dalam bab ini, arjuna mempersoalkand ua istilah yang
sulit, yaitu samnyasa dan yoga (dalam hubungan pertanyaan diatas ini, yang
dimaksudkan yog adalah karmayoga). Perkataan samnyasa berarti : pembebasan diri
dari kerja dan perkataan karmayoga berarti kerja tanpa kepentingan pribadi.
Kedua istilah ini dalam pengertiannya masing-masing masih membingungkan
arjuna;karena itu ia bertanya kepada gurunya.
Dalam bab III.17 dijelaskan bahwa yang bersatu dengan
atman hidup bahagia dan tidak dibelenggu oleh ikatan kerja. Dalam bab iv. 18,
19, 21, 22, 24, 32, 33, 37 dan 41. Krisna mengutarakan makna daripada
pembebasan diri dari segala kerja. Tetapi kemudian dalam sloka IV.42. Krisna
meminta agar arjuna berpegang pada yoga yaitu kerja.
Bagi orang sederhana, yang diliputi oleh ketidaktahuan
selalu, kerja (karmayoga) sudah pasti lebih baik daripada pembebasan diri dari
kerja (samyasa). Yang menjadi pertanyaan arjuna disini adalah bagi orang yang
tidak tergolong sederhana tetapi belum menemui atman dalam jiwanya sendiri,
manakah yang lenih baik sebab kedua-duanya mengandung kontradiksi atau sama
lai?
(2) sribhagavan uvacha:, samnyasah karmayogas cha,
nihsreyasakarav ubhau, tayos tu karmasamnyasat, atinya ;
Sri bagawan menjawab:, membebaskan diri dari kerja,
dan bekerja tanpa kepentingan pribadi, keduanya membawa kebahagian tertinggi,
tetapi diantara kedua-duanya ini,
kerja tanpa kepentingan pribadi, lebih baik dari bebas-diri dari kerja.
kerja tanpa kepentingan pribadi, lebih baik dari bebas-diri dari kerja.
Dalam sloka ini mula-mula krisna menjelaskan bahwa
samnyasa (pembebasan diri dari kerja) dan karmayoga (kerja tanpa kepentingan
pribadi) adalah sama bila dilihat dari segi tujuan terakhir daripada emansipasi
spirituil manusai. Tetapi kalau ditinjau dari segi cara (jalan) dan
pelaksanannya, maka samnyasa dan karmayoga adalah bebeda, walaupun kedua-duanya
tidak bertentangan.
Kalau samnyasa menekankan ilmu pengetahuan tentang
atman sebagai alat untuk mencapai kedamainan abadi dan bersatu dengan brahman,
maka karmayoga menitik beratkan keamanan dan usaha keras sebagai alat untuk
mencapai-nya. Tetapi disini, yang langsung dihadapi manusia dalam kehidupannya
sehari-hari adalah karmayoga kerja tanpa motif kepentingan untuk diri sendiri.
Oleh karena itu seorang samnyasi (yang membebaskan
diri dari kerja) maupun seorang yogi (yang bekerja tanpa motif kepentingan diri
pribadi) mempunyai tujuan yang sama, tidak ada kontradiksi, yaitu kedamaian
abadi. Seorang samnyasa yang betul walaupun telah membebaskan diri dari segala
kerja, namun apa yang ia perbuat sehari-harinya adalah kerja tanpa motif
apa-apa untuk dirinya sendiri. Demikian pula seorang yogi walaupun bekerja
tanpa motif kepentingan pribadi, namun apa yang ia perbuat sehari-harinyaadalah
kerja yang membebaskan dirinya dari ikatan kerja. Jadi kedua-duanya adalah
menuju satu kesatuan; dan sesungguhnya keduanya adalah merupakan sikap mental.
(6) samnyasas tu mahabaho, dunkham aptum ayogatah,yogayukkto munir brahma, nachirena 'dhigachchati,artinya :
Tetapi samnyasa tanpa yoga, sungguh sukar dicapai, oh mahabahu,seorang mini dilengapi dengan
yoga,mencapai brahman dengan segera.
Perkataan
muni berarti : orang yang bersamadi, teguh iman (lihat sloka ii. 56)
Samnyasa (pembebasan diri dari kerja) adalah suatu
bentuk yang sangat sukar untuk dicapai, sebab jalan untuk mencapainya penuh
dengan penolakkan kesenangan, kewajiban yang berat, larangan yang keras, tabu
bagi berbagai hal, pantang dengan berbagai tindakkan dan sebagainya. Pendeknya
penug dengan kedukaan (duhkham aptum) dan kesukaran. Oleh karena itu, seperti
telah diuraikan dalam sloka 2 bab v ini, yoga (kerja tanpa kepentingan pribadi)
adalah lebih baik, sebab lebih mudah jalan untuk mencapainya.
Bukanya samnyaasa yang didasarkan ilmu-pengetahuan
tentang atman tidak lebih tinggi daripada yoga yang didasarkan atas kemauan dan
usaha yang keras, melainkan karena yoga ini lebih mudah dicapai oleh mereka
yang baru mulai, dan pada waktunya dapat meningkatkan diri mereka pada jalan
yang lebih tinggi dengan pikiran dan jiwa yang telah disucikan. Maka itulah
krisna menganjurkan agar samnyasa disertai dengan yoga atau seorang muni
dilengkapi dirinya dengan yoga.
(7) yoga yukto visuddhatma,vijitatma jitendriyah,sarva
bhutatma bhutatma,kurvann api na lipyate.artinya :
Dia yang melaksanakan yoga, berjiwa suci,menguasai
diri, menaklukan pancaindria, atmanya adalah atman mahkluk semua,walaupun
bekerja, tidak terpengaruh ikatan kerja.
Perkataan sisaddha berarti jiwa yang bersih (suci), vijiatma
berarti dia yang menguasai jiwanya dan jitendriyah berarti dia yang telah
menaklukan pancaindrianya. Disini kelihatannya dengan nyata betapa perkembangan
dan kemajuan spirituil seseorang yang melaksanakan yoga. Secara mental ia
menjatuhkan jiwanya dengan jiwa mahkluk semua lainnya, yang menyebabkan segala
kegiatan sehari-hari tidak lagi diikat oleh pahala kerja (karma).
(9) pralapan visrijan grihnann,unmishan
nimishann api,indriyani 'ndriyartheshu,vartanta iti dharayan,artinya :
Takkala
berbicara, melepaskan, mengenggam,membuka dan memejam mata,ia beranggapan :
"hanya pancaindria belaka bergerak diantara objek benda-benda"
Hanya orang yang benar-benar mengetahui inti kebenaran
dapat memisahkan jiwanya yang bersih (suci) dan bebas daripada prakriti (objek
benda-benda duniawi). Ia mengerti benar bahwa komponen-komponen ego pada diri
seseorang tidaklah permanen, yang merupakan arus yang berobah-obah setiap saat,
yang bergerak diantara objek benda-benda duniawi.
Adalah berbahaya kalau orang memberi interprestasi
bahwa kedua sloka ini mempunyaiarti "bukan aku yang melaksankannya,
melainkan pancaindriaku" dan lalu membiarkan hawanafsunya, seakan-akan ia
tidak bertanggung jawab terhadap pancaindrianya sendiri, yang sebenarnya harus
dikontrolnya.
(10) brahmany adhaya karmani,sangam tyaktva karoti
yah,lipyate na sa papena, padmapattram iva 'mbhasa,artinya :
Dia yang bekerja mempersembahkan kerjanya,kepada
brahman, tanpa motif keinginan apa-apa,tidak terjamah oleh dosa-papa,bagaikan
air meluncur didaun teratai.
Seperti telah dinyatakan sloka 2, krisna mengehendaki
agar arjuna bekerja dan bertindak dengan jalan menuju segala kerja dan
tindakkannya kepada brahman yang maha esa. Daun teratai tidak dibasahi air
walaupun kena hujan, demikian pula orang walaupun bekerja sehari-hari
sebagaimana mestinya, sebab perbuatannya tidak lagi mengahsilkan karma.
Kedamaian abadi adalah merupakan tingkatan
kesempurnaan yang dicapai dengan jalan berangsur-angsur, yang mula-mula tumbuh
dari pertama kebersihan hati, kedua mencapai ilmu-pengetahuan, ketiga
melepaskan segala hawa nafsu dan keinginan-keinginan pribadi dan keempat
keseimbangan jiwa dalam melaksanakan bakti.
(13)
sarvakarmani manasa,samnyasya 'ste sukham vasi,navadvare pure dehi,nai 'va
kurvan na karayan, artinya :
Setelah secara mental menanggalkan segala kerja,jiwa,
penghuni jasmani ini, menguasai dirinya,bertakhta dengan damai dikota sembilan
gapura,tiada bekerja, pun tidak menyebabkan kerja.
Dalam sloka ini krisna menjelaskan bahwa jiwa yang ada
didalam diri manusia diibaratkan sebagai seorang raja yang bertakhta dalam kota
yang mempunyai pintu gerbang sembilan buah. Sembilan pintu gerbang tersebut
adalah : dua biji mata, dua lobang hidung, dua lobang kuping, satu lobang
mulut, satu lobang pantat dan satu lobang kemaluan.
Setelah jiwa itu menanggalkan segala kerja, maka ia
berthakta dalam diri manusia, dengan damai dan bahagia menguasai dirinya. Ini
berarti ia tidak lagi bekerja atau menyuruh orang lain bekerja, dan hubungan
dengan dunia luar melalui kesembilan pintu gerbang tersebut diatas tidak ada
lagi, atau perkataan lain, ia telah mengontrol pancaindrianya dan objek
benda-benda duniawi tidak lagi mempunyai hubungan apa-apa dengan dia.
Perkataan sarvakarmani berarti : segala kerja atau
semua tindakkan. Dalam hubungan ini, kerja manusia dapat dibagi menjadi empat :
yang diharuskan = atya, yang mnenjadi kebiasaan atau tradisi = naittika, yang
mempunyai maksud tujuan = kamya dan yang dilarang = nishiddha. Keempat macam
kerja ini, bagi orang yang telah mencapai kedamaian abadi tidak mempunyai
pengaruh apa-apa lagi.
Konsep tentang tuhan dijelaskan oleh krisna sebagai
yang maha kuasa, brahman seru-sekalian-alam, atman, yang maha tinggi
(kebenaran). Dalam sloka 14 tuhan dikatakan yang maha kuasa, namun ia tidak
menciptakan alam dan membantu manusia untuk memisahkan dirinya dari hukum karma
yang merukan manisfestasikan alam-benda prakriti. Selama jiwa manusia masih
terbelenggu oleh ketidak-tahuan (ajnanena), selama itu ia akan menjalani hukum
karma, memetik buah perbuatan apa saja ia lakukan dalam hidupnya, dan selama
itu pula ia tidak mempunyai hubungan dengan yang maha kuasa.
Tuhan dikatakan brahman seru-sekalian-alam. Ia
meliputi seluruh alam semesta yang paling tinggi, paling luas dan paling dalam.
Maka itu ia dikatakan lebih kecil daripada atom, tetapi lebih besar daripada
bumi + bulan + bintang + matahari sekaliannya. Oleh karena ia meliputi
segalanya, maka ia tidak menerima orang yang berbuat dosa, sebab kedua-duanya
(dan sesungguhnya semuanya dan segala sesuatunya) ada pada-nya, dan diliputi
oleh-nya. Adalah menjadi kewajiban manusia sendiri untuk berusaha mengahspuskan
ketidaktahuanya, melepaskan egonya yang dibelenggu hukum-karmadan bersatu
dengan brahmanseru-sekalian-alam, yang meliputi segala-galanya. Dalam sloka 16
tuhan dikatakan kebenaran, yang maha tinggi. Secara psikologis status atau
tempat yang ketinggian adalah lebih baik dan lebih sempurna. Maka itu kebenaran
yamg paling sempurna tempatnya adalah paling tinggi. Orang yang ingin bersatu
dengan atman harus mencapai tempat yang maha tinggi itu, dengan jalan menghapus
belenggu karmanya.
Inilah konsep tuhan yang diutarakan dalam seluruh
dialog krisna dengan arjuna dalam bhagavadgita ini.
(17) tadbuddhayas tadatmanas,tanishthas
tatparayanah,gachchanty apunaravrittim,jnana nirdhuta kalmashah,artinya :
Mereka yang memikirkan-nya menyerahkan jiwa,seluruh
kepada-nya, menjadikan-nya tujuan utama,memuja harus pada-nya, akan pergi tidak
kembali,dan dosa mereka dihapus oleh pengetahuan budi-pekerti.
Perkataan apanuravritti berarti : suatu keadaan tidak
kembali lagi, dengan perkataan lain tidak mengalami inkarnasi lagi langgeng.
Keadaan ini dicapai kalau dosa (kalmashah) sudah dihapus dengan ilmu
pengetahuan budi-pekerti (lihat sloka IV.36).
(18) vidya vinaya sampanne,brahmane gavi hastini,suni
chai 'va svapake cha,panditah samadarsinah,artinya :
Orang arif bijaksana mnelihat semua,sama. Baik
brahmana budiman dan rendah hati,
maupun seekor sapi, gajah dan anjing,ataupun orang hina-papa tanpa kasta.
maupun seekor sapi, gajah dan anjing,ataupun orang hina-papa tanpa kasta.
Perkataan vinaya berarti : rendah-hati. Dalam kitab
tripitaka (ajaran buddha) perkataan ini juga berarti disiplin. Perkataan svake
sebenarnya berarti orang yang makan daging anjing yaitu orang pariah, tanpa
kasta.
Pendita dan orang arif-bijaksana yang jiwanya telah
suci melihat manusia dan mahkluk lainya sama tinggi-rendahnya. Pandangan yang
demikian itu menumbuhkan perasaan kasih sayang kepada sesama mahkluk hidup dan
mengangkat tanggapan akan persamaan hidup yang menjadi karakteristiknya
kehidupan spiritual.
(19)
ihai 'va jitah sargo,yesham samye sthitam manah,nirdesham hi samam
brahma,tasmad brahmani te sthitah, artinya :
Didunia ini sekalipun inkarnasi diatasi,oleh mereka
yang pikirannya seimbang harmonis,
sebab brahman seimbang dan sempurna,maka merekapun bersatu dengan brahman.
sebab brahman seimbang dan sempurna,maka merekapun bersatu dengan brahman.
Dalam tingkatan dimana pikiran telah mencapai
keseimbangan yang harmonis, dimana dualisme pertentangan (panas dan dingin,
suka dan duka, dan sebagainya) tidak ada lagi dan jiwa seimbang dalam brahman,
maka hukum karma dan inkarnasi lenyap, serta kelepasan dapat tercapai sekalipun
orang masih hidup didunia ini.
(20)
na prahrisyet priyam prapya,no 'dvijet prapya cha 'priyam,sthirabuddhir
asammudho, brahmavid brahmani sthitah.artinya :
Dia yang tidak bergirang menerima suka,dan juga tidak
bersedih menerima duka,tetap tinggal tenang dan berteguh iman,mengetahui
brahman. Bersatu dengan brahman.
(21) bahyasparseshv asaktatma,vindaty atmani yat
sukham,sa brahmayoga yuktatma, sukham akshayam asnute.artinya :
Dia yang jiwanya tak-lagi berhubungan dengan,duniawi
menemui kabahagian dalam atman,dia yang mengontrol hatinya demikian,dalam yoga
pada brahman menikmati restu abadi.
Kedua sloka diatas ini melukiskan tingkatan dimana
seseorang telah membebaskan dirinya dari segala ilusi yang ditimbulkan oleh
pancaindrianya dan kotak daripadanya dengan objek-objek benda-benda, hidup
dalam keabadian dan menikmati restu langgeng dari brahman.
(22)
ye hi samsparsaja bhoga,duhkhayonaya eva te,adyantavatah kaunteya,na teshu
ramate budhah,artinya :
Kenikmatan
berasal dari hubungan duniawi,hanya merupakan sumber penderitaan belaka,
ada awalnya ada akhirnya, oh kuntipura,tak seorang budimanpun tertarik pada semua ini.
ada awalnya ada akhirnya, oh kuntipura,tak seorang budimanpun tertarik pada semua ini.
Perkataan duhkayonaya berarti : sumber kedukaan.
(bandingkan pula sloka ini dengan sloka ii.14 terdahulu).
(23) saknoti 'hai 'va yah sodhum,prak sarira
vimokshanat,kamakrodhodbhavan vegam,sa yuktha sa sukhi narah,artinya :
Dia yang kuasa menahan nafsu birahi,dan amarah
murkanya didunia ini,sebelum meninggalkan jasad raganya,ada yogi, dia adalah
orang yang bahagia.
(24) yo 'ntahsukho 'ntararamas,tatha 'ntarjyotir eva
yah,sa yogi brahmanirvanam, brahmabhuto 'dhigachchhati. Artinya :
Dia
yang menemui kebahagian pada dirinya,tentram pada dirinya, cahaya pada dirinya,
yogi yang begini ini menjadi suci.
yogi yang begini ini menjadi suci.
Perkataan brahmanrvana dala kitab suci agama budha
berarti kebahagian tertinggi (lihat sloka II.72) dan perkataan brahmabhutah
dalam kitab suci upanisad berarti menjadi satu dengan brahman. Kedua tingkatan
ini bisa dicapai oleh manusia semasih hidup didalam dunia ini ditengah-tengah
masyarakat, apabila ia benar-benar telah melaksanakan dan mencapai tingkatan
seperti yang dilukiskan dalam kedua sloka diatas ini.
(25) labhante brahmanirvanam,rishayah
kshinakamashah,chhinnadvaidha yatatmanah, sarvabhutahite ratah.artinya :
Orang suci yang dosanya telah dimusnahkan, keraguannya
dihapus, pikiranya dipusatkan,kebahagiannya berbuat kebajikan bagi mahkluk
semua,mencapai nirmawana bersatu dengan brahman.
Dalam sloka ini krisna menerangkan bahwa keyakinan
hidup harus dilihat dari segi diri sendiri dan masyarakat yaitu kebahagian
untuk menyucikan jiwa sendiri
dan kebahagian untuk kebajikkan bagi (masyarakat) mahkluk semua (sarvabhu tahite ratah)
dan kebahagian untuk kebajikkan bagi (masyarakat) mahkluk semua (sarvabhu tahite ratah)
(26) kama krodha viyuktanam,yatinam yatahetasam,abhito
brahmnirvanam,vartate viditatmanam,artinya :
Dia yang menguasai diri pribadinya,mengontrol
pikiranya bebas dari nafsu dan murka,
mengetahui atman ada disekitar dirinya,mencapai nirwana bersatu dengan brahmana.
mengetahui atman ada disekitar dirinya,mencapai nirwana bersatu dengan brahmana.
Kesadaran akan pendekatan jiwa dengan atman yang ada
disekitar dirinya mempercepat proses seseorang untuk mencapai nirwana, dan
proses ini bisa dicapai dalam hidup ini sekalipun.
(27)
sparsan kritva bahir bahyams,chakshus chai 'va 'ntare bhruvoh,pranapanam samau
kritva,nasal hyantaracharinau.artinya :
Dengan
memutuskan hubungan objek benda,memusatkan mata diantara kening,mengatur
keluarnya prana dan masuknya spana,diantara lobang hidung dengan seimbang.
(28)
yatendriya mano bhuddhir,munir mokshaparayanah,vigatechchha bhaya krodho,yah
sada mukta eva sah.artinya :
Menguasai panca indria, perasaan dan pikiran,seluruh
jiwa menghasratkan kelepasan,
membuang jauh nafsu, takut dan murka,orang suci itu mencapai kelepasan buat selamanya.
membuang jauh nafsu, takut dan murka,orang suci itu mencapai kelepasan buat selamanya.
(mengenai istilah prana dan apana lihat sloka IV.29).
Setelah memutuskan hubungan pancaindria dengan objek benda-benda lahiriah, lalu
dilakukan meditasi dengan jalan memejamkan mata setengah tertutup, hanya biji
mata saja ditengah-tengah kening tertuju kepada ujung hidung, dan keluar
masuknya nafas diatur. Dalam posisi begini, seluruh konsentrasi jiwa dipusatkan
kepada hasrat akan kelepasan (moksha). Tentang hal ini, akan dijelaskan oleh
krisna lebih jauh dalam bab berikut.
(29)
bloktaram yajnatapasam,sarvaloka mahesvaram,suhridam sarvabhutanam,jnatva mam
santim richchhati,artinya :
Setelah mengetahui aku sebagai penerima,persembahan bakti
dan tapa-meditasi,sebagai seru-sekalian-alam, pencipta mahkluk semua,ia
mencapai kebamaian abadi
Kalau kurang dialami, seolah-olah sloka diatas ini
mengandung pertentangan dengan sloka-sloka 14 dan 15. Tetapi sebenarnya
tidaklah demikian. Sebab tuhan, brahman, seru-sekalian-alam bukan pelaksana,
tidak dapat dilukiskan, tidak dapat diuraikan dengan kata-kata dan tidak
terucapkan. Hanya manusialah yang mencoba menerangkan dengan berbagai cara,
berbagai penjelasan berbagai antribut-sifat-kwalitas menurut pengertiannya
masing-masing.
Untuk mengetahui brahman sesungguhnya kita harus
melaksanakan kewajiban kita dengan jalan mempersembahkan kebaktian, studi,
bersedekah, hidup sederhana, berguru dan meditasi, bukan dengan kata dan
penjelasan.
Ity
srimad bhagavadgitasupanishatsu brahmavidyayam,yogasastre
rikrishnarjunasamvade, karmasamnyasayogo nama panchamo 'dhyayah. Artinya
Maka berakhirlah bab kelima upanisad
bhagavadgita,mengenai ilmu pengetahuan tentang yang maha esa,kitab suci yoga
dan dialog antara sri krisna dan,arjuna yang berjudul karmasamnya-sayoga.
Yogi memusatkan pikiran
terus-menerus pada jiwa (atman) ditempat yang aman, sunyi dan bersih sendirian
menyucikan jiwanya. Badan, leher dan kepala tegak duduk diam tidak bergerak,
mengkonsentrasikan pikiran dan menjaga keseimbangan jiwa. Berdisiplin dalam
makan, tidur, jaga, langkah, bicara, dan kerja. Bagaikan nyala pelita ditempat
yang hening tidak berangin. Yoga harus dilaksanakan dengan keteguhan hati dan
keyakinan yang menbaja, menanggalkan semua nafsu keinginan untuk pribadi dan
memandang atman ada pula pada semua mahkluk insani yang sama dengan jiwa
sendiri.
Arjuna bertanya kalau pikiran itu liar, bagaimana bisa
diperoleh keseimbangan, sukar dikendalikan seperti mengendalikan angin? Krisna
menjawab, dengan latihan bekerja tanpa keinginan untuk diri pribadi.
Arjuna bertanya walaupun ada keyakinan, tetapi tidak bisa
menguasai diri, pikiran pengembara, yogi yang begini pergi kemana? Krina
menjawab bahwa berbuat kebajikan, walaupun gagal melaksanan yoga, lahir kembali
dalam posisi dan situasi yang lebih baik, dan berusaha lagi sampai menuju
kekesempurnaan. Seorang yogi lebih besar daripada pertapa, sarjana dan dari
yang melakukan upacara persembahyangan.
(1)
Sribhagavan uvacha:,anasritah karmaphalam,karyam karma karoti yah,sa
samnyasi cha yogi cha,na niragnir na cha 'kriyah, artinya :
Sri bagawan berkata;dia yang bekerja tanpa keinginan
untuk pribadi,adalah seorang samnyasi dan juga seorang yogi,bukanya dia yang
tidak menyalakan api,pemujaan dan tidak melakukan sembah bakti.
Api diperlukan pada waktu diadakan upacara pemujaan
sebagai alat yang menghubungkan antara pemuja san brahman. Dalam kiasanya, api
juga dipergunakan sebagai alat untuk menerangi jiwa manusia agar dapat melihat
brahman. Banyak orang yang menafsirkan bahwa samyasi (yang telah membebaskan
diri dari kerja tidak perlu lagi menjalankan api pemujaan, tidak perlu lagi
mengadakan upacara persembahyangan. Tetapi sebenarnya tidaklah demikian. Absen
dari api pemujaan dan upacara persembahyangan. Tetapi tanp[a semangat samnyasa
yang sesungguhnya adalah sia-sia belaka. Maka itu krisna menjelaskan kepada
arjuna bahwa seorang samnyasi tidak seharusnya melupakan api pemujaan dan
upacara persembahyangan.
(4) yadhi ne 'ndriyartheshu,na
karmasv anushajjate,sarva samkalpa samnyasi,yogaruhas tado 'chyate,artinya :
Bila ia merasa bebas sungguh dari ikatan, objek
pancaindria dan kerja,dan membuang segala maksud keinginan,maka ia dikatakan
mencapai yoga.
Perkataan yogarudha berarti : naik mencapai yoga, dan
perkataan samkalpa berarti : maksud, keinginan dan nafsu.
Menurut manu semua nafsu keinginan lahir dan samkalpaatau
dengan perkataan lain samkalpa adalah sumber-sumber nafsu-keinginan
(mahabharata, santiparva 177,25 : "oh nafsu-keinginan, aku tahu dimana
akarmu berada. Engkau dilahirkan dan tumbuh dari samkalpa. Aku tidak akan
memikirkan engkau, dan engkau akan berhenti tumbuh").
Jadi seorang muni yang telah mencapai yoga tidak lagi
memikirkan maksud-keingainan yang egoitis dan dengan jalan begini samkalpa
tidak lagi tumbuh padanya.
(5) uddhared atmana 'tmanam,na 'tmanam avasadayet,atmai
'va hy atmano bandhur,atmai 'va ripur atmanah.artinya :
Biarlah dia mengangkat jiwanya dengan jiwa,janganlah jiwa
menjerumuskan dirinya,sebab hanya jiwa adalah teman jiwanya,dan hanya jiwa
adalah musuh jiwanya.
(6) bandhur atma 'tmanas tasya,yena 'tmai 'va 'tmana jitah,anatmanas tu satsrutve,varteta 'tmai satruvat,artinya :
Jiwa menjadi teman jiwa yang bisa,menguasai jiwanya
dengan jiwanya,tetapi bagi yang jiwanya tidak ditaklukan,jiwa, seperti musuh,
menjadi lawan.
Dalam kedua sloka diatas jiwa manusia dilihat dari dua
aspek, yaitu sebagai objek dan subjek peningkatan spirituil seseorang, dimana
ego bertindak atas aspek yang satu dan sebaliknya dimana ego ditindak oleh
aspek yang lainnya. Sesungguhnya jiwa (atman) ada pada diri kita, tetapi oleh
karena ego kita bertindak, maka kesadaran kita tertekan kebawah yang
menyebabkan kita tidak mengetahui-nya (lihat sloka iii,38) dan menyebabkan jiwa
kita terpisah dengan jiwa (atman).
Jiwa seseorang menjadi temanya sendiri, apabila ia dapat
memisahkan benda-jasmaniah dan mengontrol pancaindrianya didalam ia menempuh
kehidupan spiritual sehari-harinya.
Tatapi kalau sebaliknya, maka jiwanya akan menjadi
musuhnya sendiri. Untuk itu orang harus menyadari bahwa "jiwa adalah
penguasa jiwa" dan "jiwa adalah tujuan jiwa" (dhammapada 160 dan
380).
Dalam masyarakat biasa, manusia kehidupan sosial
sehari-hari diliputi oleh adanya golongan-golongan seperti antara keluarga dan
orang lain, bangsa sendiri dan orang asing, orang saleh dan orang munafik dan
seterusnya, dimana diantara golongan-golongan itu timbul perbedaan dan
pertentangan.
Tetapi bagi seorang yogi perbedaan dan pertentangan
tersebut tidak mempengaruhi apa-apa (lihat juga sloka V1.8 sebagai suatu
perbandingan)
(10) yogi yunjita satatam,atmanam rahasi sthitah,ekaki
yatachittatma,nirasir aparigrahah.artinya :
Biarlah yogi itu memusatkan pikirannya,terus-menerus pada
atman ditempat aman,sendirian, menguasai jiwa dan raganya,bebas dari
nafsu-keinginan akan kekayaan,
Dalam sloka ini dan sloka-sloka seterusnya oleh krisna
dijelaskannya tentang yoga menurut garis-garis yang diajarkan oleh pantanyali
dalam bukunya yang bernama yoga sutra. Tujuannya yang utama adalam untuk mengengkat
kesadaran manusia dalam menghadapi perjuangan hidup dan pergulatan bhatinya
sehari-hari menuju kearah kedamaian jiwa yang lebih sempurna sehingga ia
terbebas dari siksa dunia ini.
Untuk mencapainya, orang harus memusatkan pikirannya
terus-menerus ditempat yang suci dan aman, sendirian untuk mendengarkan
suara-suara suci yang terpendam. Hanya ditempat sunyi dan sendirianlah hal itu
dapat dilakukan, sebab kesadaran dan suara hati datangnya dari dalam.
Untuk mengetahui kebenaran oang
harus melepaskan dirinya dari cnegkraman hawa-nafsu pribadi yang selalu
berkisar pada benda-benda duniawi. Dan untuk sampai kepada kebenaran abadi
orang harus berani hidup dan disiplin spiritual. Bhagavadgita mengajarkan
kepada kitra untuk hidup berdisiplin dengan jalan yajna + dana + tapas, yaitu
melakukan upacara persembahyangan + bersedekah (beramal + betapa atau meditasi.
Meditasi ini harus dilakukan sendiri dan ditempat yang suci.
(13) saman kayasirogrivam,dharayann achalam
sthirah,samprekshya naasikagram svam,disas cha 'navalokayan,artinya :
Dengan badan, kepala dan leher tegak,duduk diam tiada
bergerak-gerak,tetap memandang keujung hidungnya,dan tanpa menoleh-noleh
sekitarnya.
Pandangan harus diarahkan keujung hidung, sebab kalau
tidak demikian pandangan bisa mengembara kemana-mana, dan konsentrasi pikiran
tidak dapat dicapai, tetapi sesungguhnya pandangan kearah ujung hidung itu
hanyalah merupakan pandangan pertama, sebab setelah konsentrasi pikiran
tercapai, dengan mata setengah tertutup pandangan diarahkan kepada atman (jiwa).
Sesungguhnya yoga bukanlah bagi orang,yang makan terlalu
bangyak atau puasa terlalu banyak,oh arjuna, bukanlah untuk orang,yang tidur
terlalu banyak atau melek terlalu banyak.
Ekses yang berlebih-lebihan, baik dalam soal makan,
puasa, tidur, melek maupun dalam hal yang menyangkut bentuk-bentuk nafsu dan
keinginan manusia harus dihindari. Yoga dimaksudkan oleh krisna adalah yang
terbaik, apabila menempuh jalan tengah.
Dengan pikiran yang terkendalikan, konsentrasi jiwa dapat
dilaksanakan dengan baik. Konsentrasi jiwa ini, bagaikan api pelita, membakar
segala hawa nafsu dan keinginan yang menyebabkan jiwa itu bersih suci dan
tertuju kepada atman.
(24) samkalpa
prabhavan kamams,tyakva sarvan aseshatah,manasai 'va 'ndriyagramam,viniyamya
samatatah,artinya :
Dengan tanpa kecuali menanggalkan,nafsu keinginan untuk
diri pribadi,
dan mengendalikan semua alat pancaindria,dari semua jurusan dengan kekuatan pikiran.
dan mengendalikan semua alat pancaindria,dari semua jurusan dengan kekuatan pikiran.
Nafsu, keinginan untuk diri pribadi dan semuaalat
pancaindria harus dikontrol, ibarat seekor penyu menarik kepala dan
anggota-badannya (lihat sloka II.58). Supaya jiwa menjadi harmonis (seimbang).
Sesungguhnya agama adalah hal-hal yang tidak menyangkut
dialektika, melainkan menyangkut fakta-fakta pengalaman orang-orang suci secara
universal dimana-mana dan kapan saja. Pengalaman ini diketemukan dibergagai
tempat yang suci dibagian dunia ini diketemukan diberbagai waktu yang kramat
dalam sejarah kehidupan spirituil manusia. Demikianlah seorang yogi dikatakan
berhubungan dengan tuhan yang maha abadi.
Dia ynag jiwanya terkonsentrasi oleh yoga,meliaht atman
ada pada semua insan,
dan semua insan pada atman,dimana-mana ia melihat yang sama.
dan semua insan pada atman,dimana-mana ia melihat yang sama.
Sebagai hasil ilmu-pengetahuan yang dinyatakan oleh
krisna dalan sloka IV.35 (segala mahkluk atman, dalam diri-ku) seorang yogi
kini sampai pada pengalaman dimana ia bersatu dengan atman melahirkan sikap
jiwa pada yogi tersebut bahwa apa yang ada pada subjek, pada objek dan diantara
kedua-duanya adalah sama. Sikap jiwa inilah menumbuhkan rasa persaudaraan dan
kasih sayang pada sesama insani.
(31) savabhutasthitam yo mam,bhajaty ekatvam
asthitah,sarvatha vartamano 'pi,sa yogi mayi vartate,artinya :
Dia yang telah masuk dalam kesatuan,memuja aku yang ada
pada semua insan, yogi demikian walaupun bagaimana,dalam segala hal pada-ku.
(32) atmaupam ena sarvatra,samam pasyati yo 'rjuna,sukham
va yadi va dunkham,sa yogi paramo matah,artinya :
Dia yang melihat segala sesuatu sama,dalam persamaan
jiwanya sendiri, oh arjuna,baik dalam suka maupun dalam duka,dia dinamakan yogi
yang sempurna.
Selanjutnya sikap jiwa yang demikian merasakan bahwa suka
dan duka pada dirinya sendiri adalah sama dengan suka duka pada mahkluk yang
lain. Akhirnya yogi yang sempurna ini mengharapkan kebaikkan bagi semua mahkluk
dan bukan untuk siapa-siapa. Ia tidak menyakiti insani ia melaksankan ahimsa
(tidak menyakiti, tidak melukai, tidak membunuh) terhadap semua mahkluk.
(33) arjuna uvacha:,yo 'yam yogas tvaya proktah,samyena
madhusudana,etasya 'ham na pasyami,chanchalatvat sthitim sthiram.artinya :
Arjuna berkata: yoga yang engkau nyatakan ini,sebagai
suatu keseimbangan pikiran, oh madusadana,aku tidak melihat suatu fondasi yang
pasti,atas dasar bahwa pikiran itu liar.
(34) chanchalam hi manah krishna,pramathi balavad
dridham,tasya 'ham nigraham manye,vayor iva sudushkaram, artinya:
Sebab pikiran berobah-obah, krisna,liar, kuat dan tidak
mudah dibelokkan,aku kira sukar untuk dikendalikan, seperti halnya mngendalikan
angin.
(madusuna = krisna). Arjuna belum dapat meyakinkan
dirinya bahwa pikiran yang begitu kuat dan liar akan dapat dikendalikan. Ia
mengingatkan krisna akan perumpamaan tentang pikiran ini ibarat angin topan
melanda perahu hanyut dalam samudera (lihat sloka ii.67)
(35) sribhagavan uvacha: asamsayam mahabaho,mano
durnigraham chalam,abhyasena tu kaunteya,vairagyena cha grihyate, artinya :
Sri bagawan berkata: tidak dapat diragukan lagi, oh
mahabahu,pikiran itu liar, sukar ditaklukan,tetapi ia bisa dikendalikan
kuntiputra,dengan latihan dan kerja tanpa keinginan.
(36) asamyatatmana yogo,dushprapana iti me
matih,vasyatmana tu yatata,sakyo 'vaptum upayatah,artinya :
Aku percaya, yoga sukar dicapai,oleh orang yang tidak
bisa mengendalikan diri,tetapi dia yang bisa, dapat dicapai,dengan usaha dan
alat yang benar.
(mahabahu = kuntiputra = arjuna). Betapun sukarnya.
Krisna menyakinkan bahwa pikiran itu dapat dikendalikan dengan latihan
terus-menerus dan kerja tanpa keinginan-keinginan untuk pribadi yang bersifat
nafsu birahi. Bukankah falsafah bagavata mengatakan : "bila bumi
terbentang dibawah kita, kenapa susah-payah mencari tempat berbaring?
Bila lengan ini masih ada, kenapa kita masih butuhkan
bantal? Bila telapak tangan kita masih ada, mengapa bingung mencari
piring-cangkir? Bila cuaca-udara masih ada, kulit kayu dan sebagainya, mengapa
masih membutuhkan sutera ? Inilah suatu contoh bagaimana pikiran itu harus
dilatih supaya tidak bekerja dengan keinginan-keinginan yang berlebih-lebihan.
(40) sribhagvan
uvacha: partha nai 've 'ha na 'mutra,vinasas tasya vidyate,na hi kalyanakrit
kaschid,durgatim tata gachchhati.artinya :
Sri bagawan berkata: tidak dalan hidup ini dan tidak juga
nanti,akan ada kebiasaan baginya, oh parta,sebab orang yang berbuat kebajikkan
, wahai kawan,tidak akan pernah menempuh jalan kedukaan.
Sebab ia tahu bahwa sukses dalam hidup menempuh jalan
yang sukar dan kesempurnaan tiba dengan sangat perlahan-lahan. Orang mungkin
menempuh inkarnasi beberapa kali untuk sampai kepada kesempurnaan yang
tertinggi, tetapi langkah-langkah kebajikkan yang pernah ditenpuh dalam
kehidupan yang terdahulu tidak akan lenyap. Semua itu merupakan batu loncatan
untuk langkah-langkah sehingga kita menemui brahman, yang maha kekal abadi.
(44) purvubhyasena tenai 'va,hriyate hy avaso 'pi
sah,jijnasur api yogasya,sabdabrahma 'tivartate.artinya :
Dengan usaha-pengalaman domasa lampau,mendorng ia mau
tidak meneruskan,dan hanya dengan tujuan untuk mengetahui yoga,ia melampaui
kitab-kitab suci wada.
Perkataan sabdaharma berarti : suara brahman, suara yang
maha kuasa. Dalam hubungan sloka diatas ini sabdabrahma dimaksudkan kitab-kitab
suci weda dalam keseluruhannya.
Usaha pengetahuan dan pengalaman dalam hidup-hidup dimasa
yang lampau sebelum hidup ini, mau tidak mau mendorong seorang yogi, yang telah
pernah gugur, untuk maju terus mencapai tingkat yang lebih sempurna, sehingga
ia dapat melampaui apa yang tersirat dan tersurat dalam kitab-kitab suci weda.
(45) prayatnad yatamanas tu,yogi samsuddha
kilbishah,anekajanma samsiddhas,tato yati param gatim.artinya :
Tetapi yogi yang berusaha terus sekuat hati,menghapus
sama-sekali segala dosa,disempurnakan melalui berbagai kelahiran,mencapai
idaman yang tertinggi.
Walaupun gagal mencapai tujuan kesempurnaan tertinggi,
karena kelemahan, namun usaha-usaha dan pengelaman-pengelaman kebajikannya akan
tetap ada padanya setelah meninggal dunia, dan akan tetap menolong dia dalam
menempuh hidupnya yang lain, sehingga pada waktunya ia mencapai tujuan
terakhir.
(46) tapasvibhyo 'dhiko yogi,jnanibhyo 'pi mato
'dhikah,karmabhiyas cha 'dhiko yogi,tasmad yogi bhava 'rjuna.artinya :
Seorang yogi lebih besar dari pertapa,ia lebih mulia
daripada sarjana,lebih utama dari yang melakukan upacara,karenanya, menjadilah
yogi, oh arjuna.
Seorang yogi sempurna harus memiliki kwalifikasi yang
menyatakan bahwa inti-jiwanya harus menyatukan diri dengan atman, ia harus
mempunyai kepercayaan penuh dan ia harus seorang bhakta (pengikut yang setia
berbakti penuh kesadaran).
(47) yoginam api sarvesham,madgatena
'ntaratmana,sraddhavan bhajate yo mam,sa me yuktatamo matah.artinya :
Dan juga diantara semua yogi,dengan penuh kepercayaan
menyembah aku,dengan inti jiwa bersatu pada-ku,ia adalah yogi terbaik bagi-ku.
Oleh karena brahman dipersonifikasikan dalam diri krisna,
maka itu untuk brahman dipergunakan perkataan 'aku' atau 'ku'. Ini bukanlah
suatu anthropomorphi yang kekanak-kanakan, melainkan harus dilihat dari segi
seni kesusastran bahsa bhagavadgita sendiri.
Ity srimad bhagavadgitavadgitasupanishatsu brahmavidyayam, yogasastre
srikrishnarjunasamvade, dyana nama shashtho 'dhyayah.
Maka berakhirlah bab ke tujuh upanishad, bhagavadgita
mengenai ilmu pengetahuan,tentang yang maha esa, kitab suci yoga,dan dialog
antara sri krishna dan arjuna,yang berjudul dhyanayoga.
7. PENGETAHUAN TENTANG YANG MUTLAK
Krisna masih menjelaskan tentang meditasi, memusatkan
pikiran yang terpaku kepada brahman dalam bab kedelapan ini
Selanjutnya krisna menerangkan ilmu-pengetahuan
tentang jiwa yang diperoleh dari guru-guru dan kitab suci (jnana) merangkan
ilmu-pengetahuan tentang jiwa yang diperoleh dari guru-guru dan kitab suci
(jnana) dan ilmu-pengetahuan tentang jiwa yang diperoleh dari
pengalaman-pengalaman dan perbandingan-perbandingan yang dihadapi dalam
kenyataan hidup ini. Kedua ilmu-pengetahuan ini adalah untuk mengejar
kesempurnaan.
Aspek brahman ada dua, yaitu unsur alam (tanah, air, api,
udara, ether, pikiran, ego dan intelek atau akal budi) dan unsur hidup (jiwa).
Brahman adalah segala dan ada dimana-mana.
Karena empat macam orang penyembah brahman berdasarkan
pengetahuan masing-masing : yang sengsara, yang mengejar harta-benda, yang
mengejar ilmu-pengetahuan dan yang berbudi luhur. Hanya yang berbudi luhur,
berhati bersih, mempunyai kemauan dan pengebdian yang menunggal kepada-nya yang
mulia.
Karena kekuatan ilusi maya orang tidak mengetahui
brahman.
Mereka yang memiliki ilmu-pengetahuan, berbudi pekerti
tinggi, bernaung kepada-nya, mengetahuikebenaran jiwanya dan hukum karma -
mengetahui brahman.
Sribhagavaan uvacha:
Mayy asaktamanah partha,yogam yunjan mada
srayah,asamsayam samagram mam,yatha jnasyasi tach chhrinu.artinya :
Dengarkanlah kini, oh parta, melaksanakan yoga,dengan
pikiranmu terpaku kepada-ku,dengan aku sebagai pelindungmu,tanpa ragu kau akan
mengenal aku sepenuhnya.
(parta =arjuna). Dalam bab ini krisna hendak
menjelaskan kepad arjuna pengetahuan yang lengkap dan menyeluruh tentang
brahman, seru-sekalian-alam, tidak saja dari segi dunia jiwa-nya melainkan juga
dari segi dunia alam-semesta-nya, dan krisna sendiri sebagai manisfestasi-nya
didunia ini.
(2) jananam te 'ham savijnanam,idam vakshyamy
aseshatah,yaj jnatva ne 'ha bhuyo 'nyaj,jnatavyam avasishyate.artinya :
Kepadamu selengkapnya akan kuajarkan,budipekerti ini
bersama-sama dengan ilmu-pengetahuan,dengan mengetahui semuanya, tiada
lagi,sesuatu yang tertinggal untuk diketahui.
Mengetahui istilah jnana dan vijnana, baca keterangan,
sloka iii.41.
(3) manushyanam sahasreshu,kaschid yatati
siddhaye,yatatam api siddhanam,kaschin mam vetti tattvatah.artinya :
Diantara beribu-ribu manusia ,hampir tak seorang-pun
mengejar kesempurnaan,dan diantara mereka yang berhasil,hampir tak seorangpu
mengenal aku dalam kebenaran.
Kalimat 'hampir tak seorang' dalam sloka diatas ini
dimaksudkan 'sangat sedikit dan jarang' orang yang mampu menempuh jalan menuju
kesempurnaan ini. Tetapi ini adalah suatu gambaran yang relatif belaka untuk
menyatakan betapa sukarnya jalan kearah itu. Namun demikian, seperti dijelaskan
oleh krisna sendiri dalam sloka iv.10 dan 11 banyak juga yang telah mencapai
brahman.
(4) bhumir apo 'nalo vayuh,kham mano buddhir eva
cha,ahamkara iti 'yam me,bhinna prakritir ashtadha,artinya :
Tanah, air, api,dan udara, ether, akal budi,pikiran
dan ego merupakan,delapan unsur alam-ku.
(5) apare 'yam itas tv anyam,prakritim viddhi me
param,jivabhutam mahabaho,yaye 'dam dharyate jagat,artinya :
Inilah unsur alam-ku yang lebih rendah,dan ketahuilah
sifatku yang lebih tinggi,oh mahabahu, unsur hidup yaitu jiwa,yang mendukung
alam semesta ini.
Disini krisna menjelaskan bahwa tuhan (brahman yang
maha esa) terdiri dari unsur yang lebih rendah, yaitu unsur alam, dan unsur
yang lebih tinggi yaitu unsur hidup. Kedua-duanya, yaitu unsur alam (tanah,
air, api, udara, ether, akal budi, pikiran dan ego) dan unsur hidup (jiwa)
bersatu merupakan suatu kesatuan yang kita sebut tuhan (brahman, yang maha
esa). (mahabahu = arjuna).
(6) etadyonini bhtani,sarvani 'ty upadharaya,aham
kristnasya jagatah, prabhavah pralayas tatha.artinya :
Ketahuilah bahwa semua insani,mempunyai
sumber-kelahiran disini, aku adalah asal-mula alam-semesta ini,demikian pula
kiamat-kelaknya ini.
Dalam sloka ini dengan jelas diuraikan oleh krisna
bahwa tuhan (brahman) adalah sumber-kelahiran segala mahkluk asal-mula
(prabhavah) dan kiamst kelaknya (pralayah) alam semesta ini. Semua berasal dari
dia dan kembali kepada-nya.
(7) mattah parataram na 'nyat,kimchid asti
dhanamjaya,mayi sarvam idam protam,sutre manigana iva,artinya :
Tiada yang lebih tinggi daripada-ku,oh dananjaya, yang
ada disini,semua terikat pada-ku bagaikan rangkaian,mutiara pada seutas tali,.
Kelahiran alam-semesta ini terikat pada jiwa
tertinggi, ibarat rangkaian mutiara pada seutas tali, atau ibarat jembatan yang
menghubungi dunia ini dan dunia sana diatas mana manusia dapat menyebrang
(mundaka upanishad ii, ii.5), atau ibarat burung-burung yang kembali kepohon
(orasna upanishad iv, iv 7-9). (dananjaya = arjuna)
(8) raso 'ham apsu kaunteya,prabha 'smi
saisuryayoh,pranavah sarvavedeshu,sabdah khe paurusham nrishu.artinya :
Aku adalah rasa dalam air, kuntiputra,aku adalah
cahaya dibulan dan matahari,aku adalah huruf aum dalam kitab suci weda,aku
adalah suara di-ether dan kemanusian pada manusia.
(kuntipura = arjuna). Brahman sebagai sumber dan
semuanya terjalin pada-nya sebagai manisfestasi-nya. Huruf aum berarti pula
tuhan (brahman).
(9) punyo gandhah prithivyam cha,tejas cha 'smi
vibhavasau,jivanam sarvabhuteshu,tapas cha 'smi tapasvisnu.artinya :
Aku adalah harum-sucinya tanah,dan
benderang-nyalanya-api,aku adalah nyawanya semua insani,dan semangat
tapabratanya pertapa.
(10) bijam mam sarvabhutanam,viddhi partha
sanatanam,buddhir buddhimatam asmi,tejas tejasvinam aham.artinya :
Ketahuilah, oh parta. Aku ini,adalah benih abadi dari
semua insani,aku adalah budipekerti dari kaum intelektual,aku adalah
cemerlangnya keindakan.
(11) balam balavatam cha 'ham,kamaraga
vivarjitam,dharmaviruddho bhuteshu,kamo 'smi bhatarash abba.artinya :
Aku adalah kekuatan dari yang perkasa,bebas dari
keinginan dan nafsu birahi,aku adalah cintanya semua insani,yang tidak
bertentangan dengan dharma , oh baratasaba.
(arjuna juga dipanggil dengan nama baratasaba, yang
berarti pemimpin bangsa barata, yaitu nenek-moyang pandawa). Didalam ketiga
sloka diatas nyatalah betapa gambaran tentang brahman (tuhan) didalam semua
kedua aspeknya seperti harumnyanya tanah, nyalakan api, nyawanya insani,
benihnya mahkluk dan seterusnya, baik aspek unsur alam-nya maupun aspek unsur
hidup-nya.
(12) ye chai 'va sattvika bhava, rajasas tamasas cha
ye, matta eve 'ti tan viddhi, na tv aham teshu te mayi, artinya :
Walaupun bagaimana keadaan sifat itu, baik suci lincah
maupun beku, ketahuilah, semua berasal dari aku, bukan aku dalam mereka tetapi
mereka didalam-ku.
Tanpa adanya kepercayaan yang lebih tinggi kalimat
'bukan aku (brahman) dalam mereka, tetapi mereka didalam-ku' sukar dapat
dimengerti dengan logika biasa. Tetapi dapat kiranya dijelaskan dengan
perumpamaan berikut ini : seseorang yang berdiri dalam gelap gulita melihat
bayangannya, melainkan bayangan itulah ada didalam sosok tubuh orang yang
kebetulan ada dalam tempat yang gelap itu. Oleh karena sifatnya memang penakut
maka orang yang dalam gelap itu disangkanya bayangan setan yang mengerikan.
Demikian pula brahman yang bukanya ada dalam bayangan
ilusi, melainkan kekuatan ilusi (maya) itulah ada dalam brahman.
(13) tribhir gunamyair bhavair, ebhih sarvam idam
jagat, mohitam na bhijanati, mam ebhyah param avyayam, artinya :
Dikelabuhi
oleh ketiga sifat alam ini, kiranya seluruh dunia tidak mengetahuinya,
sesungguhnya aku ini lebih tinggi, daripada mereka, dan kekal abadi.
Yang dimaksudkan dengan ketiga sifat alam dalam sloka
ini adalah : suci (sattva), lincah (rajas) dan beku (tamas). Selanjutnya
mengenai istilah-istilah sattva, rajas dan tamas lihat keterangan sloka ii.45.
(14) daivi hy esha gunamayi, mama maya duratyaya, mam
eva ye prapadyante, mavam etam teramti te, artinya :
Bayangan suci kekuatan ilusi-ku ini, yang disebabkan
oleh sifat-sifat itu sukar diatasi,
tetapi hanya mereka yang berlindung kepadaku, dapat melampaui kekuatan ilusi itu.
tetapi hanya mereka yang berlindung kepadaku, dapat melampaui kekuatan ilusi itu.
Yang dimaksudkan dengan 'kekuatan ilusi' adalah maya
(mengenai istilah ini baca keterangan sloka IV.6)
(15) na mam dushkritino mudhah, prapadyante
naradhamah, mayaya 'pahatajnana, asuram bhavam asritah, artinya :
Mereka yang jahat hidup nista,diantara manusia-manusia
berhati hina,
tidak datang kepada-ku, sebab pikiran,mereka diliputi kekuatan ilusi dan bersifat setan.
tidak datang kepada-ku, sebab pikiran,mereka diliputi kekuatan ilusi dan bersifat setan.
Orang-orang jahat tidak bisa mencapai hidup spirituil;
sebab ia tidak dikendalikan oleh jiwanya melainkan oleh egonya. Langkah yang
pertama yang mereka harus lakukan adalah berhenti berbuat jahat, kemudian
melaksankan norma ethika dalam masyarakat orang baik-baik. Setelah itu mereka
baru dapat menempuh kehidupan spirituil, dimana jiwa mereka dapat menaklukan
ego mereka.
(16) chaturvidha bhajante mam, janah sukritino 'rjuna,
arto jijnasur artharthi, jnani cha bharatashabha, artinya :
Ada empat macam orang yang baik hati, memuja pada-ku
wahai baratasaba, mereka yang sengsara,yang mengejar ilmu, yang mengejar
harta dan yang berbudi arjuna.
(baratasaba = arjuna, lihat sloka 11).
(17) tesham jnani nityayukta, ekabhaktir visishyate,
priyo hi jnanino 'tyartham, aham sa cha mama priyah, artinya :
Diantara mereka yang berbudi selalu, memusatkan
pikiran dan berbakti pada yang satu, adalah mulia sebab itu dialah aku, sangat
kasihi dan dia kasih kepada-ku.
Diantara mereka yang sengsara yang mengejar
ilmu-pengetahuan, yang mengejar harta-benda dan yang berbudi-luhur, menurut
mahabarata ketiga-tiga yang pertama memuja dan berbakti kepada brahman dengan
mengharapkan anugerah daripada-nya. Yang disebut phalakama. Hanya yang
keempatlah, yaitu yang berbudi luhur, tidak mengharapkan apa-apa kecuali
memusatkan pikiran dan baktinya kepada brahman.
(18) udarah sarva evai 'te, jnani tv hi yuktatma,
asthitah sa hi yuktatma, mam eva 'nuttamam gatim, artinya:
Semua mereka itu adalah mulia, tetapi yang berbudi
ku-pegang sebagai diri-ku, sebab jiwanya seimbang
dengan sempurna, dan tujuannya tertinggi hanya bernaung kepada-ku.
Menurut krisna, keempat kategori manusia yang
memusatkan tuhan (brahman) itu adalah semuanya baik, sebab mereka memiliki
kepercayaan akan adanya brahman. Namun demikian, orang yang berbudi luhur,
berhati bersih, mempunyai kemauan dan pengabdian menunggal kepada-nya, adalah
yang termulia. Pembagian kategori ini bukanlah kemauan brahman, melainkan
adalah kehendak manusia sendiri atas sikapnya terhadap brahman.
(19) bahunam janmanam ante, jnanavan mam prapadyate,
vasudevah sarvam iti, sa mahatma sudurlabha, artinya :
Pada banyak akhir kelahiran manusia, orang yang
berbudi datang kepada-ku, karena tahu wasudewa adalah segalanya, sungguh sukar
dijumpai jiwa agung serupa itu.
Wasudewa adalah sebutan lain dari atman atau brahman.
Krisna sendiri juga disebut wasudewa, karena ia adalah manisfestasi dari
brahman dan kebetulan pula ia adalah putera maharaja wasudewa dari keturunan
bangsa yadawa yang terkenal dalam kisah mahabarata.
(20)
kamais tais-tair hritajnanah, prapadyante 'nyadevatah, tam-tam niyamam asthaya,
prakritya niyatah svaya, artinya :
Tapi mereka yang dikendalikan nafsu duniawi, pergi
ketempat pemujaan para dewata, mempersembahkan aneka-warna upacara, menurut
cara-cara mereka sendiri.
Karena mengharapkan anugerah dari upacara pemujaan
mereka, maka mereka pergi ketempat-tempat persembahyangan para dewata menurut
cara mereka masing-masing. (lihat juga sloka iv.12)
(21) yo-yo yam-yam tanum bhaktah, sradhaya 'rchitum
ichchhati, tasya-tasya 'chalam sraddham, tam cva vidadhamy aham, artinya :
Apapun bentuk kepercayaan yang ingin dipeluk oleh
penganut agama, aku perlakukan mereka sama, supaya tetap teguh dan sejahtera.
Disini krisna menjelaskan bahwa brahman memperlakukan
kepercayaan manusia, apapun bentuk dan cara yang dipergunakannya selama manusia
merasa sujud kepada-nya sama tanpa perbedaan apa-apa. Bagaimana bentuk dan
caranya, selama manusia bersujud kepada-nya, ia pasti menemui kemajuan
budi-pekerti yang mendekatkan dirinya kepada brahman.
Dengan sloka ini krisna juga berhasrat menanamkan rasa
toleransi beragama diantara manusia didunia ini, dan berharap agar manusia
berpegang teguh kepada masing-masing kepercayaan demi kesejahteraan mereka
sendiri.
(22) sa taya sraddhaya yuktas, tasya 'radhanam ihate,
labhate cha tatah kaman, mayai 'va vihitan hi tan, artinya :
Berpegang teguh pada kepercayaan itu, mereka berbakti
pada keyakinan itu pula, dan daripadanya memperoleh harapan mereka, yang
sebenarnya hanya dikabulkan oleh-ku.
(23) antavat tu phalam tesham, tad bhavanty alpamedhasam, devan devayajo yanti, madbhakta yanti mam api, artinya :
Akan tetapi hasil yang didapat meraka, orang-orang
yang berpikiran licik adalah sementara, yang menyembah dewata pergi kepemujaan
dewa-dewa, supaya tetap teguh dan sejahtera.
Sesungguhnya segala bentuk pemujaan, pada tujuannua
terakhir, adalah pemujaan kepada brahman, segala bentuk kepercayaan kepada
brahman. Dan oleh karenanya yang diperoleh adalah anugerah yang bersifat
materiil (duniawi) adalah sementara, sebab tujuan hidup terakhir adalah
mencapai kelepasan, bersatu dengan brahman ditempat yang kekal-abadi.
(24) avyaktam vyaktim apannam, mayante mam abuddhayah,
param bhavan ajananto, mama 'vyayam anuttamam, artinya :
Orang yang picik pengertian beranggapan, aku yang tan
berbentuk seperti mansifestasi, tidak mengetahui sifat-ku yang kekal abadi,
tidak berubah-ubah. Yang maha tertinggi.
Brahman, tuhan yang maha esa, tidak dapat dilukiskan
dengan predikat apapun, baik secara methdologi maupun secara epistemologi, atau
benda nyata, pandangan dan pengertian kita adalah terbatas dan tidak sempurna,
dan karena itu satu-satunya jalan yang terbaik untuk mengetahui brahman adalah
menempuh jalan berbakti dengan penuh kesabaran agar pandangan dan pengertian kita
bertambah baik dan pada suatu ketika kelak menjadi sempurna. Dengan perkataan
lain ,adanya pengabdian dan kebaktia
an adalah sangat penting.
an adalah sangat penting.
(25) na 'ham prakasah sarvasya, yogamaya samavritah,
mudho 'yam na 'bhijanati, loko mam ajam avyayam, artinya :
Terselubungi oleh kekuatan cipta-maya-ku, aku tidak
kelihatan bagi semuanya, dunia yang kacau ini tidak mengetahui aku, yang tidak
terlahirkan dan tidak pernah sirna.
Perkataan yogamaya dalan sloka ini berarti : kekuatan
ilusi yang unik dan mistirius yang ada pada brahman, ibarat kabut atau awan
yang membatasi pandangan mata kita, sehingga tidak dapat melihat apa yang ada
dibalik awan atau kabut itu. (mengenai istilah ini, lihat juga keterangan sloka
14 dan sloka iv.6).
(26) veda 'ham samatitani, vartamanani cha 'rjuna,
bhavishyani cha bhutani, mam tu veda na kaschana, artinya :
Aku tahu semua mahkluk yang terdahulu, yang hidup kini
dan lahir nanti, tetapi tiada seorang jua pun, wahai arjuna, yang mengenal aku.
(27) ichchhadvesha samutthena, dvabdvamohena bharata,
sarvabhutani sammoham, sarge yanti paramtapa, artinya :
Semua mahkluk sejak lahir oh barata, telah tersesatkan
oleh dualisme pertentangan, yang lahir dari hawa-nafsu ketamakkan, dan
amarah-dengki wahai prantapa.
(barata = panrantapa = arjuna). Manusia hidup didunia
ini dalam kenyataan antara panas dan dingin, antara kaya dan miskin, antara
kecintaan dan kebencian dan sebagainya. Dualisme pertentangan inilah harus
dilenyapkan.
(28) yesham tv antagatam papam, jnanam punyakarmanam,
te dvamdvamoha nirmukta, bhajante mam dridhavratah, artinya :
Tetapi mereka yang berhati suci, yang tidak mempunyai
dosa lagi, bebas dari dualisme pertentangan ini, memuja aku dengan sumpah
sepenuh hati.
(29) jaramarana mokshaya, mam asritya yatanti ye, te
brahma tad viduh kristnam, adnyatmam karma cha 'khilam, artinya :
Mereka yang bernaung dibawah-ku berusaha, untuk
kelepasan dari hari-tua dan kematian, mereka mengetahui brahman kebenaran
jiwanya, dan hukum karma dalam keseluruhan.
(30) sadhibhutadhi daivam mam, sadhiyajnam cha ye
viduh, prayaakale 'pi cha mam, te vidur yktachetasah, artinya :
Mereka yang mengetahui aku memangku, segala aspek
alam-semesta jiwa dan upacara, dengan
jiwa tenang meski disaat ajal mereka, sudah sampai, meraka tetap memuja aku.
Dosa yang dilukiskan dalam sloka 28, bukanlah
kesalahan-kesalahan yang ditimbulkan oleh adanya pelanggaran terhadap hukum
atau undang-undang dan peraturan-peraturan yang dirumuskan dalam konvebsi
maupun yang dibuat oleh manusia. Melainkan dosa itu adalah bersumber pada kedunguan
dan kepicikan manusia yang dikuasai oleh egonya. Ego yang mencekam manusia
menyebabkan ia memburu kesenangan dan kepuasan diri sendiri dengan mengorbankan
orang lain. Inilah yang dimaksudkan dengan dosa dalam kehidupan spirituil.
Orang yang sudah tidak mempunyai dosa, jiwanya bersih
dan kesadarannya tinggi, dan sampai ajalnya pun tetap tenang dan tidak berubah.
Sebab ia memiliki ilmu-pengetahuan dan budipekrti tentang brahman, yang
diuraikan oleh krisna dalam bab ke-vii ini.
Ity srimad bhagavadgitasuoanishatsu
brhmavidyayam,yogasastre srikrishnajunasamvade, jnanavinanayogo nama saptamo
'dhyayah,.
Maka berakhirlah bab kedelapan upanisad,bhagavadgita
mengenai ilmu-pengetahuan, tentang yang maha esa, kitab suci yoga,dan dialog
antara sri krisna dan arjuna,yang berjudul jnana vijnana yoga.
8. AKSARA/PRANAWA CARA MENCAPAI RANAH TUHAN
Krisna masih meneruskan dengan keterangannya tentang
renungan meditasi menuju brahman dalam bab kesembilan ini. Arjuna bertanya
apakah sebenarnya brahman, adyatman, karma, adhibhuta, adhidaiva dan adhyajna.
Krisna menjawab bahwasanya brahman : yang kekal-abadi, maha agung-adhyatman :
manisfestasi pertama brahman = intisari alam semesta + mahkluk hidup - karma :
daya cipta brahman dalam hubungannya dengan evolusi penciptaan-adhyajna : basis
bakti persembahan.
Selanjutnya krisna menjelaskan tentang meditasi dan
konsentrasi jiwa ini dalam yoga, sehingga tercapai pengertian bahwasanya
brahman adalah kekal-abadi dan tidak termusnahkan.
Dari brahman kebawah, sumua mahkluk mengalami kelahiran
kembali, tetapi kalau sidah bersatu dengan brahman tidak ada inkarnasi lagi
Yogi yang mencapai tempat brahman, dikala ajal memanggil
bila ada api, cahaya, sianghari, purnama dan snam musim matahari ada di utara,
bermeditasi dan berkonsentrasi dalam yoga mengucapkan aksara tunggal aum,
meninggalkan badan-jasmani ini, menuju tujuan yang tertinggi.
(1) arjuna uvacha:,kim tad brahma kim adhyatmam,kim karma
purushottama,adhibhutam cha kim proktam,adhidaivan kim uchyate.artinya :
Arjuna bertanya: apakah itu
brahman, apakah itu adhyatman,dan ada pula itu karma, oh parushottama, apakah
yang dinamakan adhibhuta, dan pap pula yang disebut adhidaiva?
(2) addhiyajnah katham ko 'tra,dehe 'smin
madhusadana,prayanakale cha katham,jneyo 'si niyatatmabhih.artinya :
Apakah itu adhyajn adalam badan kita,bagaimana, oh
madusudana, dan betapa pula,
engkau bisa diketahui oleh mereka,yang telah menguasai diri disaat ajal tiba?
engkau bisa diketahui oleh mereka,yang telah menguasai diri disaat ajal tiba?
(purushottama = madusudana = krisna. Perkataan
purushottama berarti : manusia yang utama. Krisna dipanggil demikian, sebab ia
adalah rasul brahman yang turun kedunia ini).
Dalam bab ke viii sloka 29 dan 30, istilah-istilah
adhiyajna, adhidaiva, adhibhuta dan adhyatman, telah disebut-sebut oleh krisna.
Karena masih ragu-ragu akan pengertiannya, maka arjuna beratnya akan arti
masing-masing istilah tersebut.
(3) sribhagavan uvacha: aksharam brahma paramam,svabhavo
'dhyatmam uchyate,bhutabhavodbhavakaro,visargah karmasamjnitah. Artinya :
Sri bagawan menjawab: yang kekal-abadi, maha agung,
adalah brahman,intisari alam dinamakan adhyatman,karma adalah nama diberikan
pada daya cipta,yang melahirkan mahkluk hidup didunia.
(4) adhibhutam ksharo bhavah,purushas cha 'dhidaivatam,
adhiyajno 'ham eva 'tra,dehe dehabhritam vara,artinya :
Basis segala yang tercipta adalah alam beku ini,basis
elemen suci adalah jiwa semesta,dan basis semua bakti-persembahan dibadan
ini,adalah aku, oh manusia-termulia (arjuna).
(oleh krisna, arjuna dipanggil dengan julukan bhritam
vara yang artinya 'pengemban badan jasmani yang paling mulia', jadi manusia
termulia, sebab dalam badan jasmani arjuna jiwa yang mulia, lagipula pada saat
tahap ini arjuna sudah dianggap mempunyai pengertian lebih maju
Dalam bab ke-ix ini krisna ingin mengungkapkan
berlangsungnya evolusi alam-semesta dari awal-mulanya sampai pada akhirnya.
Krisna menjelaskan bahwayang permulaan ialah brahman, yang kekal-abadi, yang
maha agung, pusat segala kegiatan yang meliputi
semua mahkluk hidup, bakti persembahan, para dewata (mahkluk yang lebih tinggi dan bercahaya-cahaya) kerja dan gerakkan, serta segala sesuatu yang ada dalam jagat raya alam-semesta ini.
semua mahkluk hidup, bakti persembahan, para dewata (mahkluk yang lebih tinggi dan bercahaya-cahaya) kerja dan gerakkan, serta segala sesuatu yang ada dalam jagat raya alam-semesta ini.
Aspek yang pertama daripada brahman dalam evolusi alam
semesta ini adalah adhyatma
an(adhi + atman) jadi adhyatman adalah manisfestasi pertama dari para brahman yang merupakan intisari alam-semesta dan mahkluk hidup. Proses penciptaan alam semesta dan mahkluk hidup yang ada pada brahman disebut karma; dengan perkataan lain karma adalah daya cipta brahman dalam hubungan evolusi penciptaan ini.
an(adhi + atman) jadi adhyatman adalah manisfestasi pertama dari para brahman yang merupakan intisari alam-semesta dan mahkluk hidup. Proses penciptaan alam semesta dan mahkluk hidup yang ada pada brahman disebut karma; dengan perkataan lain karma adalah daya cipta brahman dalam hubungan evolusi penciptaan ini.
Basis proses penciptaan ini adalah alam beku dan segala
sesuatu yang bersifat materiil, yang mempunyai kelahiran dan kematian, disebut
dengan nama adhibhuta sedangkan basis tempat berpijak segala sesuatu yang
bersifat halus-suci adalah jiwa universiil dan aspek halus-suci lainnya, yang
bersemayam dalam mahkluk hidup dan mempunyai kekuatan indria (rasa), yang
dinamakn adhidaibata. Dan basis daripada bakti persembahan (termasuk kegiatan
dan kerja untuk kebajikan) badan jasmani ini yang disebut adhiyajna. Bakti
persembahan bersumber pada brahman, maka itu segala bakti-persembahan harus
ditujukan kepada-nya untuk menyucikan jiwa yang ada dalam basis ini (yaitu
badan-lihat jasmani kita). Dalam hubungan bakti- persembahan ini lihat sloka
iii.10, sloka iii.15 dan sloka iv.24)
(5) antakale cha mam eva,smaran muktva kalevaram,yah
prayati sa madvam,yati na 'sty atra samsayah.artinya :
Barang siapa pada waktu ajal tiba,berpulang, meninggalkan
badan-jasmani ini,dengan mengenang aku selalu, datang kepada-ku,ini tidak dapat
diragu-ragukan lagi.
Perkataan antakale berarti : waktu ajal tiba. (lihat pula
sloka viii.30). Sloka ini mencoba memberi tekanan kepada apa yang terpikirkan
oleh seseorang terakhir sebelum ia menghembuskan nafasnya penghabisan dikala
mengehadapi maut, sebab pikiran terakhir ini menentukan kelahirannya kembali
pada hidup yang akan datang (inkarnasi yang kemudian). Hal ini juga ditekannkan
oleh kitab-kitab upanishad. Mahabharata dan ramayana.
(6) yam-yam va 'pi smaran bhavam,tyajaty ante
kalevaram,tam-tam evai 'ti kaunteya,sada tadbhavabhavitah,artinya :
Apa saja terpikirkan pada saat ajalnya,meninggalkan badan
jasmani ini, oh kuntiputra,ia akan sampai pada keadaan yang terpikirkan
itu,sebab ia terus-menerus terbenam dalam pikiran itu.
Jiwa orang yang meninggal pergi kepada apa yang
terpikirkan olehnya pada saat ia menghembuskan nafas penghabisan, pikiran dalam
kehidupan yang terdahulu menentukan kelahiran yang akan datang. Inilah hukum
inkarnasi.
(7) tasmat sarveshu kaleshu,mam anusmara yudhya cha,mayy
arpitamanobuddhir,mam evai 'shyasy asamsayah,artinya :
Sebab itu kapan saja ingatlah pada-ku,selalu, dan
berjoanglah terus maju,dengan pikiran dan budipekerti tetap pada-ku,engkau
pasti datang kepada-ku.
Kalimat anusmara yudhya berarti 'ingatlah pada-ku dan
berjoanglah terus maju!'. Disini krisna menganjurkan kepada arjuna, agar
sebagai seorang kesatria ia bertempur terus maju melawan musuh-musuhnya, dan
sebagai manusia dalam kehidupan spirituil ia terus berjuang melawan
kekuatan-kekuatan gelap yang ada pada dirinya dengan selalu mengenangkan brahman.
(9) kawin puranam
anussasitaram,anor aniyamsam anusmared yah,sarvasah dhataram
achintyarupam,adityavarnam tamash parastat,artinya :
Orang yang memusatkan pikiran pada yang
mahatahu,terpurba, mahakuasa, lebih halus daripada atom,pendukung segala dunia,
bentuknya tak terlukiskan,bercahaya bagaikan matahari, diatas segalanya.
(10) prayanakale manasa 'chalena,bhaktya yuktho
yogabalena chai 'va,bhruvor madhye pranam avesya samyak,sa tam param purusham
upaiti divyam.artinya :
Dan dengan bermeditasi saat ajal tiba,pikiran tenang,
tetap berbakti dengan kekuatan yoga,dan nafas hidup tetap ada diantara kedua
kening,ia mencapai dia yang maha suci,
Gambaran yang diberikan dalam sloka 9 dan 10 diatas ini
tentang tuhan (brahman), hendaknya tidak saja dilihat dari segi realiti belaka
(anusasitaram = yang maha kuasa), melainkan juga dari sudut theologi
(anusmaredyah = lebih halus dari pada atom), dari sudut mistik (yogabalena =
dengan kekatan yoga) dan juga dari segi spirituil (purusham upaiti divyam =
mencapai dia, yang maha suci).
(12) sarvadvarani
samyamya,mano hridi nirudhya cha,mardhny adhaya 'tmanah pranam,asthito
yogadharana,artinya :
Semua pintu-gerbang dikuasai,pikiran dibatasi oleh hati
,nafas-hidup berpusat dikepala,tegak dalam konsentrasi yoga.
(13) aum ity ekaksharambrahma,vyaharan mam anusmaram,yah
prayati tyajan deham,sa yati paramam gatim,artinya :
Dia yang mengucapkan aksara tunggal aum,yaitu brahman,
dan mengenangkan aku,sewaktu ajal telah memanggil kembali ,meninggalkan jasmai,
pergi ketujuan tertinggi.
Perkataan sarvadvarani berarti 'semua pintu gerbang'
dimaksudkan semua pancaindria yang ada dalam badan kita seperti mata, kuping,
hidung, mulut, pori-pori (lubang kulit) dan kemaluan (lihat sloka V.13 tentang
sembilan pintu-gerbang). Kalimat 'pikiran dibatasi ileh hati' mengandung
pandangan hidup (falsafah hidup). Spiritual yang sangat tinggi, sebab betapapun
tingginya kemajuan intelek seseorang, pikirannya harus dibatasi oleh perasaan
halusnya demi untuk mencapai hidup damai berdampingan dengan sesamanya. Dan
dalam hubungannya dengan hidup spiritual hal ini sangat penting demi untuk
tidak membiarkan pikiran itu mengembara kemana-mana, supaya terpusat pada
pengebdian.
Kitab yoga sstra mengajarkan kepada kita, bahwa sewaktu
ajal telah tiba, jiwa keluar dari hati (jantung) melalui sushumanadi (yang
terletak dipusat uratnadi dalam sumsum tulang belakang terus menuju
brahmarandhra (yang terletak dalam tengkorak kepala) dan darisana keluar pergi
menuju brahman.
Huruf atau aksara-tunggal aum berarti "tuhan yang
tunggal" (brahman). Huruf ini dikatakan tunggal menurut bunyi atau suara
takala mulut menyebut huruf aum itu. Prosesnya adalah sebagai berikut : ketika
mulut dibuka bunyi yang terdengar adalah a, waktu mulut sedang terbuka bunyi
yang terdengar adalah u dan takkala mulut hendak ditutup bunyi yang terdengar
adalah m dalam keseluruhan proses terbukanya mulut satu kali terdengarlah bunyi
'aum'. Dengan perkataan lain, brahma adalah aksara-tunggal aum atau brahman
adalah segala aksara (huruf) dari yang mula sampai yang akhir : (lihat juga
sloka viii.8).
Dari tempat brahman kebawah selanjutnya, arjuna,semua
dunia mengalami kelahiran kembali,tetapi setelah mencapai aku, wahai
kuntiputra,tidak akan kembali ke-kelahiran lagi.
Kecuali brahman, semuanya tidak kekal, semuanya mengalami
perobahan, terbatas oleh waktu dan ruang.
(17) sahara yuga paryantam,ahar yad brahmano viduh,ratrim
yugasahasrantam,te 'horatravido janah,artinya :
Yang mengetahui bahwa hari brahman,sama dengan jangka
waktu seribu yuga,dan bahwa malam daripada-nya seribu yuga.,adalah mereka yang
mengetahui hari dan malam.
(18) avyaktad vyaktayah sarvah,prabhavanty
aharagame,ratrygame praliyante,tatrai 'va 'vyaktasamjnake,artinya :
Pada saat datangnya siang hari,semua yang nyata muncul
dari yang tak nyata,dan pada waktu tibanya malam-hari,yang nyata kembali pada
yang dinamakan tak-nyata.
(19) bhutagramah sa eva 'yam,bhutva-bhutva
praliyate,ratryagame 'vasah partha, prabhavaty aharagame.artinya :
Banyak yang nyata yang sama ini pula,bolak-balik muncul
kembali,dan lenyap lagi tak bekerja pada tibanya malam,oh parta, muncul lagi
pada datangnya hari.
Menurut tradisi kuno, hari dan malam brahman mengambil
jangka waktu masing-masing 1000 yuga (lihat juga sloka IV.8)
Tradisi itu pula mengetakan bahwa waktu itu dibagia tas
empat jaman, yang masing-masing jaman itu mempunyai panjangnya sendiri-sendiri,
yaitu jaman krita = 4000 tahun, jaman tretra = 3000 tahun, jaman dvapara = 2000
tahun dan dan jalam kali = 1000 tahun. Lama saat transisi antara keempat jaman
itu adalah 2000 tahun. Jadi jumlah semuanya = 12000 tahun. Ini adalah merupakan
tahun-tahun para dewata, kalau dijadikan tahun manusia ini menjadi 360 x 12000
tahun = 4.320.000 tahun. Kesimpulannya hari dan malam brahman masing-masing,
bagi manusia, akan memakan waktu selama : 1000 x 4.320.000 tahun =
4.320.000.000 tahun. Ini disebut satu kalpa.
Betapapun fantastisnya kelihatan angka-angka tersebut
diatas, namun apa yang dimaksudkan oleh sloka ini, adalah bahwasanya hari
brahman sama artinya dengan periode manisfestasi kosmos ini dan malam brahman
dimaksudkan periode tak termanisfestasikan kosmos ini.
Yang 'bolak balik muncul kembali' adalah disebabkan oleh
akibat daripada karma-nay sendiri, tetapi brahman. Yang maha tertinggi tidak
terkena oleh periode munculnya dan lenyap-nya semua ini.
(20) paras tasmat tu bhavo 'nyo,'vyakto 'vyaktat
sanatanah,yah sa sarveshu bhuteshu,nasyatsu na vinasyati,artinya :
Namun dibalik semua yang tak nyata ini,ada pula yang tak
nyata, kekal abadi,tidak termusnahkan, walaupun semua,yang lain musnah sirna.
Perkataan avyakta berarti : yang tak-nyata
(tak-termansifestasi). Ada pula macam yang tak-nyata, yang ada kalanya harus
dibedakan. Yang tak-nyata pertama dimana makluk yang belum dapat menembus
karmanya masuk, sedangkan yang tak-nyata kedua (yang disebut juga sudhhatattwa)
adalah dimana jiwa yang telah suci masuk. Yang belakangan ini dikenal juga
dengan istilah 'yang-tak-nyata' yang suprakosmos yang tidak mengalami
perubahan, yang kekal-abadi.
(24) agnir iyotir
ahah suklah,sanmasa attarayanam,tatra prayata gachchhanti,brahma brahmavido
janah.artinya :
Dikala api, cahaya, sianghari, purnama,dan enam bulan
musim matahari ada di utara,apalagi pada saat itu ajal tiba ,orang yang
mengetahui brahman pergi kepada brahman.
(25) dhumo ratris tatha krishnah,sanmasa
dakshinayanam,tatra chandramasam iyotir,yogi prapyu nirvartate.artinya :
Dikala asap, malam hari, bulan-mati,dan enam bulan musim
matahari ada diselatan,
apabila saat itu ajal telah memanggil,yogi yang mencapai cahaya-bulan, kembali lagi.
apabila saat itu ajal telah memanggil,yogi yang mencapai cahaya-bulan, kembali lagi.
Kedua sloka 24 dan 25 diatas ini melikiskan saat atau
jalan yang ditempuh oleh yogi segera setelah ajalnya memanggil berpulang
kealambaka. Saat atau jalan yang ditempuh oleh yogi seperti tersebut dalam
sloka 24 diatas dinamakan uttarayana yang juga disebut devayana, sedangkan saat
atau jalan yang ditempuh oleh yogi seperti digambarkan dalam sloka 25 diatas
dinamakan daksinayana, yang juga disebut pitriyana.
Baik uttarayana (devayana) maupun daksinayana (pitriyana)
kedua-duanya tersebut dalam kitab-kitab suci upanishad, brahma sutra dan
rigveda. Interprestasi dari kedua istilah ini adalah sebagai berikut, pertama.
Saat yang dilukiskan dalam uttarayana (dalam sloka 24) adalah waktu yang sangat
tepat untuk ditempuh apabila tiba, dan jalan yang ditempuhnya adalah marga yang
penuh dengan budu-pekerti yang luhur. Kedua, saat yang digambarkan dalam
dakshinayana (dalam sloka 25) adalah waktu yang tidak baik untuk ditempuh
apabila ajal telah memangil, dan jalan yang ditempuhnya adalah marga yang penuh
dengan kegelapan, hanya diterangi oleh refleksi sinar bulan yang tidak
bercahaya sendiri seperti matahari.
Singkatnya, perbedaan saat dan jalan yang tempuh oleh
jiwa seseorang yang telah meninggalkan badan jasmaninya dikala ajal tiba,
tergantung pada langkah-langkah yang telah ditempuh olehnya pada masa hidupnya
dan pada masa hidup sebelum ini.
(26) suklakrishne gati hy ete,jagatah sasvate mate,ekaya
yaty anavrittim,anyaya 'vartate punah,artinya :
Terang dan gelap ini adalah dua jalan,yang dipandang
jalan dunia kekal-abadi,yang satu ditempuh orang tidak kembali lagi,yang lain
ditempuh orang tetapi kembali lagi.
Benarlah dalam hidup ini selamanya ada dua konflik antara
yang terang dan yang gelap. Jalan yang terang dimaksudkan ini, ialah jalan
untuk kelepasan dan bebas dari inkarnasi, sebab jalan ini diterangi oleh
ilmu-pengetahuan dan budi pekerti yang luhur. Sedangkan jalan yang gelap adalah
jalan untuk kembali menjelma kedunia, sebab jalan tersebut diliputi oleh
kegelapan ketidak-tahuan dan ketidak-sucian jiwa.
(27) nai 'te sriti partha janam,yogi muhyati
kaschana,tasmat sarveshu kaleshu,yogayukto bhava 'rjuna,artinya :
Yogi yang mengetahui kedua jalan ini,oh parta, tidak
pernah bimbang-hati,karena itu, setiap saat, wahai arjuna,teguhkan imanmu dalam
ajaran yoga.
Orang yang mengetahui kedua jalan ini, apapun tugas
pekerjaannya dalam hidup ini, tidak pernah bimbang dan setiap saat selalu ingat
kepada kebajikkan yang bersemayam pada yang kekal abadi.
(28) vadeshu yajneshu tapahsu chai 'va,daneshu yat
punyaphalam pradishtam,atyeti tat sarvam idam viditva,yogi param sthanam upaiti
cha 'dyam.artinya :
Pahala kebajikkan tersirat dalam kitab-kitab suci
weda,bakti persembahan, tapa brata dan sedekah sumbangan,semuanya itu dilampaui
oleh yogi yang mengetahui,segala sesuatu ini dan mencapai tempat utama
tertinggi.
Hasil kebajikkan yang diperoleh dengan jalam mendalami
kitab-kitab suci agama, bertapa serta berpuasa dan dengan jalan memberi
sumbangan serta sedekah masih merupakan tingkat dibawah hasil kebajikan yang
dilaksanakan oleh yogi yang segera setelah ajal sampai pergi ketempat utama
yang tertinggi, yaitu brahman.
Dengan ini, maka terjawablah ketujuh pertanyaan arjuna
dalam sloka 1 dan 2 dalam bab ke-ix ini, yaitu mengenai : brahman, adhyatman,
karma, adhibhuta, adhidaiva, adhyajna dan "bagaimana krisna mengetahui
mereka yang telah menguasai diri disaat ajal tiba'.
Ity srimad bhagavadgitasupanishatsu
brahmanvidyayam,yogasastre srikrishnarjunasam vade, aksharabrahmayogo nama
'shtamo 'dhyayah.
Maka berakhirlah bab ke sembilan upanishad,bhagavadgita
mengenai ilmu-pengetahuan,
tentang yang maha esa, kitab suci yoga ,dan dialog antara sri krisna dan arjuna,
yang berjudul akshara brahma yoga.
9. PENGETAHUAN YANG
PALING RAHASIAtentang yang maha esa, kitab suci yoga ,dan dialog antara sri krisna dan arjuna,
yang berjudul akshara brahma yoga.
Krisna dalam bab ini menjelaskan misteri ilmu-pengetahuan
tertinggi dan rahasia terbesar kepada arjuna, dan dengan ilmu-pengetahuan
tertinggi dan rahasia terbesar ini orang mencapai brahman.
Krisna menguraikan betapa bapa, ibu, datuk dan pelindung
alam semesta ini, dan ia adalah objek segala ilmu-pengetahuan.
Semua yang berbakti dengan kepercayaan, sebetulnya
berbakti kepada brahman, tetapi yang tidak menuruti hukum-hukum ajaran, mereka
jatuh menjelma kembali.
Orang yang terjahat dari semua yang jahatpun kalau ia
memuja brahman dengan pengabdian yang terpusat, ia juga bertindak menuju jalan
yang benar.
Dan orang yang berasal dari kelahiran yang terhinapun
juga mencapai brahman, sebab mereka berlindung hanya kepada brahman.
(1) sribhagavan
uvacha: idam tu te guhyatamam,pravakshyamy anasuyave,jnanam vijnanasahitam,yaj
jnatva mokshyase 'subhat.artinya :
Sri bagavan berkata: kepadamu yang tiada suka
kerewelan,hendak ku-jelaskan rahasia tersembunyi,dari kebajikkan dan ilmu
pengetahuan ini,setelah mengetahui, kau terhindar dari kejahatan.
(2) rajavidya rajaguhyam,pavitram idam uttamam,pratyaksahavagamam
dharmyam, susukham kartum avyayam.artinya :
Inilah ilmu pengetahuan terbesar,alat kesucian tertinggi,
mudah dimengerti,dengan pengalaman langsung, jalan yang benar,mudah
dilaksanakan dan kekal-abadi.
Perkataan rajavidya dan rajaguhyam sebenarnya berarti :
raja ilmu-pengetahuan dan raja rahasia tetapi dalam hubungan pengertian sloka
ini diterjemahkan dengan ilmu-pengetahuan terbesar (tertinggi) dan rahasia
terbesar (tertinggi). Disini krisna menjelaskan bahwa ilmu-pengetahuan dan budipekrti
(kebajikan) tidak cukup dipelajari hanya dengan theori, berargumentasi atau
tutur kata dan nasehat belaka, melainkan harus dimengerti dengan pengalaman
langsung (pratyakshavagamam). Kebenaran brahman harus dilihat oleh
mata-jiwa-sendiri melalui pertumbuhan kesadaran dan kesucian diri pribadi
seseorang yang memiliki kepercayaan dan pengabdian kepada-nya.
(3) asraddadhanah purusha,dharmasya 'sya
paramtapa,aprapya mam nirvartante,mrityu samsara vartmani.artinya :
Mereka yang tidak memiliki kepercayaan,pada
ilmu-pengetahuaan dan budi pekerti ini,
tidak mencapai aku, wahai prantapa,kembali kejalan dunia inkarnasi.
tidak mencapai aku, wahai prantapa,kembali kejalan dunia inkarnasi.
Karena arjuna memiliki kepercayaan, maka krishna sebagai
penjelmahan brahman yang maha esa membukakan rahasia dan mengajarkan
ilmu-pengetahuan yang terrtinggi ini. Sesungguhnya sloka diatas ini
mengungkapkan, bahwasanya orang yang memiliki kepercayaan sajalah yang
mempunyai kemampuan untuk dapat mengerti ajaran-ajaran yang dituturkan oleh
krisna dalam bhagavadgita ini, yang menyebabkan pelaksanaan yoga menjadi lebih
mudah. Tanpa adanya kepercayaan ini, orang akan kembali dan kembali saja
menjadi bulan-bulanan inkarnasi dan kesengsaraan.
(4) maya tatam idam saryam,jagat avyaktamurtina,matshani
sarvabhutani,na cha 'ham teshv avasthitah.artinya :
Alam semesta ini diliputi oleh-ku,dengan wujud-ku yang
tak-nyata,semua mahkluk ada pada-ku,tetapi aku tidak berada pada mereka.
Seluruh alam semesta ini adalah merupakan perwujudan brahman, namun
berbagai bentuk yang ada dalam alam semesta ini tidaklah mampu emenyatakan
betapa sebenarnya bentuk brahman itu, karena segala bentuk tersebut terbatas
pada ruang dan waktu tambahan pula tidak cukup mengandung unsur keseluruhan
brahman, (lihat juga sloka viii.12)
(5) na cha matsthani bhutani,pasya me yogam aisvaram,bhutabhrin
na cha bhutastho,mama 'tma bhutabhavanah.artinya :
Namun mahkluk tidak terdiam dalam-ku,ketahuilah keagungan
yoga suci-ku,
aku menjadi sumber tidak terdiam dalam mereka,tetapi aku tidak terdiam dalam mereka.
aku menjadi sumber tidak terdiam dalam mereka,tetapi aku tidak terdiam dalam mereka.
(6) yatha 'kasathito nityam,vayuh sarvatrago mahan,tatha
sarvani bhutani,matsthani 'ty upadharaya..artinya :
Ibarat angin yang perkasa selalu,bertiup dimana-mana
diangkasa,ketahuilah olehmu, demikian pula,semua yang ada berdiam dalam-ku.
Keagungan yoga suci (yogam aisvaram) brahman yang memiliki
kekuatan misterius menjadi sumber dan pendukung semua mahkluk yang ada
pada-nya, namun brahman sendiri tidak ada dalam mahkluk. Semuanya ini hanyalah
bahasa manusia yang tidak cukup mempunyai kesanggupan untuk melukiskan betapa
sesungguhnya wujud brahman itu
Untuk itu krisna mencoba memberi perumpamaan bahwasanya.
Brahman adalah ibarat angkasa, dimana semuanya termasuk bumi kita, bulan,
matahari dan palanet-palanet lainnya ada dalamnya dan udara (angin) bertiup
diangkasa, namun angkasa sendiri tidak ada pada udara dan semua planet itu. Dam
segala gerakan yang ada dalam alam semesta ini adalah disebabkan oleh yogam
aisvaram brahman.
(7) sarvabhutani kaunteya,prakritim yanti
mamikam,kalpakshaye punas tani,kalpadau visrijamy aham.artinya :
Semua mahkluk datang pada prakriti-ku,pada akhir
peredaran kalpa, kuntiputra,dan pada permulaan kalpa yang berikutnya,aku kirim
mereka kembali.
(8) prakritim svam avashtabhya,visrijami
punah-punah,bhutagramam imam kritsnam,avasham prakriter vasat.artinya :
Diliputi oleh prakriti-ku ini,berulang-ulang aku kirim
kembali,seluruh mahkluk ini, yang banyak ini,tak bergaya karena dikuasai
prakriti.
(prakriti = alam, benda-benda, badan-jasmani mahkluk
hidup. Lihat juga keterangan sloka ii.20 dan keterangan sloka iv.6). Jiwa
manusia karena ketidaktahuannya selalu ditarik oleh prakriti dan dengan tidak
bergaya apa-apa selalu oleh karma, yang menyebabkan inkarnasi datang berulang
kali.
Peredaran kalpa sekali memakan waktu sepanjang 4.320.000
tahun menurut perhitungan tahun manusia (lihat keterangan sloka viii.17, 18,
dan 19).
(9) na cha mam tani karmani,nibadhnanti
chanamjaya,udasinavad chanamjaya,asaktam teshu karmasu.artinya :
Namun perbuatan itu tidak mengikat aku,oh danajaya, sebab
aku duduk,seolah-olah acuh-tak-acuh,tidak tersangkut dengan perbuatan itu.
(10) maya 'dhyakshena prakritih,suyate
sachracharam,hetuna 'nena kaunteya,jagad viparivartate.artinya :
Alam semesta ini dibawah pengawasan-ku,memberi kelahiran
kepada segala sesuatu,yang bergerak dan yang tidak bergerak,oh kuntipura,
dengan ini dunia berputar.
(dananjaya, kuntiputra = arjuna). Walaupun brahman
mengawasi penciptaan dab kiamatnya alam-semesta ini, namun dia tidak terlibat
proses dan perkembangan kosmos setelah terciptanya alam-semesta ini. Brahman
adalah melebihi ciptaan-nya. Dia adalah supra-kosmos, oleh karenanya ia tidak
terpengaruh oleh effek berlangsungnya proses kosmos dan berputarnya dunia ini.
Proses kosmos ini berlangsung selama hari brahman dan kiamat pada waktu malam
brahman tiba.
(11) avajananti mam mudha,manushim tanum asritam,param
bhavam ajananto,mama bhutamahsvaram. Artinya :
Mereka yang tolol tidak menghiraukan aku ini,mengenakan
badan-jasmani manusia,tidak mengetahui sifat-ku yang lebih tinggi, sebagai
pelindung agung segala yang ada.
(lihat juga sloka viii.24). Krisna sebagai penjelmaan
lahiriah dari brahman dalam bentuk badan manusia, oleh manusia biasa pada
jamanya hanya dilihat badan luarnya belaka dan tidak jiwa sucinya yang
bersemayam dalam badan tersebut. Orang hanya melihat jasmani luarnya saja dan
tidak mekihat kebenaran didalamnya.
Dipergunakannya suatu patung atau benda suci lainnya
dalam suatu agama sebagai pemujaan terhadap tuhan yng maha esa hanyalah
merupakan suatu alat atau simbol untuk memusatkan kebaktian kepada-nya. Dalam
kitab falsafah bhagavata, karena massa manusia tidak cukup mempunyai kemampuan
untuk membayangkan dan merenungkan apa tuhan itu, maka tuhan dikatakan :
"aku ada dalam semua mahkluk hidup sebagai jiwa-nya, tetapi karena
ketidak-tahuan dan tanpa menghiraukan kehadiran-ku, maka manusia membuat sebuah
patung pemujaan' (bhagavata.iii.29,21)
(12) moghasa moghakarmano,moghajnana vichetasah,rakshasim
asurim chai 'va,prakritim mohinim sritah. Artinya :
Dengan dikuasai sifat-sifat jahat,raksasa dan setan,
aspirasi mereka tersesat,tindakan mereka kasar, pengetahuan kabur,dan
pertimbangan mereka simpang-siur.
Sifat-sifat buruk dan jahat pada diri manusia dilukiskan
sebagai raksasa dan setan, yang sesungguhnya berarti bahwa orang-orang demikian
mempunyai pandangan rendah dan nilai hina justru karena hanya mengejar
hawa-nafsu dan keinginan pribadi sepuas-puasnya (lihat juga sloka viii.15).
(13) mahatmanas tu mam partha,daivim prakritim
asritah,bhajanty ananya manaso,jnatva bhutadim avyayam.artinya :
Yang bejiwa mulia, memiliki sifat suci,mengetahui aku
yang tak termusnahkan ini,sebagai sumber segala mahkluk. Oh parta,sujud
kepada-ku dengan memusatkan jiwa.
Sifat-sifat jahat (mohini prakriti) lawanya sifat-sifat
suci (daivi prakriti) yang melikiskan kesadaran seseorang. Kalau ia memiliki sifat-sifat
jahat (mohani prakriti) maka pusat segala kegiatan hidupnya terletak pada
kepentingan ego-nya, yang menyeret ia untuk memenuhi hawa nafsu dan kepentingan
dirinya belaka, yang akibatnya membawa ia tenggelam kedalam duniasengsara dan
menempuh jalan inkarnasi berulang-ulang sampai pada suatu masa dimana
sifat-sifat suci (dalvi prakriti) maka kesadarannya terbuka bagi tujuan-tujuan
mulia dan seluruh hidupnya diarahkan untuk berbuat kebajikkan kepada sesama
manusia serta bersujud kepada brahman.
(14) satatam kirtayanto mam,yatantas cha
dridhavratah,namasyantas cha mam bhaktya,nityayukta upasate.artinya :
Dengan selalu mengagung-agungkan aku,berusaha dengan
teguh memegang sumpah,sujud kepad-ku dalam pengabdian dan,dengan disiplin jiwa
berbakti kepada-ku.
Dalam sloka ini terlukiskan kehidupan seseorang yang
memiliki sifat-sifat mulia, dimana ia dengan ilmu-pengetahuannya dan kesadaran
jiwanya memuji-memuji kebesaran brahman (kirtayantah) dengan pengabdiannya
bersumpah (vratah) dan bersujud (namasyantah) kepada brahman dan dengan
kerjanya melaksanakan kebaktian (upasana) kepada brahman.
(15) jnayajnena cha 'py anye,yajanto mam upasate,ekatvena
prithaktvena,bahudha visvato mukham.artinya :
Yang lain pula memuja dengan persembahan,ilmu-pengetahuan
dan sujud kepada-ku,sebagai yang tunggal, yang terpisah,yang menyeluruh dan ada
disemua penjuru.
Sloka ini mengungkapkan kepada kita betapa bhagavadgita
tidak hendak memisahkan agama, mistik dan falsafah (yang pada umumnya dimasa
belakangan ini dipisah-pisahkan satu sama lain) dan memberi petunjuk kepada
kita agar agama, mistik dan falasafah tidak dipertentangkan. Ilmu-pengetahuan
(falsafah hidup), agama (sembah bakti kepada tuhan) dan mistik (mempersatukan
jiwa dengan brahman kedamaian dan kebenaran abadi, karenanya bhagavadgita
melihat ketiga-tiganya dengan penuh semangat toleransi.
Dengan kemampuan, kesadaran dan kepercayaannnya ada orang
memandang jalan untuk bersujud kepada brahman adalah advaita (tuhamn sebagai
eka-tunggal = yang tunggal), yang lain adalah dvalta (tuhan sebagai dwi tunggal
= yang terpisah yang berwujud sebagai jiwa dalam badan manusia dan jiwa dalam
alam-semesta) dan yang lain lagi (visishtadvaita (tuhan sebagai multitunggal =
yang menyeluruh yang bersemayam dimana-mana, seperti : matahari, bulan, bumi,
angkasa planet dan lain sebagainya). Namun jalan manapun yang hendak ditempuh, semuanya menuju kejalan
brahman.
(16) aham kratur aham yajnah,svadha 'ham aham
aushadham,mantro 'ham aham eva 'jyam,aham agnir aham hutam.artinya :
Karya-upacara, persembahyangan adalah aku,saji-sajian,
bahan reramuan adalah aku,sabda suci, dupa-kemenyan adalah aku,api dan
api-kebaktain adalah aku.
Kratu adalah karya-upacara yang termasuk dalam kitab suci
weda, yajna adalah persembahyangan yang dirumuskan dalam kitab smriti, svadha
ialah saji-sajian yang dipersembahkan untuk leluhur aushadham ialah reramuan
obat sayur-mayur, mantra adalah sabda suci. Ajyam adalah dupa-kemenyan yang
dibakar dalam api pimujaan dan agni ialah api-kebaktian.
Dalam sloka diatas ini dapat dirasakan betapa satunya
alat dan tujuan, jalan dan hendak dicapai, yang kedua-duanya adalah brahman.
Ini berarti bahwa kalau seseorang hendak mencapai brahman, jalan yang harus
ditempuhnya haruslah jalan brahman (yaitu kebajikan dan kesucian). (lihat juga
sloka iv.24).
(17) pita 'ham asya jagato,mata dhatapitamahah,vedyam
vapitram aumkara,rik sama yajur eva cha.artinya :
Aku adalah bapa, ibu, pelindung,dan datuk alam-semesta
ini,aku adalah objek ilmu pengetahuan, pensuci,aku adalah aksara rik, sama,
yajus dan aum.
(mengenai aksara aum, yang berarti brahman, baca juga
sloka vii.8 dan sloka .vii.13) yang dimaksudkan dengan rik, sama dan yajus
ialah ketiga kitab suci weda pertama, yaitu rigveda, yajurveda dan samaveda.
Sesungguhnya ada empat kitab suci weda dan keempat adalah atharvaveda. Tetapi
atharvaveda tidak termasuk yang pertama dan asli, melainkan yang belakangan dan
tidak disebutkan oleh manu, manusia pertama, yang hanya mengatakan tiga kitab
suci rig, yajus dan sama yang pertama dan asli.
(18) gatir bharta prabhuh sakshi,nivasah saranam
suhrit,prabhavah pralayah sthanam,nidhanam bijam avyayam,artinya :
Aku adalah tujuan, pengemban, penguasa,aku adalah saksi,
singgasana, perlindungan,aku adalah kawan, asalmula, akhir, kesudahan,aku
adalah dasar, penyimpanan, benih abadi.
(19) tapamy aham aham varsham,nigrihnamy utsrijami cha,amritam chai 'va mrityus cha,sad asach cha 'ham arjuna.artinya :
Aku adalah pemberi kehangatan,menahan dan menurunkan
hujan,aku adalah kehidupan dan kematian,mahkluk dan bukan mahkluk, oh arjuna.
Kedua sloka diatas ini mencoba menjelaskan brahman dari
berbagai aspek dilihat dari segi nilai-nilai renungan jiwa dan pemikiran
manusia, dengan tujuan utama : semoga brahman menerima doa manusia, apapun
jalan kebaktian yang ditempuhnya!
(20) traividya mam somapah putapapa,yajnair ishtva
svargatim prarthayante,te punyam asadya surendralokam,asnanti divyan divi
devabhogan.artinya :
Yang mengetahui ketiga kitab suci, minum soma, bersih
dari dosa, memuja-ku dengan kebaktian,berdoa menuju kejalan sorga, tiba di
indraloka,dan menikmati kebahagian para dewata di-sorga.
(21) te tam bhuktva svargalokam visalam,kshine punye
martyalokam visanti,evam trayidharmam anuprapanna,gatagatam kamakama
labhante.artinya :
Setelah menikmati sorga luas, mereka kembali,kedua
manusia dikala niali kebajikan terhabisi,sesuai dengan ajaran dalam ketiga
kitab suci,demi mencapai kenikmatan mereka datang dan pergi.
Yang dimaksudkan dengan ketiga kitab suci diatas adalah :
rigveda, yajurveda dan samaveda. Indraloka adalah dunia batara indra, yaitu
pemimpin para devata, yang juga disebut sorgaloka atau sorga saja. Soma adalah
sebangsa minuman yang disucikan.
Menurut ajaran kitab-kitab suci weda, mereka yang
melaksanakan upacara-upacara persembahyangan sesuai dengan pedoman-pedoman yang
digariskan dalam kitab-kitab suci tersebut akan mencapai kenikmatan disorga
setelah meninggal dunia bersama-sama para dewata di indraloka tetapi mencapai
sorga seperti ini bukanlah seperti ini bukanlah dianggap mencapai tujuan akhir.
Sebab mereka yang melaksanakan semua ini masih terikat oleh hukum karma yang
dilahirkan oleh masih adanya nafsu-keinginan (kama-kama. Akibatnya, mereka akan
kembali mengalami proses inkarnasi.
(22) ananys chintayanto mam,ye janah paryupasate,tesham
ityabhiyuktanam,yogakshemam vahamy aham.artinya :
Tetapi mereka yang hanya memuja-ku sendiri,merenungkan
aku selalu kepada mereka,
kubawakan segala apa yang mereka tidak punya,dan ku-lindungi segala apa yang mereka miliki.
kubawakan segala apa yang mereka tidak punya,dan ku-lindungi segala apa yang mereka miliki.
Dalam bagian akhir dari sloka diatas ini terbayang oleh
kita betapa brahman yang dipuja oleh manusia memikul segala beban dan
penderitaan mereka yang berbakti kepada-nya : "ku-bawakan segala apa yang
mereka milik" mengandung pengertian yang dalam bahwasanya brahman
membawakan kesejahteraan dan keselamatan bagi umat manusia yang memuja-nya.
Tetapi pengertian 'apa yang mereka tidak punya' dan
'segala apa yang mereka miliki' hendaknya diartikan bukan semata-mata sebagai
milik benda-benda material. Melainkan juga harus dilihat secara lebih dalam
lagi, yaitu dari segi milik moral dan budipekerti yang kini sedang diusahakan
dan yang telah dicapai selama ini.
(23) ye 'py anyadevata bhakta,yajante sradhhaya
'nritah,te 'pi mam eva kaunteya,yajanty avidhipurvakam.artinya :
Pun mereka yang memuja paradewata,yang berbakti dengan
penuh kepercayaan,sesungguhnya juga memuja-ku, kuntiputra,walau sebenarnya
tidak menurut hukum-hukum ajaran.
(kuntiputra = arjuna) yang dimaksud dengan 'tidak menurut
hukum-hukum ajaran" adalah disebabkan oleh ketidaktahuan bahwasanya
brahman tidak dapat dibayangkan sebagai dewa atau manusia yang
difersonifikasikan dalam bentuk dan cara bagaimana tidak mungkin (lihat juga
sloka vii.20 dan 21)
(24)
aham hi sarvayajnnam,bhokt cha prabhur eva cha,na tu mam abhijananti,tattvena
'tas chyavanti te.artinya :
Sebab aku adalah pnikmat dan penguasa,segala puja
bakti-persembahan, tetapi mereka,
tidak mengetahui aku dan sifat- ku yang sejati,karena itu mereka gagal jatuh, kembali lagi.
tidak mengetahui aku dan sifat- ku yang sejati,karena itu mereka gagal jatuh, kembali lagi.
Dengan tanpa adanya kepercayaan (seperti tersebut dalam
sloka 3) pada ilmu-pengetahuan dan budi-pekerti dan tanpa adanya pengetahuan
tentang brahman, maka betapapun usaha yang dilaksanakn dalam memuja dan
berbakti kepada brahman akan menemui kegagalan dan kembali lagi mengalami azab
sengsara dunia inkarnasi, hal ini bertambah jelas dilukiskan dalam sloka 21,
dimana apabila nilai kebajikan telah habis seseorang kembali dari sorga lagi
untuk menjalani inkarnasi.
(25) yanti devavrata devan,pitrin yanti
pitrivratah,bhutani yanti bhutejya,yanti madyajino 'pi mam.artinya :
Yang memuja devata pergi kepada devata,kepada leluhur
perginya yang memuja leluhur mereka,dan kepada rokh-alam perginya yang memuja
rokh-alam,tetapi mereka yang memuja aku datang pada-ku.
Dalam sloka ini dijelaskan oleh krisna bahwasanya ada
tiga macam kekeliruan yang umumnya dilakuakn oleh seorang yang tidak mempunyai
pengetahuan yang cukup tentang brahman (ini adalah karakteristik diseluruh
dunia), yaitu pertama pemujaan terhadap dewa-dewa, kedua pemujaan terhadap
dewa-dewa, kedua pemujaan terhadap leluhur (nenek-moyang) yang telah meninggal
dunia dan ketiga pemujaan kepada jiwa atau rokh suci yang ada dalam alam.
Memang sebenarnya ketiga pemujaan tersebut diatas
tidaklah salah, sebab setiap pemujaan (apapun bentuk dan tujuannya) akan
mendatangkan pahala. Tetapi dipandang keliru, sebab tidak mencapai tujuannya
yang sesungguhnya dan yang tertinggi. Dengan perkataan lain, pemujaan yang
tebatas (kepada dewa-dewa atau leluhur dan rohk suci) menghasilkan anugerah
terbatas pula, maka itu. Krisna menasehatkan : pujalah brahman! (lihat juga
sloka vii.23)
(26) patiram pushpam phalam toyam,yo me bhaktya
prayachchhati,tad aham bhakyupahritam,asnami prayatatmanah.artinya :
Siapa yang sujud kepad-ku dengan persembahan,setangkai
daun, sekuntum bunga, sebiji buah-buahan,atau seteguk air, sku terima sebagai
bakti,persembahan dari orang yang berhati suci.
Setangkai daun, sekuntum bunga, sebiji buah-buahan atau
segeguk air dalam persembahan yang besifat simbolik. Yang terutama adalah hati
suci, pikiran terpusatkan dan jiwa dalam kesimbangan tertuju kepada-nya. Kerena
itu. Bhagavadgita tidak menolak jalan yang ditempuh orang seperti tercantum
dalam sloka diatas ini untuk memuja brahman.
(27) yat karoshi yad asnasi,yaj juhoshi dadasi yat,yat
tapasyasi kaunteya,tat kurushva madarpanam.artinya :
Apapun yang kau kerjakan, kau makan,kau persembahkan, kau
dermakan,dan disiplin diri apapun kau laksanakan,lakukan, kuntiputra, sebagai
bakti kepada-ku.
Menghindari segala kegiatan yang ditijukan hanya demi
untuk menghindari hawa-nafsu dan keinginan diri sendiri (seperti dinyatakan
dalam sloka v.8 dan 9) adalah sama dengan melakukan segala kegiatan yang
ditijukan demi untuk kebaktian kepada brahman seperti yang dinyatakan oleh
sloka diatas ini. Jadi, segala kegiatan dalam hidup ini dijiwai oleh semangat
dedikasi kepada brahman.
(28) subhasubha phalair evam,mokshyase karma
bandhanaih,samnyasayoga yuktatma,vimukto mam upaishyasi.artinya :
Dengan demikian kau terlepas dari belenggu,kerja yang
membawa hasil baik dan cedera,dengan pikiran terpusat pada samnyasa,kau akan
terbebas, dan datang mencapai aku.
Dengan pengabdian dan persembahan seluruh hidup kepada
kebajikan dan kesucian, maka jiwa terlepas dari belenggu ego yang selama ini
jadi penghalang. Pada tingkat inilah seseorang tidak lagi mempertimbangkan dan
tidak pula terikat oleh hasil kerja baik-buruk (lihat sloka II.57). Mengenai
perkataan samnyasa lihat keterangan sloka V.1
Brahman, ibaratkan api, siapa saja datang kedekat-nya
dengan kepercayaan dan dedikasi pasti menerima kahangatan-nya (tetapi tidak
mereka yang menjahui-nya). Brahman, ibarat cahaya matahari, bersinar
kemana-mana dan berefleksi dalam jiwa yang bersih (bagaikan cermin yang bersih
menerima refleksi sinar bulan), yang tidak dikotori oleh dosa dan
ketidaktahuan.
Namun demikian, sloka ini bukanlah harus diartikan
bahwasannya seseorang dengan mudah dapat menghindarkan diri dari kejahatan dan
dosa. Orang tidak dapat menghindari hukum sebab dan akibat. Tetapi bila
seseorang yang paling jahatpun sadar akan perbuatannya lalu bertobat dan
berusaha dengan keras untuk menghapus dosanya, dengan penuh kepercayaan
mengebdi kepada brahman yang mulai ia dekati. Ibarat batubara akan hilang bila
api telah meresap kedalamnya, demikian pula dosa (lihat pula sloka iv.37).
Tidak ada dosa yang tidak berampun ! Demikian bhagavadgita.
Demikian pula dosa (lihat pula sloka iv.37). Tidak dosa yang berampun!demikian bhagavadgita.
Demikian pula dosa (lihat pula sloka iv.37). Tidak dosa yang berampun!demikian bhagavadgita.
(31) khipram bhavanti dharmatma,sasvachchhantim
nigachchhati,kaunteya pratijanihi,na me bhaktah pranasyati,artinya :
Dengan segera ia menjadi orang berjiwa kebenaran,dan
mencapai kedamain kekal-abadi,
ketahuilah, wahai kuntiputra, dengan pasti,penganut-penganut-ku tidak akan termusnahkan.
ketahuilah, wahai kuntiputra, dengan pasti,penganut-penganut-ku tidak akan termusnahkan.
Perkataan dharmatma berasal dari kata-kata dharma + atma
yang berarti : jiwa kebenaran.
(32) mam hi partha vyapasritya,ye 'pi syuh
papayonayah,striyo vaisyas tatha sudras,te 'pi yanti param gatim.artinya :
Sebab, mereka yang berlindung pada-ku ini,walau mungkin
berasal dari kelahiran rendah, parta,perempuan, waisia ataupun golongan
sudra,mereka juga mencapai tujuan yang tertinggi,
Sloka ini memberi tekanan bhawasanya bhagavadgita membuka
pintu yang selebar-lebarnya bagi setiap orang tanpa menghiraukan perbedaan ras,
bangsa, golongan kelamin maupun tingkatan sosialnya. Sloka ini menbantah
adat-itiadat yang mengatakan bahwa perempuan, kaum waisia dan kaum sudra yaitu
masing-masing pedagang-pengusaha dan rakyat jelata tidak diperbolehkan
mempelajari kitab-kitab suci weda, yang berarti mereka tidak dapat mencapai
tujuan yang tertinggi, yaitu brahman. (mengenai istilah waisia dan sudra, lihat
juga keterangan sloka i.41).
(33) kim punar brahmanah punya,bhakta rajarshayasa
tatha,anityam asukham lokam,imam prapya bhajasva,artinya :
Lebih-lebih para brahmana suci,dan pendita bangsawan
saleh budiman,kini setelah engkau ada didunia ini,tak-kekal dan penuh duka,
pujalah aku!
Anityam asukham lokam berarti "dunia ini tak kenal
penuh duka". Manusia dalam hidup ini tidak bisa menghindarkan diri dari
kelahiran dan kematian, yang dalam jangka waktu diantara keduanya tidak kekal
dan penuh dengan kedukaan dan kesengsaraan. Jalan untuk membebaskan diri
daripadanya adalah menyucikan jiwa dan melaksanakn samnyasa. Para brahman dan
para ksatria (termasuk pendita bangsawan, yaitu orang-orang kesatria yang
menjadi pendita) lebih mudah mencapai tujuan yang tertinggi dan kesempatan yang
lebih luas dibandingkan dengan golongan waisia dan sudra. Namun demikian.
Brahman tetap memandangnya sama.
(34) manmana bhava madbhakto,madyaji mam namskuru,mam
evai 'shyasi yuktvai 'vam,atmanam matparayanah,artinya :
Pusatkan pikiranmu pada-ku, berbakti pada-ku,bersujud
pada-ku, sembahlah aku,dan setelah kau mendisiplinkan jiwamu,aku menjadi
tujuanmu tertinggi, kau'kan tiba pada-ku.
Karakteristik yang terbuka dan meninjol dari bab
kesepuluh ini dimana krisna sebagai penjelmahan dan penyambung-lidah brahman
menjelaskan bahwasanya bhagavadgita membuka pintu bagi setiap orang (sekali pun
orang yang paling jahat dan hina-dina) untuk mengabdi dan bersujud kepada
brahman serta mencapai kelepasan (moksha) dan bersatu dengan brahman, adalah
merupakan intisari daripada ajaran-ajaran yang termaksud dalam kitab suci ini.
Ity rimad bhagavadgitasupanishatsu
brahmavidyayam,yogasastre srikrisharjunsamvade,
rajavidyarajaguhyayogo nama navamo 'dhyayah.
rajavidyarajaguhyayogo nama navamo 'dhyayah.
Maka berakhirlah bab kesepuluh upanishad,bhagavadgita
mengenai ilmu-pengetahuan,
tentang yang maha esa kitab suci yoga,dan dialog antara sri krisna dan arjuna,yang berjudul rajavidyaraja guhyayoga.
10. HAKIKAT TUHAN YANG
ABSOLUT/MUTLAK tentang yang maha esa kitab suci yoga,dan dialog antara sri krisna dan arjuna,yang berjudul rajavidyaraja guhyayoga.
Kehebatan Tuhan Yang Mutlak, menguraikan mengenai
sifat hakikat Tuhan yang absolut/mutlak. Segala fenomena ajaib yang
memperlihatkan kekuatan, keindahan, sifat agung atau mulia, baik di dunia
material maupun di dunia rohani, tidak lain daripada perwujudan sebagian
tenaga-tenaga dan kehebatan rohani Krishna. Sebagai sebab utama segala sebab
serta sandaran dan hakekat segala sesuatu.
Selanjutnya dalam bab ini krisna
menguraikan manisfestasi brahman dalam berbagai wujud, sebagai sumber
segala-galanya. Mengetahui adalah mengetahui semua
Arjuna mempelajari dan mengakui nilai positif dan
kebesarab brahman, bahwasanya brahman tak terlahirkan, tanpa asal mula,
penguasa tertinggi, asal ada, segala tumbuh daripada-nya, pensuci tertinggi dan
dewata pertama.
Arjuna ingin mengetahui manisfestasi brahman, dan ia
bertanya tentang ini dan keagungan yoga brahman, krisna menjawab bahwasanya
wujud brahman adalah jiwa yang terdiam dalam hati semua insani, permulaan +
pertengahan + pengahabisan dari semua.
Kemudia krisna menjelaskan berbagai manisfestasi brahman
dalam alam kosmos, dalam planet dalam kitab suci, dari diri devata, dalam
manusia, dalam huruf, dalam binatang, dalam tumbuh-tumbuhan, dalam benda, dalam
sifat, dalam pengetahuan dan dalam berbagai hal.
(1) sribhagavan uvacha: bhuya ava mahabaho,srinu me
paranam vachah,yat te 'ham priyamanaya,vakhyami hitakamyaya.artinya :
Sri bagawan berkata : selanjutlah dengarkanlah, wahai
mahabahu,kata-kata-ku yang termulia ini, demi,untuk mengahrapkan kebahagian
bagimu,hendak ku-uraikan padamu, engkau yang kukasihi.
(mahabahu = arjuna) dalam bab ke-ix terdahulu. Arjuna
telah menunjukkan pengertian yang sebaik-baiknya kepada uraian krisna, yang
mendorong sri bagawan melanjutkan penjelasannya tentang brahman sebagai sumber
segalanya. Dan untuk mengetahuinya, arjuna harus mengetahui segalanya!
"engkau yang kukasihi" (priyamananya) demikian
panggilan krisna kepada arjuna, sebagai suatu pernyataan betapa krisna dengan
sepenuh jiwanya ingin menolong arjuna untuk mencapai kebenaran tertinggi.
(2) na me viduh suraganah, prabhavam na maharshayah, aham
adir hi devanam, maharshinam cha sarvasah. Artinya :
Baik para dewata maupun rsi agung,tidak mengenal
asal-mula-ku,sebab dalam segala hal aku,adalah sumber para dewata dan rsi
agung.
Perkataan rel berarti : pendita penyair yang mendapat
ilham, dan perkataan prabhawa berarti : asal-mula.
(3) yo mam ajam anadim cha,vetti
lokamabesvaram,asammudhah sa martyeshu, sarvapapaih pramuchyate. Artinya :
Dia yang mengetahui aku tak-terlahirkan,tapa permulaan,
penguasa perkasa,seluruh dunia ialah diantara manusia,tak bingung dan terhindar
dari segala dosa.
Walaupun brahman tidak terlahirkan dan tidak mempunyai
permulaan, namun brahman memiliki prabhawa, yaitu asal mula yang juga berrati
kewibawaan yang tertinggi.
(4) buddhir jnanam asammohah,kshama satyam damah samah,sukham
dumkham bhavo ;bhavo,bhayam cha 'bhayam eva cha.artinya :
Budi pekerti, ilmu-pengetahuan, kesadran,kesabaran,
kebenaran, kemawasan,ketenangan, kesukaan, kedukaan, kelahiran, kematian,
ketakutan, keberanian.
(5) ahimsa samata tubtis,tapo danam yaso 'yasah,bhavanti
bhava bhutanam,matta eva prithagvidhah.artinya :
Tanpa-kekerasan, keseimbangan jiwa,
kepuasan,keprihatinan, kemurahan-hati, kemasyuran,
dan kecemaran-karakteristik mahkluk semua,ini datangnya dari aku belaka.
dan kecemaran-karakteristik mahkluk semua,ini datangnya dari aku belaka.
Kalau dalam sloka VII.4. Brahman dilihat dari segi unsur
alam yang lebih rendah, maka dalam kedua sloka diatas ini brahman dilihat dari
penomena yang lebih tinggi. Dan karakteristik yang dilukiskan diatas ini
walaupun kepunyaan mahkluk, namun datangnya dari brahman juga. Ini disebabkan oleh
adanya phala karma dimasa-masa yang silam, dimana setiap mahkluk menerima dan
memikul segala akibatnya sesuai dengan perbuatan masing-masing. Tetapi bagi
mereka yang mengetahui brahman, segala karakteristik ini lenyap, segala dosa
hapus, jiwa mereka menemui kelepasan abadi.
(6) maharshayah sapta purve,chatvaro manavas
tatha,madhava manasa jata,yesham loka imah prajah.artinya :
Ketujuh rsi, keempat orang dimasa lalu,dan para manujuga
menurut sifat-ku,lahir dari pikiran-ku, dan dari mereka,manusia berkembang-biak
didunia.
Ketujuh rsi yang dimaksud adalah : marichi, angiras,
atri, pulastya, pulaha, kratu dan vasishtha. Keempat orang dijaman purba ialah
: narada, asita, devala dan vyasa. Para manu yang dimaksud yaitu empat belas :
svayambhuva, svarochisa, anuttami, tamasa, raivata, chaksbhuva, svarochisa,
anuttami, tamasa, raivata, chakshusha, vaivasvata, sarvana, dakshavarna,
brahmasavarna, dharmasavarna, rudrasarvana, rauchya dan bhautya. Jaraj waktu
diantara kelahiran dua orang manu disebut manvantara (manu + antara), yang
diartikan sebagai satu periode bangsa manusia dimana setiap munculnya seorang
manu muncul pulalah bangsa manusia dalam satu kalpa (hari brahman). Manu
sebagai manusia pertama, adalah pencipta dan penegak hukum dan undang-undang
kehidupan manusia (lihat pula sloka IV.1)
(7) etam vibhutim yogam cha,mama yo vctti tattvatah,so
'vikampena yogena,yujyate na 'tra samsayah.artinya :
Dia yang benar-benar mengetahui yoga ,dan keagungan-ku
ini akan memiliki,keseimbangan jiwa dengan keteguhan yoga,hal ini tidak usah
diragukan lagi.
Perkataan vibhuti berarti : nilai istimewa, keagungan.
Mereka yang mengetahui yoga dan keagungan brahman memiliki juga kekuatan dan
budi pekerti yoga, dengan yoga mana mereka mengambil bagian aktif dalam
melaksanakan ajaran-ajaran rasul brahman.
(8) aham sarvasya prabhavo,mattah sarvam pravartate,iti
matva bhajante mam,budha bhavasamanvitah.artinya :
Aku ini adalah asal-mula segala,dari aku segala sesuatu
tumbuh pertama,mengetahui ini orang bijaksana memuja-ku,dengan rasa sadar
sepenuh kalbu.
Mulai dengan sloka ini krisna menyatakan diri-nya bahwa
ia adalah isvara, tuhan yang maha esa, yang merupakan materi kehadiran dunia
ini.
(9) machchitta madgataprana,bidhayantah
parasparam,kathayantas cha mam nityam, tushyanti cha ramanti cha.artinya :
Pikiran mereka terpaku pada-ku,seluruh hidup mereka
serahkan pada-ku,saling memberi penerangan dan membicarakan aku, mereka merasa
puas dan bahagia pada-ku.
Dengan jalan menyerahkan seluruh hidup kepada brahman
(seperti telah dijelaskan oleh krisna dalam sloka IX.34) orang dapat mencapai
kepuasan dan bersama brahman. Adapun kepuasan dan kebagian yang dimaksudkan
dalam sloka ini adalah apabila semua kahausan akan hawa nafsu dan keinginan
pribadi telah lenyap.
(10) tesham satatayuktanam,bhajatam pritipurvakam,dadami
buddhiyogam tam,yena mam upayanti te.artinya :
Kepada mereka yang terus-menerus mengabdi,dan memuja aku
dengan kasih sayang,aku anugerahkan yoga budipekerti,dengan ini kepada-ku
mereka datang.
Kasih-sayang diantara brahman dan mereka mengabdi-nya dan
yoga budipekerti yang mereka terima dari brahman melahirkan kekuatan pengertian
yang mengahncurkan segala ketidaktahuan dan kegelapan yang selama ini
menyelubungi jiwa mereka.
(11) arjuna uvacha:
(11) arjuna uvacha:
Param brahma param dharma,pavitram paraman
bhavan,purusham sassvatam divyam,adidevam ajam vibhum.artinya :
Arjuna berkata: engkau adalah brahman, yang maha
tinggi,tatha tertinggi, pensuci tertinggi, manusia suci,kekal-abadi, dewata
pertama dari semua dewata,tak-terlahirkan, maha kuasa meliputi segala.
(12) ahus tvam rishayah sarve,devarshir naradas
tatha,asito devalo vyasah,svayam chai 'va bravishi me.artinya :
Semua rsi mengatakan tentang engkau begini,demikian juga
rsi-sakti narada,asita, dewala serta vyasa, dan kini,engkau sendiri berkata
kepadaku pula.
Arjuna menerima vibhuti (keagungan dan nilai istimewa).
Krisna sebagai rasul brahman, dan mengekui kebenaran apa yang telah diuraikan
oleh krisna kepadanya. Rahasia budipekrti tertinggi telah terungkapkan baginya
dan arjuna kini tidak merasa bimbang ragu lagi, percakapannya dengan krisna
telah memberi pengertian kepadanya tentang priunsip-prinsip brahman, namun
demikian, arjuna masih membutuhkan penjelasan-penjelasan mengenai pelaksanan
ilmu-pengetahuan dan yoga budipekerti dalam kehidupan sehari-hari.
(17) katham vidyam
aham yogim,stvam sada pearichintayan,keshu-keshu cha bhaveshu,chintyo 'si
bhagavan maya.artinya :
Betapakah aku dapat mengetahui engkau,apakah dengan meditasi konstan, oh ahayogi?
Dalam berbagai aspek yang manakah engkau,hendaknya aku renungkan, wahai
bagawan.
Untuk dapat menyatukan pikiran orang harus memusatkan
perhatian keoada sesuatu objek tertentu. Inilah langkah pertama yang harus
dillakukan oleh seseorang yang hendak menempuh jalan yoga. Sebagai rasul
brahman, krisna memiliki yogamaya, keagungan dan nilai-nilai dalam
kesempurnaannya, sudah selaknya dapat julukan dari arjuna sebagai mahyogi (yogi
yang tertinggi) atau yogeswara (yogi +iswara = tuhannya yogi). Dengan maksud
mencapai tujuan yang sebaik-baiknyalah arjuna bertanya tentang aspek brahman
yang harus direnungkan dalam meditasi. (mahayogi = yogeswara = bagawan =
krisna).
Didalam menguraikan segala sesuatunya tentang brahman dan
manisfestasi-nya, bhagavadgita memperlakukan kosmologi sama dan berbarengan,
tidak secara terpisah-pisah. Hal ini dapat dilihat dalam sloka diatas dan
sloka-sloka berikiutnya (dan juga sloka vii.4). Tetapi untuk menyatakan
manisfestasi atau wujud brahman yang penting-penting saja, yang teruatama
sekali adalah atman (jiwa), sebab seluruh dan gerakan dan hidup dalam
keseluruhan alam-semesta ini dimilai dan dibuat harmonis oleh atman ini.
(gudakesa = penakluk rasa kantuk, yaitu arjuna sendiri)
(21) adityanam aham vishnur, jyotisham ravir
amsumam,marichir marutam asmi,nakshatranam aham sasi.artinya :
Diantara aditaya, aku adalah wisnu,diantara cahaya, aku
adalah matahari,diantara angin, aku adalah marichi,diantara bintang , aku
adalah rembulan.
Setelah jiwa seperti disebutkan dalam sloka terdahulu,
manisfestasi brahman yang berikut adalah wujud-wujud kosmos yang
bercahaya-cahaya, disebut aditya, yang berjumlak 12 (dua belas) masing-masing
memimpin cahaya-cahaya ini adalah wisnu, wujud kosmos brahman yang berikut
adalah matahari (ravi), yang setiap hari kita saksikan paling bercahaya, tetapi
merupakan bagian daripada kosmos aditya yang memimpin segala cahaya tiap
bulannya.
Kemudian wujud kosmos brahman dalam marut adalah marichi,
yaitu nama yang diberikan kepada angin yang paling penting, seperti topan,
puyuh, ribut dan sebagainya. Sesungguhnya perkataan marut bukan saja berarti
angin, melainkan juga berarti unsur-unsur sinar yang menembus udara (termasuk
angin) dan nafas hidup (baik nafas kosmos maupun nafas mahkluk seperti manusia,
binatang dan sebagainya).
Jadi marichi adalah yang terpenting dalam angin, unsur
sinar yang menembus udara dan nafas-hidup).
Diantara konstelasi bintang-bintang, maka manisfestasi
brahman adalah rembulan. Tetapi dalam hiubungan sloka ini rembulan hendaknya
jangan ditafsirkan menurut objek-objek astronomi yang nyata, dimana sesungguhnya
rembulanbukanlah milik sinar cahaya unik sendiri yang melebihi bintang-bintang,
melainkan harus diartikan dalan hubungannya dengan keindahan bahasa
bhagavadgita (yaitu bahasa sangsekerta) dimana perumpamaan keindahan rembulan
melebihi bintang-bintang diwaktu malam. Keindahan inilah yang dimaksud
terpenting oleh krisna sebagai manisfestasi brahman, dan bukan rembulan sebagai
objek nyata dan astronomi. Memang nilai-nilai agung dan istimewa tentang
brahman ini tidaklah mudah untuk dapat dimengerti, dari kenyataan-kenyataan
objektif biasa. Oleh karenanya perlu contoh dan perumpamaan (simili), baik
dalam arti sesungguhnya maupun arti kiasannya.
(23) rudranam
samkaras cha 'smi,vitteso yaksharakahm,vasunam pavakas cha 'smi,meruh
sikharinam aham.artinya :
Diantara rudra, aku adalah sankara,diantara yaksa dan
raksasa, aku adalah kubera,diantara para wasu, aku adalah pawaka,diantara semua
gunung, aku adalah mahameru.
Rudra juga disebut siwa, yaitu personifikasi kehancuran
dan kemusnahan. Menurut kitab-kitab suci weda, upanishad dan purana ada sebelas
rudra atau sebelas kehancuran-kemusnahan yang dapat mengeluarkan bunyi yang
hebat mengerikan (rudra) seperti misalnya gunung meletus, gempa bumi, petir
menyambar dan sebagainya. Tetapi diantara kesebelas kemusnahan itu ada yang
mendatangkan kebahagian yang disebut sankara.
Yaksa dan raksasa adalah sebangsa mahkluk (bukan manusia
dan bukan binatang) yang berasal dari satu keturunan. Mahkluk ini dinyatakan
memiliki sifat-sifat jahat, namun diantara mereka kubera (juga disebut dengan
nama vittesa) adalah yang terkaya, terbaik dan memiliki sifat-sifat istimewa.
Wasu adalah personifikasi (penjelmahan) daripada
kecemeriangan, kebaikkan, kedermawanan, kesucian dan sebagainya, yang berjumlah
delapan. Yang teristimewa diantaranya adalah pawaka.
Mahameru adalah puncak tertinggi di gunung himalaya, yang
merupakan gunung yang tertinggi didunia.
(24) purodhasam cha mukhyam mam,viddi partha
briphasatim,senaninam aham skandah,sarasam asmi sagarah.artinya :
Ketahuilah pula diantara pendita suci,oh parta, aku
adalah penditabrihaspati,diantara jendaral perang aku adalah skanda,diantara
danau aku adalah samudera.
Brihaspati adalah prototipe dari semua pendita yang dapat
menghubungkan manusia dengan brahman. Skanda (juga dapat disebut dengan nama
kartikeya) dilkenal sebagai jendral angkatan perang yang paling baik dan paling
bijaksana.
(25) maharshinam bhigur aham,giram asmy ekam
aksharam,,yajnanam japayanto 'smi,sthavaranam himalayah.artinya :
Aku ini brigu diantara rsi (didunia),aku ini aum diantara
ucapan suci,aku ini meditasi sunyi diantara cara memuja,aku ini gunung himalaya
diantara benda-benda mati.
Brigu adalah rsi yang menjadi suri tauladan dalam
kehidupan sehari-hari. Ucapan suci aksara-tunggal aum berarti brahman (lihat
juga sloka viii.13 dan sloka vii.8) meditasi sunyi (yapa) adalah suatu cara
yang dipandang paling baik untuk memuja tuhan, sebab cara ini dengan langsung
menghubungkan pemuja dengan yang dipuja dalam situasi dan lingkungan yang
hening-sunyi. Memuja tuhan bukanlah suatu "standing sosial' yang harus
diperlihatkan kepada publik sebagai suatu penilain sosial terhadap moral
spiritual melainkan suatu persyaratan atas tanggung-jawab seseorang kepada
kepercayaan dan keyakinan terhadap dirinya dan terhadap tuhan-nya, yang harus
merenungkan dalam semedi atau meditasi-sunyi
Dalam sloka ini gunung himalaya disebut sebagai suatu
kiasan betapa kuat dan teguhnya manisfestasi brahman itu.
(26) asvatthah sarvavrikshanam,devarshinam cha
naradah,gandharvanam chitraratha, siddhanam kapilo munih,artinya :
Dari segala kayu-kayuan aku adalah aswatha,dari semua
dewa rsi aku adalah narada,diantara gandharva aku adalah chitarata,diantara
muni sempurna aku adalah kapila.
Pohon kayu asvattha adalah sebangsa 'fikus religiosa'
dari keluarga pohon beringin. Narada adalah rsi yang merupakan penghubung
diantara dua golongan spirituil, yaitu manusiadan para dewata (mahkluk yang
bercahaya-cahaya). Gandharwa juga merupakan mahkluk spirituil yang mempunyai
tingkatan diantara manusia dan para dewata. Diantara mereka chitarata-lah yang
paling utama kapila, filosofi dan muni-sempurna, adalah pendiri aliran falsafah
samkhya, yang membedakan purusa dengan prakriti atau dengan benda-jasmaniah.
(27) uchchaihsravasam asvanam,viddhi mam
amritodbhavam,airavatam gajendranam, naranam cha naradhipam.artinya :
Ketahuilah diantara bangsa kuda,aku ucaihhswara lahir
dari madu amrita,diantara gajah perkasa aku adalah airwata,diantara manusia
biasa aku adalah maharaja.
Uchcaiharava adalah nama kuda kenaikkan indara amrita
ialah air suci, manis sejuk menghidupkan yang juga dipergunakan dalam upacara
persembahyangan. Airwata adalah nama gajah juga kepunyaan indra
(28) ayudhanam aham vajram,dhenunam asmi
kamadhuk,prajanas cha 'smi kandarpah,sarpanam asmi vasukih.artinya :
Bajra diantara semua senjata adalah aku,kamandhenu
diantara sapi-sapi adalah aku,dalam membiakkan keturunan kandarpa adalah
aku,diantara semua ular wasuki adalah aku.
Bajra adalah senjata kepunyaan indra. Kamadhem, juga
disebut kamadhuk, yaitu sapi kepunyaan rsi vasista. Kandarpa adalah dewa-asmara
(dewa-cinta) dan wasuki raja dari segala ular.
(29) anantas cha 'smi naganam,varuno yadasam
aham,pitrinam aryama cha 'smi,yamah samyamatam aham.artinya :
Diantara naga aku adalah ananta,diantara penguasa air aku
adalah waruna,diantara arwah leluhur aku adalah aryama,diantara penegak-hukum
aku adalah yama.
Ananta adalah naga kepunyaan wisnu, aryama adalah leluhur
pertama dari kaum waisia (pengusaha-pedagang) yama disamping sebagai
penegak-hukum juga dikenal sebagai dewa kematian, yang mengadili mahkluk
setelah ajal sampai sesuai dengan pahala karma dimasa yang lalu.
(30) prahladas cha 'smi daityanam,kalah kalayatam
aham,mriganam cha mrigendro 'ham,vainateyas cha pakshinam.artinya :
Aku adalah prahlada diantara daitya,aku adalah waktu
diantara dasar perhitungan,aku adalah singa diantara segala binatang,aku adalah
garuda diantara segala burung.
Prahlada adalah pemimpin mahkluk daitya, yaitu bangsa
raksasa, yang merupakan musuh para dewata. Garuda disebut pula nama winata,
adalah burung sakti kepunyaan wisnu.
(31) pavanah pavatam asmi, ramah sastrabhritam aham,
jhashanam makaras ch 'smi, srotasam asmi jahnavi,artinya :
Aku adalah angin diantara yang membersihkan,aku adalah
rama diantara pahlawan kebenaran,aku adalah makara diantara segala ikan,aku
adalah gangga diantara semua begawan.
Rama adalah dari epos ramayana yang merupakan inkarnasi
ketujuh dari wisnu, yaitu wujud kosmos aditya yang paling bercahaya-cahaya
(lihat sloka 21 bab ini). Makara adalah ikan yang paling menakjubkan
(capriconus dalam penanggalam hindu), yang kepala dan depannya sebagai
biri-biri serta badan dan ekornya menyerupai ikan. Sungai gangga juga disebut
jahnawi, sungai yang mendatangkan kemakmuran.
(32) sarganam adir antas cha,madhyam chai 'va 'ham
arjuna,adhyatmavidya vidyanam,vadah pravadatam aham. Artinya :
Dari segala ciptaan aku ini, oh arjuna,adalah permulaan,
akhir dan juga pertengahan,diantara segala ilmu-pengetahuan aku falsafah
atman,dan diantara semua diskusi aku adalah dialektika.
Sloka diatas ini khusus membicarakan soal-soal
kesusastraan dan ilmu-pengetahuan, dan yang dimaksudkan dengan segala ciptaan
ialah karya-karya sastra, deklamasi, pidato dan ilmiah. Adapun ilmu-pengetahuan
yang tertinggi adalah ilmu-pengetahuan tentang hidup, jiwa, atman dan brahman
yang maha esa. Dalam suatu diskusi ada klarifikasi cara untuk mencapai
kesimpilan yaitu : pertama vada, cara itu menujukkan untuk mencapai kebenaran
yang dihormati oleh semau pihak dan disebut dialektika, kedua vitanda, cara
yang dipergunakan adalah mencari-cari kesalahan argumentasi orang lain tanpa
memberikan pendapat sebagai bahan pertimbangan dan ketiga jalpa, cara yang
hanya membenarkan pikiran sendiri dengan menolak pendapat orang lain, bila
perlu dengan teriak dan caci-maki.
(33) aksharanam akaro 'ami,dvandvah samasikasyah cha,aham
eva 'kshayah kalo,dhata 'ham visvamukhah,artinya :
Aku adalah huruf a dari semua aksara,aku adalah
katamajemuk dari semua kata-kata berpadu,aku adalah kala-waktu yang tak ada
hentinya,aku adalah pengemban bermuka segala penjuru.
Yang dimaksud dengan katamajemuk adalah dvandva, dimana
tiap kata bagian mempunyai nilai dan fungsi sama, bukan yang satu menjadi
keterangan atau pelengkap yang lain.
(34) mrityuh sarvaharas cha 'ham,udbhavas cha
bhavishyatam,kirtih srir vak cha narinam,smritir medha dhritih kshama.artinya :
Aku ini kematian yang menelan segalanya,aku ini asalmula
yang akan ada nanti,dan dari sifat-sifat wanita aku ini,adalah kemasyuran dan
kemakmuran,kehalusan budi-pekerti dan kenangan,kecerdasan keteguhan hati dan
kesabaran.
(35) brihatsama tatha samnam,gayatri chandasam
aham,masanam margasirsho 'ham,ritunam kusumakarah.artinya :
Diantara lagu pujaan aku adalah brihatsama,diantara syair
suci aku adalah gayatri,diantara bulan-bulan aku adalah margasirsha,diantara
musim-musim aku adalah musimsemi.
Brihatsama yaitu lagu pujaan terdapat dalam samaveda yang
dipandang sangat dalam isinya, sedangkan gayatri adalah syair suci terdapat
dalam rigveda yang diucapkan untuk sembahyang diwaktu fajar dan senjakala.
Margasrisha adalah bulan habis panen dan musim orang berlibur dab kerja berat
setahunnya.
(36) dyutam ahhalayatam asmi,tejas tejasvinam aham,jayo
'smi vyavasayo 'smi,sattvam sttvavatam aham.artinya :
Aku ini penjudi diantara bangsa penipu,aku adalah
keindahan dari semua yang jelita,aku ini kejayaan dan aku ini daya-upaya ,aku
adalah kebaikkan dari segala yang baik.
Perkataan penjudi sebenarnya dimaksudkan 'pengambil
resiko dengan mempertaruhkan apa yang dimiliki, jadi untuk menaklukan bangsa
penjahat dan penipu orang harus berani mengambil resiko, bila perlu jiwa raga.
(37) vrishninam vasudevo 'smi,muninam apy aham
vyasah,kavinam usana kavih.artinya ;
Dari keturunan wrisni aku ini wasudewa,dari panca pandawa
aku ini dananjaya,dari murni semprna aku ini vyasa,dari biduan-penyair aku ini
usana.
Vyasa adalah pencipta epos mahabarata dimana bhagavadgita
termasuk didalamnya. Usana juga dipanggil sukra pengerang dharmasastra, yaitu
buku undang-undang kewajiban hidup.
(38) dando damayatam asmi,nitir asmi jighatam,maunam chai
'va 'smi guhyanam,jnanam jnanavatam aham.artinya :
Akulah kekuatan hukum dari semua penguasa,akulah
negarawan diantara yang mengejar kejayaan,akulah tempat menyimpan segala
rahasia,akulah yang mengetahui segala ilmu pengetahuan.
Perkataan danda berarti : cambuk atau cemeti, yang
dipergunakan untuk menghukum orang yang bersalah oleh yang berkuasa.
Tetapi dalam hubungan sloka ini perkataan danda harus
diartikan kekuatan hukum untuk menjatuhkan hukuman yang adil, sebab brahman
adalah yang maha adil, tidak berat sebelah (lihat pula sloka ix.29 dan 30)
(39) yach cha 'pi sarvabhutanam,bijam tad aham arjuna,na
tad asti vina syan,maya bhutam characharam.artinya :
Dan selanjutnya apapun, oh arjuna,benih segala mahkluk
ini adalah aku,tidak ada sesuatu bisa ada,bergerak atau tidak bergerak, tanpa
aku.
(40) na 'nto 'sti mama divyanam,vibhutinam paramtapa,esha
tu 'ddesatah prokto,vibhuter vistaro maya.artinya :
Perwujudan suci-ku tiada akhirnya,apa yang telah
ku-katakan, oh parantapa,hanyalah merupakan ilustrasi belaka,daripada
keagungan-ku yang tiada batasnya.
Dari uraian diatas, ternyata arjuna telah menunjukkan
penegrtian yang sangat baik, yang menyebabkan krisna merasa bahwa keterangannya
sudah cukup jelas
(41) yad-yad vibhutimat sattvam,srimad urjitam eva
va,tad-tad eva 'vagachchhatvam,mama tejomsa sambhavam.artinya :
Segala apa saja yang ada,memiliki keagungan,
keindahan,dan kekuatan, ketahuilah semua itu,menjelma daripada bagian
fragmen-ku.
(41) athava bahunai 'tena,kim jnatena tava
'rjuna,vishtabhya 'ham idam kristnam,ekamsena sthito jagat.artinya :
Tetapi apakah gunanya bagimu, arjuna,pengetahuan yang
sekecil-kecilnya ini,kupelihara dan kuliputi jagat ini,hanya dengan sekelumit
kecil-ku yang ada.
Segala sesuatu yang indah dan agung, segala perbuatan
yang menunjukkan heroisme, segala kehidupan yang penuh pengorbanan, segala
kerja yang penuh ketekunan daya upaya dan segala jiwa yang penuh dengan
keseimbangan dan kesesuaian adalah sekelumit bagian alit daripada brahman.
Ya, sedangkan kosmos kita ini juga hanya merupakan
sebagian kecil dari brahman yang ada diseluruh kosmos, diseluruh waktu dan
diseluruh ruang.
Ity srimad bhagavadgitasupanishatsu brahmavidyayam,
yogasastre srikarishnarjunasam vade, vibhutiyogo nama dasamo 'dhyayah
Maka berakhirlah bab kesebelas upanishad
bhagavadgita,mengenai ilmu pengetahuan tentang yang maha esa,kitab suci yoga
dan dialog antara sri krisna dan arjuna,yang berjudul vibhutiyoga.
11. KRISNA MURTI
Arjuna kini mengerti dan memiliki
ilmu-pengetahuan tentang manisfestasi brahman berkat uraian krisna kepadanya
dengan penuh kasi-sayang.
Dalam bab keduabelas ini krisna
sebagai manisfestasi brahman memperlihatkan wujud-nya dan arjuna setelah
menerima mata penglihatan-dewata dapat menyaksikan visi brahman yang luar
biasa, sangat agung, ajaib, universiil, tidak-terbatas, luas memenuhi ruang
angkasa dan paling utama
Bagaikan sinar seribu matahari,
bercahaya, cemerlang diruang angkasa berpusat menjadi satu dalam
keseluruhannya, beraneka warna dengan segala bagiannya.
Brahman adalah waktu, penghancur musuh
dunia yang tiba pada masanya yang telah ditetapkan. Maka itu krisna mengharap
agar arjuna maju dan bertempur melawan musuh-musuhnya.
Arjuna merasa sangat bahagia dapat kesempatan melihat
visi brahman, dan ia pun sujud dihadapan krisna serta mengucapkan kata :
swasti, swasti, swasti! Sungguh agung ajaib visi brahman!
(1) arjuna uvacha:
madanughrahaya paramam, ghuyam adhyatmasamjnitam, yat tvayo 'ktam vachas tena,
artinya :
Arjuna berkata: kini sirnalah keraguan-bimbanganku,berkat
rahasia yang tertinggi ajaran,
tentang adhyatman yang engkau uraikan,dengan kasih sayang kepada-ku.
tentang adhyatman yang engkau uraikan,dengan kasih sayang kepada-ku.
Walaupun dalam kedua bab terdahulu arjuna telah
menunjukkan pengertian yang baik sekali terhadap ajaran krisna, namun hatinya
belum merasa puas juga, lebih-lebih pandangan mengenai brahman secara
memastikan. Oelh karenanya ia mengambil inisiatif dalam bab ini untuk bertanya
lebih jauh.
Sa,pai disini arjuna mengerti bahwa segala sesuatu yang
ada didunia ini tidak tumbuh dan hidup olehnya sendiri, dan bahwa segala
sesuatunya itu tidak terpisah dengan brahman.sampai disini ilusi atau
keragu-bimbangan tentang dunia ini lenyap, tetapi ia masih ingin mengajukan
pertanyaan tentang manisfestasi brahman sesungguhnya (adhyatman adalah wujud
brahman yang terutama; lihat juga keterangan sloka viii.3 dan sloka x.20)
(2) bhavapyayau hi bhutanam,srutau vistaraso maya, tvattah kamalapattraksha,mahatmyam
api cha 'vyayam.artinya :
Kelahiran dan kemusnahan mahkluk apa saja,telah didengar
olehku secara terperinci,dari engkau, wahai ka,alapatraksa,san juga
keagungan-mu yang kekal abadi.
Perrkataan kamalaptraksha sebenarnya berarti dia yang
matanya indah bagaikan daun kembang tetatai (hitam, lembut dan besar). Oleh
karena krisna memiliki mata yang indah, maka arjuna memanggil krisna dengan
nama julukan demikian. Permulaan dan akhir atau kelahiran dan kemusnahan,
segala mahkluk adalah brahman (lihat juga sloka x.20).
(3) evam etad yatha 'ttha tvam,atmanam
paramesvara,drashtum ichchhami te rupam,aisvaram purushottama.artinya :
Benarlah demikian oh yang maha pertama,seperti engkau
telah lukiskan tentang diri-mu,namun aku ingin menyeksikan,rupa suci-mu, wahai
manusia utama.
Perkataanparamewsvara (dari parama + iswara) berarti :
tuhan yang maha pertama. Perkataan paremewsvara atau iswara saja kedua-duanya
berarti tuhan, yaitu yang maha perkasa, ada dimana-mana, budipekerti yang kekal
abadi, yang maha agung, yang merupakan kekuatan tertinggi dan kebajikkan
suci.(puruhottama = manusia utama = krisna)
(4) manyase yadi tach chhakyam,maya drashtum iti
prabho,yogesvara tato me tvam,darsaya 'tmanam avyayam.artinya :
Kalau engkau berpendapat, oh yang maha kuasa,itu mungkin
bisa disaksikan olehku,maka tunjukkanlah jiwa-mu,yang kekal abadi, wahai
yogeswara.
Krisna juga dipanggil dengan nama yogeswara, yang berarti
"tuhan yoga".
(5) sribhagavan uvacha,pasyame partha rupani,sataso 'tha
sahasrasah,nanavarnakritini cha. Artinya :
Sri bagawan berkata : saksikanlah kini rupa-ku, oh
parta,beratus-ratus, beribu-ribu,
suci, bermacam-ragam wujud-ku,beraneka bentuk dan berbagai warna.
suci, bermacam-ragam wujud-ku,beraneka bentuk dan berbagai warna.
Melihat manisfestasi brahman bukanlah suatu mythos atau
suatu dongeng, melainkan adalah pengelaman spiritual. Dalam sejarah suatu agama
visi atau penglihatan tuhan pada suatu jaman adalah merupakan peristiwa
monumental yang diakui kebenarannya. Visi serupa inilah yang dihadapi oleh
arjuna, seperti terlukis dalam sloka ini.
(6) pasya 'dityan vasun rudran,asvinau marutas
tatha,bahuny adrishtapurvani,pasya scharyani bharata.artinya :
Lihat para aditya, wasu, rudra,aswin kembar dan para
marut, oh barata,saksikanlah banyak keajaiban,yangtidak pernah terlihat
sebelumnya.
Aditya = yang paling bercahaya-cahaya, yaitu matahari
(lihat sloka x.21), wasu = yang cemerlang, yang suci, yang lebih baik dan
sebagainya (lihat sloka x.23) rudra = kehancuran-kemusnahan (lihat sloka x.23).
Aswin = fajar, marut = angin (lihat sloka x.21) dan barata = arjuna)
(7) ihai 'kastham jagat kritsnam,pasya 'dya
sachracharam,mama dehe gudakesa, yach
'nyad drashtum ichchhasi. Artinya :
Lihatlah seluruh alam-semesta kini,yang bergerak dan yang
tak bergerak apa saja,yang engkau ingin lihat wahai gudakesa,semuanya berpusat
dalam badan-ku ini.
(8) na tu mam sakyase drashtum,aneuai 'va
cvachakshusha,divyama dadami te chakshuh,pasya me yogam aisvaram,artinya :
Tetapi engkau tak mungkin kiranya biasa,melihat aku
dengan matamu sendiri ini;aku berikan engkau penglihatan dewasa,saksikanlah
kekuatan-ku yang suci-sakti.
Perkataan daivya-chakshus berarti : penglihatan dewata,
atau penglihatan sakti. Disini dimaksudkan bahwa mata-manusia biasa hanya dapat
melihat yang kelihatan nyata diluar saja, sedangkan jiwa harus dilihat dengan
mata-hati. Ada ilmu-pengetahuan yang dicapai dengan kekuatan pancaindria dan
intelek kita, tetapi ada pula ilmu-pengetahuan yang hanya dicapai dengan jalan
inspirasi dan wahyu yang maha kuasa.
Penglihatan dewata bikanlah suatu konstruksi berdasarkan
kemampuan intelek itu, melainkan suatu pengungkapan kebenaran yang langsung
diluar batas kemampuan pikiran manusia biasa. Penglihatan inilah yang
dimaksudkan oleh krisna.
(9) samjaya uvacha: evam uktva tato rajan,mahayogesvaro
harih,darsayam asa parthaya ,paramam rupam aisvaram. Artinya :
Sanjaya berkata: setelah berkata demikian, oh tuanku
raja,hari yogeswara yang maha tinggi,kemudian menyatakan kepada parta,rupa-nya
yang termulia dan tersuci.
Dalam sloka ini sampai dengan sloka 14 sanjaya kemlbali
melaporkan kepada maharaja dritarastra apa yang telah terjadi takkala sri
bagawan krisna sebagai manisfestasi brahman memeperlihatkan rupa-nya kepada
arjuna. Yang dimaksudkan dengan hari adalah krisna = yogeswara (tuhannya yoga),
sedangkan yang dimaksud dengan tuanku raja adalah maharaja drita rastra,
saudara pandu dan ayah kaurawa yang berjumlah seratus orang (tentang sanjaya
dan maha raja dritarstra baca keterangan sloka i.1 dan 2)
(10) aneka vaktra nayanam, anekadbhuta darsanam,aneka
divyabharanam, divyanekodyatayudham. Artinya :
Dengan beraneka mulut dab mata,dengan beraneka wujud-gaib
luar biasa,dengan beraneka perhiasan dewata,dengan senjata terhunus,dengan
senjata terhunus, suci aneka warna.
(13) tatrai 'kastham jagat kritsnam,pravibhaktam
anekadha,apasyad devadevasya,sarire pandavas.artinya :
Demikianlah pandawa melihat alam semesta,berpusat menjadi
satu dalam keseluruhannya,
dengan berbagai aneka warna bagian-bagiannya dalam wujud tuhan diatas segala dewata.
dengan berbagai aneka warna bagian-bagiannya dalam wujud tuhan diatas segala dewata.
Sloka 10 diatas berusaha melikskan betapa banyak mahkluk
(mulut dan mata), betapa indah segala benda materi (perhiasan) dan betapa
bermacam alat hidup (senjata) dalam wujud brahman ini. Selanjutnya sloka 11
menyatakan betapa kemegahan (kalung bunga dan pakaian kayangan) dan keindahan
(minyak dan wangi-wangian suci) serta tidak terbatas (kesemua penjuru)
keagungan brahman itu. Kecermelangan cahaya seribu matahari digambarkan dalam
sloka 12 adalah suatu smili cemerlangnya ilmu-pengetahuan dan budi pekerti yang
ada pada brahman.
Dan sloka 13 menyatakan betapa arjuna melihat semua dalam
yang satu menyaksikan yang satu dalam semua. Semuanya berane-warna, namun
semuanya satu. Kemudian setelah menyaksikan visi manisfestasi brahman, maka
dengan penuh kekaguman arjuna sujud menyembah dengan seluruh jiwanya.
Demikianlah laporan sanjaya kepada maharaja dritarstra yang berusaha memberi
gambaran apa yang telah dilihat oleh arjuna kepada maharaja tersebut?
(15) arjuna uvacha: pasyami devams tava deva dehe,sarvams
tatha bhutavisesha samghan,brahmanam isam kamalasanastham,rishims cha sarvam
uragams cha divyan.artinya :
Arjuna berkata : dalam wujud-mu, aku melihat, oh
tuhan,para dewata dan berbagai tingkat mahkluk lainnya,brahman duduk diats
singgasana kembang teratai,serta para rsi suci dan naga kayangan.
Selanjutnya dari sloka 15 diatas sampai dengan sloka 31.
Arjuna sendiri mencoba mengeuarikan pap yang telah disaksikannya selama visi
brahman menyatakan diri-nya dihadapannya, adalah tidak mudah bagi arjuna dengan
kata-kata manusia yang tak terbatas jumlahnya, dengan pikiran-pikirannya yang
tidak sempurna untuk melukiskan segala sesuatunya tentang pengelaman spirituil
ini. Naga dalam hubungan ini dibartakan sebagai jangka waktu yang tidak
terbatas, atau kelanggengan. Oleh karena itu naga dianggap suci dan ada didunia
lain, dikayangan.
(16) aneka bahudara vaktra netram,pasyami tvam sarvanto
nantarupam,na 'ntam na madhyam na punas tava 'dim,pasyami visvesvara
visvarupa.artinya :
Kulihat engkau dalam bentuk tak terbatas disumua
penjuru,dengan tangan, perut, muka dan mata tak terhitung jumlahnya,tetapi aku
tak melihat akhir, pertengahan dan permulaan-mu,oh tuhan seru-sekalian-alam, oh
rupa alam-semesta.
(17) kiritinam gadinam chakrinam cha,tejorasim sarvato
diptimantam,pasyami tvam durniriskshyam samantad,diptanalarkadyutim aprrameyam,
artinya :
Kulihat engkau dengan mahkota, gada dan,cakra
berkilau-kilau dimana-mana tiada kuasa,
mata memandang cahaya cemerlang disegala jurusan bagaikan banyak api dan matahari, tiada bandingan.
mata memandang cahaya cemerlang disegala jurusan bagaikan banyak api dan matahari, tiada bandingan.
(18) tvam aksharam paranam veditavyam,tvam asya visvasya
param nidhanam, tvam avyayah sasvata dharma gopta,sanatanastvam purusho mato
me. Artinya :
Kupikir : engkau langgeng, agung, harus diketahui,engkau
adalah tumpuan terakhir alam-semesta,engkau adalah pengawal dharma yang
kekal-abadi,engkau adalah mahkluk yang paling pertama.
(19) anadimadhyantam anantaviryam,anantabahum
sasisuryanetram,pasyami tvam diptahutasavaktram,svatejasa visvam idam
tapantam.artinya :
Kulihat engkau tanpa permulaan, pertengahan dan
kesudahan,kekuatan tak terbatas tangan tek-terhitung banyaknya,bulan dan
matahari sebagai mata-mu, api pemujaan,sebagai muka-mu, cemerlang mengahangati
alam-semesta.
(20) dyavaprithivyor idam antaram hi,vyaptam tvayai 'kena
disas cha sarvah,drishtva 'dbhutam rupam ugram tave 'dam,lokatrayam
pravyathitam mahatman. Artinya :
Ruang antara sorga dan dunia diliputi oleh-mu belaka,
pula semua penjuru alam semesta, oh mahatma dan dikala keajaiban,kehebatan
rupa-mu kelihatan maka ketiga-dunia ini bergetar ngeri ketakutan.
Seperti apa yang dilaporkan oleh sanjaya kepada mahatma
raja dristarastra tentang visi arjuna ketika menyaksikan brahman, maka dari
sloka 16 sampai dengan sloka 20 diatas ini dapat kiranya dibayangkan betapa
arjuna sangat kagum, takjub, terharu, bersyukur dan berbagai perasaan kudus
meliputi sanubarinya, menyaksikan keagugan brahman itu. Begitu banyak, beraneka
ragam yang dilihat arjuna dalam waktu yang begitu singkat, kiranya dapat
dibandingkan dengan seseorang yang menyaksikan gambar hidup diatas layar-putih
: sungguh sukar menceritakan kembali semuanya! Sloka diatas mengingatkan kita
kepada personifikasi brahman dalam wujud wisnu (lihat juga keterangan sloka
x.21), sedangkan sloka 18 melukiskan brahman sebagai pengawal kebenaran yang
kekal abadi, pegangan hidup atau kepercayaan = agama). Yang dimaksudkan dengan
ketiga-tiga dunia adalah sorga, dunia kita dan neraka (baca juga sloka i.35).
Maharma = jiwa yang agung.
(21) ami hi twam surarasa,gha visanti,kechid bhitah
pranjalayo grinanti,svasti 'ty uktve maharshisiddhasamghah,stavanti tvam
stutibbih pushkalabbih.artinya :
Disini para dewata masuk kedalam-mu,
diantaranya,ketakutan mencakup tangan sujud pada-mu,dan bergelombang para rsi
dan orang-orang sempurna,menyerukan "swasti" dan menyanyi lagu kudus
bagi-mu.
(22) rudraditya vasavo ye sadhya,visve 'svinau marutas
cho 'shmapas cha,ghandarva yakshasura siddha samgha,vikshante tvam vismitas
chai 'va sarve.artinya :
Para rudra,aditya, sandhya, wasu,wiswadewa, aswin kembar,
marut, usmapa,gandharwa, yaksa, asura dan siddha,semua dengan takjub memandang
kepada-mu.
Mengenai para dewataseperi rudra, aditya, wasu, yaksa dan
gandharwa lihat sloka-sloka x.21,23 dan 26. Sendhya adalah dewata saji-sajian
dan mantra wiswadewa ialah para dewata yang tingkatanya lebih rendah, aswin
kembar (lihat sloka 6 bab ini), usmapa = pitri = leluhur, asura = iblis, siddha
= para setengah dewa (semi-dewata).
Dengan menyerukan perkataan "swasti", berarti
menyampaikan salam : "semoga selamat" atau "brahman melindungi
engkau" atau "hidup"! Kalau dihubungkan dengan hidup dalam dunia
ini.
(23) rupam mahat te bahuvaktranctram,mahabaho
bahubahupadam,bahudaram bahudamshtrakaralam,drishtva lokah pravyathitas tatha
'ham.artinya :
Melihat kebesaran rupa-mu dengan banyak mulut,
mata,dengan banyak tangan, paha dan kaki, wahai mahabahu,dengan banyak perut
besar dan taring-taring mengerikan,seluruh jagat gemetar, demikian pula aku
ketakutan.
Inilah suatu contoh lukisan yang puitis berlebih-lebihan
tentang kebesaran brahman yang sesungguhnya meliputi alam semesta seluruhnya,
dimana-mana dan sepanjang jaman.
(24) nadhahspisam diptam anekavernam,vyattananam
diptavisalanetram,drishtva hi tvam pravyathitantaratma,dhritim na vindami saman
cha vishno.artinya :
Kulihat engkau menyentuh langit dengan berbagai
warna,cemerlang, mulut menganga mata membelak terbuka,hati kecilku gemetar
ketaj\kutan, terasa benar olehku,tiada kekuatan, tiada keseimbangan lagi, oh
wisnu.
(25) damshtrakaralani cha te mukhani,drishtvai 'va
kalanalasamnibhani,diso na jane na labhe cha sarma,prasida devesa
jagannivasa.artinya :
Dikala kulihat mulut-mu dengan taring,taring mengerikan
seperti api kiamat,membakar, aku tiada tahu mana arah,dan tiada tempat
bernaung, wahai tuhan lindungilah,dewa segala-dewata, tumpuan alam
semesta-sekalian.
Dalam kedua sloka tersebut diatas arjuna mencoba terus
melukiskan aspek visuil brahman dalam wujud dan rupa kosmos yang maha luas
tidak terbatas ini.
Disini brahman disebut dengan berbagai perkataan seperti
devesa yang berarti "dewa dari segala-dewata" dan jagamnivasa yang
berarti : "tumpuan alam-semesta-sekalian". Dan dalam sloka 24,
brahman disebut wisnu sedangkan dalam sloka 15 terdahulu brahman disebut dengan
nama 'barahman'. Adapun brahman dan wisnu terdahuluadalah dua bagian dari trimurti
yang merupakan manisfestasi kosmos brahman, bagian yang ketiga dari trimurti
adalah siwa. Trimurti atau ketiga manisfestasi kosmos brahman, yaitu brahman,
wisnu dan siwa, adalah merupakan personifikasi daripada penciptaan,
pemeliharaan, dan pemusnahan (atau permulaan, pertengahan dan akhir). Untuk
maksud dan tujuan yang tertentu sring brahman (tuhan yang maha esa)hanya
dilihat dari satu aspek saja, misalnya dari aspek penciptaan maka dia disebut
brahman atau dari aspek pemeliharaan maka dia dinamakan wisnu, dan bila dari
aspek pemusnahan maka dia dipuja sebagai siwa.
Arjuna merasa tidak mempunyai kekuatan hilang
keseimbangan, tidak tahu arah (barat, timur, utara dan selatan)dan tidak ada
pegangan atau tempat berlindung; seluruh hatinya diliputi oleh perasaan-perasaan
takjub dan kagum, ngeri dan teror serta gembira dan bahagia.
(26) ami cha tvam dhritarastrasya putrah,sarva sahai 'va
vanipalasamghaih,bhismo dronah sutaputras tatha 'sau,saha 'smadiyair api
yodhamukhyaih.artinya :
Disini putera-putera dristarastra disini,para raja lainya
dan juga bisma, drona,serta karna sekalia dengan perwira-perwira,angkatan
perang dipihak kami juga.
(27) vaktrani te tvaramana visanti,damshtrakaralani
bhayanakani,kechid vilahna dasanantreshu,samdrisyante churnitair uttamangaih.artinya
:
Semuanya berduyun-duyun masuk kedalam mulut-mu,penuh
dengan taring-taring sangat mengerikan,ada yang tersangkut diantara taring ini,
dan kepala mereka,remuk menjadi abu.
Dengan penglihatan dewata yang diberikan oleh krisna
kepadanya, arjuna tidak saja menyaksikan apa yang ada diangkasa luar, diantara
bumi dan langit, tetapi juga segala sesuatu yang jauh, dekat, didalam dan
diluar. Contohnya adalah apa yang disebut dalam kedua sloka diatas ini, dimana
pada saat arjuna mengadakan percakapan dengan krisna ini. Arjuna juga ada
ditengah-tengah musuhnya, yaitu kaurawa, dan balatentaranya sendiri dimedan
perang kuruksetra.
(perkataan sutaputra berarti : anak tukang-kereta-kuda.
Disini dimaksudkan karna, lihat sloka 1.8)
(28) yatha nadinam bahavo 'mbuvegah,samudram eva
'bhimukha dravanti,tatha tava 'mi naralokavira,visanti vaktrany
abhivijvalanti.artinya :
Bagaikan sungai-sungai banjir berlomba,mengalir menuju
samudera, demikian pula,para pahlawan dunia-manusia ini berlomba,masuk kedalam
mulut-mu yang menyala-nyala.
(29) yatha praditam jvalanam patanga,visanti nasaya
samridddhavegah,tathai 'va nasaya visanti lokas,tava 'pi vaktrani
samriddhavegah.artinya :
Ibarat anai-anai berlarian terbang kelidah-api,untuk mati
disana, demikian pula manusia ini,berlarian kedalam mulut-mu dengan
amat,kencangnya berjatuhan menemui kehancuran mereka.
Dalam kedua smili tersebut diatas, nyatalah berapa arjuna
menyaksikan manusia karena ketidaktahuan dan hasil karmanya dimasa lampau
berlomba-lomba berlarian menuju kehancuran mereka sendiri dengan disaksikan
oleh mulut brahman. Sebab ketidaktahuan dan hasil karma inilah menyebabkan
manusia menemui kehancuran mereka, yang dilukiskan secara meraphora-puitis
masuk kedalam mulut brahman.
(30) lelihyase grasamanah samantal,lokan samagran
vadahair jvaladbhih,tejobhir apurya jagat samagram,bhasas tavo 'grah pratapanti
vishno.artinya :
Engkau penjilat dengan lidah api-mu,disemua penjuru dan
menelan mereka semua:,sinar-mu mengelora memenuhi ruang-angkasa,membakar alam
semesta dengan panas membara Oh wisnu.
(31) akhyahi me ko bhavan ugrarupo,namo 'stu devavara
parasida,vijnatum ichchhami bhavantam addyam,na hi prajanami tava
pravrittim.artinya :
Nyatakanlah padaku dengan rupa seram, siapakah engkau,oh
tuhan segala dewata, segala puji kepada-mu,kasihilah, aku ingin mengetahui
siapa engkau,yang maha tunggal, aku tidak mengerti tindakan-mu.
Dalam sloka 30 diatas, wisnu sebagai personifikasi
pemeliharan daripada brahman menonjol sebab ia adalah wujud kosmos brahman yang
paling bercahaya, diibaratkan sebagai lidah api menjilat-jilat seluruh penjuru
dan menelan segala-galanya dengan sinar-cahaya-nya yang gilang-gemilang. Dalam
hubungan cemerlangnya cahaya inilah wisnu seharusnya dipahami dimana ia menelan
segala kegelepan dan ketidaktahuannya difahami dimana ia menelan segala
kegelapan dan ketidaktahuan seluruh alam-semesta, termasuk mahkluk manusia
sebagai kita ini.
(32) sribgagavan uvacha: kalo 'smi lokakshayakrit
pravriddho,lokan samahartum iha pravittah,rite 'pi tvam na bhavishyanti
sarve,ye 'vasthitah pratyanikeshu yodhah,artinya :
Sri bagawan berkata: aku adalah waktu, penghancur dunia
yang dewasa,datang disii untuk memusnahkan dunia manusia,walaupun tanpa engkau
semua pahlawan ini,dalam pasukan berlawan takkan tinggal hidup nanti.
(33) tasmat tvam uttishtha yaso labhasva,jitva satrun
bhunkshva rajyam samriddham,mayai 'vai 'te nihatah purvam eva,nimittamatram
bhava savyasachin.artinya :
Karena itu, bangkitlah engkau dan jayalah,taklukan musuh,
nikmati kerajaan sejahtera,oleh-ku sebenarnya mereka telah hancur
musnah,jadilah engkau hanya alat belaka, oh arjuna.
(34) dronam cha bhishman cha jayadratham cha,karnam
tatha'nyan api yodhaviran,maya hatams tvam jahi ma vyathishtha,yudhyasva jetasi
rane sapatnan.artinya :
Bunuhlah drona, bisma, jayadrata, karna,dan pahlawan
lainya yang semuanya telah kumusnahkan, janganlah gentar berjoanglah engkau
dan,taklukan musuh-mushmu dalam pertempuran.
Didalam ketiga-tiga sloka diatas sri bagawan krisna
menjelaskan kepada arjuna, bahwasanya apa yang dilihat dan apa yang sedang
berlaku dihadapanya adalah dalam keseluruhannya merupakan manisfestasi brahman
yang dikerjakan oleh krisna sendiri.
(35) samjaya uvacha: etach chhurutva vachanam
kesavsya,kritanjalir vepapanamah kriti,namaskritva bhuya eva 'ha krishnam,sagadgadam
bhitabbhitah pranamya.artinya :
Sanjaya berkata: setelah mendengar kata-kata
kesawa,dengan cemas arjuna mencakup tangan,menyembah lagi dengan sujud
ketakutan,dan dengan suara gemetar berkata kepada krisna:
Kembali lagi sanjaya memberi laporan kepada maharaja
dritarastra betapa arjuna gemetas ketakutan setelah melihat visi brahman, dan
setelah krisna menjelaskan apa yang telah dilihatnya serta menganjurkan
kepadanya supaya ia bertempur, menghancurkan kaurawa. Dimana ia sendiri
hanyalah alat insidentil belaka daripada kalayuga ini.
(36) arjuna uvacha: sthane brishikesa tava
prakirtya,jagat prahhrishyaty anurajyate cha,rakshamsi bhitani diso
dravanti,sarve namasyanti cha siddhasamghah.artinya :
Arjuna berkata: patutlah dunia merasa senang dan
bahagia,dalam memuja engkau, wahai hrisikesa,para raksasa lari ketakutan
kesegala penjuru,orang sempurna bersujud menyembah dihadapan-mu.
Perkataan sidhha berarti ; semi-dewata atau orang
sempurna (lihat juga sloka 22 bab ini). Adapun raksasa yang dimaksudkan dalam
sloka diatas adalah orang-orang jahat, kafir, ingkar dan munafik
Seperti dalam sloka 15 terdahulu, disini brahman adalah
merupakan salah satu aspek (yaitu penciptaan) daripada brahman yang maha esa,
seperti halnya dalam sloka 24 dalam bab ini juga ia sebut dengan aspek
pemeliharaan, yaitu wisnu.
(38) tvam adidevah purushah puranas,tvam asya visvasya
param nidhanam,vetta 'si vedyam cha param cha dhama,tvaya tatam visvam
anantarupa.artinya :
Engkau adalah dewa pertama, manusia terdahulu,engkau
tumpuan tertinggi semesta, ang maha tahu,engkau yang harus diketahui, tujuan
yang tertinggi,rupa-mu tak terbatas, oleh-mu semesta ini diliputi.
(39) vajur yamo 'gnir varunah sasankah,prajapatis tvam
prapitamahas cha,namo namaste 'stu sahasrakritvah,punas cha bhuyo 'pi namo
namaste.artinya :
Engkau adalah dewa angin, kematian dan api,engkau adalh
dewa laut, rembulan dan prajapati,leluhur semua mahkluk, bagi-mu
"swasti" seribu kali,"swasti","swasti",
"swasti" sekali lagi dan lagi.
(40) namah purastad atha prishthatas te,namo 'stu te
sarvata eva sarva,ananta virryamita vikramas tvam,sarvam samapnoshi tato 'si
sarvah.artinya :
Sujud dihadapan-mu, dibelakang-mu dan dimana-mana,engkau
tidak terbatas dalam kekuatan oh semua,tak terbandingkan dalam kekuasaan
meliputi,segala dan karenanya engkau adalah segalanya.
(41) sakhe 'ti matva prasabham yad uktam,he krishna he
yadava he sakhe 'ti,ajanata mahimanam tave 'dam,maya pramadat pranayena va
'pi.artinya :
Apapun yang telah kukatakan secara ceroboh,kepada-mu
karena berpikir kau temanku,tak sadar keagungan-mu,"oh krisna",
"oh yadawa","oh kawan" semuanya,itu hanya karena kealpaan
atau mungkin sebab keakrabanku.
(42) yach cha 'vahasartham asatkrito 'si,vihara sayyasana
bhojaneshu,eko 'thava 'py achyuta tatsamaksham,tat kshamaye tvam aham aprameyam.artinya
:
Dan apapun yang kurang sopan dalam bergurau pada-mu,waktu
bermain, tidur, duduk-duduk atau waktu makan,sendirian atau dengan yang lain,
aku bermohon pada-mu,maaf, oh yang maha teguh, yang tidak terdugakan.
(43) pita 'si lokasya characharasya,tvam asya pujyas cha
gurur gariyan,na tvatsamo 'sty abhyadhika kuto 'nyo,lokatraye 'py
apratimaprabhava.artinya :
Engkau adalah bapa dari yang bergerak dan yang ada,tiada,
tujuan memuja, guru yang mulia, tak ada,samanya, bagimana mungkin ada yang
lebih agung,daripada-mu diketiga dunia dimana tak terbanding kan kebesaran-mu?
(43) tasmat pranamya pranidhaya kayam,prasadaye tvam aham
isam idyam,pite 'va putrasya sakhe 'va sakhyuh,priyah priyaya 'rhasi deva
sodhum.artinya :
Karenanya dengan menundukkan kepala sujud, pada-mu oh
tuhan, maha penyayang aku bermohon restu-mu,engkau harus memandangku ba' bapa
terhadap putra,teman dengan teman, terkasih dengan yang dikasihinya.
(44) adrishtapurvam hrishito 'smidrishtva,bhayena cha
pravyathitam mano me, tad eva me darsaya jangannivasa,prasida devesa
janganisvasa.artinya :
Aku melihat apa yang belum pernah kulihat,sebelumya, aku
merasa berbahagia tetapi hatiku gemetar,ketakutan, tunjukkanlah rupa-mu yang
semula dulu,oh tuhan lindungilah, dewa segala dewata,tumpuan alam semesta.
(45) kiritnam gadinam chakrahastam,ichchhami tvam
drashtum aham tathai 'va,tenai 'va rupena chaturbhujena,sahasrabaho bhava
visvamurte.artinya :
Aku ingin melihat-mu kembali seperti semula ,sebelumnya,
aku merasa berbahagia tetapi hatiku gemetar,ketakutan, tunjukkanlah rupa-mu
yang semula dulu,oh tuhan lindungilah, dewa segala dewata.
(46) kiritinam gadinam chahrahastam,ichchhami tvam
drashtum aham tathai 'va,tenai 'va rupena chaturbhujena,sahasrabaho bhava
visvamurte.artinya :
Aku ingin melihat-mu kembali seperti semula,dengan
mahkota,. Gada dan cakra ditangan,
dalam rupa-mu yang mempunyai empat lengat,oh tangan seribu yang berwajah alam semesta.
dalam rupa-mu yang mempunyai empat lengat,oh tangan seribu yang berwajah alam semesta.
(47) sribhagavan uvacha: maya prasannena tava 'rjune
'dam,rupam param darsitam atmayogat,tejomayam visvam anantam adyam,yan me
tvadanyena na drishtapurvam.artinya :
Sri bagawan berkata: berkat restu-ku, melalui kekuatan
sakti yoga-ku,oh arjuna telah diperlihatkan padamu rupa-ku,agung, cemerlang,
universil, tak-terbatas, terutama,yang kecuali olehmu belum pernah dilihat
siapa jua,
(48) na vedayajnadhyayanair na danair,na cha kriyabhir na
tapobhir ugraih,evamrupah sakya aham nriloke,drashtum tvadayena
kuruprahvira.artinya :
Tidak dengan kitab suci weda, pengetahuan, kerja,sedekah,
upacara persembahyangan atau tapa barata,aku dapat dilihat dalam rupa ini
didunia manusia,oleh siapapun kecuali engkau, wahai kuruprawira.
(49) ma te vyatha ma cha vimudhabhavo,drishtva rupam
ghoram idrin mame 'dam,vyapetabhih pritamanah punas tvam,tad eva me rupam idam
prapasya.artinya :
Melihat rupaku yang mah hebat ini,engkau jangan takut dan
bingung dihati,terbebas dari takut dan merasa lega didada,lihatlah kembali
rupa-ku yang semula.
(50) samjaya uvacha: ity arjunam vasudevas tatho
ktva,svakam rupam darsayam asa bhuyah,asvasayam asa cha bhitam enam,bhutva
punah saumyavapur.artinya :
Sanjaya berkata: setelah berkata demikian kepada
arjuna,dan memperlihatkan kepadanya rupa-nya semula,setelah mahatma kembali
dalam bentuk lemah lembut,wasudewa menenagkan hatinya yang kalang kabut.
(51) arjuna uvacha: drishtve 'dam manusham rupam,tava
saumyam janardana,idanim asmi samvrittah,sachetah prakritim gatah.artinya :
Arjuna berkata : melihat rupa manusia-mu kembali,yang
lemah lembut, wahai janardana,
aku kini menjadi tenang lagi.
aku kini menjadi tenang lagi.
(52) sribhagavan uvacha:
sudurdarsam idam rupam,drishtavan asi yan mama,deva apy asya
rupasya,niyam darsanakankshinah.artinya :
Sri bagawan berkata: sungguh sukar dilihat rupa-ku
ini,yang engkau telah dapat saksikan,
sedang para dewatapun selalu mengharapakan,
sedang para dewatapun selalu mengharapakan,
(53) na 'ham vedair na tapasa,na danena na che
'jyaya,sakya emamvidho drashtum,drishtavan asi mam yatha.artinya :
Aku tidak bisa dilihat dalam rupa,seperti yang engkau
telah saksikan pula,biarpun dengan kitab suci weda, tapabrata,maupun dengan
sedekah atau upacara-upacara.
(54) bhatya tv ananyaya sakya,aham evamvidho
'rjuna,jnatum drashtum cha tattvena,praveshtum cha paramtapa.artinya :
Tetapi dengan pengabdian jua,yang hanya terpusatkan, oh
arjuna,aku dapat diketahui juga,sesungguhnya dapat dilihat, parantapa.
(55) matkarmamakrin matparamo, madbhaktah sangaverjitah, nirvairah
sarvabhuteshu,yah sa mam eti pandava.artinya :
Yang bekerja bagi-ku, menjadikan aku tujuannya,berbakti
kepad-ku tanpa kepentingan,pribadi tiada bermusuhan terhadap segala
insana,dialah yang datang kepada-ku, oh pandawa.
Sloka inilah yang sesungguhnya merupakan intisari ajaran
bhagavadgita : melakukan kewajiban kita, mengarahkan kewajiban tersebut kepada
brahman, melepaskan jiwa kita dari segala nafsu kepentingan pribadi, bebas dari
rasa bermusuhan dengan semua mahkluk hidup dan berbakti kepada-nya, apapun
tugas pekerjaan kita dalam hidup ini.
Melihat visi brahman, seperti yang dialami oleh arjuna,
bukanlah merupakan sesuatu yang harus dicapai terakhir, melainkan harus terus
berusaha sehingga menjadi satu dengan brahman, itulah kebenaran terakhir.
Ity srimad bhagavadgitasupanishatsu brahmavidyayam, yogasastre
srikrishnarjunasam vade, visvarupadarsanayogo namai kadaso,
visvarupadarsanayogo namai kadaso dhyayah.
Maka berakhirlah bab ini upanishad, bhagavadgita mengenai
ilmu-pengetahuan,
tentang yang maha esa, kitab suci yoga, dan dialog antara sri krisna dan arjuna yang berjudul visvarupadarsanayoga.
12. CINTA
KASIH/PENGABDIAN TERTINGGI KEPADA TUHANtentang yang maha esa, kitab suci yoga, dan dialog antara sri krisna dan arjuna yang berjudul visvarupadarsanayoga.
Arjuna bertanya, orang yang
berbakti menyembah wujud brahman dan orang yang berbakti menyembah brahman yang
abstrak, mana yang mahir dalam yoga. Dalam bab ini krisna menjawab bahwa orang
yang menyatukan pikiran, memiliki kepercayaan tawakal berbakti menyembah wujud
brahman adalah terbaik. Tetapi sesungguhnya kedua-duanya menuju brahman.
Banyak cara berusaha untuk berbakti menyembah wujud
brahman : dengan jalan yoga biasa, dengan jalan ilmu-pengetahuan, dengan jalan
meditasi, dengan jalan kerja tanpa mengharapkan hasil keuntungan dan dengan
jalan kedamaian hati.
Sama terhadap kawan dan lawan, sama terhadap suka dan
duka, sama terhadap panas dan dingin, sama terhadap puji dan maki, pendiam
prihatin dan berbaktilah menyembah brahman.
(1) arjuna uvacha:
evam satatayukta ye,bhaktas tvam paryupasate,ye cha 'py aksharam
avyaktam,tesham ke yogavittamah. Artinya :
Arjuna berkata: jadi, penganut yang tawakal
senantiasa,menyembah engkau dan yang lain lagi,menyembah yang abstrak, yang
kekal abadi,yang manakah lebih mahir dalam yoga?
Disini arjuna mengajukan pertanyaan kepada krisna,
perihal tujuan berbakti itu, sebab, dalam kenyataan hidup sehari-hari ada orang
yang berbakti dan menyembah tuhan yang maha esa, yang abstrak, yang tidak
terpersonifikasikan dan ingin bersatu dengan-nya, sedangkan yang lain lagi
bebakti dan menyembah tuhan yang maha easa, yang terpersonifikasikan dalam
dunia manusia dan alam semesta, seperti rasul atau nabi atau avatara atau
dewata, dan ingin bersatu dengan-nya.
Manisfestasi atau personifikasiTuhan yang maha esa yang
tidak termanisfestasikan, yang abstrak, yang absolut ataukah Tuhan yang maha
esa, yang termanisfestasikan mahatma, purushottama, brahman, wisnu, siwa?
Inilah pertanyaan arjuna!
(2) sribhagavan uvacha: mayy avesya mano ye
mam,nityayukta upasate,
Sraddhaya parayo 'petas,te me yuktatama matah. Artinya :
Sri bagawan berkata: yang menyatukan pikiran berbakti
kepada-ku,menyembah aku dan tawakal selalu,memiliki kepercayaan yang
sempurna,merekalah ku-pandang terbaik dalam yoga.
Dalam sloka ini dengan jelas krisna menjawab bahwasanya
ia yang menyembah tuhan yang maha esa, yang termanisfestasikan dengan
awatara-nya adalah pengenut yang terbaik, seorang bhakta yang saleh
(3) ye tv aksharam anirdesyam,avyaktam
paryupasate,sarvatragam achityam cha,kutastham acchalam dhruvam.artinya :
Tetapi mereka yang memuja,yang kekal-abadi, yang tak
terjerumuskan,yang tak-nyata yang melingkupi segala,yang tak terpikirkan,yang
tak-berobah, yang tak-bergerak
yang konstan.
yang konstan.
(4) samniyamye 'ndriyagramam,sarvatra samabuddhayah,te
prapnuvanti mam eva,sarvabhutahite ratah. Artinya :
Dengan menahan pancainria hawa nafsu,selalu seimbang
dalam segala situasi,berusaha guna kesejahteraan insani,mereka juga datang
kepada-ku.
Selain daripada menahan hawa nafsu, maka berusaha untuk
kesejahteraan semua mahkluk adalah juga merupakan syarat mutlak bagi mereka
yang memuja dengan meditasi (upasana) tuhan yang maha esa. Yang
tak-termansifestasikan
(5) klesho 'dhikataras tesham,avyaktasakta chetasam,avyakta hi gatir
dunkham,dehavadbhir avapyate.artinya :
Kesukaran pada orang yang pikirannnya,terpusat pada yang
tak termanisfestasikan,lebih besar, sebab yang tak termanisfestasikan,sukar
dicapai orang yang dikuasai jasmaninya.
Adalah sangat sukar untuk menyetukan jiwa dan memusatkan
pikiran pada tuhan yang maha esa, yang tak-termanisfestasikan, yang
tak-terpikirkan, lebih-lebih kalau orang masih dikuasai oleh badan jasmaninya
dengan segala macam kebutuhan duniawi selama orang masih hidup dalam dunia ini.
Namun betapapun sukarnya, barang-siapa yang dengan
pendidikan dan latihan-latihan berusaha dengan sungguh-sungguh memuja dan
merernungkan secara menyeluruh yang tak-termanisfestasikan, pada waktunya pasti
juga mencapai brahman.
(6) ye tu sarvani karmani,mayi samnyasya
matparaah,ananyenai 'va yogena,mam dhyayanta upasate. Artinya :
Tetapi sesungguhnya mereka yang menumpahkan,segala
kegiatan hidup mereka kepada-ku,memikirkan bermeditasi hanya pada-ku,dengan
kebaktian yang terpusatkan.
(7) terham aham samuddharta,mrityu samsara
sagarat,bhavami nachirat partha,mayy avcsita chetasam. Artinya :
Yang pikiran mereka tertuju kepada-ku,dengan segera dan
langsung aku,oh parta, bebaskan mereka dari,lautan sengsara hidup lahir dan
mati.
Dalam kedua sloka diatas dengan jelas krisna menekankan
bahwasanya kebaktian kepada tuhan yang maha esa dengan melalui awataranya
(rasul-nya) adalah merupakan pengabdian yang terbaik untuk membebaskan diri
dari gelombang lautan sengsara yang pasang-surut.
(8) mayy eva mana adhatsva,mayi buddhim
nivesaya,nivasishyasi mayy eva,ata urdhvam samsayah,artinya :
Pusatkan pikiran hanya pada-ku,biarlahg intelekmu berdiam
pada-ku,hanya didalam-ku engkau hidup mati,dan ini tidak bisa disangsikan lagi.
(9) atha chittam samadhatum,na sakhnosi mayi
sthiram,abhyasayogena tatp,mani ichchha 'ptum dhanamjaya.artinya :
Namun apabila engkau tiada kuasa,memusatkan pikiranmu
dengan teratur kepada-ku,maka usahakanlah mencapai aku,dengan jalan yoga biasa
wahai dananjaya.
(10) abhyase 'py asamartho 'si,matkarma paramo
bhava,madartham api karmani,kurvan siddhim avapsyasi. Artinya :
Bila engkau tak-sanggup melakukan yoga,maka pusatkanlah
semua pengabdian kepada-ku,dengan segala kegiatan kerjamu demi untuk-ku,engkau
pasti akan mencapai kesempurnaan.
(11) athai 'tad apy asakto 'rsi,kartum madyogam
asritah,sarva karma phala tyagam,tatah kuru yatatmavan. Artinya :
Apabila ini juga tiada bisa engkau lakukan,maka
berlindunglah dalam keajaiban kekuatan-ku,dan tanggalkan semua keuntungan
pahala kerjamu,dengan jiwamu teguh terkendalikan.
(12) sreyo hi jnananm abhyasaaj,jnanad dhyanam
visishyate,dhyanat karma phala tyagas,tyagach chhantir anantaram.artinya :
Dari melakukan yoga bisa lebih baik pengertian,daripada
(hanya) pengertian lebih baik meditasi,dari meditasi lebih baik kerja tanpa
hasil keuntungan,dari kerja lebih baik kerja tanpa hasil keuntungan.
(13) adveshta sarva bhutanam,maitrah karuna eva
cha,nirmano nirahamkarah,sama dunkha sukhah kshami.artinya :
Dia yang mempunyai itikad kebajikkan,sikap bersahabat dan
ramah tamah,bebas dari rasa egosime dan keangkuhan,sama dan suka dan duka rela
memaafkan.
(14) samtushtah satatam yogi,yatatama
driddhaninischayah,mayy arpita mano buddhir,yo madbhaktah sa me priyah.artinya
:
Yang selalu prihatin, menguasai diri,bertekad teguh,
mendeasikan pikiran,dan pebgertian kepadaku, dialah inilah, yogi penganut-ku,
yang ku-kasihi.
(15) yasman no 'dvijate loka,lokan no 'dvijate cha
yah,harshamarsha bhayodvegair,muktho yah sa cha me priyah. Artinya : Dia oleh
siapa dunia ini tidak diganggu,dan tidak terganggu oleh dunia ini,yang bebas
dari kesenangan, kemurkaan,ketakutan dan agitasi, dia inilah ku-kasihi.
(16) anapekshah suchir daksha,udasino
gatavyathah,sarvarambha parityagi,yo madbhaktah sa me priyah,artinya :
Dia yang tidak mengaharap-harap suci,ahli dalam
kebaktian, tak hirau apa-apa,tak-terganggu, bebas dari segala usaha,dialah
penganut-ku yang ku-kasihi.
(17) yo na hrishyati na dveshti,na sochati na
kankshati,subhasubha parityagi,bhaktimah yah sa me priyah.artinya :
Dia yang tiada bersenang dan membenci,tiada berduka dan
bernafsu apa-apa,membebaskan diri dari kebaikkan dan kebatilan,penuh dengan
kebaktian dialah yang kukasihi.
(18) samah satrau cha mitre cha,tatha
manapamanayoh,sitoshna sukhaduhkheshu,samah sangavivarjitah.artinya :
Dia yang sama terhadap kawan dan lawan,juga sama dalam
kehormatan dan kecemaran,sama dalam panas dan dingin, suka dan duka,bebas dari
belenggu keinginan semua.
(19) tulyanindastutir mauni,amtushto yena
kenachit,naiketah sthiramatir,bhaktiman me priyo narah.artinya :
Sama terhadap puji dan maki,pendiam, prihatin pada apa
seadanya,tiada tempat tinggal, teguh imani,yang berbakti begini inilah yang
kukasihi.
Apa yang dilukiskan dalam sloka 13 sampai sloka 19 diatas
adalah benar-benar merupakan gambaran seorang penganut (bhakta) yang ideal
(20) ye tu dharmyamritam idam,yathokan
paryupasate,sraddhadhana matparama,bhaktas te 'tiva me priyah.artinya :
Tetapi mereka yang dengan kepercayaan mengikuti,ajaran
dharma yang kekalabadi seperti tersebut tadi,dan menjadikan aku sebagai tujuan
mereka tertinggi,pengenut begini inilah yang paling ku-kasihi.
Bab ini, disebut bhaktiyoga yang memberi tekanan kepada
penganut-penganut ajaran dharma untuk menyembah tuhan yang maha esa, yang
termanisfestasikan melalui avatara-nya atau rasul-nya.
Ity srimad bhagavadgtasupanishadsu, brahmavidyayam, yogasastre
srikrishnarjunasamvade , bhaktiyogo nama dvadaso 'dhyayah.
Maka berakhirlah bab upanishad
Bhagavadgita mengenai ilmu-pengetahuan tentang yang maha esa, kitab suci yoga
dan dialog antara sri krisna dan arjuna
yang berjudul bhaktiyoga
13. RWABHINEDA
(perbedaan jasmani dan rohani)
Ilmu-pengetahuan yang sesungguhnya dalam bab ini oleh
krisna dijelaskan, yaitu ilmu-pengetahuan tentang jiwa dan alam tentang badan
dan yang mengetahui badan ini.
Yang mengetahui badan ini ialah jiwa (perusha) yang ada
dalam alam semesta dan meliputi semuanya
Orang yang memiliki ilmu-pengetahuan ini, rendah-hati,
tanpa kekerasan, sabar, adil, suci, beriman, tanpa egoisme, membebaskan diri
dari segala pahala kerja dan berbakti, mengetahui jiwa itu dengan jiwa yang ada
dalam jiwanya dan jiwa semua insani lainnya.
Ia melihat perbedaan antara jiwa dan badan ini (antara
kshetrajna dan kshetra) ia pergi kepada brahman, yang maha esa
Arjuna uvacha: prakritim puruham chaiva
kshtram,kshetrajnam eva cha,etad veditum ichchhami jnanam jneyam cha kesava.
Arjuna bertanya: prakriti dan purusha, kshetra dan
kshetrajna,jnana dan jneya, inilah ingin kipahami,oh kesawa.
Dalam bab ini arjuna mengejukan pertanyaan mengenai tiga
pasang konsep persolan, yaitu mengenai pasang konsep persoalan, yaitu pertama
(prakriti) (purusha, kedua kshetra) (kshetrajna dan ketiga jnana) dan (jneya)
istilah-istilah ini kiranya dapat dibahasa indonesiakan sebagai berikut :
Prakriti : alam, benda-benda, badan-jasmani, yang
memiliki kegiatan-kegiatan tak sadar, bukan jiwa, bukan rokh.
Purusha : rokh, jiwa yang memilki kesadaran tanpa
kegiatan
Kabentra : medan, lapangan yaitu badan kita dimana segala
peristiwa berlangsung, seperti tumbuh, bertambah tua dan kemudian mati
Ksbentrajna: yang mengetahui lapangan sebagai saksi
tetapi diluar segala kegiatan, sebab ksentrajna sendiri tanpa kegiatan dan
tanpa ikatan, tenang dan langgeng. Walapun sebagai saksi, kshentrajna bukanlah
kesadaran individu melainkan kesadaran kosmos (semesta, tanpa pancaindria dan
tanpa pikiran.
Jnana : pengetahuan, ilmu-pengetahuan
Jneya : objek ilmu-pengetahuan yang harus diketahui
(1) sribhagavan uvacha: idam sariram kauteya,kshetram ity
abhidhiyate,etad yo vetti tamprahuh,kshetrajna iti tadvidah. Artinya :
Sri bagawan berkata: badan ini dinamakan khsetra,dan dia
yang mengetahui ini,
demikian mereka yang mengetahui,disebut kshetrajna. Oh kuntiputra.
demikian mereka yang mengetahui,disebut kshetrajna. Oh kuntiputra.
Keistimewaanya bukanlah oleh kerena ia memilki dua mata
dan dua tangan, melainkan karena memilki prinsip-prinsip didalam jiwanya yang
mendorong ia untuk mengangkat dirinya pada nilai-nilai kshentrajna universal.
Mengetahui ini adalah merupakan manusia ideal yang diidam-idamkan oleh ajaran
bhagavadgita ini.
(2) kshetrajnam cha 'pi mam viddhi,sarvakshetreshu
bharata,kshetra kshetrjnayor or jaanam,yat taj jnanam matam mama.artinya :
Ketahuilah, aku adalah kshetrajna dari semua
kshetra,wahai barata, demikian pula ilmu,pengetahuan mengenai kshetra
dan,kshetrajna menurut pendapatku,adalah ilmu-pengetahuan yang sesungguhnya.
(3) tat ksheram yach cha yadrik cha,yadvikari yatas
cha,sa cha yo yatprabhavas cha,tat samasena me srinu.artinya :
Dengarkanlah kini dari aku secara singkat,apa kshetra
itu, bagaimana pula sifat-sifat,dan perobahan-perobahanya, darimana
asalnya,siapa kshetrajna itu dan apa kekuatan-kekuatanya.
(5) mahabhutany
ahamkaro,buddhir avyaktam eva cha,indriyani dasai 'kam cha,pancha che
'indriyagocharah.artinya :
Unsur-unsur dasar, ego, intelek-budi,yang
tak-termanisfestasikan prakriti,sepuluh indria dan pikiran serta,lima unsur
halus dari indria ini.
(6) ichchha devashah sukham dunkham,samghatas chetama
dhritih,etat kshetram samasena,savikaram udahritam.artinya :
Nafsu, amarah, suka, duka,asosiasi, kesadaran, kohesi,
semuanya,secara singkat merupakan bagian,daripada kshetra dengan
transformasinya.
Keterangan : Buddhindriya atau lima alat intelek-budi
yaitu : penglihatan, pendengaran, penciuman, pencicipan dan penyentuhan.
Karmendriyah atau lima alat pancaindria : yaitu alat untuk berbuat yang
terletak pada mulut, tangan, kaki anus dan kemaluan
Tanmatra atau lima unsur halus : warna, bunyi, bau, rasa
dan sentuhan
Mahabhuta atau lima unsur dasar : api, angin, udara,
tanah, air dan ether.
Semua unsur atau bagian yang tersebut dalam sloka 5 dan 6
dengan segala macam transformasi atau modifikasi terdapat dan terjadi dalam
badan kita ini.
(7) amanitvam adambhitvam,ahimsa kshantir
arjavam,acharyapasanam saucham,sthairyam atmavinigrahah.artinya :
Rendah hati, integritas, tanpa kekerasan,kesabaran,
keadilan, serta mengabdi,kepada guru, kesucian,keteguhan iman dan mawas diri.
(8) indriyartheshu vairgyam,anahamkara eva
cha,janmamritya jaravyadhi, dunkhadoshanudarsanam. Artinya :
Tak hirau akan keduniawian,menjauh ke-aku-an dan
bayangan,akan kburukan, kelahiran, kematian,usia tua, sakit dan kesengsaraan.
(10) mayi cha
'nanyayogena,bhaktir avyabhicharini,viviktadesa sevityam,aratir janasansadi.
Artinya :
Puja aku dengan keteguhan hati,tanpa tujuan lain melalui
yoga,pergi ketempat-tempat sunyi,hindari hiruk-pikuk keramaian manusia.
Pergi ketempat-tempat yang sunyi untuk dapat menenangkan
pikiran dan memusatkan jiwa dengan jalan bermeditasi.
(11) adhyatmajnana nityatvam,tattnajnanartha
darsanam,ataj jnanam iti proktam,ajnanam yad ato 'nyatha.artinya :
Terus-menerus dalam ilmu-pengetahuan jiwa,dan memahami
sampai akhir falsafah kebenaran,inilah disebut ilmu-pengetahuan yang
sebenarnya,dan semua yang berbada lainnya adalah ketidaktahuan.
(12) jneyam yat tat pravakshyami,yaj jnatva ;mritam
asnute,anadimat param brahma,na sat tan na 'sad uchyate.artinya :
Hendak ku-uraikan apa yang harus diketahui,dan mengetahui-nya,
hidup abadi akan tercapai,dialah yang disebut brahman, yang maha esa,tiada
permulaan, yang ada dan yang tiada.
(13) sarvatah panipadam tat,sarvatokshi
siromukham,sarvatah srutimal loke,sarvam avritya tishthati, artinya :
Dengan tangan, kaki dimana-mana,mata, kepala , mulut
dimana-mana,dan pendengaran disemua penjuru, ia ada,dalam alam-semesta meliputi
semaunya.
(14) sarveudriya gunabhasam,sarvecndriya
vivarjitam,asaktana sarvabhrich chai 'va,nirgunam gunabhoktri cha.artinya :
Agaknya seakan-akan memiliki,sifat-sifat indria namun
tanpa indria,tiada berhubungan namun mendukung,tanpa antribut namun menikmati.
(15) bahir antas cha bhutanam,acharam charam eva
cha,sukshmatvat tad avijneyam, duurastham cha 'ntike cha tat.artinya :
Ada diluar dan ada didalam semua insani,tiada bergerak
tetapi bergerak senantiasa,terlalu amat halus untuk diketahui,jauh nian, namun
juga dekat sekali.
(17) iyostisham
api taj jyotis,tamasah param uchyate,jnanam jneyam jnanagamyam,hridi sarvasya
dhisthitam.artinya :
Dia adlah cahaya dari semua cahaya,dikatakan diatas
kegelapan, ilmu-pengetahuan,yang harus diketahui dan tujuan ilmu
pengetahuan,dia berada dalam hati- sanubari semua.
(18) iti
kshetramtatha jnanam,jneyam cho 'ktam samsatah,madbhakta etad
vijnaya,madbhavayo 'papadyate.artinya :
Jadi, kshetra-jnana dan jneya,secara sederhana telah
teruraikan,para penganut-ku yang mengetahuinya,memang patut mencapai tempat-ku.
(19) prakritim prusrusham chai 'va,viddhy anadi ubhav
api,vikarams cha gunams chai 'va,viddhi prakritisambhavan.artinya :
Ketahuilah olehmu bahwa prakriti,dan purusha kedua-duanya
tanpa mula,dan ketahui pulalah bahwa modifikasi,dan antribut terlahir dari
prakriti jua.
(21) purushah
prakritistho hi,bhunkte prakritijan gunan,karanam gunasango 'sya,sd asad yoni
'anmasu,artinya :
Purusha duduk didalam prakriti mengalami,atribut yang
terlahir dari prakriti sendiri,dan ikatan dengan atribut menimbulkan,sebab
kelahiran dan baik buruknya kandungan.
(22) upadrashta 'numanta cha,bharta bhokta
mahesvarah,paramatme 'ti cha 'py ukto,dehe 'smin purushah parah.artinya :
Purusha yang maha agung,dalam badan disebut
saksi,pengawas, pendukung yang mengalami,penguasa tertinggi, jiwa yang agung.
(23) ya evam vetti purusham,prakritim cha gunaih
saha,sarvatha vartamano 'pi,na sa bhuyo 'bhjayate,artinya :
Jadi, ini yang mengetahui purusha,prakriti bersama-sama
segala sifatnya,walaupun bagaimana cara hidupnya,ia tiada lagi kembali
menjelma.
(24)dhyanena 'tmani pasyanti,kechid atmanam atmana,anye
samkhyena yogena, karmayogena cha
'pare,artinya :
Dengan meditasi yang satu melihat jiwa,dengan jiwa dalam
jiwanya,yang lain dengan jalan ilmu-pengetahuan,dan yang lain lagi dengan jalan
kerja.
Bhagavadgita membenarkan orang untuk memilih jalanya
sendiri mencapai kelepasan, apakah itu merupakan meditasi, ilmu-pengetahuan,
falsafah ataukah kerja, berbakti dan upacara persembahyangan (samkhya = jnana)
Rakyat biasa, yang tidak mengetahui ilmu-pengetahuan atau
falsafah atau yoga dan sebagainya, dengan jalan menyerahkan diri mereka kepada
guru atau acharya untuk memperoleh tuntutan, kemudian menyembah tuhan yang maha
esa. Merekapun mencapai kelepasan.
(26) yavat samjayante kimchit,sattvam sthavara
jangaman,kshetra kshetrajna samyogat,tad viddhi bratasabha.artinya :
Mahkluk apapun terlahir, oh baratasaba,yang bergerak atau
yang tidak bergerak,ketahuilah bahwa itu datang dari bersatunya kshetra dengan
kshetrajna.
Bersatunya kshetra (badan) dengan kshetrajna (jiwa)
secara campur aduk disebabkan oleh tidak adanya perbedaan pengetahuan tentang
masing-masing sifatnya. Bila ilmu-pengetahuan telah memisahkan kecampuradukkan
ini, maka kshetra dapat dipisahkan dari kshetrajna dan kelepasan bisa dicapai.
Parameswara = parama + iswara = tuhan yang paling utama,
disini juga dimaksudkan jiwa yang paling utama = brahman. Merata dalam semua
mahkluk, tiada saja horizontal melainkan vertikal dan menyeluruh.
(28) saman pasyan hi sarvatra,samavasthitam isvaram,na
hinasty atmana 'tmanam,tato yati param gatim.artinya :
Dikala ia melihat yang maha kuasa,bersemayam merata
dimana-mana,ia tidak menyakiti jiwa dengan jiwa,dan iapun mencapai tujuan
utama.
Seseorang dikatakan "menyakiti jiwa" karena
ketidaktahuannya yang mengira bahwa jiwa dan bukan jiwa bercampur aduk menjadi
satu dan menyangka bahwa jiwa (brahman) tidak bersemayam merata dalam mahkluk
semua dimana-mana (lihat juga sloka vi.6). Tetapi dia yang melihat brahman
dimana-mana sama "tidak menyakiti jiwa" dengan jiwanya bersatu dengan
barhman ia mencapai kelepasan.
(29) prakrityai 'va cha karmani,kriyamanani sarvasah,yah
pasyati tatha 'tmanam,akartaram sa pasyati.artinya :
Dia yang melihat segala kerja, hanya dilakukan oleh
prakriti,dan jiwa tidak melaksankannya,ialah yang melihatnya sejati.
Seperti dikatakan dalam sloka 22, jiwa hanyalah sebagai
saksi, pengawas san bukan yang melaksanakan kerja dan kegiatan dalam hidup ini
(lihat juga sloka iv.18). Orang yang melihat hal ini dengan mata-hatinya yang
sejati, tidak akan dipengaruhi oleh segala macamkesusahan hidup sehari-hari
terbebas dari suka dan duka, sebab ia mengetahui benar bahwa kerja dan segala
kegiatan lainnya hanya mempengaruhi pikiran dan pengertian, dan bukan jiwa.
(30) yuda bhu taprithagbhavam,ekastham anupasyati,tat eva
cha vistaram,brahma sampadyate.artinya :
Bila ia melihat berbagai insani, berpusat pada yang
tunggal ini,dan daripada-nya memencar kemana-mana,maka ia mencapai brahman yang
maha kuasa.
Bila orang telah melihat semua dan segalanya, yang
bergerak dan yang tidak bergerak, berpusat dalam dan berasal dari brahman, maka
ia sendiri juga menjadi brahman yang maha esa.
(31) anaditvan nirgunatvat,paramatma 'yam
avyayah,sarirastho 'pi kaunteya,na karoti lipyate.artinya :
Karena jiwa yang agung ini kekal abadi,tanpa permulaan,
tanpa sifat-sifat,oh kuntiputra, walau bersemayam dibadan ini,dia tidak berbuat
dan tidak terkena akibat.
(32) yatha sarvagatam saukshmyad,akasam no
'palipyate,sarvatra 'vasthito dehe,tatha 'tma no 'palipyate. Artinya : seperti
ether yang meliputi segalanya,tidak terkotori karena kehalusannya,jiva
disekujur badan demikian pula,tiada dilumuri akibat apa-apa.
Karena jiwa tidak melaksanakan apa-apa, maka jiwa tidak
memetik pahala-kerja apa-apa juga, jadi jiwa tetap bersih.
(33) yatna prakasayaty ekah,kritnam lokam imam
ravih,kshetram kshetri tatha kristnam,prakasayati bharata.artinya :
Seperti matahari yang tunggal ini,menyinari seluruh bumi
demikian pula,yang empunya badan ini menerangi,seluruh badan jasmani, wahai
barata.
Yang empunya badan =brahman, dan yang dimaksudkan dengan
"seluruh badan-jasmani" adalah seluruh alam semesta.
(34) kshetra kshetrajnayor evam,antaram
jnanachakshusha,bhutaprakritimoksham cha,ye vidur yanti te param.artinya :
Mereka yang melihat dengan mata budi-pekerti,perbedaan
antara kshetra dan kshetrajna,serta terbebasnya mahkluk prakriti,merekalah yang
pergi ke yang maha esa.
Apa dikatakan krisna dalam sloka 2 sebagai ilmu
pengetahuan yang sesungguhnya, yaitu mengetahui perbedaan antara kshetra
(badan) dan kshetrajna (yang mengetahui badan, antara prakriti dan purusha,
adalah merupakan pokok persoalan dalan bab ini, dan mereka yang mengetahui
ilmu-pengetahuan ini, seperti dikatakan dalam sloka 34 diatas ini, mencapai
kelepasan (moksha) dan bersatu dengan brahman.
Ity srimad bhagavadgitasupanishatsu,`brahmavidyayam,`yogasastre
srikrishnajunasanvade, kshetrakshetrajnavibhagayogo nama trayodaso dhyaya.
Maka berakhirlah bab ini upanishad,bhagavadgita mengenai
ilmu-pengetahuan, tentangyang maha esa, kitab suci yoga, dan dialog antara sri
krisna dan arjuna,yang berjudul kshetrakshetrajna vibhaga yoga.
14. TRI
GUNA
Krisna masih menguraikan tentang
ilmu-pengetahuan utama yang terbaik. Dalam bab ini dijelaskan bahwa dari
brahman terlahir prakriti, dan dari prakriti terlahir guna yang terdiri dari
sifat-sifat : baik mulia (sattva), aktif bernafsu (rajas) gelap bodoh (tamas).
Sattvam adalah sifat baik yang
membantu orang mencapai emansipasi dalam kehidupan spirituilnya. Rajas adalah
sifat aktif yang membawa seseorang kejalan keinginan dan haus akan hasil
perbuatannya yang mengantar ia berulang-ulang kedunia inkarnasi, sedangkan
tamas adalah sifat bodoh yang menyeret seseorang terus kebawah ketingkat yang
lebih rendah dalam kehidupan spirituilnya. Arjuna bertanya bagaimana caranya
mengetahui orang yang dapat mengatasi ketiga sifat guna.
Orang yang demikian, kata krisna
ialah memiliki watak tidak membenci, tenang, tidak melibatkan diri dalam
pertentangan dualisme (panas dingin, kawan lawan, puji caci dan sebagainya).
Tiada goyah, berdiri sendiri dan mengabdi kepada brahman mengatasi ketiga sifat
guna ini.
(1) sribhagavan uvacha: param bhuyah pravakshyami,jnananam
jnanam uttamam,yaj jnatva munayah sarve,param siddhi ito gatah.artinya :
Sri bagawan berkata: hendak
ku-uraikan lagi ilmu-pengetahuan utama,yang terbaik daripada ilmu pengetahuan
semua,dengan mengetahuinya, semua muni bebas dari,dunia ini menuju kesempurnaan
tertinggi.
Muni adalah pertapa, orang yang
bersamadi, mengasingkan diri dengan jalan bertapa untuk mencapai kehidupan
spritual yang lebih tinggi.
(2) idam jnanam upasritya,mama sadharmyam agatah,serge
'pi no 'pajayante,pralaye na vyathanti cha.artinya :
Mereka yang mengabdikan diri pada,ilmu-pengetahuan, dan
bersimili dengan sifat-ku sendiri,mereka tidak menjelma lagi dikala dunia
tercipta,dan tidak terganggu dikala kiamatnya dunia.
(3) mama yonir mahad brahma,tasmin garbham dadhamy aham,
sambhavah sarvabhutanam,tato bhavati bharata.artinya :
Kandungan-ku adalah brahman yang maha esa,didalamnya aku
letakkan benih,dan dari sanalah aku terlahir.
Brahma sebagai aspek penciptaan daripada brahman adalah
merupakan kosmos yang meliputi alam semesta ini. Dalam aliran falsafah sankhya
brahma ini sama dengan prakriti. Adapun benih yang diletakkan oleh brahman
(kandungan kosmos) ini adalah benih hirayagarbha (binih kosmos). Dari benih
kosmos inilah semua mahkluk terlahir, termasuk kita manusia didunia ini.
(4) sarvayonishu kaunteya,murtayah sanbhavanti yah,tasam
brahma mahad yonir,aham bijapradah pita.artinya :
Wujud apapun yang terlahir,dari semua kandungan, oh
kuntiputra,brahman yang esa adalah kandungan brahman,dan aku adalah bapa yang
memberi benih.
Jaid brahma atau prakriti adalah ibu segala mahkluk
dialam-semesta ini dan brahman atau tuhan yang maha esa bapa segala mahkluk
ini. Oleh karena brahman adalah kandungan universiil dan juga benih universil,
maka tuhan yang maha esa adalah ibu universiil dan juga bapa universiil dan
juga bapa universiil dari alam semesta ini.
(5) sattvam rajas iti,gunah prakritisambhavah,nibadhnanti
mahabaho,dehe dehinan avyayam.artinya :
ketiga sifat sattva, rajas dan tamas,terlahir daripada prakriti membelenggu,penghuni badan yang tidak termusnahkan,dalam jasad ini, wahai mahabahu.
ketiga sifat sattva, rajas dan tamas,terlahir daripada prakriti membelenggu,penghuni badan yang tidak termusnahkan,dalam jasad ini, wahai mahabahu.
Sattva dilukiskan sebagai : kecerdasan, kesadaran,
bercahaya, terang, bersih, suci, bahagia, tenang, baik, milia dan sebagainya.
Rajas dilukiskan sebagai : lincah, aktif, bernafsu, gelisah, susah bercampur
baur, tegang dan sebagainya. Sedangkan tamas dilukiskan sebagai : totlol,
dungu, gelap, kotor, ternoda, pulas, mati, stagnasi, dan sebagainya.
(6) tatra sattvam nirmalatvat,prakasakam
anamayam,sukhasangena badhnati,jnanasangena cha 'nagha.artinya :
Ketiga sifat sattva, rajas dan tamas,terlahir daripada
prakriti membelenggu,penghuni badan yang tidak termusnahkan,dalam jasad ini,
wahai mahabahu.
Kebahagian dan ilmu-pengetahuan dalam sloka diatas ini
dimaksudkan dengan kebahagian dan ilmu pengetahuan yang bersifat materiil
belaka dan bukan spirituil.
(10) rajas tamas
cha 'bhibhuya,sattvam bhavabti bharata,rajah sattvam tamas chai 'va,tamah
sattvam rajas tatha.artinya :
Bila sattva muncul, ia berkuasa,diatas rajas dan tamas,
wahai barata,dan bila rajas, diatas sattva dan tamas,demikian pula tamas diatas
sattva dan rajas.
(11) sarvadvareshu dehe 'smin,prakasa upajayate,jnanam
yada tada vidyah,vivriddham sattvam ity uta.artinya :
Jadi apabila cahaya ilmu-pengetahuan,menembusi semua
pintu gerbang badan,maka dapatlah dikatakan bahwa,sattvamlah yang bertambah
berkuasa.
Apabila kecerdasan kita disinari cahaya ilmu-pengetahuan,
maka alat pancaindria kita menjadi aktif bekerja. Ini disebut sattvika yang
berkuasa.
Bila seseorang pikirannya gelap, perasaannya mati, maka
ia tidak lagi bisa mengetahui perbedaan antara yang baik dan buruk, antara
kebajikan dan kebatilan dan sebagainya.
Inilah dinamakan tamasa
Inilah dinamakan tamasa
(14) yada sattve pravriddhe tu,pralayan: yati
dehabhrit,tado 'ttamavidham lokan,amalan pratipadyate.artinya :
Apabila sattva berkuasa dikala,penghuni-badan bertemu
dengan kematian,maka ia mencapai dunia suci,tempat mereka, para yang
mengetahui.
Dunia suci tempat mereka yang mengetahui adalah dunia
kebajikkan dimana hidup orang-orang arif bijaksana dan berbudipekerti luhur
(15) rajasi pralayam gatva,karmasangishu jayate,tatha
pralinas tamasi,mudhayonishu jayate.
Artinya : apabila ketika mati dikuasai oleh rajas,ia
lahir diantara mereka yang terikat kerja,
apabila ketika mati dikuasai oleh tamas,ia lahir dalam kandungan mereka yang dungu.
apabila ketika mati dikuasai oleh tamas,ia lahir dalam kandungan mereka yang dungu.
(16) karmanah sukritasya 'huh,sattvikam nirmalam
phalam,rajasas tu phalam dunkham,ajnanan tamasah phalam, artinya :
Hasil perbuatan sattvika dikatakan,kebajikan yang suci
nirmala,sedangkan hasil dari rajasa adalah duka,dan hasil dari tamasa adalah
ketidaktahuan.
(17) sattvat samjayate jnanam,rajaso lobha eva cha
,pramadamohau tamaso, artinya :
Dari sattva timbul kebajikkan,dari rajas timbul
kerakusan,dari tamas timbul kemalasan,juga kekacauan dan ketololan.
Demikianlah pengaruh triguna (sattva, rajas dan tamas)
yang membawa akibat psykologis kepada kita sebagai diurauikan dalam sloka-sloka
diatas.
Triguna berasal dari badan kita ini dan segala sifat
beserta modifikasinya terlahir daripasanya. Jiwa yang sadar dan mengetahui hal ini
akan terbebas dari lingkaran dan kematian, mencapai miksha, hidup kekal-abadi
bersama brahman.
(21) arjuna uvacha: kair lingais trin gunan etan,atito
bhavanti prabho,kimacharah katham chai 'tams,trin gunan ativartate.artinya :
Arjuna bertanya: apakah ciri-cirinya, wahai prabu,orang
yang mengatasi kerja guna ini?,bagaimana pula tingkah laku,dan caranya
melampaui ketiga guna ini ?.
Walaupun arjuna sesungguhnya telah mendengar
penjelasan-penjelasan mengenai topik-topik yang tidak jauh berbeda degan
pertanyaan yang dimajukannya dalam sloka ini, namun demi untuk keperluan
pembicaraan falsafah tentang triguman maka perlu kiranya diungkapkanlebih
mendalam lagi.
(22.) Sribhagavan uvacha: prakasam cha pravrittim
cha,moham eva cha pandava,na dveshti sampravrittani,na nivrittani
kankshati.artinya :
Sri bagawan menjawab : dia wahai pandawa, yang tidak
membenci,kegermelapan, kegiatan dan ketoloaln,demikian juga tidak
merindukan,apabila mereka tidak ada lagi.
Orang yang memiliki ilmu-pengetahuan yang sejati akan
membenci atau merindukan akibat yang ditimbulkan oleh triguna, sebab ia telah
memilki keseimbangan jiwa.
(26) mam cha yo
'vyabhicharena,bhaktiyogena sevata,sa gunan samatitya 'tan, bhrahmabhuyaya
kalpate,artinya :
Dia yang mengabdi kepada-ku,sujud dengan kebaktian
yoga,naik keatas melampaui guna,ialah wajar masuk dalam brahman.
Yang dimaksudkan 'wajar dalam brahman' adalah wajar untuk
mencapai kelepasan. Ia adalah seorang jivamukta, seorang bhaktiman
(27) brahmano hi pratishtha 'him,amritasya 'vyayasya
cha,sasvatasya cha dharmasya, sukhasyai 'kantikasya cha.artinya :
Sebab aku adalah sesungguhnya,fondasi brahman yang kekal
abadi,yang tak-termusnahkan, hukum drama,yang langgeng dan restu yang
tertinggi.
Krisna sebagai personifikasi brahman, dalam dunia manusia
disebut fondasi atau tempat brahman, dalam dunia manusia disebut fondasi atau
tempat brahman untuk memuja supaya mengenal hukum kehidupan kebajikkan dan
memperoleh restu yang tertinggi yang tidak mengenal kematian.
Demikian bab ini membahas pokok persoalan tentang teori
triguna dimana tidak seorang manusiapun bisa terhindar dari pengaruhnya yang
menyebabkan adanya siklus kalhiran, kematian usia tua dan kesengsaraan.
Demikian pula bab ini membahas bagaimana seseorang harus
mencapai emansipasi spiritual mengatasi ketiga pengaruh guna dalam dunia ini.
Ity trimad bhagavadgitasupanihatsu,brahmavidyayamm
yogasastre srikrishnarjuna samvade,gunatrayavibhagayogo nama chaturdso
'dhyayah,
Maka berakhirlah bab kelimabelas upanishad bhagavadgita
mengenai ilmu-pengetahuan yang maha esa kitab suci yoga dan dialog antar sri
krisna dan arjuna yang berjudul
gunatrayavibhagayoga
gunatrayavibhagayoga
Kehidupan dalam dunia ini
diibaratkan pohon abadi asvattha yang misterius, akarnya diatas dan daunnya
dibawah, berdasarkan oleh ketiga guna. Untuk membebaskan diri dari belenggu
kerja, pohon misteri ini harus ditumbangkan.
Krisna dalam bab ini menguraikan
berapa orang yang hendak mencapai tujuan yang terakhir dimana ia kembali lagi,
harus menyadari tentang adanya purusha ini ada dua macam: yang ada dalam badan
ini dan yang tak-termusnahkan, yaitu purushottama (purusha yang utama)
Purusha adalah fragmen dari
brahman, hidup dalam badan ini mempergunakan pancaindria dan pikiran sebagai
alatnya untuk memimpin telinga, mata, kulit, lidah, hidung dan otak menikmati
objek-objek benda.
Purusha yang ada dalam badan kita
ini tidak langgeng, tetapi purusha yang lain adalah barhmnan, jiwa yang
tertinggi yang disebut purushottama.
Mengetahui ini orang jadi arif
bijaksana dan melakukan tugas-kewajiban dengan baik.
(1) Sribhagavan uvacha: urdhvamulan
adhahsakham,asvattham prahur avyayam,chhandamsi yasya parnani,yas tam veda sa
vedavit.artinya :
Sri bagawan berkata: mereka
bicara tentang pohon abadi aswata,dengan akarnya diatas dan dahannya
dibawah,daun-daunnya adalah kitab suci weda,dia yang mengetahui ini disebut
pengenal weda.
Pohon abadi astawa adalah
sebangsa pohon dari keluarga beringin, yang dalam bahasa ilmiahnya disebut
fluens religles. Baik mahabharata (asvamedhaparva 47 12-15), kitab suci weda
maupun upnaishad menyebut pohon abadi ini sebagai pohon dengan akarnya diatas
dan dahannya dibawah.
Pohon ini adalah pohon kosmos,
pohon spiritual yang secara alegoris melukiskan organisme kehidupan berakar
diatas (yaitu yang bersatu dengan brahman) dengan daham, ranting dan daunnnya
dibawah (yaitu dunia ini). Kitab-kitab suci weda dikatakan daunnya secara
simbolik, dengan maksud untuk menghidupi dahan dan batangnya yang mendukung
kelangsungan hadirnya dunia ini.
Mengetahui pohon abadi aswata ini berarti pula apa yang
tersirat dalam kitab-kitab suci weda. Sebab, menurut tradisi kuna
lembran-lembaran kitab suci weda sebagai daun-daun pohon abadi ini harus
diketahui (dipelajari).
(2) Adhas cho rdhvam prasritas tasya
sakha,gunapravriddha vishayapravalah,adhas cha mulany
anussamtatani,karmanubandhimi manushyaloke. Artinya :
Dahanya tumbuh kebawah dan keatas,dibesarkanoleh guna,
objek indria sebagai kuncupnya,dan akarnya menyebar kebawah,menumbuhkankegiatan
kerja dalam dunia manusia.
Dahan yang tumbuh kebawah diibartakan mahkluk-mahkluk
sebagai manusia, binatang dan seterusnya kebawah, sedangkan dahan yang tumbuh
keatas diibaratkan mahkluk-mahkluk diatas manusia, para dewata dan seterusnya
sampai brahman. Dahan-dahan ini tumbuh bertambah besar karena diberi makan oleh
triguna, yaitu sifat sattva, rajas dan tamas. Dari dahan-dahan ini tumbuh
kuncup-kuncup indria yang melahirkan keinginan dan hawa nafsu. Selain daripada
akar utama, akar-akar lainnya tumbuh kebawah (seperti akar pohon yang tumbuh
dari dahannya), yang menyebabkan pohon itu bertambah besar dan kuncup-kuncup
indria bertambah mengelopak, membesarkan keinginan dan hawanafsu, membesarkan
keinginan dan hawanafsu menyebabkan bertambahnya kegiatan kerja dalam dunia
manusia ini.
Ini berarti bertambah kuatnya siklus kelahiran, kematian,
usi-tua dan kesengsaraan pada manusia.
(3) na rupam asye 'ha tatho 'palabhyate,na 'nto na cha
'dir na cha sampratishtha,asvattham enam suvirudhamulam,asangasastrena dridhena
chhittva.
Artinya : bentuknya tidak dapat dibayangkan disini,pucuk,
batang dan pangkalnya juga tiada,setelah menumbangkan aswata yang berakar kuat
ini,dengan memakai kapak ketidakterikatan kerja.
(4) tatah padamu tat parimargitavyam,yasmin gata na
nirnartanti bhuyah,tam eva cha 'dyam puruham prapadya,yatah pravittih prasrita
purani.
Artinya : maka jalan yang telah ditempuh mereka,yang
tidak kembali lagi harus dicari,dengan kata : "aku bernaung pada
purusha,utama, sumbernya energi kerja yang purba ini.
Setelah pohon yang membawa siklus kesengsaraan ini dapat
ditumbangkan, maka jalan yang ditempuh selanjutnya adalah jalan yang telah
dijalani oleh mereka yang telah mencapai kelepasan (moksha) dengan semboyan :
bernaung kepada tuhan yang maha esa, darimana datangnya energi kosmos ini!
(5) nirmanamoha jitasangadosha,adhyatmanitya
vinivrittakamah,dvandavair vimuktha sukhaduhkhasamnijnair,gachchhanty amudhah
padam avyayam tat.
Artinya : mereka yang terbebas dari keangkuhan dan
ilusi,menaklukan keburukan ikatan keinginan kerja,selalu sujud pada jiwa
pertama, bebas dari dualisme,seperti suka-duka, tidak ragu, pergi ketempat
abadi.
Api, rembulan dan matahari tidak sanggup
"menyinari" brahman yang langgeng, karena brahman lebih
"terang" dari mereka dan tiada berubah-ubah: seperti halnya mahkluk biasa-malah
sebaliknya-tidak sanggup menahan panas atau silaunya sinar mereka. Hanya dengan
jalan kebaktian kepada-nya-lah tempat-nya yang "panas" dapat didekati
dan selanjutnya dicapai. Demikianlah makna sloka diatas ini.
(7) mamai 'va mso jivaloke,jivabhuta sanatanah,manah
shashthani 'driyani,prakritisthani karshati.
Artinya : sebuah fragmen-ku yang kekal abadi menjadi satu
jiwa hidup dalam dunia kehidupan,menarik alat pancaindria dan pikiran,sebagai
yang keenam, yang ada dalam prakriti.
(8) sariram yad avapnoti,yach cha 'py utkramati
'svarah,grihitvai 'tani samyati,vajur gandan iva 'sayat.
Artinya : bila jiwa mengambil suatu jasmani,dan apabila
ia meninggalkannya,
ia juga membawa serta mereka dan pergi,bagaikan angin membawa bau harum dari tempatnya.
ia juga membawa serta mereka dan pergi,bagaikan angin membawa bau harum dari tempatnya.
Seperti diuraikan dalam sloka yang terdahulu, jiwa
membawa serta dalam dirinya pancaindria dan pikiran kedalam dan keluar
badan-jasmani kita ini, bila jiwa masuk kedalam suatu badan, ini berrti ia
lahir kembali. Ini berrati terjadi inkarnasi.
(10) utkramantam
sthitam va 'pi,bhunjanam va 'gunanvitam,vimudha na 'nupasyanti, pasyanti
jnanachakshushah.
Artinya : mereka yang tersesat tidak melihatnya,dikala ia
pergi atau tinggal diam belaka,mengelami atau bersatu dengan guna,tetapi yang
memiliki mata budi-pekerti melihatnya.
Jiwa yang tinggal dalam badan ini, walaupun memimpin
alat-alat pancaindria dan pikiran, karena ia menikmati objek-objek indria
tersebut, maka ia dikatakan tersesat, tidak sadrkan diri. Mereka yang jiwanya
tersesat, tidak menyadari dikala jiwa ini meninggalkan badan ini atau dikala
diam saja dalam badan dipengaruhi oleh triguna. Hanya mereka yang sadar dan
memiliki mata budipekerti dapat mengetahui betapa proses jiwa tinggal diam
dalam badan ini. Akritaman adalah orang yang belum mampu melepaskan pengaruh
pancaindrianya dan belum membersihkan jiwanya dengan jalan mengabdikan diri
kepada brahman.
Datangnya ingatan dan ilmu-pengetahuan adalah sebagai
hasil daripada perbuatan-perbuatan yang baik, dan sebaliknya perginya ingatan
dan ilmu-pengetahuan adalah disebabkan oleh hasil daripada perbuatan-perbuatan
buruk.
Ajaran falsafah vedanta mengatakan bahwa : "barhman
adalah yang maha mengetahui dan yang maha kuasa, asal mula kelahiran,
pemeliharan dan kiamatnya alamsemesta ini. Ia adalah prakriti dan purusha
alamsemesta ini dan disaat kiamatnya alamsemesta semua kembali kepada-nya.
Tiada duanya, dialah jiwa universiil alam semesta in".
(20) iti
guhyatamam sastram,idam uktam maya 'nagha,etad buddhva buddhiman
syat,kritakrityas cha bhatara.
Artinya : jadi, doktrin ini yang maha-rahasia,telah
diberikan oleh-ku, wahai anagha,
mengetahui ini orang menjadi arif-bijaksana, aku dengan segenap jiwa-raganya, oh batara.
mengetahui ini orang menjadi arif-bijaksana, aku dengan segenap jiwa-raganya, oh batara.
(anagha = barata = arjuna)
Demikianlah bab ini telah mengungkapakan adanya pohon
abadi misterius, yaitu pohon aswata yang mempunyai akar dilangit dan didahan
serta daun tumbuh kebumi, menyebabkan hidup kita terus berputar bersama-sama
siklus kesengsaraan. Kita harus mengetahui pohon misteri itu, setelah
mengetahuinya harus menebangnya.
Dengan tumbangnya pohon aswata ini, kita akan mengetahui
bahwa jiwa yang terdapat dalam badan kita ini, tiada lain daripada bagian jiwa
pertama, purushottama yaitu brahman, mengetahui doktrin ini, berarti kita
mengenal tugas-kewajiban dalam hidup ini dan pada waktunya mencapai kelepasan.
Ity srimad bhagavadgitasupanishatsu brahmavidyayam,
yogasastre srikrishnajunasam vade,
purushottamayoga nama panchadaso 'dhyayah, maka berakhirlah bab
ini,upanishad bhagavadgita mengenai ilmu,pengetahuan tentang yang maha esa,
kitab suci yoga dan dialog antara sri krisna dan arjuna yang berjudul puruhottamayoga
16. MEMBAHAS TENTANG
SIFAT BAIK DAN SIFAT BURUK MANUSIAkitab suci yoga dan dialog antara sri krisna dan arjuna yang berjudul puruhottamayoga
Bab ini merupakan ajaran yang
melukiskan apa yang membuat manusia itu baik bersifat mulia dan apapula
ciri-cirinya orang yang jahat berwatak setan.
Krisna menguraikan disini watak
dan ciri-ciri orang yang dilahirkan dengan sifat-sifat yang mulia, dan orang
yang dilahirkan dengan sifat-sifat yang jahat.
Sifat-sifat yang mulia adalah
untuk mencapai kelepasan sedangkan sifat-sifat yang jahat menyebabkan orang
terikat dengan belenggu kesengsaraan, siklus kelahiran dan kematian.
Orang yang dilahirkan dengan
sifat-sifat setan, memandang dunia ini tanpa kebenaran, tanpa basis moral,
tanpa tuhan, tan[a-koordinasi dan hanya terdiri dari hawanafsu belaka. Hatinya
tidak pernah puas untuk memiliki lebih harta benda, membunuh musuh-musuhnya
dengan keji dan memuaskan birahinya dengan jalan yang tidak dihalalkan.
Janganlah membiarkan diri kita
dikuasai oleh kekerasan, keangkuhan, hawanafsu, amarah dan loba yang bisa
menjerumuskan kita kedalam kandungan setan.
Sebab, nafsu birahi +amarah +loba
adalah tiga pintu gerbang neraka!
(1) sribhagawan
uvacha: abhayam attvasmsuddhir,jnanayoga vyavasthitih,danam damas cha yajna
cha.
Artinya :
sri bagawan berkata: tak gentas, suci hati, bijaksana, mendalami yoga,dan ilmu-pengetahuan, dermawan, menguasai indria,berupasara kebaktian, mempelajari kitab-kitab sastra,hidup sederhana dan berbuat dengan kejujuran.
sri bagawan berkata: tak gentas, suci hati, bijaksana, mendalami yoga,dan ilmu-pengetahuan, dermawan, menguasai indria,berupasara kebaktian, mempelajari kitab-kitab sastra,hidup sederhana dan berbuat dengan kejujuran.
Yang dimaksudkan dengan mendalami yoga ialah benar-benar
melakukan apa yang telah dipelajari dari kitab-kitab sastra dan dari guru-guru
kerohanian dengan jalan konsentrasi pikiran dan meditasi, kitab-kitab-kitab
sastra adalah semua kitab yang mengandung ajaran-ajaran tata kehidupan dan budi
pekerti, yang menunutun kita menuju kejalan brahman.
(2) ahimsa satyam akrodhas,tyagah santir apaisunam,daya
bhuteshv aloluptvam,mardavam hrir achalama.
Artinya :
tanpa kekerasan, benar, tanpa kemarahan,tanpa egoisme, tenang, tanpa mencari-cari kesalahan,kasih-sayang kepada sesama mahkluk tiada loba,lemah-lembut, sopan dan dalam keseimbangan jiwa.
tanpa kekerasan, benar, tanpa kemarahan,tanpa egoisme, tenang, tanpa mencari-cari kesalahan,kasih-sayang kepada sesama mahkluk tiada loba,lemah-lembut, sopan dan dalam keseimbangan jiwa.
(3) tejah kshama dhritih saucham,adroho na
'timanita,bhavanti sampadam daivim,abhijatasya bhahata.
Artinya :
cekatan, suka memaafkan, teguh iman,budiluhur,tanpa iri hati, tanpa keangkuhan,semua ini adalah milik, wahai barata dia,yang dilahirkan dengan sifat-sifat dewata.
cekatan, suka memaafkan, teguh iman,budiluhur,tanpa iri hati, tanpa keangkuhan,semua ini adalah milik, wahai barata dia,yang dilahirkan dengan sifat-sifat dewata.
Yang dimaksudkan dengan sifat-sifat dewata adalah
sifat-sifat sura atau mulia, yang merupakan lawan dari sifat-sifat setab atau
asura atau iblis yang serba jahat. Dalam ketiga sloka diatas dilukiskan
sifat-sifat dewata yang memiliki oleh orang yang berhati mulia.
(4) dambho darpo 'bhimanas cha,krodha pasushyam eva
cha,ajnanam cha 'bhijatasya,partha sampadam asurim.
Artinya :
berpura-pura, angkuh membanggakan diri,marah, kasar, bodoh, semua ini,adalah dimiliki oleh seseorang, wahai parta,dia yang dilahirkan dengan sifat-sifat setan.
berpura-pura, angkuh membanggakan diri,marah, kasar, bodoh, semua ini,adalah dimiliki oleh seseorang, wahai parta,dia yang dilahirkan dengan sifat-sifat setan.
(5) daivi sampad vimokshaya,nibandhaya 'suri mata,ma
suchah sampadam daivim,abhijato 'si pandava.
Artinya :
sifat-sifat mulia adalah untuk kelepasan,dan sifat-sifat jahat menuju ikatan, janganlah bersedih, wahai pandawa,engkau dilahirkan dengan sifat-sifat mulia.
sifat-sifat mulia adalah untuk kelepasan,dan sifat-sifat jahat menuju ikatan, janganlah bersedih, wahai pandawa,engkau dilahirkan dengan sifat-sifat mulia.
Walaupun telah diadakan pemisahan yang jelas antara
sift-sifat mulia dan jahat, namun tidaklah dapat disangka!. Kenyataan dalam hidup
lita sehari-hari bahwa sesungguhnya tidaklah ada seseorang yang dalam
keseluruhannya baik, demikian pula tidak ada orang yang dalam keseluruhannya
jahat. Tetapi pemisahan antara sifat-sifat itu harus disadari oleh tiap
individu yang ingin mencapai kemajuan dalam emansipasi kehidupan spirituilnya.
Sebagai halnya denganarjuna, tiap orang tidak boleh takut dan putus asa, apakah
ia bisa mencapai kelepasan ini.
(6) dvau bhutasargau loke 'smin,daiva asura cva cha,daivo
vistarasah prokta,asuram partha me srinu.
Artinya :
ada dua macam mahkluk terciptakan,dalam dunia ini, yang mulia dan yang jahat,yang mulia telah diuraikan secara terperinci,dengarkan dari aku, oh parta, tentang yang jahat.
ada dua macam mahkluk terciptakan,dalam dunia ini, yang mulia dan yang jahat,yang mulia telah diuraikan secara terperinci,dengarkan dari aku, oh parta, tentang yang jahat.
Memang sejak jaman yang paling dahulukala dua macam
mahkluk ini, yaitu yang mulia dan yang jahat, telah diciptakan oleh prajapati.
Dari kedua-keduanya berubah untuk menguasai dunia. Ini simbolisme, bahwa mulia
= dewa, jahat = raksasa.
(7) pravrittim cha nivrittim cha,jana na vidur asurah,na
saucham na 'pi cha 'charo,na satyam teshu vidyate.
Artinya :
mereka yang jahat tidak tahu yang harus dikerjakan,dan apa yang harus tidak boleh dikerjakan,demikian pula tidak ada kesucian,kelakuan baik dan kebenaran pada mereka.
mereka yang jahat tidak tahu yang harus dikerjakan,dan apa yang harus tidak boleh dikerjakan,demikian pula tidak ada kesucian,kelakuan baik dan kebenaran pada mereka.
(8) asatyam apratishtham te,jagad ahur
anisvaram,aparaspara sambhutam,kim anyat kamahaitukam,
Artinya :
mereka berkata: dunia ini tanpa kebenaran,tanpa basis (moral), tanpa tuhan, tidak dengan koordinasi bersama, hanya disebabkan hawa nafsu birahi, selebihnya tidak.
mereka berkata: dunia ini tanpa kebenaran,tanpa basis (moral), tanpa tuhan, tidak dengan koordinasi bersama, hanya disebabkan hawa nafsu birahi, selebihnya tidak.
'Dunia disebabkan oleh adanya hawa nafsu birahi' adalah
pandangan suatu aliran yang disebut lokayantika. Selanjutnya mereka beranggapan
bahwa dunia ini tanpa basis moral, penuh dengan keduniawian yang harus
dinikmati. Dunia adalah keduniawian!, kata mereka
(9) etam drishtim avashtabhya,nashtatmano 'lpabuddhayah,prabhavanty
ugrakarmanah, kshayaya jagato 'hitah.
Artinya :
dengan memegang teguh pandangan ini,jiwa rusak dengan pngertian picik ini,dengan perbuatan keji maju kedepan,menjadi musuh dunia untuk kehancurannya.
dengan memegang teguh pandangan ini,jiwa rusak dengan pngertian picik ini,dengan perbuatan keji maju kedepan,menjadi musuh dunia untuk kehancurannya.
(11) chintam
aparimeyan cha,pralayantam upasritah,kamopabhoga parama,etavad iti nischitah.
Artinya :
keranjingan oleh ketidak inginan tak habis-habisnya,yang hanya akan membawa kematian,menganggap kenikmatan nafsu jadi tujuan utama,dengan keyakinan 'itulah segala-galanya'.
keranjingan oleh ketidak inginan tak habis-habisnya,yang hanya akan membawa kematian,menganggap kenikmatan nafsu jadi tujuan utama,dengan keyakinan 'itulah segala-galanya'.
Inilah pandangan kaum 'penganut aliran duniawiah' yang
beranggapan bahwa hidup adalah untuk makan, minum dan bersenang-senang, sebab
mati adalah suatu kepastian dan tidak ada sesuatu sesudah itu.
(16) anekachitta
vibhranta,mohajala samavritah,prasaktah kamabho geshu,patanti narake 'suchau.
Artinya :
bingung oleh berbagai pikiran,terlibat dalam berbagai keonaran,terseret kedalam kepuasan nafsu birahi,mereka jatuh kedalam neraka kejahatan.
bingung oleh berbagai pikiran,terlibat dalam berbagai keonaran,terseret kedalam kepuasan nafsu birahi,mereka jatuh kedalam neraka kejahatan.
(17) atma sambhavitah stabdha ,dhana mana
madanvitah,yajante namayajnais te,dambhena 'vidhipuurvakam.
Artinya :
dengan memuji diri, benar sendiri, bangga,dan mabuk akan kekayaan harta benda,mereka mengadakan upacara sebagai pulasan, belaka tanpa menurut ketentuan peraturan.
dengan memuji diri, benar sendiri, bangga,dan mabuk akan kekayaan harta benda,mereka mengadakan upacara sebagai pulasan, belaka tanpa menurut ketentuan peraturan.
(19) tan aham
dvishatah kruran,samsareshu narahanaman,kshipamy ajasram asubhan, asurihv eva
yonishu.
Artinya :
mereka yag membenci dengan kejam ini,aku yang paling jahat diantara manusia,aku-campakkan mereka tak-henti-hentinya,kebawah kedalam kandungan raksasa.
mereka yag membenci dengan kejam ini,aku yang paling jahat diantara manusia,aku-campakkan mereka tak-henti-hentinya,kebawah kedalam kandungan raksasa.
(20) asurim yonim apnna,mudha jasmani-jasmani,mam
aprapyai 'va kaunteya,tato yanty adhamam gatim.
Artinya :
terjerumus kedalam kandungan setan,manusia berdosa ini dari kelahiran,kelahiran tidak mencapai aku terus jatuh,ketempat yang paling kebawah 0h kuntiputra.
terjerumus kedalam kandungan setan,manusia berdosa ini dari kelahiran,kelahiran tidak mencapai aku terus jatuh,ketempat yang paling kebawah 0h kuntiputra.
Kedalam kandungan raksasa atau setan, iblis atau asura
disini dimaksudkan dengan kandungan yang kan melahirkan mahkluk yang lebih
rendah drajatnya, lebih jelek, lebih jahat dan seterusnya sampai yang paling
dibawah. Inilah hukuman spirituil yang diajarkan bila orang memiliki
sifat-sifat jahat.
Sifat-sifat jahat yang rendah dan negatif itu tiada lain
sumbernya daripada hawanafsu birahi, amarah dan loba yang dapat mengantar orang
kepintu gerbang neraka. Pintu gerbang ini harus dihindari.
(24) tasmach
ehhastram pramanam te,karyakarva vyavasthitau,jnatva sastra vidhanoktam, karma
kartum iha 'rhasi.
Artinya :
karena itu biarlah kitab-kitab sastra,menjadi petunjukmu untuk menentukan,yang harus dikerjakan dan yang patut dikerjakan,dan mengetahui apa yang terumuskan,dalam ajaran-ajaran kitab sastra ini,kerjakanlah tugas-kewajibanmu ini.
karena itu biarlah kitab-kitab sastra,menjadi petunjukmu untuk menentukan,yang harus dikerjakan dan yang patut dikerjakan,dan mengetahui apa yang terumuskan,dalam ajaran-ajaran kitab sastra ini,kerjakanlah tugas-kewajibanmu ini.
Kitab-kitab suci sastra tidaklah terbats kepada suatu
ajaran agama saja, melainkan semua ajaran-ajaran agama yang menunutun kita
kejalan tuhan
Apabila seseorang tidak suka mawas diri dalam hidupnya,
maka ego yang ada dalam dirinya akan berkausa atas pribadinya. Dan kalau ego
sudah berkuasa maka apa yang baik dan apa yang buruk sebagai petunjuk dalam
hidup ini menjadi kabur, dan kekaburan ini menyeret orang kearah yang lebih
rendah dan negatif, yang dikuliskan sebagai masuk kedalam pintu gerbang neraka.
Untuk menolong orang dari kejahatan yang dalam ini perlu
petunjuk-petunjuk yang diambil dari kitab-kitab sastra. Tetapi bagaimana halnya
kalau orang tidak bisa membaca dan tidak cukup mempunyai intelek, ibarat orang
buta diberi kacamata? Maka itu tepat sekali kata krisna dalam sloka ke-xv.20
apa yang dimaksudkan dengan ajaran-ajaran dalam kitab sastra yaitu doktrin yang
maharasia.
Ity srimad bhagavadgitasupanishatsu
brahmavidyayam,yogasastre srikrishnajurnasam vade, daivasurasampadvibhagayogo
nama shodaso 'dhyayah.
Maka berakhirlah bab upanishad bhagavadgita,mengenai
ilmu-pengetahuan tentang yang maha esa,kitab suci yoga dan dialog antara sri
krisna,dan arjuna yang berjudul,
daivasurasampadvibhagayoga.
daivasurasampadvibhagayoga.
17. TIGA JENIS KEYAKINAN (GOLONGAN-GOLONGAN KEYAKINAN )
DALAM KEHIDUPAN MANUSIA MANUSIA
Arjuna bertanya dalam bab in.
Apakah disebut kalau orang mengadakan upacara dengan penuh khidmat dan
kepercayaan tetapi melalaikan petunjuk-petunjuk kitab suci?
Krisna menjawab bahwasanya ada
tiga macam kepercayaan yang masing-masing tergantung kepada tiap-tiap individu
dengan sifat wataknya, yaitu baik-mulia, aktif nafsu, dan gelap bodoh
Yang bersifat sattva pergi memuja
dewata, makan-makanan yang berguna bagi pertumbuhan badan dan kesehatan,
mengadkan upacara menurut petunjuk kitab suci, bermeditasi dengan keyakinan
mendalam, bersedekah tanpa mengharapkan kembali.
Yang bersifat rajas pergi memuja
yaksha dan raksasa, makan makanan yang serba banyak rempah, mengadakan upacara
dengan harapan akan pahala, bersamadi denganmaksud supaya dipuji dan disegani,
bersedekah dengan harapan mendapat kembali
Yang bersifat tamas pergi memuja
rohk orang mati dan setan, makan-makanan yang busuk, mengadakan upacara tidak
menurut peraturan, bertapabrata dengan pengertian tolol, bersedekah pada waktu
dan kesempatan yang salah.
Upacara, sedekah dan tapabrata
yang tidak disertai dengan kepercayaan tidak ada artinya.
(1) arjuna uvacha: ye sastravidhim utsrijya,yajante
sraddhaya 'nvitah,tesham nishtha tu ka krishna,sattvam aho rajas tamah.
Artinya
arjuna bertanya: mereeka yang melalaikan petunjuk,kitab suci sastra,mengadakan upacara dengan penuh, kepercayaan khidmat,bagaimana kedudukan mereka ini, oh krisna,apakah ini disebut sattva, rajas, tamas?.
arjuna bertanya: mereeka yang melalaikan petunjuk,kitab suci sastra,mengadakan upacara dengan penuh, kepercayaan khidmat,bagaimana kedudukan mereka ini, oh krisna,apakah ini disebut sattva, rajas, tamas?.
(3)
Sribagawan uvacha: trividha bhavanti sraddha,dehinam sa svabhavaja,sattviki
rajasi chai 'va,tamasi che 'ti tam srinu,
Artinya:
sri bagawan menjawab: ada tiga macam kepercayaan, yang tergantung pada watak pengikutnya,yaitu bersifat sattva, rajas dan tamas,dengarkanlah kini penjelasanya.
sri bagawan menjawab: ada tiga macam kepercayaan, yang tergantung pada watak pengikutnya,yaitu bersifat sattva, rajas dan tamas,dengarkanlah kini penjelasanya.
Watak pengikut tergantung kepada karmapahalanya dimasa
hidupnya yang lalu
(3) sattvanurupa sarvasya,sraddha bhavati
bharata,sraddhamayo 'yam purusho,yo yachchhraddhah sa eva sah.
Artinya :
kepercayaan tiap-tiap individu oh batara,tergantung kepada sifat wataknya,manusia terbentuk oleh kepercayaannya,apa kepercayaan tersebut itulah dia.
kepercayaan tiap-tiap individu oh batara,tergantung kepada sifat wataknya,manusia terbentuk oleh kepercayaannya,apa kepercayaan tersebut itulah dia.
Perkataan sattva khusus dalam sloka ini berarti :
svabhava = sifat dan watak, perkataan sraddha = kepercayaan.
(4) yajante sattvika devan,yaksharakshamsi rajasah,pretan
bhutaganams cha 'nye,yajante tamasa janah.
Artinya :
orang yang bersifat sattva memuja para dewata,yang bersifat rajas memuja yaksha dan raksasa,dan yang lainnya bersifat tamas,memuja rohk orang mati dan butakala.
orang yang bersifat sattva memuja para dewata,yang bersifat rajas memuja yaksha dan raksasa,dan yang lainnya bersifat tamas,memuja rohk orang mati dan butakala.
Yaksa dan raksasa adalah mahkluk setengah dewata yang memiliki
sifat-sifat jelek. Butakala adalah bangsa setan, jin dan sebangsanya yang hidup
dikuburan, dipohon kayu dan tempat-tempat angker.
Tapabrata atau bertapa dengan menyiksa badan seperti
tidur diatas paku-paku yang tajam, berpuasa tanpa makan samasekali sampai mati
atau bunuh diri dan sebagainya, tidaklah dibenarkan. Sebab kelemahan atau
penderitaan badan bisa menimbulkan halusinasi yang bukan merupakan visi
spirituil. Menguasai diri sendiri bukan berarti tersebut diatas, perkataan aku
dalam sloka 6 berarti jiwa = atman.
(8)
ayuhsattnabalarogya,sukhapritlvivardhanah,rasyah snihdhah sthira hridya,aharah
sattvikapriyah.
Artinya
makanan yang memberi hidup kekuatan, tenaga,kesehatan, kebahagian dan kegembiraan,
yang terasa lezat, lembut, menyegarkan,dan enak sangat disukai oleh sattvika.
makanan yang memberi hidup kekuatan, tenaga,kesehatan, kebahagian dan kegembiraan,
yang terasa lezat, lembut, menyegarkan,dan enak sangat disukai oleh sattvika.
(9) katvamlalavanatyushna, tikshnarukshavidahinah,ahara
rajasasye 'shta, duhkhasoka mayapradah.
Artinya
makanan yang pahit, masam, asin,pedas, banyak rempah. Keras dan hangus,yang menyebabkan kesusahan, kesedihan,dan penyakit disukai oleh rajasa.
makanan yang pahit, masam, asin,pedas, banyak rempah. Keras dan hangus,yang menyebabkan kesusahan, kesedihan,dan penyakit disukai oleh rajasa.
(10) yatayamam gatarasam,puti paryushitam cha
yat,uchchhishtam api cha 'medhyam, bhojanam tamasapriyam.
Artinya
makanan yang usang, hilang rasa,busuk, berbau, bekas sia-sia,dan tidak bersih adalah makanan,yang sangat digemari oleh tamasa.
makanan yang usang, hilang rasa,busuk, berbau, bekas sia-sia,dan tidak bersih adalah makanan,yang sangat digemari oleh tamasa.
Ketiga-tiga sloka diatas membicarakan makanan yang kita
makan sehari-hari, karena makanan ini adalah penting bagi kehidupan kita.
Tempramen seseorang juga ditentukan oleh temperamen makanannya. Dalam sloka 8
makanan yang dimaksud adalah bukan makanan mewah dan harganya mahal harganya,
melainkan makanan yang berguna bagi kesehatan badan kita. Makanan yang
dimaksudkan dalam sloka 9 adalah makanan yang serba menimbulkan
rangsangan-rangsangan yang eksterim, sedangkan makanan yang disebut dalam sloka
10 adalah makanan yang tidak patut dimakan dan sebenarnya dilarang untuk
dimakan. (mengenai istilah sattvika, rajasa dan tamasa, lihat keterangan sloka
xvi.10 yang berarti : yang baik, yang bernafsu dan yang tolol). Kwalitas
makanan sangat penting artinya bagi pertumbuhan dan kesehatan badan, dan diet
dalam kehidupan spirituil membawa pengaruh terhadap kekuatan pikiran dan
pengekangan hawanafsu.
(12) abhisamdhaya
tu phalam,dambhartham api chai 'va yat,ijyate bharatasreshtha,tam yajnam viddhi
rajasam.
Upacara kebaktian yang diuraikan dalam ketiga-tiga sloka
tersebut diatas ini, tidak saja terbatas pengertiannya pada upacara
persembahyanagn dengan saji-sajian belaka, melainkan dimaksudkan juga upacara
kebaktian yang ditujukan untuk kesejahteraan umat manusia seluruhnya dengan
jalan perbuatan kebajikkan dan pengorbanan harta-benda, dan apabila perlu
dengan seluruh jiwa-raga.
(14) deva dvija guru prajna,pujanam saucham
arjavam,brahmasharyam ahimsa cha,sariram tapa uchyate.
Artinya
berbakti kepada dewata, pendita,guru dan mereka yang arif bijaksana, suci,benar, cantrik dan tanpa-kekerasan,adalah bertapa dengan badan jasmani.
berbakti kepada dewata, pendita,guru dan mereka yang arif bijaksana, suci,benar, cantrik dan tanpa-kekerasan,adalah bertapa dengan badan jasmani.
(15) anudvegakaram vakyam,satyam priyahitam cha
yat,svadhyayabhyasanam chai 'va,vanmayam tapa uchyate.
Artinya :
Berbicara tanpa menyinggung melukai hati,dapat dipercaya, lemah lembut dan
berguna,
dan teratur mempelajari kitab-kitab suci,ini dinamakan bertapa dengan ucapan.
dan teratur mempelajari kitab-kitab suci,ini dinamakan bertapa dengan ucapan.
(16) manahprasadah saumyatyvam,maunam
atmavinigrahah,bhavasamsuddhir ity etat,tapo manasam uchyate.
Artinya : Suci-murni dalam pikiran,sopan santun,
pendiam,menguasai diri dan lurus hati,disebut bertapa dengan pikiran
(cantrik = brahmacari = tidak kawin karena menjalankan
pengendalian diri untuk maksud-maksud spirituil, mempelajari kitab-kitab suci
haruslah dilaksanakan dengan jalan membaca dengan suara perlahan dalam lagu
suci : kidung atau kakawin). (mengenai cantrik, lihat pula sloka vi.14).
Berbakti yang dimaksudkan dalam sloka 14 juga berarti
menghormati dan respek. Berbicara dalam sloka 15 'lemah-lembut dan berguna' dimaksudkan
baik bagi pembicara maupun yang mendengar.'pendiam' dalam sloka 16 dimaksudkan
pikiran terkontrol, kemarahan dan keinginan ditekan. Demikianlah ketiga sloka
diatas melukiskan apa artinya bertapa dengan badan-jasmani, ucapan dan pikiran.
(20) datavyam iti
yad danam,diyate ;nupakarine,dese kale patre cha,tad danam sattvikam smritam.
Artinya : Sedekah yang diberikan tanpa mengaharapakan
kembali,dengan keyakinan sebagai tugas untuk memberikan,pada tempat dan waktu
yang tepat sekali,dan kepada orang yang patut, disebut sattvika.
(21) yat tu pratyupakarartham,phalam uddisya va
punah,diyate cha pariklishtam,tad danam rajasam smritam.
Artinya : Tetapi sedekah yang diberikan dengan
harapan,untuk dapat kembali atau memperoleh keuntungan,kemudian hari atau dengan
perasaan keberatan,untuk memberikannya, dinamakan rajasa.
(22) adsakale yad danam, apatrebhyas cha diyate,astkretam
avajnatam,tat tamasam udahritam.
Artinya : Dan sedekah yang diberikan pada kesempatan,dan
waktu yang salah kepada mereka,yang tidak patut dengan cara mencemooh,atau
dengan penghinaan, dinamkan tamasa.
Dalam ketiga-tiga sloka diatas diuraikan tiga macam
sedekah atau pemberian yang menurut sifatnya msing-masing : sattvika, rajasa
dan tamasa. Sedekah dalam hubungan ini juga dimaksudkan dengan amal-derma yang
diberikan kepada usaha-usaha sosial demi kesejahteraan umat manusia.
(23) aum tad iti nirdeso,brahmanas trividhah
smritah,brahmanas tena vedas cha,yajnas cha vihitah pura.
Artinya : "Aum tat sat" inilah
dipandang,daripada brahman sebagai tiga pelambang,denagn ini telah ditetapkan
kitab-kitab suci,brahman,weda-weda dan upacara-upacara dari dahulukala.
Kitab-kitab suci brahman adalah kitab-kitab suci yang
diperuntukkan bagi kaum pendita yang mengandung uraian tentang undang-undang,
peraturan, instruksi, keterangan dan sebagainya mengnai upacara-upacara
persembahyangan berikut mantra-mantranya.
(24) tasmad aum ity udahritya,yajna dana tapah
kriyah,pravertante vidhanoktah,satatam brahmavadinam.
Artinya : Maka itu dengan ucapan 'aum", pelaksanaan
upacara, sedekah dan tapa,
seperti telah ditentukan dalan kitab-kitab suci,selalu dimulai oleh penganut brahman yang maha esa.
seperti telah ditentukan dalan kitab-kitab suci,selalu dimulai oleh penganut brahman yang maha esa.
(25) tad ity anabhusamdhaya,phalam
yajnatapahkriyah,dankrisyas cha vividhah,kriyante mokshakanshibhih.
Artinya : Dengan
ucapan 'tat" dan menanggalkan semua, pahala keuntungan dari upacara, tapa
barata,dan juga sedekah dari jenis anekawarna,dilaksanakan mereka yang
mengharapkan. Moksha
(28) asraddhaya
hutam dattam,tapas taptam kritam cha yat,asad ity uchyate partha,na cha tat pretya
no iha,
Artinya : apapun yang dipersembahkan, disedekahkan, dan
tapa apapun yang dilaksanakan,
tanpa kepercayaan - disebut 'asat', oh parta,ini tidak ada artinya, disini maupun diduniasana.
tanpa kepercayaan - disebut 'asat', oh parta,ini tidak ada artinya, disini maupun diduniasana.
Sesungguhnya kepercayaan adalah sangat subyektif pada
tiap-tiap orang yang dinyatakan dalam kehidupan sehari-hari dengan perbuatan
dan pola-pola sikap-hidupnya. Dan kepercayaan yang kita maksudkan itu, tiada
lain daripada kekuatan yang mendorong kemanusian kearah apa yang lebih baik
dalam mengadakan perjalanan dalam dunia menuju kebenaran yang dicita-citakan.
Namundemikian, betapapun subjektif anggapan kita terhadap kepercayaan
seseorang, kalau tanpa kenyataan yang dilahirkan atas nama kehidupan spirituil
sehari-harinya, yang kita ebut kepercayaan itu akan jadi kabur.
Maka itu, tetap teratur mengadakan upacara
persembahyangan, bertapa dan memberi sedekah seperti telah diuraikan dalam bab
ke-xvii ini akan memeberi nilai kepada kepercayaan tersebut.
Ity srimad bhagavadgitasupanishatsu, brahmavidyayam, ogasastre srikrishnarjunasam
vade, sraddhatrayavibhagayogo nama saptadaso 'dhyayah
Maka berakhirlah bab ini,uapnishad bhagavadgita
mengenai,ilmu pengetahuan tentang yang maha esa,kitab suci yoga dan dialog
antara sri,krisna dan arjuna yang berjudul,
sraddhatrayavibhagayoga.
18. KEBEBASAN ABADI
(KEBAHAGIAAN SEJATI).sraddhatrayavibhagayoga.
Bab konklusi bhagavadgita yang
membicarakan samnyasa dan tyaga, yaitu tidak melakukan kerja yang didorong oleh
hawanafsu dan menolak semua phala kerja.
Sesungguhnya karmayoga dan
jnanayoga adalah tyaga, dhyanayoga dan bhaktiyoga. Tetapi kelepasan daripada
kedua-duanya adalah sum-sum bonum baik untuk tyaga maupun untuk samnyasa da
oleh karenanya tidak ada perbedaan fondamentil :thema pusat bhagavadgita adalah
kesatuan terakhir daripada berbagai jalan menuju brahman.
Krishna menjelaskan bahwa segala tindakan adalah
fungsialam, bahwa ilmu-pengetahuan-objek ilmu-pengetahuan, kerja, pelaksana,
pengertian, keteguhan hati dan kebahagian ada tiga macam.
Tugas kewajiban kita adalah ditentukan oleh svabhava dan
svadharma kita masing-masing: setia melaksanakan kerja sendiri-sediri, tiap
orang akan mencapai kesempurnaan.
Krisna menyarankan agar arjuna tidak meninggalkan: medan pertempuran, sebab
walaupun ia menolak untuk bertempur namun prakriti akan memaksa ia berbuat
demikian.
Kekacauan pikiran keragu-raguan arjuna lenyap dan ia
berkata: aku akan bertindak sesuai dengan ajaran-mu!
(1) arjuna uvacha:
samnyasasya mahabaho,tattvam ichchhami veditum,tyagasya cha hrishikesa,prithak
kesinishudana.
Artinya
arjuna berkata: aku ingin mengetahui, oh mahabahu, inti kebenaran samnyasa,
dan tyaga, oh hrisikesa,masing-masingnya, oh kesinisudana.
arjuna berkata: aku ingin mengetahui, oh mahabahu, inti kebenaran samnyasa,
dan tyaga, oh hrisikesa,masing-masingnya, oh kesinisudana.
Perkataan kesinishudana sebenarnya berarti 'pembunuh
raksasa bernama kesi'. Krisna dipanggil dengan nama ini, sebab ia telah mebunuh
raksasa kesi.
(2) sribhagavan uvacha: kamyanam karmanam
nyasam,sarvakarmaphala tyagam,prahus tyagam vichakshanah,
Artinya
sri bagawan menjawab: para pendita menyatakan 'samnyasa',tidak melaksankan kerja yang didorong nafsu,dan menolak pahala semua kerja,dan orang arif bijaksana dikatakan 'tyaga'.
sri bagawan menjawab: para pendita menyatakan 'samnyasa',tidak melaksankan kerja yang didorong nafsu,dan menolak pahala semua kerja,dan orang arif bijaksana dikatakan 'tyaga'.
Sesungguhnay yang dimaksudkan dengan samyas oleh
bhagavadgita adalah 'bukan menolak kerja' melainkan 'menolak kerja yang
didorong oleh karena nafsu keinginan'. Jadi yang ditolak oleh bhagavadgita
adalah 'nafsu-keinginannya' dan bukan 'kerjanya'. Dan tyaga oleh bhagavadgita
diartikan 'menolak pahala atau hasil dari semua kerja'. Sebab bhagavadgita
meyakinkan kepada kita bahwa kelepasan (moksha) dicapai bukan oleh karma atau
keturunan atau kekayaan melainkan dengan tyaga.
Jadi bhagavadgita menasihatkan kepada kita, walaupun
kelepasan dapat dicapai dalam masa hidup ini namun kita harus tetap
melaksanakan kerja demi pengabdian kita kepada sesama umat manusia dan
kesujudan kita kepada brahman.
(3) tyajyam doshavad ity eke, karma prahur
manishinah,yajna dana tapah karma,na tyjyam iti cha 'pare,
Artinya : Kerja
harus tidak dilaksanakan sebagai suatu dosa kata kaum cendikiawan,yang lain
lagi berkata 'melakukan upacara,sedekah dan tapa brata jangan diabaikan.
(4) nischayam srinu me tatra,tyage bharatasattama,tyago
hi purushavyaghra,trividhah samprakirtitah.
Artinya : Dengarkanlah dari aku, oh baratasatama,
konklusi kebenaran tentang tyaga, tyaga, wahai macan dari manusia,yang telah
disebut ada tiga.
Baratasatama = yang terbaik dari keturunan barata = macan
dari manusia = arjuna
(5) yajna dna tapah karma,na tyajyam karyam eva tat,yajno
danam tapas chai 'va,pavanani manisminam.
Artinya :
Mengadakan upacara, sedekah dan tapabrata,jangan diabaikan melainkan harus
dilakuakan, sebab upacara, sedekah serta tapabrata, adalah pensuci bagi orang
arif-bijaksana.
(6) etany api tu karmani,sangam tyaktva phalani
cha,kartavyani 'ti me partha,nischitam matam uttamam.
Artinya : Tetapi kegiatan inipun harus dilakukan,dengan
jalan melepaskan ikatan dan keinginan,akan pahalanya; inilah, wahai
parta,keyakinan-ku yang tetap dan mulia.
(7) niyatsya tu samnyasah,karmano 'papadyate,mohat tasya
parityagas,tamasah parikirtitah.
Artinya : Sudah tentu meninggalkan kegiatan kerja, yang
harus dilakukan tidak dibenarkan, dan melalaikan hal ini ketololan, dinamakan
tyaga bersifat tamasa.
(8) dunkham ity eva yat karma,kayaklesabhayat tyajet,sa
kritva rajasam tyagam,nai 'va tyagaphalam labhet.
Artinya
dia yang meninggalkan kegiatan kerja,karena susah atau takut penderitaan jasmani,hanya melakukan tyaga yang bersifat rajasa,dan tidak memperoleh akibat tyaga ini.
dia yang meninggalkan kegiatan kerja,karena susah atau takut penderitaan jasmani,hanya melakukan tyaga yang bersifat rajasa,dan tidak memperoleh akibat tyaga ini.
Yang dimaksudkan dengan akibat tyaga ini adalah kelepasan
atau moksha
(9) karyam ity eva yat karma,niyatam kriyate
'rjuna,sangam tyaktva phalam chai 'va,sa tyagah sattviko matah.
Artinya : Tetapi dia yang melakukan kegiatan kerja,yang
telah ditentukan 'harus dikerjakan',dengan meninggalkan ikatan dan keinginan
pahala,ini dipandang Tyaga yang bersifat sattvika.
(11) na hi
dehabhrita sakyam,tyaktum karmany aseshatah,yas tu karmaphalatyagi,sa tyaagi
'ty abhidhiyate.
Artinya : Memang tidaklah mungkin bagi manusia,melepaskan
kegiatan kerja sama sekali,tetapi dia yang tak-inginkan pahala kerja,dialah
sebenarnya disebut tyagi.
(12) anishtam ishtam misram cha,trividham karmanah phalam,bhavaty
atyaginam pretya,na tu 'samyasinam kvachit.
Artinya :
Menyenangkan, tak-menyenagkan dan campuran,adalah tiga macam karmapala setelah
mati,bagi mereka yang bukan merupakan tyagi,tetapi ini samasekali tak-ada bagi
samanyasi.
Hasil perbuatan yang disebut karmaphala baik semasa hidup
ini maupun sesudah mati, ada yang menyenangkan, ada yang tidak menyenangkan dan
ada pula yang campuran dari kedua ini. Ini adalah bagi orang biasa kebanyakan,
yang bukan tyagi maupun samnyasi. Baik tyagi maupun samnyasi kedua-duanya
adalah orang yang telah mencapai tingkat begitu tinggi mendekati kelepasan.
Perbedaanya hanyalah soal tingkatan belaka. Suatu pendapat menyatakan bahwa
tyagi adalah sama dengan karma yogi, sedangkan samnyasi adalah mereka yang
meninggalkan kegiatan kerja yang hanya sekedar penting untuk hidup sehari-hari
dengan sederhana. Pendapat yang lain menyatakan bahwa tyagi sama dengan
samnyasi (mahatma gandhi).
(13) panchai 'tani mahabaho,karanani nibodha me,samkhye
kritante proktani,siddhyate sarvakarmanam.
Artinya : Pelajari dari aku, oh mahabahu,lima
faktor-sebab bagi berakhirnya,segala kegiatan kerja, `seperti tercantum dalam
ajaran sankhya.
Ajaran sankhya (yang dimaksudkan disini adalah ajaran
vedanta) = ajaran yang merumuskan bahwa serumuskan bahwa berahkirnya segala
kegiatan kerja menuju kelepasan . Perkataan kritamte selain daripada berarti
'berakhirnya segala kegiatan kerja' dapat juga ditafsirkan berakhirnya jaman
krita (krita yuga = abad 1.728.000 tahun manusia)
Karta = pelaksana, yaitu ego-sendiri, tetapi oleh karena
kesalahan dan ketidak-tahuan disangkakan jiwa yang ada dalam badan ini yang
menyebabkan pancaindria melakukan kegiatan-kegiatan, dimana sebetulnya adalah
prakriti.
Cheshta = fungsi energi yang vital dalam badan. Kekuatan
gaib dalam dewata, seperti : nasib, rejeki, sialan, masa depan, peruntungan dan
masa depan dan sebagainya. Merupakan akumulasi karmapala dimasa-masa lampau
yang tidak bisa dielakkan. Ia disebut demikian sebab terjadi dimasa-masa lampau
juga sebelum hidup yang sangat pendek ini dalam hubungannya dengan alam-kosmos
yang begitu panjang. (15) sariravanmanobhir yat
Karma prarabhante narah,nyayyam va viparitam va,panchai
'te tasya hetavah.
Artinya
Perbuatan apa saja yang dilakukan,seseorang dengan badan, kata dan pikirannya,apakah itu baik ataupun tercela,kelima-lima inilah merupakan sebab-musababnya.
Perbuatan apa saja yang dilakukan,seseorang dengan badan, kata dan pikirannya,apakah itu baik ataupun tercela,kelima-lima inilah merupakan sebab-musababnya.
Seperti telah dijelaskan diatas, segala perbuatan baik
atau buruk adalah dilakukan oleh ego-sendiri yang berpangkal pada prakriti.
Bila hal ini disadari, maka jiwa yang ada dalam badan ini dapat dibebaskan dari
pengaruh sebab musabab terebut.
(16) tatrai 'vam sati kartaram,atmanam kevalam tu
yah,pasyaty akritabuddhitvan,na sa pasyati durmatih.
Artinya
demikianlah orang yang pikirannya tak murni,karena tak selesai terlatihnya pengertian,menganggap jiwanya yang berbuat sendiri,ia sesungguhnya tidak menyadarinya.
demikianlah orang yang pikirannya tak murni,karena tak selesai terlatihnya pengertian,menganggap jiwanya yang berbuat sendiri,ia sesungguhnya tidak menyadarinya.
(17) yasya na 'hamkrito bhavo,buddhir yasya na
lipyate,hatva 'pi sa imaml lokan,na hanti na nibadhyate.
Artinya
dia yang terbebas dari rasa egoisme,yang pengertiannya suci tak terpengaruhi,walaupun ia membunuh orang-orang ini,ia tak-membunuh dan tak terikat perbuatannya.
dia yang terbebas dari rasa egoisme,yang pengertiannya suci tak terpengaruhi,walaupun ia membunuh orang-orang ini,ia tak-membunuh dan tak terikat perbuatannya.
Seseorang yang telah mempunyai kesadaran tinggi dengan
pendidikan dan latihan yang lama dan berat, selalu dengan pikiran
terkonsentrasikan, tidak dipengaruhi oleh lima sebab-musabab yang disebutkan
dalam sloka 14 diatas, yang pengertiannya tidak pernah salah dalam membedakan
antara jiwa dan jasmani, walaupun melakukan kegiatan kerja pisik seperti :
membunuh misalnya, ia tidak terkotori oleh perbuatan ini.
Sesungguhnya yang terpenting bukanlah perbuatan itu
sendiri, melainkan pengertian dan semangat. Tetapi itu bukan berarti orang
boleh melakukan perbuatan-perbuatan kriminil, jahat dan sebagainya. Sebab
perbuatan jahat terlahir dan tidak adanya pengertin dan semangat yang tak-suci.
(18) jnanam jneyam parijnata,trividha
karmachodana,karanam karma karte 'ti,trividhah karmasamgrahah.
Artinya
pengetahuan, objek-pengetahuan dan yang,mengetahui,ada tiga macam sebab musabab,dan yang berbuat adalah tiga macam basis dasar perbuatan,
pengetahuan, objek-pengetahuan dan yang,mengetahui,ada tiga macam sebab musabab,dan yang berbuat adalah tiga macam basis dasar perbuatan,
Timbulnya stimulasi suatu perbuatan adalah dari suatu
pengetahuan, atau dari objek pengetahuan, atau dari orang yang mengetahuinya
sendiri. Inilah yang menimbulkan sebab-musabab suatu perbuatan.
(19) jnanam karma cha kartu cha,tridhai 'va
gunabhedatah,prochyate gunasamkhyane, yathavach chhrinu tany api.
Artinya
pengetahuan, perbuatan dan pelaksanaannya,dalam ajaran falsafah sankhya,disebutkan ada tiga macamnya,dari perbedaan guna, dengarkanlah kebenaranya.
pengetahuan, perbuatan dan pelaksanaannya,dalam ajaran falsafah sankhya,disebutkan ada tiga macamnya,dari perbedaan guna, dengarkanlah kebenaranya.
(20) sarvabhutcahu yenai 'kam,bhavam avyayam
ikshate,avibhaktam vibhakteshu,taj jnanam viddhi sattvikam.
Artinya
pengtahuan yang menyebabkan terlihatnya,jiwa yang kekal abadi dalam semua insani,yang tidak dapat dibagi dalam yang terbagi,ketahuilah, pengetahuan ini ialah sattvika.
pengtahuan yang menyebabkan terlihatnya,jiwa yang kekal abadi dalam semua insani,yang tidak dapat dibagi dalam yang terbagi,ketahuilah, pengetahuan ini ialah sattvika.
(21) prithakvena tu yaj jnanam,nanabhavan
prithagvidhan,vetti sarveshu bhuteshu,taj jnanam vidhi rajasam.
Artinya:
tetapi pengetahuan yang mengerti,bahwa jiwa dalam berbagai insani,adalah berbeda sebab mereka berpisah-pisah,ketahuilah, pengetahuan ini adalah rajasa.
tetapi pengetahuan yang mengerti,bahwa jiwa dalam berbagai insani,adalah berbeda sebab mereka berpisah-pisah,ketahuilah, pengetahuan ini adalah rajasa.
(22) yat tu kritsnavad ekasmin,karye saktam
ahetukam,atattvartavad alpam cha,tat tamasam udahritam.
Artinya
sedangkan yang melihat satu akibat saja,seolah-olah merupakan keseluruhannya,tanpa menjangkau sebab-musabab dan kebenaranya,lagi pula sempit picik, itulah pengetahuan tamasa.
sedangkan yang melihat satu akibat saja,seolah-olah merupakan keseluruhannya,tanpa menjangkau sebab-musabab dan kebenaranya,lagi pula sempit picik, itulah pengetahuan tamasa.
(23) niyatam sangarahitam,aragadveshatah
kritam,aphalaprepsuna karma,yat tat sattvikam uchyate.
Artinya :
kegiatan yang diwajibkan, tanpa ikatan,dengan tiada kecintaan dan kebencian,
dilaksanakan tanpa mengharapkan pahala,dinamakan kegiatan yang sattvika.
kegiatan yang diwajibkan, tanpa ikatan,dengan tiada kecintaan dan kebencian,
dilaksanakan tanpa mengharapkan pahala,dinamakan kegiatan yang sattvika.
(24) yat tu kamepsuna karma,sahamkarena va punah,kriyate
bahlayasam,tad rajasam udahritam.
Artinya
tetapi kegiatan yang dilakukan,dengan usaha-usaha keras karena,terdorong oleh keinginan yang ke-aku-an,dikatakan kegiatan yang rajasa.
tetapi kegiatan yang dilakukan,dengan usaha-usaha keras karena,terdorong oleh keinginan yang ke-aku-an,dikatakan kegiatan yang rajasa.
(25) anubandham kshayan himsam,anapekshya cha
paurusham,mohad arabhyate karma,yat tat tamasam uchyate,
Artinya
kegiatan yang dilakukan karena ketololan,tanpa perduli konsekwensi, kerugian,menyakiti hati dan tak hirau akan kemampuan,yang demikian ini disebut tamasa.
kegiatan yang dilakukan karena ketololan,tanpa perduli konsekwensi, kerugian,menyakiti hati dan tak hirau akan kemampuan,yang demikian ini disebut tamasa.
(27) ragi
karmaphalaprepsur,lubdho himsatmako 'suchih,harshasokanvitah karta,rajasah
parkirtitah.
(29) buddher
bhedam dhrites chai 'va,gunatas trividham srinu,prochyamanam aseshena,
prithaktvena dhanamjaya,
Artinya :
sekarang dengarkanlah perbedaan dari tiga,pengertian dan juga keteguhan hati,diuraikan menurut guna, oh dananjaya,seluruhnya dan juga masing-masingnya.
sekarang dengarkanlah perbedaan dari tiga,pengertian dan juga keteguhan hati,diuraikan menurut guna, oh dananjaya,seluruhnya dan juga masing-masingnya.
Perkataan buddhi dalam hubungan ini diterjemahkan dengan
'pengertian', sedangkan perkataan dhriti dengan 'keteguhan hati'
(30) pravitim cha nivrittim cha,karyakarye
bhayabhaye,bandham moksham cha ya vetti,buddhihsa partha sattviki.
Artinya :
pengertian yang tahu arti kerja dan tak kerja,apa yang diperbolehkan dan dilarang,ditakuti dan tak ditakuti, mengikat dan membebaskan,oh parta, disebut bersifat sattvika.
pengertian yang tahu arti kerja dan tak kerja,apa yang diperbolehkan dan dilarang,ditakuti dan tak ditakuti, mengikat dan membebaskan,oh parta, disebut bersifat sattvika.
(33) dhritya yaya
dharayate,manahpranendriyakriyah,yogena 'vyabhicariya,dhriti sa partha
sattviki.
Artinya
keteguhan hati yang tak-tergoyahkan,dengan konsentrasi kontrol terhadap kegiatan,pikiran, pernafasan dan alat-alat indria,oh parta, inilah keteguhan hati sattvika.
keteguhan hati yang tak-tergoyahkan,dengan konsentrasi kontrol terhadap kegiatan,pikiran, pernafasan dan alat-alat indria,oh parta, inilah keteguhan hati sattvika.
(34) yaya tu dharmakamarthan,dhritya dharayate
'rjuna,prasangena phalakankshi,dhritih sa partha rajasi.
Artinya
keteguhan hati yang ditujukan pada kewajiban,kesenangan, kekayaan harapan akan pahala,
sebagai konsekwensi segala kegitan,oh parta, inilah keteguhan hati rajasa.
keteguhan hati yang ditujukan pada kewajiban,kesenangan, kekayaan harapan akan pahala,
sebagai konsekwensi segala kegitan,oh parta, inilah keteguhan hati rajasa.
(35) yaya svapnam bhayam sokam,vishadam madam cha cha,na
vimuchati durmedha, drithih sa partha tamasi.
Artinya
keteguhan hati sitolol yang tak-mau melepaskan,kemalsan, kecemasan, kesediahn,keputus-asaan dan kesombongan,oh parta, inilah keteguhan hati tamasa.
keteguhan hati sitolol yang tak-mau melepaskan,kemalsan, kecemasan, kesediahn,keputus-asaan dan kesombongan,oh parta, inilah keteguhan hati tamasa.
Keteguhan hati terhadap suatu tekad menyebabkan kita
lebih sadar dan lebih dalam dapat menyelami sesuatu daripada visi kita yang
biasa sehari-hari. Kekuatannya lebih ampuh daripada kemapuan kita sehari-hari
untuk melepaskan diri dari belenggu-belenggu kelemahan dan penyesalan dimasa
silam, dan dengan demikian kita lebih dapat mengarahkan perhatian kepada masa
depan yang lebih sungguh-sungguh secara positif.
Tetapi keteguhan hati yang bersifat tamasa dari sitolol
menyebabkan masa depanya, bukanya bertambah positif melainkan bertambah
negatif, menuju kenilaian spirituil yang lebih rendah dan akhirnya membawa ia
kejurang kehancurannya.
(36) sukham tv idanim trividham,srinu me bharatarshabha,abhyasad
ramate yatra, dunkhantam cha nigachchhati.
Artinya
dan sekarang dengarkanlah dari aku,tiga macam kebahagian, oh baratasaba,kebahagian yang dicapai manusia dengan latihan,lama dimana ia kemudian tiba pada akhir kedudukannya.
dan sekarang dengarkanlah dari aku,tiga macam kebahagian, oh baratasaba,kebahagian yang dicapai manusia dengan latihan,lama dimana ia kemudian tiba pada akhir kedudukannya.
Dibawah ini berturut-turut dalam tiga sloka akan
diuraikan tiga macam kebahagian dalam hubungannya dengan karmapala, dimana
kesengsaraan sebagai titik minimal dan kebahagian terakhir sebagai titik
maksimal.
(37) yat tad agre visham iva,pariname 'mritopamam',tad
sukham sattvikam proktam, atmabuddhi prasadajam.
Artinya
kebahagian yang mulanya ibarat racun,tetapi kemudian pada akhirnya ibarat amrita,yang timbul dari pengertian suci tentang atman,kebahgian inilah dinamakan sattvika.
kebahagian yang mulanya ibarat racun,tetapi kemudian pada akhirnya ibarat amrita,yang timbul dari pengertian suci tentang atman,kebahgian inilah dinamakan sattvika.
(38) vishayendriya samyogad,yat tad agre
'mritopamam,pariname visham iva,tat sukham rajasam amritam.
Artinya
kebahagian yang tombul dari hubungan,antara indria dengan objek duniawi yang bagaikan,
amrita mulanya tetapi jalan racun akhirnya,kebahagian begini dicatat sebagai rajasa.
kebahagian yang tombul dari hubungan,antara indria dengan objek duniawi yang bagaikan,
amrita mulanya tetapi jalan racun akhirnya,kebahagian begini dicatat sebagai rajasa.
(39) yad agre cha 'nubhandhe cha, sukham mohanam
atmanah,nidralasyapramadottham,tat tamasam udahritam.
Artinya
kebahagian yang timbul dan diakhiri,dengan tersesatnya jiwa yang timbul karena,suka-tidur, malas serta tidak perduli,kebahagian ini disebut tamasa.
kebahagian yang timbul dan diakhiri,dengan tersesatnya jiwa yang timbul karena,suka-tidur, malas serta tidak perduli,kebahagian ini disebut tamasa.
(amrita = air suci yang memberi kehidupan yang kekal
abadi, langgeng) memang kebahagian adalah tujuan universiil tiap hari, tidak
ada kecualinya. Tetapi kebahagian itu, walaupun sesungguhnya hanya satu
tergantung kepada sifat dan sikap masing-masing individu yang ingin
memilikinya, seperti terlukiskan dalam ketiga-tiga sloka diatas. Namun
demikian, kebahagian yang sesungguhnya bukanlah terletak pada kekayaan materi
semata-mata, melainkan kekayaan batin yang mengantar kita kejalan kelepasan,
bebas dari sengsara dan dosa.
(40) na tad asti prithivyam va,divi deveshu va
punah,sattvam prakriti jair muktam,yad ebhih syat tribhir gunaih.
Artinya
tidak ada mahkluk insani,baik didunia ini maupun disorga,diantara para dewata bebas dari triguna ,yang terlahir dari alam, prakriti.
tidak ada mahkluk insani,baik didunia ini maupun disorga,diantara para dewata bebas dari triguna ,yang terlahir dari alam, prakriti.
Didalam suatu masyarakat yang berkembang, penggolongan
yang terbatas hanya pada empat kategori bidang tuga s kewajiban kerja seperti
brahmana, kesatri, waisia dan sudra (lihat keterangan sloka I.41). Tidaklah
mungkin. Sebab dengan kategori ini kita tidak bisa menempatkan golongan kaum
dokter, seniman instruktur, pilot, hakim, mahaguru, wartawan dan sebagainya.
Maka itu bhagavadgita menggolongkan seseorang bukan atas kelahiran, kekayaan
dan pangkat-kedudukannya melainkan atas dasar wibawa, watak dan sifatnya.
Masyarakat adalah suatu sistem organisme sosial yang
hidup dimana tiap-tipa individu dengan masin-masing kemampuan ikut menentukan
pertumbuhannya. Masyarakat tidak bisa dipaksa untuk dijadikan suatu golongan
tersendiri saja, sebab ia merupakan suatu integrasi dari berbagai golongan.
Dalam suatu masyarakat tiap individu tidak bisa sama dalam kemampuannya, tetapi
ia sama dibutuhkan dalam masyarakat itu, dan sumbangsihnya kepada masyarakat
atas dasar wibawa, watak dan sifatnya yang berguna dan mulia adalah bernilai
sama. Inilah yang diajarkan oleh bhagavadgita kepada kita.
(45) sve-sve karmany abhiratah,samsiddhim labhate
narah,svakarmaniratah siddhim,yatha vindati tach chhrinu.
Artinya
setia melakukan kerja sendiri-sendiri,tiap orang mencapai kesempurnaan,bagaimanakah setia melakukan kerja sendiri ,mencapai kesempurnaan? Dengarkanlah ini:
setia melakukan kerja sendiri-sendiri,tiap orang mencapai kesempurnaan,bagaimanakah setia melakukan kerja sendiri ,mencapai kesempurnaan? Dengarkanlah ini:
Perkataan svakarma berarti n: pekerjaan sendiri. Tiap
orang harus berada dalam pekerjaannya sendiri dan harus setia kepada pekerjaan
tersebut.
(46) yatah pravrittir bhutanam,yena sarvam idam
tatam,svakarmana tam adhyarchya,siddhim vindati manavah.
Artinya
dia darimana datangnya semua insani,olehmana semuanya ini diliputi,dengan jalan menyembah dia melakukan,kerja sendiri orang mencapai kesempurnaan.
dia darimana datangnya semua insani,olehmana semuanya ini diliputi,dengan jalan menyembah dia melakukan,kerja sendiri orang mencapai kesempurnaan.
Sloka ini sangat terkenal, sebab disinilah bhagavadgita
mengajarkan kepada kita bahwasanya melakukan kerja sendiri adalah berarti
menyembah tuhan. Kemampuan dan nilai persembahan seseorang diukur dengan betapa
setianya ia kepada kewajibannya sendiri dalam melakukan pekerjaan.
(47) sreyan svadharmo vigunah,paradharmat
svanushthitat,svabhavaniyatam karma,kurvan na 'pnoti kilbisham.
Artinya
lebih baik kewajiban sendiri walau tak sempurna,dibanding kewajiban orang lain dilakukan sempurna,seseorang tidak akan berdosa bila ia melaksanakan,tugas-kewajiban sendiri sesuai dengan sifatnya.
lebih baik kewajiban sendiri walau tak sempurna,dibanding kewajiban orang lain dilakukan sempurna,seseorang tidak akan berdosa bila ia melaksanakan,tugas-kewajiban sendiri sesuai dengan sifatnya.
Percaya kepada inkarnasi dan mengerjakan kewajiban orang
lain adalah hal yang bertentangan. Sebab svabhava seseorang terlahir dari
karmapalanya dimasa lampau, dan setia kepada svadharma (kewajiban) dimasa kini
adalah menyempurnakan svabhava itu sendiri.
"orang dari berbagai tingkatan dan golongan,
masing-masing setia kepada tugas kewajiban sendiri, akan memetik buah hasil
kerja setelah meninggal dunia, dan dengan sisa-sisa karmapalanya ia akan mencari
tempat, tingkatan dan lingkungan keluarga yang lebih baik dengan memiliki
dharma, kehidupan, pengetahuan, watak, kekayaan, kebahagian dan budipekerti
yang lebih sempurna
(48) sahajam karma kaunteya,sadosham api na
tyajet,sarvarambha hi doshena ,dhumena 'gnir iva 'vritah.
Artinya
seseorang seharusnya tidak meninggalkan,yang memang menjadi tugasnya, oh kuntiputra,
walau ada kekurangannya, sebab semua kerja,diliputi kekurangan-kekurangan ibarat api diselubungi asap.
seseorang seharusnya tidak meninggalkan,yang memang menjadi tugasnya, oh kuntiputra,
walau ada kekurangannya, sebab semua kerja,diliputi kekurangan-kekurangan ibarat api diselubungi asap.
Walaupun untuk mencapai kesempurnaan hidup orang harus
tidak mengikat dirinya dengan pahala kerja, tetapi kerja itu sendiri sebagai
tugas-kewajibannya harus tidak ditinggalkannya. Walapun orang harus
meninggalkan pahala kerja, namun semangat pengabdian ia tidak boleh
ditinggakan, sebab itu akan mengantar ia kearah kesempurnaan.
(49) asaktabuddhih sarvatra,jitatma
vigatasprihah,naishkarmyasiddhim paramam, samnyasena 'dhigachchhati.
Artinya
dia yang pengertianya tak-terikat dimana jua,yang menaklukan hatinya dan keinginannya tiada,dengan melalui samnyasa maka tiba pada,tingkat yang tertinggi diatas segala kerja.
dia yang pengertianya tak-terikat dimana jua,yang menaklukan hatinya dan keinginannya tiada,dengan melalui samnyasa maka tiba pada,tingkat yang tertinggi diatas segala kerja.
(50) siddhim prapto yatha brahma,tatha pnoti nibodha
me,samasenai 'va kaunteya,nishtha
Dengan pengertian yang tidak terikat pada objek apapun,
egoisme sudah tertaklukan dan keinginan-keinginan tidak ada lagi jalan samnyasa
ditempuh untuk mencapai kesempurnaan tertinggi dimana brahman berada.
(53) ahamkaram
balam darpam,kaman darpam,vimuchya nirmanah santo,brahmabhuyaya kalpate.
Artinya
membuang jauh-jauh egoisme, kekerasan,keangkuhan, nafsu, amarah dan harta kekayaan,
suka bersosial dan memilki ketenangan pikiran,ialah yang patut menjadi satu dengan brahman.
membuang jauh-jauh egoisme, kekerasan,keangkuhan, nafsu, amarah dan harta kekayaan,
suka bersosial dan memilki ketenangan pikiran,ialah yang patut menjadi satu dengan brahman.
(54) brahmabhutah
prasannatma,na sochi na kakshato ,samah sarveshu bhuteshu, madbhaktim labhate
param.
Artinya
setelah menjadi satu dengan brahman,jiwanya tentram, tiada duka tiada nafsu birahi,memandang semua mahkluk insani sama,ia mencapai pengabdian kepada-ku yang tertinggi.
setelah menjadi satu dengan brahman,jiwanya tentram, tiada duka tiada nafsu birahi,memandang semua mahkluk insani sama,ia mencapai pengabdian kepada-ku yang tertinggi.
(55) bhaktya mam abhijananti ,yavan yas cha 'smi
tattvatah,tato mam tattvato jnatva,visate tadanantaram,
Artinya
dengan jalam mengabdi ia mengetahui aku,betapa agung dan siapa aku sebenarnya ,
dan setelah mengetahui aku yang sesungguhnya,ia kemudian masuk kedalam-ku.
dengan jalam mengabdi ia mengetahui aku,betapa agung dan siapa aku sebenarnya ,
dan setelah mengetahui aku yang sesungguhnya,ia kemudian masuk kedalam-ku.
Pengabdian dan kebaktian kepada brahman dengan tidak ada
duanya. Jiwa yang merupakan bagian daripada jiwa (atman) universiil yang
tunggal menjadi satu kembali dengan-nya, dan tiada lagi dipisahkan oleh
badan-jasmani. Inilah disebut pengabdian dan kebaktian yang tertinggi.
(56) sarvakarmany api sada,kurvano madvyapasrayah, matprasadad
avapnoti,sasvatam pada avyayam.
Artinya
dengan terus melaksananakan segala kerja,dan berlindung dibawah naungan-ku,dia mencapai, dengan restu-ku,tempat kediaman yang langgeng, kekal-abadi.
dengan terus melaksananakan segala kerja,dan berlindung dibawah naungan-ku,dia mencapai, dengan restu-ku,tempat kediaman yang langgeng, kekal-abadi.
(57) chetasa sarvakarmani,mayi samnyasya
matparah,buddhiyogam upasritya, machchhittah satatam bhava.
Artinya
menyerahkan secara mental segala kerja pada-ku,memandang aku sebagai tujuan tertinggi,teguh memilki kesadaran budipekerti,pusatkanlah pikiran dengan konstan pada-ku.
menyerahkan secara mental segala kerja pada-ku,memandang aku sebagai tujuan tertinggi,teguh memilki kesadaran budipekerti,pusatkanlah pikiran dengan konstan pada-ku.
Bukanlah maksud krisna untuk mengintrik atau
menakut-nakuti arjuna dengan perkataan 'engkau akan hancur berantakan', sebab
memang sesungguhnya takala dialog ini terjadi mereka sedang berhadapan dengan
musuh mereka kaurawa yang sudah siap bertempur dalam perang besar-besaran,
dimedan kuruksetra.
(59) yad ahamkaram asritya,na yotsya iti manyase,mithyai
'sha vyavasayas te,prakritis tvam niyokshyati.
Artinya
bila karena memuaskan rasa ke-aku-anmu,engkau berpikir : 'aku tidak mau bertempur',ini adalah kepuasanmu yang sia-sia, sifat prakriti akan memaksa dirimu.
bila karena memuaskan rasa ke-aku-anmu,engkau berpikir : 'aku tidak mau bertempur',ini adalah kepuasanmu yang sia-sia, sifat prakriti akan memaksa dirimu.
Egoisme, baik kecil maupun besaaradalah pangkal daripada
kehancuran badan-jasmani dan kehidupan spirituil seseorang. Walaupun bagaimana
alasan arjuna untuk tidak mau bertempur, namun suifat dan wataknya sebagai
seseorang ksatria yang mempunyai tanggungjawab dan tugas-kewajiban untuk
menaklukan musuh yang durhaka atau memaksa dia.
(60) svabhavajena kaunteya,nibaddhah svena karmana,kartum
ne 'chchhasi yan mohat, karishyasy avaso 'pi tat.
Artinya :
yang engkau tidak mau lakukan,karena pikiran tertipu, oh kuntiputra,engkau akan lakuakn walau melawan kehendak,sebab terlahir dari prakriti engkau terikat karmamu.
yang engkau tidak mau lakukan,karena pikiran tertipu, oh kuntiputra,engkau akan lakuakn walau melawan kehendak,sebab terlahir dari prakriti engkau terikat karmamu.
(61) isvarah sarvabhutanam,hroddese 'rjuna
tishthati,bhramayam sarvabhuthati, yantrarudhani mayaya.
Artinya
Tuhan yang berdiam dihati setiap insani,menyebabkan mereka semua berputar, oh arjuna,
beredar dengan prinsip kekuatan maya-nya,seolah-olah berada diatas mesin belaka.
Tuhan yang berdiam dihati setiap insani,menyebabkan mereka semua berputar, oh arjuna,
beredar dengan prinsip kekuatan maya-nya,seolah-olah berada diatas mesin belaka.
(62) tam eva saranam gachchha,sarvabhavena
bharata,tatprasadat param santim,sthanam prapsyasi sasvatam.
Artinya
berlindunglah engkau pada-nya,dengan seluruh jiwaragamu, oh barata,dengan restu-nya engkau akan mencapai,kedamaian tertinggi kekal-abadi.
berlindunglah engkau pada-nya,dengan seluruh jiwaragamu, oh barata,dengan restu-nya engkau akan mencapai,kedamaian tertinggi kekal-abadi.
(63) iti te jnanam akhyatam,guhyad guhyataram
maya,vimrisyai 'tad aseshena,yathe 'chchhati tatha kuru.
Artinya
itulah ilmu pengetahuan yang paling rahasia,dari rahasia telah diungkapkan padamu oleh-ku,setelah mempertimbangkan semua ini sepenuhnya, bertindak seperti engkau telah tentukan.
itulah ilmu pengetahuan yang paling rahasia,dari rahasia telah diungkapkan padamu oleh-ku,setelah mempertimbangkan semua ini sepenuhnya, bertindak seperti engkau telah tentukan.
Krisna sebagai penjelmahan brahman telah berusaha
menyadarkan arjuna (lihat pula sloka IX.34) dan bertindak sebagai gurunya dalam
kehidupan biasa (yaitu sebagai ksatria berhadap-hadapan dengan musuhnya dalam
medan perang) dan kehidupan spirituil, namun demikian ia hendak memaksa sesuatu
kepada arjuna dan menyerahkan keputusannya sendiri dengan memprtimbangkan semua
ini sepenuhnya'. Arjuna harus memutuskan sendiri, berpikir sendiri dengan
mempergunakan intelek dan kesadaran budipekertinya. Bhagavedgita memberi
tekanan khusus kepada kemampuan seseorang untuk menilai pertanggungjawaban
sendiri atas integritas pribadinya terhadap dirinya dan terhadap tuhannya.
(64) manmana bhava
madbhakto,madyaji mam namaskuru,mam evai 'shyasi satyam te,pratijane priyo 'si
me.
Artinya
Dengarkanlah lagi kata-kata suci-ku,yang paling rahasia daripada segalanya,karena engkau benar-benar kesayangan-ku,akan ku-katakan apa yang baik bagimu.
Dengarkanlah lagi kata-kata suci-ku,yang paling rahasia daripada segalanya,karena engkau benar-benar kesayangan-ku,akan ku-katakan apa yang baik bagimu.
Dari sloka diatas ini sampai dengan sloka 72. Krisna
kembali berbicara sebagai guru dengan muridnya walaupun dalam berbagai
kesempatan yang terdahulu. Dia kadang-kadang berlaku sebagai penjelmahan
brahman atau hanya sebagai jurumudi kereta arjuna. Dia kadang-kadang berlaku
sebagai penjelmahan brahman atau hanya sebagai jurumudi kereta arjuna dalam
pertempuran dimedan kuruksetra menghadapi musuh-musuhnya
(65) manmana bhava madbhakto,madyaji mam namaskuru,mam evai
'shyasi satyam te,pratijane priyo 'si me.
Artinya:
Pusatkan pikiranmu pada-ku, berbakti pada-ku,bersujud pada-ku, sembahlah aku,engkau akan tiba pada-ku, aku berjanji,setulusnya padamu sebab engkau ku-kasihi.
Pusatkan pikiranmu pada-ku, berbakti pada-ku,bersujud pada-ku, sembahlah aku,engkau akan tiba pada-ku, aku berjanji,setulusnya padamu sebab engkau ku-kasihi.
Misteri yang terakhir dan rahasia yang tertinggi dari
ajaran bhagavadgita yang diuraikan oleh krisna berakhir dalam sloka ini (yang
juga merupakan ulangan dari sloka IX.34). Dimana pikiran, kebaktian, kesujudan,
persembahyangandari segala-galanya ditujukkan kepada brahma yang maha esa.
(66) sarvadharman parityajya,mam ekam saranam vraja,aham
tva sarvapapebhyo, mokshayoshyami ma suchah.
Artinya
setelah meninggalkan tugas-kewajiban semua, datanglah hanya kepad-ku untuk perlindungan, jangan berduka sebab aku akan, bebaskan engkau dari segala dosa.
setelah meninggalkan tugas-kewajiban semua, datanglah hanya kepad-ku untuk perlindungan, jangan berduka sebab aku akan, bebaskan engkau dari segala dosa.
(67) idam te na 'tapaskaya,na 'bhaktaya kadachana,na cha
susrushave vachyam,na cha mam yo 'bhyasuyati.
Artinya
janganlah ini dibicarakan olehmu,kepada orang yang tiada bertapabrata,tiada mengabdi atau orang yang tiada,minat mendengarkan, yang menghina aku.
janganlah ini dibicarakan olehmu,kepada orang yang tiada bertapabrata,tiada mengabdi atau orang yang tiada,minat mendengarkan, yang menghina aku.
Hanya mereka yang mempunyai disiplin, memiliki
kepercayaan dan mau mendengarkan dengan sungguh-sungguh akan dapat mengerti
ajaran bhagawadgita ini.
(68) ya idam paranam guhyam,mdbhakteshv
abhidhasyati,bhaktim mayi param kritva,mam evai 'shyaty asamsayah.
Artinya
dia yang mengajarkan rahasia utama ini,kepada para pengikut-ku dengan,kebaktiannya yang tertinggi kepada-ku,tak diragukan lagi akan datang pada-ku.
dia yang mengajarkan rahasia utama ini,kepada para pengikut-ku dengan,kebaktiannya yang tertinggi kepada-ku,tak diragukan lagi akan datang pada-ku.
Adalah kewajiban yang telah mengetahui untuk mengajar apa
yang belum mengetahui, dan bagi mereka yang mengajarkan inti kebenaran ajaran
ini juga pasti mencapai kelepasan (moksha).
(69) na cha tasman manushyeshu,kaschin me
priyakrittamah,bhavita na cha me tasmad, anyah priyataro bhuvi.
Artinya
tidak ada diantara manusia,yang mengabdi begitu tulus kepada-ku,dan tidak ada orang lain disayang oleh-ku,didunia ini, kecuali dia.
tidak ada diantara manusia,yang mengabdi begitu tulus kepada-ku,dan tidak ada orang lain disayang oleh-ku,didunia ini, kecuali dia.
Yang dimaksudkan dengan 'kecuali dia' dalam sloka ini,
ialah mereka yang mengajarkan ini kebenaran ajaran ini, yang telah menyebrangi
lautan samsara (siklus kelahiran dan kematian) dan dengan penuh kasih sayang
menolong orang lain menyebrangi lautan ini.
(70) adhyehyate cha ya imam ,dhanyam samvadam
avayoh,jnanayajnena tena 'ham,ishtah syam iti me matih.
Artinya
dan barang siapa yang mempelajari,dialog kita ini oleh dialah aku,akan dipuja dengan pengetahuan budipekerti,upacara persembahan, itulah keyakinan-ku.
dan barang siapa yang mempelajari,dialog kita ini oleh dialah aku,akan dipuja dengan pengetahuan budipekerti,upacara persembahan, itulah keyakinan-ku.
(71) sraddhavan anasuya cha,srinuyad api yo narah,so 'pi
muktah subhami lokan,prannuyat punyakarmanam.
Artinya
dia orang yang hanya mendengarkan,dengan kepercayaan tanpa celaan,juga terbebas mencapai dunia kebahagian,bagi mereka yang berbuat kebajikkan.
dia orang yang hanya mendengarkan,dengan kepercayaan tanpa celaan,juga terbebas mencapai dunia kebahagian,bagi mereka yang berbuat kebajikkan.
(72) kachchid etach chhutam partha,yvayai 'kagrena
chetasa,kachchid ajnanasammohah, pranashtas te dhanamjaya.
Artinya
apakah ini telah terdengar olehmu, oh parta,dengan pikiranmu yang terkonsentrasikan?, apakah kekacauan pikiranmu, oh danajaya,karena ketidaktahuan telah terhapuskan?.
apakah ini telah terdengar olehmu, oh parta,dengan pikiranmu yang terkonsentrasikan?, apakah kekacauan pikiranmu, oh danajaya,karena ketidaktahuan telah terhapuskan?.
(parta = dananjaya = arjuna)
Perkataan ekagrama berarti : terpusat pada satu titik,
terkosentrasikan.
(73) arjuna uvacha:
Nashto mohah smritir lavad,tvatprasadan maya
'chyuta,sthito 'smi gatasamdehah,krishye vachnam tava.
Artinya
arjuna menjawab: musnahkan kini kekacauan pikiranku,dan pengetahuan kuperoleh dengan restu-mu,aku berdiri tegak, keragu-raguanku lenyap, oh acuta,dan akan bertindak sesuai dengan ajaran-mu.
arjuna menjawab: musnahkan kini kekacauan pikiranku,dan pengetahuan kuperoleh dengan restu-mu,aku berdiri tegak, keragu-raguanku lenyap, oh acuta,dan akan bertindak sesuai dengan ajaran-mu.
Berahkirlah dialog antara krisna dan arjuna dimana arjuna
dengan setulusnya mengakui bahwa ia benar-benar memahami uraian krisna dan akan
bertindak sesuai dengan petunjuk-opetunjuk-nya tanpa egoisme, tanpa
keragu-raguan, tanpa ilusi, dengan pikiran terkonsentrasikan dengan penuh
pengabdian.
(74) samjaya uvacha: ity aham vasudevasya,parthasya cha
mahatmanah,samvadam imam asrausham,abdhutam romaharshanam.
Artinya
demikianlah dialog yang agung ini,telah kudengar antara wasudewa,dan parta yang berjiwa mulia,menyebabkan bulu romaku tegak berdiri.
demikianlah dialog yang agung ini,telah kudengar antara wasudewa,dan parta yang berjiwa mulia,menyebabkan bulu romaku tegak berdiri.
Selesai dialog krisna-arjuna, disini sanjaya-menteri
negara- kembali melaporkan kepada maharaja dritarastra tentang apa yang telah
didengarkannya dari percakapan antara krisna dan arjuna.
(75) vyasaprasadach chhrutavan,etad guhyam aham
param,yogam yogesvarat krishnat, sakshat kathyatah avayam.
Artinya
dengan restu wyasa, aku ketahui,rahasia paling utama yoga ini,yang diajarkan oleh krisna sendiri,tuhan-nya yoga, langsung secara pribadi.
dengan restu wyasa, aku ketahui,rahasia paling utama yoga ini,yang diajarkan oleh krisna sendiri,tuhan-nya yoga, langsung secara pribadi.
Sanjaya dapat melihat dan mendengarkan dialog antara
krisna dan arjuna karena restu yang suci dari wyasa, supaya ia sendiri dpat
melaporkan kepada maharaja dritarastra. (wyasa = vyasa).
Disamping ia mendengarkan dialog antara krisna dan arjuna
ini. Sanjaya juga dapat menyaksikan visi brahman dalam wujud wisnu sewaktu ia
memperlihatkan diri-nya kepada arjuna. Ini juga berkat restu wyasa yang
memberikan pengkihatan suci (divyachakshu). Wyasa sendiri adalah penyusun
nyanyian suci bhagawadgita.
(78) yatra yogessvarah,yatra partho dhanurdharah,tatra
srir vijayo bhutir,dhruva nitir matir mama.
Artinya
Dimana saja krisna tuhan-nya yoga,dan arjuna pahlawan panah berada,aku yakin disan pasti ada kebahagian,kemenangan, kesejahteraan dan moral peradaban.
Dimana saja krisna tuhan-nya yoga,dan arjuna pahlawan panah berada,aku yakin disan pasti ada kebahagian,kemenangan, kesejahteraan dan moral peradaban.
Krisna , sebagai perlambang kebenaran abadi yang menjadi
tujuan dan arjuna, sebagai alat atau jalan yang bersih dan kurus untuk mencapai
tujuan tersebut, itulah makna sloka ini, dimana kebahagian, kemenangan,
kesejahteraan dan kesusilaan dapat dinikmati semua orang.
Perpaduan antara visi sprituil, kesempurnaan jiwa pribadi
dan pengabdian sosial kepada masyarakat itulah konklusi ajaran bhagavadgita
Ity srimad bhagavadgiasupanishatsu, brahmavidyayam, yogasastre
srikrishnarjubasamvade, samnyasayoga nama 'shtadaso 'dhyayah.
Maka berakhirlah bab ini,
upanishad,
upanishad,
Bhagavadgita mengenai
ilmu-pengetahuan,
tentang;
Yang Maha Esa, kitab suci yoga dan dialog,
antara sri krisna dan arjuna yang berjudul,
Samnyasayoga.
tentang;
Yang Maha Esa, kitab suci yoga dan dialog,
antara sri krisna dan arjuna yang berjudul,
Samnyasayoga.
Ity srimaDbhagavaDgita upanishad
samaptah
Aum santih santih santih
Disini berkhir upanishad
bhagavadgita
oh Tuhan, damai, damai, damai bagi semua!
oh Tuhan, damai, damai, damai bagi semua!
DAFTAR PUSTAKA
Aripta Wibawa Made, (2006), Dialog Bhagawdgita, Pt Empat Warna Komunikasi
Denpasar
Maharta Nengah , Sruni Ni Wayan, (2007), Beberapa Mantram
Bhagawadgita, Bandar Lampung
Pudja Gde, (1984), Bhagawadgita, Maya Sari Jakarta
Raka Mas Gde A. A. ( 2007), Moksa Universalitas dan
Pluralitas Bhagawadgita (Sebuah Study dan Analisa), Paramita, Surabaya
Sudharta Tjok Rai, (2007), Ajaran Moral Dalam
Bhagawadgita, Paramita, Surabaya
DAFTARPUSTAKA
•
Aripta
Wibawa Made, (2006), Dialog Bhagawdgita, Pt Empat Warna Komunikasi Denpasar
•
Maharta
Nengah , Sruni Ni Wayan, (2007), Beberapa Mantram
Bhagawad Gita, Bandar Lampung
•
Pudja Gde,
(1984), Bhagawadgita, Maya Sari Jakarta
•
Raka Mas Gde
A. A. ( 2007), Moksa Universalitas dan Pluralitas Bhagawadgita (Sebuah Study
dan Analisa), Paramita, Surabaya
•
Sudharta Tjok
Rai, (2007), Ajaran Moral Dalam Bhagawadgita, Paramita, Surabaya
Tidak ada komentar:
Posting Komentar