Selasa, 19 Mei 2015

SINOPSIS BHAGAVADGITA



BHAGAWADGITA  



1. Pendahuluan
Bhagavadgita merupakan sebuah 'Nyanyian suci' seperti dikatakan oleh Sir Edwin Araold dalam terjemahannya kedalam bahasa inggris 'The Song Celestial' (nyanyian sorga) atau oleh Edward J. Thomas 'The Song of the Lord' (nyanyian Tuhan). Nyanyian suci ini digubah dalam bentuk syair dalam bahasa sansekerta yang sederhana tetapi indah, melukiskan suatu dialog tentang pengetahuan budi pekerti dengan unsur-unsur dramatis antara seorang Sisya  dengan Acaryanya.
Kitab suci Bhagavadgita terdiri dari 700 sloka dalam 18 bab, yang dalam garis besarnya terbagi menjadi tiga bagian, yaitu bagian pertama bab I-VI melukiskan disiplin kerja tanpa mengharapkan buah hasilnya dan sifat jiwa yang ada dalam badan kita ini, bagian kedua bab VII-XII mengutarakan disiplin ilmu-pengetahuan dan kebaktian kepada Brahman Yang Maha Esa dan bagian ketiga bab XIII-XVIII menguraikan kesimpulan daripada kedua bagian yang terdahulu dengan disertai disiplin pengabdian seluruh jiwaraga dan kegiatan kerja untuk dipersembahkan kepada Brahman Yang Kekal Abadi.
Keseluruhan isi kitab suci Bhagavadgita ini adalah merupakan bagian daripada Bhismaparva (yaitu buku ke-VI epos besar Mahabharata, bab XXIII-XL bhismaparva tersebut. Dilihat dari segi konstruksi bahasanya dan referensi yang dipergunakan dalam dialog antara Arjuna dan Sri Krisna dalam kitab suci ini, para cendikiawan berpendapat bahwa kitab suci Bhagavadgita disusun jauh sebelum tahun masehi. Lebih-lebih karena ia merupakan bagian dari epos besar mahabharat tahun 450-400 sebelum masehi, maka orisinil Bhagavadgita sudah barang tentu lahir pada tahun-tahun itu juga. Disimpulkan dari pendapat-pendapat para sarjana dan cendikiawan baik dari barat maupun timur, bentuk dan isi kitab suci Bhagavangita yang merupakan bagian daripada epos besar Mahabharata. Ini, adalah hasil pemikiran dan visi religi hindu antara tahun 400 sebelum masehi dan tahun 400 sesudah masehi.
Seperti halnya epos besar Mahabharata, para ahli sejarah dan agama bersama-sama menyimpulkan bahasannya Kitab Suci Bhagavadgita diabadikan oleh Bagawan Vyasa, yang dengan mata kepala sendiri ikut menyaksikan peperangan hebat di medan kurusetra antara bala tentara kaurawa dan pandawa dan juga menyaksikan dialog antara Arjuna dan Krisna yang menjadi intisari pemikiran dalam kitab suci ini. Bagavan Vyasa yang nama lengkapnya adalah Krishna Dvaipayana Vyasa adalah seorang Rsi, seorang muni, pengarang, dan penyair.
Sejak Sankaracharya hingga diabad ke-VIII tahun masehi (788-826) sampai pada jaman kita sekarang ini, banyak sudah ahli falsafah dan agama memberikan tafsir mereka terhadap kitab suci bhagavadgita, antara lain : Anandajnana, Ramananda, Yamunacharya, Ramanuja, (1017-1137), Madliva (1199-1276), Nimbarka dan Anandagiri serta sampai kepada abad ke-XX sekarang ini yaitu Yogi Sri Aurobindo (penganjur kesatuan dunia dan kemanusiaan) dan Mahatma Gandhi (pelopor perjuangan kemerdekaan dengan tanpa kekerasan (ahimsa).
Dari para ahli tafsir yang klasik. Yang terkenal dan paling penting adalah Sankaracharya, Ramanuja dan Madhva masing-masing sebagai pemimpin ajaran Advaita non-dualisme), Vishishtadvaita (non-dualisme yang lebih spesifik) dan Dvaita (dualisme). Dilihat dari segi methodologi dan epistemologi penafsiran Bhagavadgita oleh Sankaracharya lebih condong kepada falsafah, sedangkan Ramanuja dan Madhva menafsirkan Bhagavadgita dengan memberikan tekanan kepada soal-soal ketuhanan yang religius. Hal ini dapat dimaklumi, sebab dijamannya Sankaracharya masih hidup, kehidupan keagamaan terancam oleh adanya kekacauan pengertian tentang kebaktian kepada Tuhan Yang Maha Esa dan persembahyangan rituil kepada Dewata dikayangan.
Dari segi falsafah, penafsiran Bhagavadgita oleh Sankaracharya adalah bermutu sangat tinggi, tetapi Bhagavadgita bukanlah semata-mata suatu naskah falsafah, melainkan sebuah kitab suci yang merupakan dharma sastra (buku petunjuk untuk berbuat yang benar) dan Smriti (ilmu pengetahuan yang harus selalu diingat untuk dipergunakan sebagai petunjuk berbuat berbuat yang benar). Inilah yang ditafsirkan oleh Ramanuja dan Madhva.
Ditinjau dari keseluruhannya, tidaklah banyak adegan-adegan yang terlukiskan secara dramatis dalam kitab suci Bhagawadgita ini, melainkan yang terutama adalah adegan dialog antara Sri kresna dan Arjuna, dimana krisna bertindak sebagai guru sprituil yang suci dan arjuna sebagai penganut ajarannya setia : "Engkau adalah bapa dari yang bergerak dan yang tiada, tujuan memuja Guru yang mulia, tak ada samanya" (XL.43). dan lagi : "hatiku lemah, pikirankukacau balau tentang tugas kewajiban, dan bertanya pada-Mu aku berlindung, tunjukkan padaku!" (II.7). dan sebaliknya Sri Krisna menyatakan dirinya sebagai avatara yang telah bersatu dengan Brahman. Jiwa yang kekal abadi : "Terbebas dari hawa nafsu, takut dan benci, bersatu dan berlindung pada-Ku, dibersihkan oleh kesucian budi pekerti, banyak yang telah mencapai diri-Ku (IV.10).
Bhagavadgita adalah mutiara dari semua bentuk dan aliran falsafah agama yang terdapat dalam kepercayaan hindu, mengandung kebenaran metaphisika dalam berbagai aspeknya serta mengemban tiap bentuk pemikiran, pelaksanaan dan disiplin agama. Ia merupakan synthese dan toleransi terbesar dari berbagai aliran pemikiran. Tuhan adalah tidak terbatas, demikian pula tidak terbatas aspek-Nya. Oleh karenanya tidak pula terbatas jalan untuk mencapai-Nya. Seperti apa yang telah dinyatakan oleh Sri Krisna kepada Arjuna : "Jalan manapun ditempuh manusia kearah-Ku, semuanya Ku-terima dari mana-mana semua mereka menuju jalan-Ku, oh Parta". (IV.11)
Justru karena ia merupakan syathese dan toleransi yang terbesarkah maka bagi pemikiran barat Bhagawadgita kelihatannya agak ganjil, sebab cara pelaksanaannya diserahkan kepada pilihan seseorang. Lebih ganjil lagi bagi pandangan barat, dimana dalam masyarakat hindu yang begitu tertuntun rapi, namun setiap orang mencari jalannya sendiri untuk memberi arti kepada hidupnya dan untuk melepaskan dirinya dari belenggu karmapala didunia mayapada ini dengan jalan kerohanian yang dimilikinya. Namun demikian, Bhagawadgita menekankan ilmu pengetahuan tentang jiwa atau Tuhan Yang Maha Esa, yang merupakan tujuan terakhir dari hidup ini. Sebab semua agama, semua ajaran kebajikan dan semua etika moral bersumber kepada jiwa atau Tuhan Yang Maha Esa itu. Tidak ada suatu agama yang mengatasinya dan tidak ada suatu agamapun akan mempunyai arti kalau tidak bisa menolong kemanusiaan untuk mengangkat kesadarannya didalam suatu konflik bathin kalau Tuhan Yang Maha Easa tidak menyinari jiwanya. Maka itu sebagai pesan terakhir Sri Krisna berkata kepadsa Arjuna : "Pusatkan pikiranmu kepada-Ku, berbakti pada-Ku, bersujud pada-Ku, sembahlah aku, engkau akan tiba pada-Ku, aku berjanji setulusnya padamu sebab engkau Ku-kasihi,setelah meninggalkan tugas kewajiban semua datanglah kepada-Ku untuk perlindungan, janganlah berduka, sebab Aku akan bebaskan engkau dari segala dosa." (XVIII.65 dan 66). Karena itu pulalah Bhagavadgita disebut Upanishad yaitu ilmu pengetahuan tentang Brahman Yang Maha Esa. Tetapi membaca dan mempelajari Bhagavadgita haruslah disertai oleh sembahyang meditasi dan pengalaman spirituil. Salah satu dilupakan daripadanya untuk meresapkan Bhagawadgita tidaklah ada artinya disiplin budi adalah merupakan keharusan, simgua non,berkatalah Sri Kresna kepada Arjuna : "Pusatkan pikiranmu hanya kepada-Ku, hanya didalamku engkau hidup nanti, dan ini tidak bisa disangsikan " (XII.8).
Mereka yang mendalami Bhagavadgita dengan seluruh jiwanya, memandang sama terhadap sesama mahkluk, seperti apa yang telah dikatakan oleh Sri Kresna kepada Arjuna : "Orang arif bijaksana melihat semuanya sama, baik Brahmana budiman dan rendah hati, maupun seekor sapi, gajah dan anjing ataupun orang hina-papa tanpa kasta" (V.18). dari pandangan yang suci inilah terlahir rasa persaudaraan diantara sesama manusia , rasa kasih sayang diantara mahkluk semua, karena sadar bahwa Tuhan bersemayam dalam badan jasmni tiap manusia : "Tuhan yang diam dihati setiap insan menyebabkan mereka semua berputar, oh Arjuna, beredar dengan prinsip kekuatan masya-Nya seolah-olah beredar diatas mesin semata". (XVIII.61).
Sesungguhnya Bhagawadgita mengajarkan kita agar mempunyai pandangan dalam hidup ini, yaitu bahwasanya nilai kehidupan seseorang hendaknya dilihat dari segi betapa Svahdarma yang ada padanya dilaksanakannya selama ia masih ditengah-tengah masyararakatnya. Svahdarma atau tugas kewajiban hidup untuk mencapai kebenaran seseorang membedakan ia dari oarang lainnya, dan perbedaan ini tidak terletak pada kekayaan harta bendanya, kelahirannya atau tingkatan pangkat jabatannya yang ia pangku selama ini. Perbedaan ini, kata Bhagavadgita, terletak pada : kebaktiannya terhadap Tuhan-Nya, nusa bangsanya dan masyarakat linkungannya.
Bhagavadgita memberi jalan kepada kita untuk berbakti, yang boleh dipilih menurut kemampuan dan kesadaran ita masing-masing, yaitu dengan jalan yoga biasa, dengan jalan ilmu pengetahuan, dengan jalan yoga biasa, dengan jalan ilmu pengetahuan, dengan jalan meditasi, dengan jalan tindakan (kerja) tanpa mengharapkan hasil keuntungan dengan jalan keadamaian hati. Tetapi jalan manapun yang akan ditempuh " kerja harus tidak dilaksanakan sebagai suatu dosa" dan "melakukan upacara, sedekah dan tapa brata jangan diabaikan". (XVIII.3). tindakan (kerja) apapun yang kita laksanakan haruslah ditujukan kepada kebaktian kita kepada Tuhan sebagai alat pen-suci karmapala kita dimasa-masa yang lampau : "Dia yang bekerja mempersembahkan kerjanya kepada Brahman, tanpa motif keinginan apa-apa, tidak terjamah oleh dosa papa, bagaikan air meluncur didalam teratai". (V.10)
Dengan perasaan yang lapang, terbebas dari dosa papa, hawa nafsu, kemarahan dan kelobaan, tiada lagi memiliki perasaan "Aku" dan "pujaanku" kita bisa mencapai kedamaian alam jiwa kita, seperti kata Sri Krisna kepada Arjuna : "orang yang mengenyahkan semua nafsunya dan melangkah bebas tanpa keinginan enyah dari perasaan 'aku' dan 'pujaanku' mencapai kedamaian dalam jiwanya'. (II.71).
Dalam hidup yang serba sulit, penuh dengan tragedi dan dilema yang mematahkan semangat juang hidup seseorang, tidak jarang tempat berkonsultasi dan mohon perlindungan dibutuhkan secara mutlak, seperti halnya arjuna takala menghadapi konflik jiwa, dimana ia diharuskan membunuh sanak keluarganya, dimana hatinya merasa lemas, pikirannya kacau balau, ngeri dan sedih memikirkan akibat kemusnahan perang yang sedang dihadapinya. Berkatalah Sri Krisna menenangkan pikiran Arjuna : "Engkau berduka bagi mereka yang tak patut kau sedihi, namun engkau bicara tentang budi pekerti, orang budiman tidak akan bersedih baik bagi yang hidup maupun yang mati.
Setelah memakai badan ini dari masa kecil hingga muda dan tua, demikian jiwa berpindah kebadan lain. Ia yang budiman tidak akan tergoyahkan". (II. 11 dan 13). Itulah sebabnya kitab suci bhagavadgita ini dimulai dengan suatu adegan yang meluliskan dua pasukkan besar bersenjata lengkap siap untuk bertempur dimedan kuruksetra, dimana arjuna yang disertai oleh krisna sebagai pengemudi kereta dan guru spirituilnya sedang mengadakan inspeksi kesiapsiagaan pasukannya. Kekejaman perang dan teror kematian terbayang dalam pikiran Arjuna, yang menyebabkan ia mengigil bukan karena takut tetapi disebabkan oleh rasa duka dan dosa yang mendalam. Mengetahui perasaan Arjuna yang demikian, Sri Krisna berkata : "Darimana datangnya duka dan lemah hati?. Pada saat-saat kritis seperti ini, semangat bukan orang ksatria, tidak luhur dan memalukan, oh Arjuna". (II.2.). kesan yang pertama yang ditimbulkan oleh ucapan Krisna buat pertama kalinya kepada Arjuna adalah suatu tandanya, bagaimana seorang Guru sprituil Agung menganjurkan kekerasan perang ?. tetapi setelah kita lanjutkan membaca, kita ketemui intisari kebenaran suci yang diajarkan Krisna kepada Arjuna, bahwasanya untuk mencapai hidup yang kekal dan abadi dan kedamaian yang langgeng orang harus menempuh jalan menuju pemusatan pikiran kesucian, bertindak tanpa mengaharapkan pahala keuntungan kerja dan menyerahkan diri sepenuhnya kepada Tuhan Yang Maha Tahu. "Inilah tingkat kesucian, oh parta, dia yang telah sampai ditingkat ini walau maut tiba, tiada bingung dan mencapai nirwana bersatu dengan Brahman". (II.72).
Bila direnungkan dalam-dalam adegan yang melukiskan dua pasukkan yang berhadap-hadapan siap untuk bertempur, yaitu kaurawa dibawahpimpinan Duryodana dan sekutunya disatu pihak dan Pandawa dibawah pimpinan Arjuna dan sekutu-kutunya dilain pihak, maka kita dapat memahami apa yang dimaksudkan oleh Krisna dengan "Badan ini dinamakan Kshetra", yaitu suatu medan lapangan dimana segala peristiwa berlangsung. Bukankah medan kurusetra diatas lapangan mana kedua belah pasukkan siap tempur, juga merupakan suatu simili (perbandingan) yang luar biasa dalam artinya ?. medan kurusetra yang dilukiskan oleh Bhagawan Vyasa dalam kitab suci Bhagavadgita ini tidak tidak dapat disangsikan lagi arti kiasnya selain daripada badan jasmani kita ini, dimana naluri dan watak manusia yang lebih rendah serta naluri dan watak manusia yang lebih luhur selalu berjuang mengatasi satu sama lain, yang tidak ubahnya dengan peperangnan yang lazim kita kenal dalam dunia ini. Kedua pihak yang dilukiskan dalam medan pertempuran ini tiada lain daripada kekuatan-kekuatan jahat yang diwakili oleh hawanafsu, amarah, loba dan sebagainya. Melawan kekuatan-kekuatan mulia seperti takgentar, suci hati, tanpa egoisme dan sebagainya, yang harus kita sadari. Simili yang besar ini tiada lain melukiskan bahwasanya Duryodana adalah merupakan kekuatan-kekuatan jahat yang ada didalam badan kita ini, dan Arjuna merupakan kekuatan-kekuatan mulia, sedangkan Krisna merupakan jiwa yang bersemayam dalam hati tiap manusia. Maka itu Krisna menganjurkan agar Arjuna melawan kekuatan-kekuatan jahat ini : "Bila karena memuaskan ras ke-aku-anmu engkau berpikir aku tidak mau bertempur", ini adalah keputusan yang sia-sia, sifat prakriti akan memaksa dirimu". (XVIII. 59), sebab Krisna tahu bahwa Arjuna sendiri adalah perwujudan daripada naluri dan watak yang mulia, yaitu prakirti yang dikuasai oleh sattvika.
Untuk menaklukkan kekuatan-kekuatan jahat yang ada dalam diri kita ini Bhagavadgita mengajarkan kita supaya melaksanakan yoga. Yoga dalam arti kata yang sederhana adalah 'bersatu dengan Tuhan dengan jalan mendisiplin diri untuk mencapai-Nya'. Dan Bhagavadgita sendiri adalah merupakan buku petunjuk yang praktis untuk melaksanakan yoga ini. Terpisahnya jiwa kita dengan jiwa atman yang langgeng dan terbatasnya jiwa kita ini oleh badan jasmani yang memisahkan diri kita dengan Tuhan (Brahman) adalah disebabkan oleh ketidaktahuan kita yang dibungkus rapat-rapat oleh ke-aku-an kita sendiri. Hal ini harus kita sadari, dan satu-satunya jalan untuk kesadaran tersebut adalah yoga. Ya, sebenarnya kata yoga berarti jalan dan agama Hindu mengakui segala jalan yang hendak ditempuh untuk bersatu dengan Tuhan. Tetapi namun demikian, jalan utama untuk mencapainya dalah yoga, yaitu yang disebut : Jnana yoga )jalan ilmu pengetahuan), karmayoga (jalan tindakan kerja), bhakti yoga (jalan kebahtian dan kasih sayang) dan raja yoga (jalan meditasi). Kulminasi atau puncak tertinggi dari jalan yoga ini tiba pada suatu titik dimana seperti dikatakan oleh Krisna : "Dengan segera ia menjadi orang berjiwa kebenaran dan mencapai kedamain kekal abadi, ketahuilah wahai kuntiputra dengan pasti penganut -penganut-Ku tidak akan termusnahkan". (IX. 31), yang mengantar orang ketujuan yang tertingi bersatu dengan Tuhan.
Dengan jalan melaksanakan yoga orang kan menemui mutiara-mutiara kebajikan dn etika moral yang dengan indahnya dilukiskan oleh Bhagavadgita dalam bab percakapan kedua dengan judul 'Samkhya Yoga'. Bagi penganut ajran Bhagavadgita, kepada mereka yang hendak menempuh kehidupan baru untuk berumahtangga beberapa hari sebelum menghadapi upacara perkawinan diharuskan membaca dan meresapkan benar-benar akan arti bab 'Samkhya Yoga' ini untuk dipetik nilai-nilai yang mulia. Betapa tidak sebab Bhagavadgita mengajarkan kepada kita bahwasanya etika moral dan kerohanian adalah merupakan hal yang bersifat universal, sama dengan alam kosmos ini, yang bukan suatu khayalan atau ilusi (maya) belaka melainkan suatu kenyataan hidup yang mengalir dan tumbuh dari alam semesta itu sendiri, yang dinamakan prakirti yang berpangkal dari Brahman. Hidup membesar dan kemudian menemui keakhirannya. "Dahannya tumbuh kebawah dan keatas dibesarkan oleh guna, objek indria sebagai kuncupnya dan akarnya menyebar kebawah menumbuhkan kegiatan kerja dalam dunia manusia, bentuknya tidak dapat dibayangkan disini, pucuk, batang dan pangkalnya juga tiada., setelah menumbangkan Astawa yang berakar kuat ini dengan memakai kapak ketidakterikatan kerja". (XV. 2 dan 3), demikian etika moral dan kerohanian dilukiskan oleh Bhagavadgita sebagai sebatang pohon spirituil Astawa secara alegoris menggambarkan prganisme kehidupan yang berakar diatas dan berdahan ranting dan daun dibawah.
Bagi Bhagavadgita manusia ideal dalam dunia ini adalah ia yang berbudipekerti harmonis, yang aktif bekerja bagi kemanusiaan, yang berusaha keras bagi emansipasi jiwanya memiliki pengetahuan tentang Atman (jiwa) dan berbakti kepada Tuhan Yang Maha Tahu. Dia yang begini inilah akan mencapai tujuan tertinggi, yaitu kelepasan atau moksa terbebas dari siklus kelahiran dan kematian, yang berarti berakhirnya segala kepahitan dan kedukaan hidup, itulah yang disebut nirwana! Kata krisna kepada arjuna : "Dia yang menemui kebahagian pada dirinya, tentram pada dirinya, cahaya pada dirinya, yogi yang begini menjadi suci, memasuki nirwana bersatu dengan Illahi". (V. 24)
2. Latar Belakang Turunnya Bhagawadgita

Awatara Krisna Mengajarkan Gita Hanya  Kepada Arjuna Dan Tidak Mengajarkanya
Kepada Guru Besar Bhisma Sbg Ketuturunan Langsung Bgs Kuru Dengan Alasan
Sebagai Berikut :

  1. Bhisma mengetahui kebenaran ada di pihak pandawa dan bahkan ia sendiri menyatakan di depan umum, justru ia berada di pihak kurawa dan memimpin pasukan.
tidak ada keselarasan antara pikiran, perkataan dan perbuatan, yang cendrung merupakan suatu kemunafikan. Bhisma hanya memiliki paschathapa dan tidak purwathapa yaitu menyesal setelah kejadian, ia kurang visioner dan terlalu terbelenggu oleh kesalahan masa lalu.
  b. Arjuna sendiri adalah sosok yang pas untuk menerima pengetahuan tentang jiwa sebab ia telah mencapai purwatapa (dialog Bh.G. oleh made aripta wibawa)
  c.  Arjuna adalah orang biasa namun ia memenuhi persyaratan istimewa yaitu menjadi bhakta (bhakto ‘si me sakha ceti) engkau adalah penyembahku dan kawanku) dan arjuna tahu bahwa krisna adalah keperibadian tuhan oleh karena itu arjuna selalu berserah diri kepada krisna. 

Sri Bhagawan berkata yoga yg langgeng abadi ini aku turunkan mengajarkan kepada wiwaswan (wujud dewa matahari) wiwaswan mengajarkan
kepada manu, manu megajarkan kepada ikswaku (leluhur bgs yadu) (Bh.G. IV.1) + 400 juta tahun yal

Demikian ajaran suci ini diajarkan secara turun temurun melalui garis perguruan rohani. Namun dalam jangka waktu yang cukup panjang garis perguruan itu terputus yg menyebabkan ajaran yang asli hilang. Umat manusia tidak punya tuntunan dalam menjalani hidupnya sehingga terjadi kekacauan kehidupan yang menyeluruh. Saat itulah wisnu turun ke dunia sebagai awatara krisna ditengah-tengah kekacauan perang saudara di kerajaan astina, sekitar 5000 tahun yang lalu.
Dijelaskan bahw ajaran bhagawadgita ini bukan ajaran  baru melainkan ajaran abadi yang telah pernah diajarkan 400 juta tahun yal,

3. Flexibelitas Bhagawadgita

Bhagawadgita memberi kesempatan berbhakti sesuai dengan kemampuan dan kesadaran kita masing-masing, yaitu dapat melalui yoga, ilmu pengetahuan, bhakti, jalan kerja, secara tulus (IV.11)


YE YATHA MAM PRAPADYANTE, TAMSTATHAI ‘WA
BHAJAMY AHAM, MAMA WARTMA ‘NUWARTATE,
MANUSYAH PARTHA SARWASAH.

Bagaimanapun jalan manusia mendekatiKu aku terima
sama, O Arjuna Manusia mengikuti jalanku dalam segala
jalan.

4. Menyikapi Hidup Ala Bhagawadgita

Dalam hidup yang serba sulit, penuh dgn tragedi dan dilemanya yang mematahkan semangat juang hidup seseorang, dibutuhkan dapat berkonsultasi secara mutlak, seperti halnya arjuna menghadapi konflik jiwa, dimana hatinya merasa lemah, pikiran hancur, ngeri dan sedih memikirkan akibat perang (Bh.G. II.11, 13) yaitu terjadi pertempuran kebaikan dan kejahatan.  

5. Ikhtisar Bhagawad Gita
  • BAB 1 Arjuna Wisada Yoga (Meninjau tentara-tentara di medan perang Kurukshetra). Tentara-tentara kedua belah pihak siap siaga untuk bertempur. Arjuna, seorang ksatria yang perkasa, melihat sanak keluarga, guru-guru, dan kawan-kawannya dalam tentara-tentara kedua belah pihak siap untuk bertempur dan mengorbankan nyawanya. Arjuna tergugah kenestapaan dan rasa kasih sayang, sehingga kekuatannya menjadi lemah, pikirannya bingung, dan dia tidak dapat bertabah hati untuk bertempur.
  • BAB II Ringkasan isi Bhagavad-gita, menguraikan tentang Arjuna menyerahkan diri sebagai murid kepada Sri Kresna, kemudian Kresna memulai pelajaran-Nya kepada Arjuna dengan menjelaskan perbedaan pokok antara badan jasmani yang bersifat sementara dan sang roh yang bersifat kekal. Kresna menjelaskan proses perpindahan sang roh, sifat pengabdian kepada Yang Mahakuasa tanpa mementingkan diri sendiri dan ciri-ciri orang yang sudah insaf akan dirinya.
  • BAB III Karma Yoga, menguraikan mengenai semua orang harus melakukan kegiatan di dunia ini. Tetapi perbuatan dapat mengikat diri seseorang pada dunia ini atau membebaskan dirinya dari dunia/Ibarat Roket  yang lepas dari pesawat ketika sudah mencapai orbit.. Seseorang dapat dibebaskan dari hukum karma (perbuatan dan reaksi) dan mencapai pengetahuan sejati tentang sang diri dan Yang Mahakuasa dengan cara bertindak untuk memuaskan Tuhan, tanpa mementingkan diri sendiri.
  • BAB IV Jnana Yoga, (Konsep Theologis Hindu)menguraikan pencapaian yoga melalui pengetahuan rohani-pengetahuan rohani tentang sang roh, Tuhan Yang Maha Esa, dan hubungan antara sang roh dan Tuhan-menyucikan dan membebaskan diri manusia. Pengetahuan seperti itu adalah hasil perbuatan bhakti tanpa mementingkan diri disebut karma yoga. Krishna menjelaskan sejarah Bhagavad-gita sejak zaman purbakala, tujuan dan makna Beliau sewaktu-waktu turun ke dunia ini, serta pentingnya mendekati seorang guru kerohanian yang sudah insaf akan dirinya.
  • BAB V Karma Yoga, Perbuatan dalam kesadaran Krishna, orang yang bijaksana yang sudah disucikan oleh api pengetahuan rohani, secara lahiriah melakukan segala kegiatan tetapi melapaskan ikatan terhadap hasil perbuatan dalam hatinya (Profesionalisme). Dengan cara demikian, orang bijaksana dapat mencapai kedamaian, ketidakterikatan, kesabaran, pengelihatan rohani dan kebahagiaan.
  • BAB VI Dhyana Yoga, menguraikan tentang astanga yoga, sejenis latihan meditasi lahiriah, mengendalikan pikiran dan indria-indria dan memusatkan perhatian kepada Paramatma (Roh Yang Utama, bentuk Tuhan yang bersemayam di dalam hati). Puncak latihan ini adalah samadhi. samadhi artinya sadar sepenuhnya terhadap Yang Maha Kuasa.

  • BAB VII Pengetahuan tentang Yang Mutlak, Sri Krishna adalah Kebenaran Yang Paling Utama, Penyebab yang paling utama dan kekuatan yang memelihara segala sesuatu, baik yang material maupun rohani. Roh-roh yang sudah maju menyerahkan diri kepada Krishna dalam pengabdian suci bhakti, sedangkan roh yang tidak saleh mengalihkan obyek-obyek sembahyang kepada yang lain.
  • BAB VIII Cara Mencapai Kepada Yang Mahakuasa, Seseorang dapat mencapai tempat tinggal Krishna Yang Paling Utama, di luar dunia material, dengan cara ingat kepada Sri Krishna dalam bhakti semasa hidupnya, khususnya pada saat meninggal.(Bisma menjelang menghembuskan nafas terakhir harus melihat Krishna)
  • BAB IX Raja Widya Rajaguhya Yoga (Pengetahuan Yang Paling Rahasia), hakikat Ketuhanan sebagai raja dari segala ilmu pengetahuan (widya), Krishna adalah tujuan tertinggi kegiatan sembahyang, sang roh mempunyai hubungan yang kekal dengan Krishna melalui pengabdian suci bhakti yang bersifat rohani. Dengan menghidupkan kembali bhakti yang murni, seseorang dapat kembali kepada Krishna di alam rohani.
  • BAB X Wibhuti Yoga, Kehebatan Tuhan Yang Mutlak, menguraikan mengenai sifat hakikat Tuhan yang absolut/mutlak. Segala fenomena ajaib yang memperlihatkan kekuatan, keindahan, sifat agung atau mulia, baik di dunia material maupun di dunia rohani, tidak lain daripada perwujudan sebagian tenaga-tenaga dan kehebatan rohani Krishna. Sebagai sebab utama segala sebab serta sandaran dan hakekat segala sesuatu. Krishna, adalah tujuan sembahyang tertinggi bagi para mahluk.
  • BAB XI Wiswarupa Darsana Yoga, Bentuk Semesta, menguraikan tentang Sri Krishna menganugrahkan pengelihatan rohani kepada Arjuna. Ia memperlihatkan bentuk-Nya yang tidak terhingga dan mengagumkan sebagian alam semesta. Dengan cara demikian, Krishna membuktikan secara meyakinkan identitas-Nya sebagai Yang Mahakuasa. Krishna menjelaskan bahwa bentuk-Nya Sendiri serba tampan dan dekat dengan bentuk manusia adalah bentuk asli Tuhan Yang Maha Esa. Seseorang dapat melihat bentuk ini hanya dengan bhakti yang murni
  • BAB XII Bhakti Yoga, menguraikan tentang cara yoga dengan bhakti.
  • Bhakti-yoga,adalah pengabdia yang murni kebada Tuhan (Sri Krishna), adalah salah satu cara bhakti yang sangat manjur untuk mendapatkan cintakasih yang murni dari Tuhan ( Krishna). Orang yang menempuh jalan ini dapat mengembang kan sifat-sifat cinta kasih yang tulus.
  • BAB XIII Ksetra Ksetradnya Yoga, Pribadi dalam  Kesadaran menguraikan hakikat Ketuhanan Yang Maha Esa sebagai purusa dan prakrti, Orang yang mengerti perbedaan antara badan, dengan sang roh dan Roh Yang Utama yang melampaui badan, akan mencapai pembebasan dari dunia material.
  • BAB XIV Guna Traya Wibhaga Yoga, Tiga Sifat Alam Material, membahas Triguna (tiga sifat alam material yang melekat sejak lahir dalam kehidupan manusia) - Sattvam, Rajas dan Tamas, semua roh terkurung dalam badan di bawah pengendalian tiga sifat alam material; kebaikan (sattvam), nafsu (rajas) dan kebodohan (tamas). Sri Krishna menjelaskan arti sifat-sifat tersebut dalam bab ini, bagaimana sifat-sifat tersebut mempengaruhi diri kita, bagaimana cara melampaui sifat-sifat tersebut serta ciri-ciri orang yang sudah mencapai keadaan rohani (orang yang sudah lepas dari tiga sifat alam).
  • BAB XV Purusottama Yoga, menguraikan beryoga pada purusa yang Maha Tinggi, Hakikat Ketuhanan, Tujuan utama pengetahuan veda adalah melepaskan diri dari ikatan terhadap dunia material dan mengerti Krishna sebagai Kepribadian Tuhan Yang Maha Esa. Orang yang mengerti identitas Krishna yang paling utama menyerahkan diri kepada Krishna dan menekuni pengbdian suci kepada Krishna. (Wujud bhakti yang murni)
  • BAB XVI Daiwasura Sampad Wibhaga Yoga, membahas mengenai hakikat tingkah-laku manusia, sifat rohani dan sifat jahat. Orang yang memiliki sifat-sifat jahat dan hidup sesuka hatinya, tanpa mengikuti aturan Kitab Suci, dilahirkan dalam keadaan yang lebih rendah dan diikat lebih lanjut secara material(Lihat uraian Reinkarnasi dalam buku Sradha), tetapi orang yang memiliki sifat-sifat suci dan hidup secara teratur dengan mematuhi kekuasaan Kitab Suci, berangsur-angsur mencapai kesempurnaan rohani.
  • BAB XVII Sraddha Traya Wibhaga Yoga, menguraikan mengenai golongan-golongan keyakinan. Ada tiga jenis keyakinan, yang masing-masing berkembang dari salah satu di antara tiga sifat alam. (1).Perbuatan yang dilakukan oleh orang yang keyakinannya bersifat nafsu dan kebodohan hanya membuahkan hasil material yang sifatnya sementara, (2). Perbuatan yang dilakukan dalam sifat kebaikan, menurut Kitab Suci, menyucikan hati dan membawa seseorang sampai pada tingkat keyakinan murni terhadap Sri Krishna dan (3) bhakti kepada Krishna.
  • BAB XVIII Moksa Samnyasa Yoga, Kesempurnaan pelepasan ikatan, merupakan kesimpulan dari semua ajaran yang menjadi inti tujuan agama yang tertinggi. Dalam bab ini Krishna menjelaskan arti dari pelepasan ikatan dan efek dari sifat-sifat alam terhadap kesadaran dan kegiatan manusia. Krishna menjelaskan keinsafan Brahman, kemuliaan Bhagawadgita, dan kesimpulan Bhagavad-gita; jalan kerohanian tertinggi berarti menyerahkan diri sepenuhnya tanpa syarat dalam cinta-bhakti kepada Sri Krishna. Jalan ini membebaskan seseorang dari segala dosa, membawa dirinya sampai pembebasan sepenuhnya dari kebodohan dan memungkinkan ia kembali ke tempat tinggal rohani Sri Krishna yang kekal.

 

 

KAJIAN MASING-MASING BAB
1. ARJUNA BINGUNG
Persiapan perang yang gemuruh dimedan kurusetra terlukiskan dalam bab ini dimana kaurawa dan pandawa dua pihak bersaudara sepupu tetapi berlawan siap untuk bertempur, kedua belah pihak memiliki pahlawan-pahlawan yang perkasa dan perlengkapan senjata yang hebat.
Arjuna mengadakan inspeksi pasukan balatentaranya bersama-sama krisna, pengemudi keretanya yang juga menjadi guru spiritualnya. Tiba-tiba arjuna merasa dikejutkan oleh bayangan akan kemusnahan bangsa barata, bangsanya dan nenek moyangnya sendiri.
Badannya terasa gemetar, pikirannya kacau balau dan ngeri membayangkan kehancuran materi, moral dan kehidupan sprituil yang diakibatkan oleh peperangan ini. Arjuna tidak hendak bertempur membunuh sanak keluarganya yang ada dipihak keluarganya, bukan karena merasa takut melainkan karena rasa duka dan berdosa. Ia dihadapkan pada suatu dilema, antara kesedihan dan kebimbangan
Dhritarashtra uvacha :
(1)   Dharmakshetre kurukshetre, samaveta yuyutsavah, mamakah paadavasah chai va, kim akurvata samjaya
Dritarastraberkata:
di medan bakti dipadang kuruksetra, siap bertempur, putra-putraku dan putra-putra pandu,apakah yang akan mereka lakukan, wahai sanjaya, ceritakanlah padaku
Kurusetra adalah daerah yang luas, pada jaman dahulu kala menjadi tanah tumpah suatu bangsa yang disebut kuru, dengan ibukotanya yang bernama hastinapura. Bangsa kuru ini adalah nenek moyang kaurawa dan pandawa. Sesungguhnya arti perkataan kshetra adalah sebuah medan pertempuran dan juga tempat suci, tempat pemujaan kepada tuhan yang maha esa. Karenanya ia ia disebut dharma khestra.
Sebenarnya perkataan kaurawa berarti putera-putera keturunan kuru, sedangkan pandawa berarti putera-putera keturunan pandu. Kuru adalah nenek moyang kaurawa maupun pandawa. Tetapi namun demikian, dengan perkataan "kaurawa" adalah dimaksudkan anak-naka dritarastra, sedangkan pandawa adalah anak-anak pandu. Dritarastra adalah dua orang bersaudara kakak-beradik. Dritarastra yang lebih tua dan pandu adalah yang lebih muda. Mereka putera-putera maharaja wicitrawirya dan cucu-cucu baginda maharaja santanu.
Dritarastra mempunyai anak sebanyak seratus orang. Yang tersulung adalah duryodana. Keseratus orang anak ini disebut kaurawa. Pandu hanya mempunyai lima orang anak, dan kelimanya ini disebut pandawa (mereka ini adalah : yudistira, bima, arjuna, nakula dan sadewa). Dari lima orang anak pandu ini arjunalah yang merupakan putera yang paling istimewa dan karena ia dipanggil pula dengan nama-nama julukan seperti kurunandana (yang berarti untuk keturan bangsa kuru), kuntipura (berarti anak kunti dewi), mahabahu (berarti yang bersenjata perkasa) dan sebagainya.
Padang kurustra ini juga diibaratkan sebagai tubuh manusia, atau lebih dalam lagi : hidup manusia, dimana sifat-sifat buruk dan baik selalu mengadakan konflik atau pertempuran. Memang hidup adalah pertempuran, pertempuran antara kebaikkan dan kebajikkan melawan keburukkan dan kejaliman. Dalam hubungan ini kaurawa dikedepankan sebagai pihak yang buruk dan yang salah, sedangkan pandawa dipandang sebagai pihak yang baik dan yang benar. Itulah sebabnya kurukshetra disebut pula dharmakshetra yaitu suatu tempat dimana kebenaran dan kebajikkan atau darma yang langgeng itu harus dipertaruhkan sebagai suatu perjuangan mental dan spiritual yang suci.
Sanjaya adalah pengemudi kereta kencana drritarastra yang buta. Disamping sebagai pengemudi kereta. Sanjaya juga berfungsi sebagai mentri penasehat pribadi dritarastra dan juga juru bicara serta reporter pandangan mata dari pertempuran-pertempuran dalam peperengan besar mahabharata. Ia juga selalu hadir dalam peristiwa-peristiwa kenegaraan untuk mendampingi maharaja.
Dritarastra.samjaya uvacha :
(2). Drishtva tu pandavanikam, vyudham duryodhanas tada, acharyam upasamgamya, raja achanaumabravit
sanjaya menjawab :
Setelah melihat pasukkan pandawa, siap bertempur dimedan laga, raja duryoddana, mendekati gurunya, guru besar drona seraya berkata
Maharaja dritarastra yang buta yang digambarkan sebagai orang buta dengan kebenaran. Berhubung ia ada dalam keadaan tidak bisa melihat sama sekali, maka ia tidak bisa memerintah sebagai raja. Sebab itu kerajaan diperintahkan oleh duryodana selam kelima putera-putera pandu berada dalam pengasingan, yang kemudian kembali setelah tiga belas tahun dalam pembuangan untuk memenuhi panggilan ketetapan perjanjian yang telah dimufakati. Tetapi raja duryodana menolak untuk membagi kerajaan menyerahkan kekuasaannya kepada putera-putera pandu sesuai dengan perjanjian tersebut diatas. Dan penolakan duryodana inilah yang menimbulkan peperangan besar mahabharata.
Duryodhana :
(3) pasyai tam panduputranam, acharya maha mahatim chamum, vyudham drupadaputrena
tava sishena dhimata, duryodana :
Saksikanlah guruku :
betapa kuat pasukkan putra-putra pandu, dipimpin putra maharaja drupada, murid guruku sendiri yang bijaksana
Sesungguhnya duryodana juga dilukiskan sebagai orang yang mempuyai watak kaku, keras kepala, angkuh dan licik. Namun demikian ia juga berwatak berani, pandai dan murah hati.
Gurubesar drona adalah seorang brahmana, selain menjadi pendeta juga memiliki keahlian dalam ilmu peperangan dan lat persenjataan berbagai jenis. Ia adalah guru bagi kedua belah pihak, baik kaurawa maupun pandawa, dan juga putera-putera mahkota raja negeri lainnya. Ia telah mendidik dan mengajarkan mereka ilmu peperangan. Lebih-lebih siasat pertempuran frontal. Selain guru besar drona, ada dua orang lagi yang dianggap/dipandang guru dalam soal-soal kenegaraan dan spiritual dipihak kaurawa yaitu bisama dan kripa, sedangkan dipihak pandawa ada seorang yaitu krisna.
Perkataan acharya sebetulnya berarti guru yang mengetahui dan faham benar-benar akan arti ajaran-ajaran yang tercantum dalam kitab-kitab suci. Demikianlah drona, bisma dan kripa disebut pula acharya. Putera maharaja drupada adalah dristadiumna. Ia merupakan musuh yang terpandai akan pertempuran panah-memanah melawan balatentara kaurawa. Ia adalah bekas murid gurubesar drona yang memihak kaurawa. Dristadiumma menjadi panglima tertinggi angkatan perang pandawa, dan oleh karenanya menjadi musuh bekas gurunya. Guru besar drona. Ia juga adalah ipar pandawa, sebab adiknya drupadi menjadi istri mereka.
(4) atra sura maheshvasa, bhimaarjunasama yudhi, yuyudhano viratas cha, drupadas cha maharathah
artinya :
Disana pula pahlawan panah jaya, sebanding dengan bima dan arjuna, yuyudana, wirata dan drupada, semuanya perwira perkasa
Wirata adalah seorang raja dari negeri matsia yang pernah memberi perlindungan kepada pandawa sewaktu mereka hidup secara incognito dinegeri tersebut selama satu tahun. Kemudian ia menjadi sekutu terpercaya dari pandawa. Yuydana adalah pahlawan berasal dari bangsa yadawa yang bertempur dipihak pandawa. Ia juga dikenal dengan nama satiaki.
Perkataan maharatha sebetulnya berarti ahli kereta besar. Kemudian perkataan ini dipergunakan sebagai suatu titel.yang tinggi untuk menghormati seseorang militer perkasa yang sanggup menundukkan beribu-ribu orang musuh.
(5) srishtaketus chekitanah, kasirajas cha viryavan, purujit kuntibhojas cha, saibyas cha,  narapunigavah.
Artinya :
Juga dristaketu, cekitana, dan raja negeri kasi yang perkasa, purujit serta kuntiboja, dan saibia banteng jantan dari manusia.
Selain dari mereka yang disebut namanya diatas, pahlawab-pahlawan perkasa yang berada dipihak pandawa adalah antara lain dristaketu raja dari negeri cedi, cekita perwira tinggi dalam balatentara pandawa, purujit dan kuntiboja adalah dua bersaudara yang pernah membesarkan kunti devi, ibu dari pandawa, saibia adalah raja dari negeri sibi.

(6) yudhamayus cha virkranta, uttamaujas cha viryavan, saubhadro draupadeyas cha, sarva eva maharathah, artinya :
Juga yudamaniu yang kekar, uttamauja yang gagah berani, putra-putra subadradevi dan draupadi, semua pahlawan besar
Yudamaniu dan uttamauja adalah orang-orang ksatria yang menggabungkan diri dengan pandawa. Yang dimaksudkan dengan putra subadradevi adalah abimaniu dari perkawinannya dengan arjuna, sedangkan putera-putera draupadi adalah lima orang yaitu: pratiwindia, srutasoma, srutakirti, santika dan srutakarma, masing-masing dari yudistira, bima, arjuna, nakula dan sahadewa.
(7) asmakam tu visihta ye, tan nibodha dvijottama, nayaka mama sainyasya, samjnartham tan bravimi te
artinya :
Selanjutnya ketahuilah, wahai gurunda, pendita paling bijaksana, perwira-perwira tinggi, dalam pasukkan kita, demi untukmu kusebutkan nama mereka :
Setelah duryodana menyebutkan nama-nama pahlawan yang ada dipihak pandawa, ia lalu menyebutkan nama-nama mereka yang berpihak kepada kaurawa kepada drona untuk dapat diingat dan dikenal. Agaknya dalam ucapan ini duryodana bermaksud agar drona sebagai seorang brahmana yang sesungguhnya hanya cinta perdamaian, yakin akan kekuatan balatentara kaurawa, tidak takut kepada pandawa dan iklas bertempur kepada mereka. Perkataan dvijottama berarti lahir dua kali, dan yang dimaksudkan ini adalah kasta brahmana atau kasta pendita. Sebab, golongan brahmana dipandang sebagai orang yang dilahirkan dua kali pertama kali, kedalam dunia materil. Dan kedua kalinya, kedalam dunia spirituil.
(8) bhavan bhishmas cha karnas cha, kripas cha samitimjayah, asvatthama vikarnas cha
saumadattis tathai va cha
artinya :
Pertama engkau guruku, kemudian bisma, karna dan kripa, semuanya telah jaya, dan aswattama dan wikarna, dan somadattaputra juga
Bisma adalah pandita pahlawan tua, yang membesarkan dritarastra dan pandu ketika mereka masih bocah-bocah. Ia seorang brahmacarin (tidak kawin seluruh hidupnya). Akhir tafsir kitab-kitab suci dan disegani oleh kedua belah pihak, baik kaurawa maupun pandawa. Karna adalah putera batara surya (dewa matahari) dengan kuntidevi ketika ia masih gadis, sebelum menjadi istri pandu. Karna dilukiskan sebagai seorang pahlawan yang tidak mudah ditundukkan, ahli perang dan memiliki senjata sakti hadiah dari ayahnya, barata surya, kripa adalah iapar drona yang kawin dengan saudaranya, kripidewi. Aswattama adalah putera drona dan wikarna adalah seorang dari 99 orang saudaranya duryodana yang berbudi pekerti baik, jujur dan gagah berani. Somadattaputra adalah putera raja somadatta dari negeri bahika.
(9) anye caha bahavah sura, madarthe praharanah, nanasastra praharanah, sarve yuddhavisaradah
artinya :
Banyak lagi pahlawan perwira, bagiku, mempertaruhkan jiwa mereka, bersenjata lengkap aneka warna, semua, ahli tempur dimedan laga
Perkataan tyaktajivitah berarti bersedia mengorbankan jiwaraga. Dengan perkataan ini doryodana berusaha menanamkan keyakinan akan kekuatan balatentara kaurawa kepada drona.
(10) aparyaptam tad asmakam, balam bhi shmabhirakhi tam, paryaptam tv idam etesham
balam bhimabhikshitam
Sungguh tak terkira banyaknya pasukan kita dipimpin oleh bhisma, sedangkan besar pasukan mereka dapat diduga dibawah komando bima
Perkataan aparyaptam ternyata menimbulkan tafsiran yang berbeda-besar. Yang terpenting adalah tafsiran dari anandagiri dan sridhara. Anandagiri menterjemahkan perkataan ini dengan "tak terhitung" (tak terbatas) sedangkan sridhara dengan "tak cukup" (dapat dihitung). Rupa-rupanya anandagiri yang benar, sebab dalam pertempuran dimedan kurusetra balatentara kaurawa terdiri dari sebelas divisi dan pandawa tujuh divisi (akshauhini). Satu divisi terdiri dari 216000 orang lebih kurang.
(11) ayaneshu cha sarveshu, yathabhagam avasthitah, bhismam evabhirakshantu, bhavantah sarva eva hi, berdiri tegak dalam barisan, kalian, masing-masing dalam divisi, membela bisma ini, sesuai dengan kedudukan kalian
Perkataan abhirakshantu berarti menjaga dan membela duryodana meminta kepada setiap orang dalam pasukkan kaurawa untuk menjaga dan membela bisma sebagai panglima tertinggi mereka. Adalah menjadi tugas-kewajiban setiap orang dalam barisan menjaga dan membela pimpinannya disampung bertempur melawan musuh.
Samjaya :
(12) tasya samjanayanharsham, kuruvddhah pitamahah, simhanadam vinadyochchaih, sankham dadhmau pratapavan
sanjaya :
Demi untuk membangkitkan semangatnya, pahlawan kuru, kakek bisma, meniup kuat-kuat trompet kerangnya, mendera bagaikan raung singa
Setelah duryodana berseu kepada semua perwira-perwira tinggi dalam kalangan balatentara kaurawa untuk menjaga dan membela bisma dalam pertempuran-pertempuran yang akan mendatang, seperti tercantumdalam sloka 3 sampai denagn 11, maka sanjaya meneruskan ceritanya kepada maharaja dritasastra. Sankham adalah terompet yang diperbuat daripada kulit kerang. Ia ditiup oleh bisma dengan maksud untuk membangkitkan semangat duryodana, dan sebagai suatu tanda bahwa pasukan telah siap untuk mengahadapi pertempuran.
(13) tatah-sankhas cha bheryas cha, panavanaka gomukhah, sahasai va 'bhyahanantra, sa sabdas tumulo 'bhavat, artinya :
Trompet, genderang dan tifa, gong serta suling-tanduk, dibunyikan dengan serentak, gemuruh, gegap-gempita berbagai alat bunyi-bunyian dipergunakan, khusus dalam lingkungan pasukan sendiri untuk membangkitkan semangat tempur para prajurit dan bagi pihak musuh bunyi gemuruh dari pada terompet, genderang, gong, tambur, suling-tanduk dan sebagainya ini berarti suatu tantangan untuk segera dimulainya peperangan. Tiap pahlawan perwira tertinggi mempunyai alat bunyi-bunyian ini yang spesifik baginya sendiri, mempunyai nama yang spesifik pula.
(14) tatah svetair hayair yukte, mahati syandane sthitau, madhavah paandavas chai 'va
divyau sankhau pradadhmatuh
artinya :
Setelah berdiri diatas kereta, megah ditarik kuda putih dua, krisna dan arjuna juga
meniup trompet sakti mereka
Dalam kitab-kitab suci agama hindu dan agama buddha kereta diibaratkan sebagai kendaraan budi pekerti manusia, sedangkan kuda diumpamakan sebagai pancaindria tersebut dan pengemudi adalah penuntun jiwa manusia. Disini krisna bertindak sebagai penuntun jiwa arjuna. Perkataan madhava berarti keturan suku madhu dari bangsa yadaawa dan yang dimaksudkan dengan perkataan tersebut adalah krisna, sedangkan dengan perkataan pandava dimaksudkan arjuna dalam sloka ini
.
(15) panchajayam hrikeso, devadattam dhanamjayah, paundram dadhmau mahasankham
bhimakarma vrikodarah
artinya :
Trompet pancajania ditiup krisna, trompet dewadatta ditiup arjuna, dan bima sena yang galak bagaikan srigala, meniup tromprtnya, bernama paundra
Trompet krisna bernama pancajania yang berarti "pengekangan pancaindria" (diperbuat daripada tulang raksasa laut yang telah dibunuh oleh krisna sendiri), trompet arjuna bernama dewadatta yang berarti "anugerah dewata" (diperbuat daripada kerang laut) dan terompet bimasena bernama paundra yang berarti "rokh batara siwa". Kata-kata hrishikesa, dhanamjaya dan vrikodara dalam sloka ini dimaksudkan sebagai nama lain krisna, arjuna dan bhimasena. Dalam sloka ini dilukiskan bahwa pihak pandawa-puntelah siap bertempur.
(16) anantavujayam raja, kuntiputro yudhishthirah, nakulah sahadevas cha, sughosha manispushpakau
artinya :
Raja yudistira, putera kuntidewi, meniup terompetnya bernama anantawijaya, nakula dan sahadewa mereka, masing-masing sugosa dan manipuspaka
Kuntidewi adalah istri pertama raja pandu yang melahirkan yudistira, bimasena, dan arjuna, dan madridewi adalah istri raja pandu yang kedua yang melahirkan nakula dan sahadewa. Baik sendiri-sendiri, maupun bersama-sama, kelima mereka itu disebut pandawa sungguh sangat menarik nama-nama trompet mereka, seperti anantawijaya yang berarti "kemenangan abadi". Sugosa berarti suara merdu dan manipuspaka berarti kembangmutumanikam.
(17) kasyas cha parameshvasah, sikhandi cha maharathah, dristadyumno vuratas cha, satyakis cha parajitah, artinya :
Kasiraja pemimpin pasukan panah, juga sikandi maha pahlawan, dristadiumna dan wirata
dan setiaki yang tak tertaklukan
Dipihak kaurawa, hanya bismalah yang meniup trompet, sedangkan dipihak pandawa kelima putera-putera pandu beserta krisna dan pahlawan-pahlawan lainnya meniup trompet mereka masing-masing. Hal ini dapat diartikan bahwa pihak pandawa tiupan trompet tersebut mempunyai nilai tingkatan daripada kepemimpinan mereka, yang berurut dari atas kebawah.
 (19) sa ghosho dhartarashtaanam, hridayani vyadarayat, nabhas cha prithivim chai 'va, tumulo vyanunadayan, artinya :
Suara gegap gempita, memenuhi ankas dan bumi, mengetarkan hati, putra-putra dristarastra
Sloka 14 sampai dengan 19 mengandung ungkapan bahwa pandawa, walaupun memiliki balatentara lebih kecil jumlahnya, kelihatan lebih perkasa. Lebih-lebih dalam sloka 19, jelas dinyatakan betapa gagap-gempitanya bunyi terompet memenuhi angkasa dan bumi yang menyababkan hati kaurawa menjadi takut dan ngeri. Hal ini dapat kiranya dimengerti kenapa sanjaya menceritakan kehebatan pandawa kepada maharaja dritarastra; sebab ia sendiri ingin memberitahukan kepada raja tua itu bahwa kemenangan pasti akan berada dipihak pandawa, sebab pandawa berada dipihak yang benar.
 (21) hrishikesam tada vakyam, idam aha mahipate, senayor ubhayor madhye
ratham sthapaya me 'chyuta, artinya :
Dan oh, tuanku hamengku bumi, ia berkata kepada krisna, arjuna berkata : tariklah keretaku sampai ditengah, diantara kedua pasukan, krisna!
Nama-nama julukan dan kehormatan diberikan kepada krisna dan arjuna seperti tercantum dalam sloka-sloka yang terdahulu dan berikut ini. Untuk krisna nama julukan dan kehormatan itu antara lain : aciuta (dia yang tidak bergerak), madusudana (pembunuh raksasa bernama madu, arisudana (penakluk musuh-musuh), gowinda (pengembara atau pemberi ilham, wasudewa (putera wasudewa), yaddawa (keturunan bangsa yadu), kesawa (memiliki rambut indah), madawa (suami laksmi dewi), hrikesa (yang menguasai pancaindria) dan janardana (juruselamat umat manusia). Untuk arjuna nama-nama julukan dan kehormatan itu antara lain : (selain daripada kurunandana, kurusattama dan kuruprawira) barata (keturunan barata), dananjaya (pemengan harta benda), gudakesa (berambut gempel), parta (putera prita dewi) dan parantapa (penakluk musuh-musuh).
(22) yavad etan nirikshe 'ham, yuddhukaman avasthitan, kair maya saha yoddavyam
asmin ranasamudyame, artinya :
Supaya aku dapat mengetahui, mereka yang siap, ingin bertempur, yang aku harus hadapi nanti, dalam peperangan mendatang ini
Sebelum mulai bertindak akan berbuat sesuatu arjuna ingin sekali mengetahui siapa-siapa sebenarnya yang akan dihadapinya dalam pertempuran-pertempuran nanti. Waspada dan hati-hati adalah memang menjadi sifat arjuna.
(23) yotsyamanan avekshe 'ham, ya ete 'tra samagatah, dhartarashtrasya durbuddher
yuddhe priyachikirshavah, artinya :
Dan dapat menyaksikan sendiri, mereka yang berkumpul, berbaris disini, rela berkorban demi kepuasan hati, putra dristarastra yang busuk budi
Sesungguhnya persiapan perang telah rampung pada kedua pihak. Dipagi hari pertama yudistira menyaksikan formasi balatentara kaurawa yang tidak mungkin ditembus dibawah pimpinan bisma. Dengan gemetar ia menyatakan kecemasannya kepada arjuna, bahwa tidak mungkin untuk menaklukan pasukan yang begitu perkasa dibawah pimpina bisma, arjuana memberi semangat kepada saudaranya dengan jalan mengutip ajaran-ajaran suci : "mereka yang mengidam-idamkan kemenangan tidak dapat banyak menaklukan dengan kekuatan dan kekuasaan jika dibandingkan dengan kebenaran, persaudaraan, kasih sayang dan budi luhur. Kemenangan adalah pasti dimana krisna berada dan dengan hadirnya krisna, guru spiritualnya, disisinya, arjuna dapat menyadari dengan keyakinan suci bahwa musuh-musuh yang ia harus hadapi adalah juga kesayangan dari kesucian baginya.
(24) samjaya uvacha, evam ukto hrihikeso, gudakesena bharata, senayor ubhayor madhye
sthapayitva rathottamam, sanjaya berkata :
Oh, paduka tuanku raja, mendengar permintaan arjuna demikian, krisna menempatkan kereta indahnya, ditengah diantara dua pasukan
Dalam sloka ini bhatara dimaksudkan maharaja dritrastra, dan untuk menghoirmati sanjaya berkata padanya "paduka tuanku raja". Dalam sloka-sloka berikutnya sambada atau dialog antara arjuna dan krisna dimulai.
(27) svasuran suhridas chai 'va, senayor ubhayor api, tan samikshya sa kauteyah, sarvan bandhun avashitan. Artinya :
Dan kuntiputra juga melihat, para mertua, kawan sejawat, semuanya sanak kadang berdiri tegak, dalam barisan kedua belah pihak.
Perkataan kuntiputra diambil dari arti, kata kaunteya, yaitu putera kunti dewi, dan yang dimaksudkan adalah arjuna. Perasaan bimbang ragu arjuna bertambah mendalam, sebab bukan saja dipihak musuhnya sanak saudara itu berdiri, melainkan dikedua belah pihak.
(28) kripaya paraya 'vishto, vishidann idam abravit, drishtve 'mam svajanam krishna
yuyutsum samupashitam, artinya :
Dengan penuh diliputi destapa, disampaikan rasa duka, arjuna berkata : menyaksikan sanak kadang, oh krisna, berbaris siap untuk berlaga.
Perkataan kripaya paraya berarti duka-nestapa yang sngat mendalam dari perkataan svajanam berarti keluarga dan bangsanya sendiri, baik pihak kaurawa maupun pihak pandawa.
(29) sidanti mama gatrani, mukham cha parisushyati, vepathus cha sarire me
romaharshas cha javate, artinya :
Anggota badanku terasa lemas, mulutku terasa kering, sekujur badanku gemetar, dan buluromaku terasa berdiri.
Arjuna tidak kuasa lagi membendung perasaannya. Duka nestapa dan bimbang ragu kini menguasai jiwa dan raganya.
(30) gandivamsramsate hastat, tvak chai 'va paridahyate, na cha saknomy avasthatum
brahmati 'va cha me manah. , artinya :
Gandiwa terlepas dari tanganku, dan kulitku terasa panas membara, aku tidak kuasa lagi berdiri, dan pikiranku kacau tidak menentu.
Gandiwa adalah nama busur panah arjuna, anugerah dari batara indra. Kata-kata arjuna dalam sloka 29-30 ini menyebabkan kita berpikir dan merenungkan, betapa seorang yang sedang dicekam oleh perasaan bimbang, ragu was-was cemas, duka nestapa dan hampa kesepian tidak dapat berbuat apa-apa. Dalam situasi semacam inilah orang dapat menemui visidiayangmahakuasa.
.
(31) nimittani cha pasyami, viparitani kesava, na cha sreyo 'nupasyami, hatva svajanam ahave, artinya :
Aku melihat firasat biruk, oh, krisna, tidak ada baiknya, aku membuntuti sanak kandang
dalam pertempuran yang mendatang.
Kesawa adalah krisna. Arjuna tidak dapat melihat disini kebaikkan moral dan nilai spirituil daripada perbuatan membunuh sanak kadang sendiri.
(32) na kankshe vijayam krishna, na cha rajyam sukhani cha, kim no rajyena govinda
kim bhogair jivitena va, artinya :
Aku tidak inginkan kemenangan, dan juga kerajaan dan kesenangan, krisna apa gunanya kerajaan dan kesenangan, dan hidup ini sekalipun, oh gowinda?
Gowinda adalah krisna juga. Dalam sloka ini terlukiskan betapa arjuna ingin melepaskan diri dari kekayaan dan kesenangan duniawi ini.
(33) yesham arthe kaashitam no, rajyam bhogah sukhani cha, ta ime 'vasthita yuddhe, pranams tyaktva dhanani cha, artinya :
Mereka untuk siapa kita perebutkan, kerajaan, kebahagian dan kesenangan, ada disini siap untuk berlaga, mengobarkan jiwa dan harta mereka.
(34) acharyah pitarah putras, tathai 'va cha pitamahah, matulah svasurah pautrah, syalah sambandhinas tatha, artinya :
Guru, bapa, anak-anak, dan kakek, paman juga, dan ipar, cucu, mertua, dan sanak kandang lainnya
(35) etan na hantum ichchhami, ghanato 'pi madhusudana, api trailokyarajyasya, hetoh kim nu mahikrite, artinya :
Aku tidak hendak bunuh mereka, sekalipun mereka bunuh aku, oh krisna, kendatipun, untuk ketiga-tiga dunia, apalagi hanya untuk dunia fana ini.
Dalam sloka ini madhusudana adalah dimaksudkan krisna sendiri. Perkataan triloka adalah pembagian alam semesta ini menjadi tiga.pada umunya ketiga pembagian itu dimaksudkan : sorga, dunia kita ini dan neraka. Tetapi ada juga iterpretasi yang menyatakan bahwa ketiga pembagian ini dimaksudkan : dunia manusia, dalam semi devata dan dunia rokh kudus. Yang lain lagi menafsirkan dunia kita ini, antariksa dan sorga.
(36) nihatya dhartasashtran, ka pritih syaj janardana, papam eva 'srayed asman, hatvai 'tan atinah, artinya :
Setelah membunuhi putra dritasastra, kebahagaian apakah kita nikmati?, oh janardana anya dosalah kiranya, bila membunuh sidurhaka ini.
Janardana adalah krisna. Perkataan atatayinah berarti :penjahat, perampok, orang durhaka, pembunuh, penipu, hidung-belang dan sebagainya. Dan kaurawa disini dipandang sebagai atatayinah, sebab duryodana melakukan semua kategori kejahatan ini. Arjuna menganggap bahwa mwmbunuh adalah tetap dosa dan menolak untuk membunuh sekalipun yang akan dibunuh adalah orang durhaka.
(37) tasmaan na 'rha vayam hantum, dhartashtram svabandhavan, svajanam hi katham hatva, sukhina syaama madhaca, artinya :
Kiranya tidaklah patut bagi kita, membunuh saudara, putra dritarastra, benarlah, bagaimana kita 'kan bahagia, setelah membasmi keluarga sendiri, oh madawa?
(38) yadi apy ate na pasyanti, lobhopahatachetasah, kulaksahayakritam dosham, mitradrohe cha patakam, artinya :
Sekalipun bagi mereka, yang jiwanya dikuasai oleh kelobaan, tidak melihat dosa, membunuhi keluarga, tidak melihat khianat membasmi kawan.
(39) katham na jneyam asmabhib, papad asman nivartitum, kulakshayakritam dosham
prapasyadbhir janardana, artinya :
Kenapa kita tidak sadari, dosa semacam itu, oh krisna, kesadaran akan kekhilafan, membasmi sanak-keluarga sendiri
Madawa adalah krisna. Argumentasi yang dikemukan oleh arjuna adalah didasarkan atas pengertian bahwamadawa adalah krisna. Argumentasi yang dikemukan oleh arjuna adalah didasarkan atas pengertian bahwa mereka telah dibutakan oleh nafsu loba-tamak dan ketidakmengertian, sehingga mereka tidak mampu melihat apa yang salah. Sekalipun kita menyatakan bahwa mereka itu salah karena loba dan nafsu memetingkan diri sendiri, namun membunuh adalah tetap dosa, sebab mereka yang mata-hatinya buta dibunuh oleh kita yang bermata hati terbuka. Disinilah letak dosa menurut arjuna. Lagipula membunuh keluarga, bukan saja berarti membunuh orang-orang belaka, melainkan membunuh keluarga itu sebagai lembaga yang merupakan evolusi kekuatan generasi dan satu-satunya tempat penyimpangan baginya untuk dapat melanjutkan kemajuan sosial dan moral manusia. Keluargalah yang menghasilkan orang yang berjiwa besar dan orang yang suci.
(40) kulakshaye pranasyanti, kuladharmah sanatanah, dharme nashte kulam kritsnam
adharmo bhibhavaty uta, artinya :
Bila keluarga sudah hancur, dan hukum tradisi sudah lebur, kewajiban dan undang-undang keluarga, dikuasai tirani rajalela.
Perkataan dharma sesungguhnya berarti wujud dan hakekat sesuatu. Dalam hubungan ini perkataan tersebut diartikan : kewajiban, yang meliputi kewajiban bermasyarakat, memenuhi panggilan adat-itiadat, kewajiban beragama dan kewajiban menjunjung tinggi kebenaran.
(41) adharmabhibhavat krishna, pradushyanti kulastriyah, strishu dushtasu varshneya, jayate varnasamkarah, artinya :
Bila tirani telah berkecamuk, oh krisna, pertempuran jadi jalang, dan bila perempuan sudah jalang, dikuasai tirani merajalela.
Perkataan varna berarti kasta, dimana terdapat empat kategori, yaitu kasta brahmana, kasta ksatria, kasta waisia dan kasta sudra (yang masing-masing berarti golongan pendita, golongan bangsawan, golongan pedagang atau pengusaha dan golongan rakyat biasa), sebagai pencerminan pembagian sosial dalam masyarakat penganut agama hindu. Warsneja adalah krisna sendiri.
(42) samkaro narakayai 'va, kulaghnanam kulsya cha, patanti pitaro hy esham, luptapindodakakkriyah, artinya :
Keruntuhan moral ini membawa, keluarga dan para pembunuhnya keneraka, arwah nenek moyang jatuh cedera, semua sesajen, air dan nasi tiada baginya.
Dalam sloka ini dinyatakan bahwa kalau keluarga sudah hancur, maka kewajiban keluarga terhadap tradisi dan agama tidah terurus lagi, seperti upacara sraddha dimana dilakukan upacara mengenang jasa-jasa nenek moyang di piraloka (tempat arwah mereka segerasetelah meninggal dunia sebelum mencapai sorga) dengan jalan mempersembahkan sesajen yang terdiri dari makanan dan buah-buahan yang serba lezat.
(43) doshair etaih kulaghnanam, varnasamkarakarakaih, ustadyante jatidharmah, kuladharmas cha saavatah, artinya :
Dosa dan kehancuran keluarga ini, membawa keruntuhan masyarakat bangsa, kebiasaan keluarga dan hukum kasta, hancur lebur dilimat tirani.
(44) utsanna kuladharmanam, manushyanam janardana, narake niyatam vaso, bharvati 'ty anususruma, artinya :
Kita semua sudah dengar ini, oh janardana, tempat bagi manusia, yang kebudayaan dan hukumnya ditirani, adalah pasti itu neraka.
(45) aho bata mahat papam, kartum vyavasita vayam, yad rajjyasukhalobhena, hantum svajanam udyatah, artinya :
Ah, betapa besar dosa kita, merencanakan pembunuhan sanak keluarga, hanya karena perasaan loba, ingin memiliki kerajaan dan kenikmatan.
(46) yadi mam apratikaram, asastram sastrapanayah, dhartarashtra rane hanyus, tan me kshemataram bhavet, artinya :
Bagiku lebih baik apabila, kaurawa dengan senjata ditangan, menyerang aku dalam, pertempuran, tanpa senjata, tanpa perlawanan.
Tirani yang terbayang dalam pikiran arjuna, andaikata ia bertindak segera dalam pertempuran membunuhi sanak keluarganya, menyebabkan ia berdiri diantara dua dunia dengan prasaan yang penuh diliputi dengan agoni dan kecintaan. Kata-katanya membayangkan betapa keragu-bimbangannya menekan jiwanya, sehingga ia tidak dapat melihat diantara berdiri tegak menghadapi tirani dan menyerah menghadapi mati tanpa perlawanan. Ia masih mengharapkan petunjuk-petunjuk dari gurunya bagaimana menghadapi hidup ini untuk berbuat sesuatu tanpa mengharapkan hasilnya yang disebut nishkamakarma.

(47) samjaya uvacha:, evam uktva 'rjuna samkhye, rathopastha upavisat, visrijya sasaram chapam, sokasamvignamanasah, artinya :
Sanjaya berkata:, setelah berkata demikian dimedan laga, arjuna terheyak diatas keretanya
menjatuhkan busur dan anak panahnya, dengan perasaan penuh diliputi duka.
Dalam bab keragu-bimbangan arjuna (arjuna-vishadayoga) sikap arjuna dapat diikuti dari sloka-sloka 20, 21, 26-27, 29-30 dan 47, yamg berturut-turut melukiskan bagaimana ia mengangkat senjata dan memacu keretanya maju, kemudian setelah melihat sanak kadang dalam pasukkan kedua belah pihak, hatinya jadi bimbang-ragu dan duka-nestapa serta badanya jadi lemas, senjata terlepas dari tangannya, dan terakhir memilih rela dibunuh dan melemparkan senjatanya.
Arjuna dihadapkan kepada dilema antara kesedihan dan kjebimbangan. Kebimbangan arjuna ini disebabkan oleh perasaan priotik dan kesadaran akan dosa. Ini adalah suatu hakekat gambaran suatu perjuangan jiwa manusia, yang sedang berada diambang pintu menuju kehidupan spiritual yang lebih tinggi.
Sebelum ia sadar untuk memasuki dunia spiritual dan menerima kewajiban-kewajiban yang diletakkan baginya untuk memasuki dunia spirituil tersebut, ia harus bertempur terlebih dahulu melawan keakuan, kedunguan dan kegelapan bhatinya, yang memisahkan dia daripada jiwanya sendiri, yang merupakan bagian daripada atman yang universil. Ini adalah evolusi jiwa manusia yang tidak mengenal ruang dan waktu, yang tiap saat berlangsung dalam dirinya.
Maka berakhirlah bab pertama upanishad bhagavadgita menegenai ilmu pengetahuan tentang tuhan yang maha esa, kitab suci yoga dan dialog antara sri kresna dan arjuna yang berjudul arjuna vishadayoga.
2. AJARAN SAMKHYA
Arjuna menolak untuk bertempur, tetapi krisna menghiburnya dan tidak membenarkan ia bersedih dan bimbang hati demikian. Dalam bab ketiga ini krisna menjelaskan bahwa orang yang mengerti tidak akan bersedih pada kematian maupun kehidupan, sebab orang mesti mati. Dalam peperangan hanya badan jasmani yang mati dan jiwa tidak pernah mati. Yang mengerti itu sebenarnya tidak membunuh siapa-siapa. Kewajiban seorang ksatria adalah berperang menegakkan kebenaran,, memperoleh kemenangan didunia sini dan kebahagian didunia sana, dan bertempur dalam peperangan bukan melakukan dosa. Kehilangan kehormatan lebih buruk daropada kematian.
Kematian berarti pengantian badan jasmani, dan jiwa sebagai penghuni badan jasmani ini berpindah-pindah kebadan jasmani lain, bagaikan menganti baju lama dengan baju baru.
Pusatkan pikiran pada kesucian, bertindak tanpa mengharapkan pahala kerja, serahkan diri kepada tuhan yang maha tahu.
Teguhkan iman untuk samadi, hilangkan nafsu, takut dan amarah, hadapi senang dan duka bersatu dengan brahman.
(1) samjaya uvacha:, tam tatha kripaya vishtam, asrupurnakulekshanam, uvacha adhusuudanah, artinya :
Samjaya berkata: kepadanya, yang diliputi rasa belas kasihan, dengan pelupuk mata digenangi airmata, dan rasa remuk redam dalam hati, madusudana berkata begini.
Madusudana adalah krisna sendiri. Disini arjuna mesara belas kasihan kepada sanak keluarganya, yaitu kaurawa, yang ia akan perangi. Tetapi rasa belas kasihan arjuna ini tidaklah sesuai dengan sifat-sifat orang arya; sebab walaupun sebagi sanak keluarganya, kaurawa sesungguhnya merupakan musuh-musuhnya yang jahat dan sngat berbahaya.
(2) sribhagavan uvacha:, kutas tva kasmalan idam, vishame samupasthitam, anaryajustam asvargyam, akirtikaram arjuna, artinya :
Sri bhagawan berkata:, darimana datangnya duka dan lemah hati?, pada saat krisis seperti ini, semangat bukan orang ksatria, tidak luhur dan memalukan, oh arjuna.
Sri bagawan adalah krisna sendiri. Dalam bab iii inilah krisna, sebagai guru-nya mulai mengungkapkan kepada arjuna siapa sebenarnya dia. Dengan maksud agar arjuna dapat melepaskan dirinya dari keragu-bimbangannya seperti ternyata dalam bab ii. Krisna mengungkapkan doktrin tentang jiwa yang tidak termusnahkan, mendorong kebangkitan semangat ksatrianya, menunjukan jalan tuhan kepadanya dan merintis tindakan-tindakan kerja serta kewajiban hidup dalam dunia.
Perkataan anaryajustam berarti tidak sesuai dengan sifat-sifat arya yang mempunyai ciri-ciri berani, tegas, agung dan luhur budi pekerti.
a.       Klaibyam ma sma gamah partha, nai 'tat tvayy upapadyate, kshudram, hridayadaubalyam, tyaktvo 'ttishtha paramtapa, artinya :,
Jangan biarkan kelemahan itu, oh parta, sebab itu tidak sesuai bagimu, enyahkan rasa lemah dan kecut itu, banhkitkanlah! Oh pahlawan jaya.
Parta adalah arjuna sendiri, dan perkataan paramtapa sebenarnya berarti pebakluk musuh-musuhnya. Disini penakluk musuh-musuh adalah tiada lain arjuna sendiri, sebagai pahlawan yang selalu jaya, selalu menang dan menaklukan musuh-musuhnya. Ketia menyebut diademikian. Dengan maksud agar arjuna benar-benar bertindak sebagai ksatria yang berani menaklukan musuh-musuhnya.
(4) arjuna uvacha:, katham bhisman aham samkhye, dronam cha madhusudana, tshubbih pratiyotsyami, pujarhav arisudana, artinya :
Arjuna berkata:, tetapi bagaimana ku, 'oh madusudana, bisa menyerang bisma dan drona mereka yang patut kuhormati, dengan panah dalam pertempuran ini, arisudana?, madusudana dan arisudana, kedua-duanya adalah nama lain dari krisna.
(5) gurun ahatva hi mahanudhavan, sreyo bhoktum bhaikshyam api 'hi loko, hatva 'rthakamams tu gurun ihai 'va, bhunjiya bhogan rudhirapradigdhan, artinya :
Didunia ini lebih baik jadi peminta-minta, daripada membunuh guru-guru yang mulia
walaupun mabuk duniawi, namun tetap guruku, dan membunuh mereka berarti hidup berlumuran darah.
Perkataan arthakaman sebenarnya berarti kekayaan atau harta benda, dan perkataan rudhirapradigdhan berlumuran darah. Arjuna yang dalam sejarah kemanusian berarti penderitaan, kesengsaraan, penindasan dan ketidakadilan.
(7) karpanyadoshopahatas vabhavah, prichchhami tvam dharmasammudhachetah, yach chhreyah syan nischitam bruhi tan me, sishyas te'ham sadhi mam tvam prapannam, artinya
Hati lemah, pikiranku kacau balau, tentang tugas kewajiban, aku bertanya pada-mu, terangkanlah kepadaku dengan pasti mana lebih baik, aku murid-mu, pada-mu, uberlindung, tunjukkan padaku!
Arjuna kini tidak saja merasa putus asa, kecemasan, bimbang ragu tetapi juga mengharap sepenuhnya kepada petunjuk dari guru-nya. Kepada krisna diharapkan cahaya terang. Kebenaran yang dapat menyebkan ia bisa melihat mana yang benar dan mana yang salah. Perkataan nischitam berarti: untuk jelasnya atau untuk pastinya.
(8) na hi prapasyami mama panudyad, yach chhokam uchchhosanam indriyaanam, avapya bhumav asapatnam riddham, rajyam suranam api cha 'dhipatyam, artinya :
Sebab, aku tidak melihat yang dapat, mengenyahkan duka ini mematikan pancaindriaku walaupun seandainya aku mendapat kekayaan dan kekuasaan, tiada taranya dibumi dan kedaulatan atas kayangan.
Arjuna tidak menginginkan apa-apa selain melepaskan jiwanya dari agoni yang sangat menyiksanya. Konflik jiwanya harus disembahkan dan harus mencapai kesadaran baru yang menyeluruh
(9) sanjava uvacha:, evam uktva hrishikesam, gudakesah paramtapam, na totsya iti, govindam, uktva tushnim babhuva ha, artinya :
Sanjaya berkata: setelah menerangkan kepada krisna, gudakesa berkata kepada gowinda: "aku tidak hendak bertempur", dan kemudian diam tertegun.
Dengan berkata "aku tidak hendak bertempur". Arjuna telah memutuskan dalam hatinya tanpa menunggu penadapat dan nasehat gurunya. Tetapi dengan keadaannya terdiam (tushnim babhuva) suara kebenaran akan dapat didengar. Disinilah sri bagawan (krisna) mendapat kesempatan untuk menyampaikan ajaran-ajaranya kepada arjuna yang ada dalam keadaan menderita tekanan jiwa dari agoni yang sangat berat. Gudakesa = arjuna dan gowinda = krisna.
(10) tam uvacha hrishikesah, prahasann iva bharata, senayor ubhayor madhye, vishidantam idam vachah, artinya :
Dalam keadaan duka nestapanya, ditengah-tengah kedua pasukkan, oh barata, dengan agak tersenyum hrisikesa, berkata kepadanya seperti ini:
Barat disini adalah maharaja dristarastra. Dalam sloka ini, hrisikesa (krisna) dinyatakan tersenyum, bagaikan cahaya kilat yang menerangi gumpalan awan gelap yang terbayang pada wajah arjuna. Senyuman krisna ini adalah sebagai kunci pembuka hati arjuna untuk menerima ajaran-ajaran suci daripadanya supaya membedakan antara jiwa atau rokh dan badan jasmani ini.
(12) na tv eva 'ham jatu na 'sam, na tvam ne 'me janadhipah, na chai 'va na bhavishyamah sarve vayam atah param, artinya :
Tidak pernah ada saat dimana, aku, engkau dan para raja ini tidak ada, dan tidak akan ada saat dimana, kita berhenti ada, sekalipun sesudah ini.
Sudah barang tentu yang dimaksudkan krisna dalam sloka ini "aku, engkau dan para raja" bukanlah badan jasmani, melaikan jiwa yang ada didalam badan jasmani masing-masing, yamng merupakan bagian terkecil daripada jiwa alam semesta. Karena ketidaktahuanlah jiwa individu-individu terbungkus oleh badan jasmani yang terbatas ini merupakan multi ego, seolah-olah terpisah dari kosmos ego. Jiwa yang telah mencapai kelepasan, bersatu dengan jiwa kosms, atau kosmos ego, sedangkan jiwa yang tidak menemui kelepasan mengembara dari satu kelahiran ke-kelahiran lain, selalu terkungkung oleh badan jasmani, dalam bentuk multi ego.
(13) dehino 'smin yatha dehe, kaumaram yauvanam jara, tatha dehantarapaptir, dhiras tatra na muhyati, artinya :
setelah memakai badan ini dari masa, kecil hingga muda dan tua, demikian jiwa berpindah kebadan lain, ia yang budiman tidak akan tergoyahkan.
Manusia memang ditakdirkan untuk hidup melaui masa kecil, masa muda dan masa tua, serta melalui kelahiran dan kematian dan tidak langgeng. Tetapi jiwa yang ada didalamnya tidak mengalami perubahan. Hanya jasmaninyalah yang tidak kekal.
(14) matrasparsas tu kauntenya, sitoshnaskhaduhkhadah, agamapayino 'nityas, tams titikshasva bharata, artinya :
Hubungan dengan benda jasmaniah, oh arjuna, menimbulkan panas dan dingin, senang dan duka, dan semua ini datang dan pergi, tidak abadi, karena pikullah, wahai kuntipura.
Sesungguhnyalah sikap senang dan duka ini ditentukan oleh kekuatan dan badan jasmaniah kita. Tidaklahg benar bahwa seseorang pasti akan bersenang kalau ia mengalami sukses dan bersedih kalau ia menemui kegagalan. Orang dapat mempunyai sikap yang sama sempurna terhadap keduanya; sebab keakuan-lah yang sebenarnya menikmati atau menderita akibat kebiasaan tersebut. Keakuan ini akan terus berbuat demikian selama jiwa dikungkung oleh badan-jasmani ini, dan tergantung kepada pengetahuan dan tindakkan jiwa itu sendiri, tetapi apabila jiwa ini mencapai kelepasan, maka kesadaran menjadi terang, dan ia akan menerima segala sesuatunya (panas dan dingin suka dan duka) dengan tenang dan sempurna, karena ia tahu bahwa semua itu akan datang dan pergi.
(15) yam hi na vyathayanty ete, purusham purusharshabha, samaduhkhasukham dhiram so 'mritatvaya kalpate, artinya :
Orang yang tidak tergoyahkan ini, oh arjuna, yang tetap dalam duka, dan senang, yang teguh iman, patut hidup kekal abadi.
Hidup kekal abadi adalah berbeda dengan yang dialami oleh semua mahkluk hidup didunia ini, ia melebihi hidup dan mati, tidak dihinggapi senang dan duka, panas dan dingin, tidak diganggu oleh segala macam kejadian. Hidup kekal abadi ini adalah kesempurnaan kesadaran akan satunya jiwa dengan jiwa alam semesta yang langgeng.
(16) na 'sato vidyate bhavo, na bhavo vidyate satah, ubhayor api drishto 'ntas tv, anayos tattvadarsibhih, artinya :
Apa yang tiada, tak akan pernah ada, apa yang ada tak akan pernah berhenti, keduanya hanya dapat dimengerti, oleh orang yang melihat kebenaran.
Perkataan sat berarti ada atau nyata dan saat berarti tiada atau tak nyata. Dalam sloka ini sat dimaksudkan jiwa dan asat adalah badan jasmani. Jadi yang nyata adalah jiwa dan yang tak nyata adalah badan jasmani, sebab dalam jangka waktu tertentu badan jasmani tidak tinggal sama, dan sebaliknya yang nyata akan tetap tinggal sama. Seluruh gejala phenomena didunia ini adalah tidak pernah kekal, tiada tinggal sama, sebab itu adalah tak nyata. Jiwa itulah nyata!
 (18) antavanta ime deha, nityasyo 'ktah saririnah, anasino 'prameyasya, tasmad yudhyasva bharata, artinya :
Badan jasmani yang membungkus dia, yang langgeng, tiada terhancurkan, dan tiada terbatas akan habis, sebab itu bertempurlah, wahai barata.
Disini barata dimaksudkan arjuna sendiri. Perkataan aprameya berarti tidak terbatas, tidak dapat diukur, dan perkataan sariri berarti jiwa yang sejati dari tiap individu yang tidak dapat dipikirkan sebab tidak dapat dikenal dengan ilmu pengetahuan yang biasa.
Krisna mencoba mengungkapkan kepada arjuna perbedaan antara jiwa dan bukan jiwa (badan jasmani), yang dalam istilah samkhya disebut purusha dan prakriti, dimana jiwaitu tidak mengenal lahir, hadir, tumbuh, berubah, rusak dan mati seperti benda-benda dan mahkluk hidup biasa.
Jiwa yang langgeng tidak berpindah-pindah dari satu tempat ketempat yang lain, tetapi jiwa yang terbelenggu bergerak dari satu badan kebadan yang lain. Tiap kelahiran membawa badan (anna), hidup (prana) dan pikiran (manah) yang terbentuk daripada materia lam menurut evolusinya dimasa yang kan datang. Apabila badan jasmani menjadi tua dan hancur, maka manah sebagai pembalut jiwa itu merupakankesadaran baginya untuk berpindah-pindah dari satu badan kebadan lainnya, yang disebut inkarnasi atau numitis. Inkarnasi atau numitis ini adalah hukum alam, dan hubungan ini adalah objektif dalam evolusi alam semesta.
Jadi jiwa itu dikatakan mengatasi segala elemen materi, kekal abadi, dan tidak terpikirkan. Oleh karenanya jiwa tidak dapat menjadi subjek maupun objek daripada tindakan atau pekerjaan. Dengan lain perkataan, jiwa itu tidak terkena akibat daripada perobahan-perobahan yang dialami oleh pikiran, hidup dan badan jasmani. Semua bentuk ini bisa berubah, datang dan pergi, tetapi jiwa itu tetap langgeng untuk selamanya. Perkataan mahabaho berasal dari mahantam babu yasya (tvam) dan berarti "yang bersenjata sakti (perkasa)". Yang dimaksudkan dengan perkataan ini ialah arjuna sendiri. Dalam sloka ini, demi untuk argumentasi agar jelas bagi arjuna, krisna mempergunakan perumpamaan dari segi jasmaniah, yaitu : seandainya jiwa ini memang dapat lahir dan mati namun arjuna tidak patut bersedih. Sebab, kalau kedudukan itu sudah dilenyapkan, maka dosa, neraka dan sorga tidak akan ada lagi kelak sesudah hidup ini.
Walaupun kematian itu tidak dapat dielakkan, namun tidakla berarti kita harus membenarkan pembenuhan, bunuh diri dan peperangan. Kita tidak bisa dengan sengaja mengharapkan kematian orang lain dengan alasan bahwa semua orang akan mati. Benarlah hidup ini diakhiri kematian, semua kemajuan akan lenyap, dan tidak sesuatupun yang tetap kekal dilihat dari segi kesementaraannya, namun kesadaran jiwa yang sempurna dapat menjadi kenyataan, dan perkembangan menuju inti tujuan hanya tergantung pada soal waktu dan kejadian-kejadian kosmos dalam dunia ini.
(28) avyaktadini bhutani, vyaktamadhyani bharata, avyaktanidhananany eva, tatra ka, paridevana, artinya :
Makluk pada mulanya tidak kelihatan, hanya kelihatan pada waktu pertengahan, dan menghilang pada akhirnya, kenapa mesti bersedih, oh batara?
Maksud krisna dalam sloka ini adalah untuk menjelaskan bahwa apa yang dikatakan mahkluk itu, yang pada mulanya dan pada akhirnya tidak ada, hanyalah merupakan ilusi pada pertengahannya, yamh oleh karenanya tidak boleh dibiarkan mempengaruhi jiwa kita.
Hanya sedikit sekali yang telah melihat, mendengar dan berbicara tentang dia, karena hanya sedikitlah orang yang merelakan dirinya untuk menjalani disiplin diri, keyakinan membaja dan merelakan diri berbuat kebajikkan tanpa menharapkan buahnya. Walaupun banyak orang yang mempunyai keinginan untuk memiliki kebenaran abadi ini, namun mereka menderita kebimbangan dan kelemahan. Biarpun seandainnya mereka tiada merasa bimbang, namun kebanyakkan daripada mereka tidak sanggup menderitanya dalam mencari kebenaran tersebut.
(30) dehi nityam avadhyo 'yam, dehe sarvasya bharata, tasmat sarvani bhutani, na tvam sochitum arhasi, artinya :
Penghuni badan setiap orang semua, tidak akan dapat dibunuh, karenanya, oh barata, angan duka, atau kematian mahkluk apapun.
Dalam sloka ini karisna kembali menyatakan betapa jiwa atau atman itu sebagai penghuni badan jasmani ini tidak bisa dibunuh. Yang hanya dapat dibunuh adalah badan jasmani, sebab itu krisna menganjurkan kepada arjuna supaya bertempur sebagai ksatria
(31) svadharmam api chaa 'vekshya, na vikampitum arhasi, dharmyad dhi yuddhach chhreyo 'nyat, kshatriyasya na vidyate, artinya :
Apalagi sadar akan kewajibanmu, engkau tidak boleh gentar, bagi ksatria tiada kebahagian lebih besar, daripada bertempur menegakkan kebenaran.
Perkataan swadharma berarti: budi-pekerti pribadi seseorang yang tepat menurut kawajiban hidupnya sendiri swadharma.arjuna adalah sebagai kesatria, yang mempunyai tugas kewajiban unytuk bertempur demi kebenaran, yaitu membela tanah air, bangsa dan agama.
 (33) atha chet tvam imam dharmyam, samgramam na karishyasi, tatah svadharmam kirtim cha, hitva papam avapsyasi, artinya :
Tetapi jika engkau tiada melakukan , perang menegakkan kebenaran ini, meninggalkan kewajiban dan kehormatanmu, mana dosa-papalah bagimu.
Sesunguhnya yang dimaksudkan dengan perkataan perang dan ksatria dalam sloka-sloka ini adalah mengandung pengertian yang lebih mendalam dan bersifat spirituil. Perang menegakkan kebenaran disini dimaksudkan lebih dari membela tanah air, bangsa dan agama.yaitu pergulatan bathin antara yang benar dan yang salah. Mereka yang menghindarinya karena perasaan palsu, lemah dan takut akan dosa. Demikian pula yang dimaksud dengan ksatria disini bukanlah asal kelahiran atau keturunan ethnologi melainkan psikophisik seseorang yang memiliki sifat-sifat dan pengertian akan svadharma.
Banyak caci maki dilontarkan kepadamu, oleh mereka musuh-musuhmu, menjelekkan dan menghina kekuatanmu, adakah yang lebih sedih dari itu?
(37) hato va prapsyasi svargam, jitva va bhokshyase mahim, tasmad uttishtha kaunteya
yuddhaya kritanischayah, artinya :
Andaikata tewas, engkau 'kan pergi kesorga, atau kalau menang , engkau 'kan nikmati dunia maka itu bangkitlah, kunti putra, bulatkan tekad, bertempur maju.
Setelah mengungkapkan kebenaran yang tertinggi, yaitu jiwa atau atman, dan ketidak-kekalan badan jasmani,krisna selanjutnya dalam sloka-sloka diatas menerangkan tugas kewajiban seorang ksatria, baik dilihat dari segi kebenaran metaphisika ataupun kewajiban sosial pada umunya. Jelaslah kepada kita, bahwa adalah mungkin untuk mencapai kesempurnaan yang lebih tinggi dengan jalan melakukan tugas-kewajiban kita atas dasar kebenaran.
(38) sukhaduhkhe same kritva, labhalabhau jayajayau, tato yuddhaya yujyasva, nai 'vam papam avapsyasi, artinya :
Dengan menganggap suka dan duka, laba rugi, menang dan kalah, sama kemudian terus maju bertempur, engkau tiada melakukan dosa.
Walaupun arjuna telah menyatakan bahwa ia tidak menginginkan kemenangan, kesenangan duniawi dan kekuasaan yang tidak terbatas (seperti dalam sloka i.32 dan ii.8), namun krisna disini bermaksud untuk menjelaskan suatu methode dan bukan mengharapkan agar dia menginginkankan sorga dan kebahagian duniawi, dan bhwasannya hanya dengan semangat dan keyakinan yang menyatakan suka dan duka, menang dan kala itu sama, maka dia dapat melakukan tugas kewajibannya dalam situasi dimana ia berada dengan tanpa ikatan pada keinginan memperoleh hasilnya. Dengan jalan demikian karma dapat dilaksanakan dengan tanpa menambah bebanya, dan jalan menuju kelepasan dapat ditempuh.
(39) esha te 'bhihita samkhye, buddhir yoge tv imam srinu, buddhya yukto yaya paartha
karmabandham prahasyasi, artinya :
Itulah bagimu ajaran sankhya, dan kini dengarkanlah ajaran yoga, bila engkau bersedia menerimanya, oh parta, engkau akan terlepas dari ikatan karma.
Dalam bab ini ada dua bagian yang terpisahkan walaupun sesungguhnya kedua bagian tersebut merupakan satu-kesatuan yang tidak dapat dipisahkan, yaitu bagian pertama mengandung ajaran-ajaran sankhya dan bagian kedua berisikan ajaran-ajaran yoga. Dalam ajaran sankhya. Krisna mengungkapkan kepada arjuna pengertian tentang jiwa, atau purusha, atau atman, yang mengatasi segala element materiil, kekal-abadi dan yang berbedah dengan badan jasmaniah yang tidak kekal atau selalu berubah-ubah;ajaran yoga, atau lebih jelasnya karmayoga, menguraikan pengetahuan tentang atman yang tidak dapat dimusnahkan dan kekal abadi yang harus diterapkan kepada sikap, tindakkan dan kerja yang nyata untuk membebaskan-nya dari ikatan kelahiran dan kematian. Sikap, tindakkan dan kerja yang bagaimana?. Yaitu sikap, tindakkan dan kerja yang tidak mempunyai motif kepentingan diri pribadi dan tidak mengharapkan hasilnya. Karmayoga adalah ajaran-ajaran yang mengungkapkan agar atman dibebaskan dari ikatan karmabandham (ikatan hasil kerja)
Dalam bagian kedua bab ini (slika-sloka berikutnya). Krisna menguraikan kepada arjuna bagaimana yoga itu harus dilaksanakan dalam prakteknya.
Dalam karmayoga setiap sikap, tindakkan dan kerja tidak ada yang hilang dan sia-sia, dan semua usaha akan meninggalkan nilai kebersihan dan kesucian jiwa setiap individu yang melaksanakan sikap, tindakan dan kerjanya benar-benar tanpa motif kepentingan diri pribadi dan harapan akan buah hasilnya. Tetapi sebaliknya, apabila sikap, tindakkan dan kerja semata-mata penuh didasarkan atas motif kepentingan diri sendiri dan mengharapkan akan buah dan hasilnya, maka skumulasi karma akan terus bertambah dan ikatan kelahiran dan kematian akan bertambah kuat. Inilah yang dimaksudkan dengan cengkraman ngeri (mahato bhayat).,
Untuk memperoleh kenikmatan dan kekuasaan dalam kedua sloka tersebut diatas. Krisna menunjukkan kepada arjuna kekeliruan orang-orang yang mengatakan dirinya guru dengan mengajarkan pengikut-pengikut memperoleh pahala, kesenangan + kekayaan ekuasaan, dengan jalan upacara-upacara beraneka warna seperti tercantum dalam kitab-kitab suci weda. Ini bukanlah dimaksudkan oleh krisna.
(44) bhogaisvarya prasaktanam, taya 'pahritachetasam, vyavasayatmika buddhih, samadhau na vidhiyate, artinya :
Mereka yang pikirannya terpengaruhi, keinginan akan kenikmatan dan kekuasaan, terjebak oleh ajaran-ajaran demikian, tak terpusatkan, tidak patut untuk samadi.
Dengan perkataan samadhi dimaksudkan pemusatan pikiran kepada kesadaran akan adanya brahman (yang langgeng dan maha tahu) yang diperoleh dengan jalan meditasi terus-menerus dan mendalam. Orang yang pikirannya selalu diburu oleh kekayaan, kenikmatan dan kekuasaan tidak mungkin dapat dipusatkan. Oleh karenanya tidak mungkin dapat bersamadhi.
(45) traigunya vishaya veda, nistraigunyo bhava 'rjuna, nirdvandvo nitya sattvastho, niryogakshema atmavan, artinya :
Veda menguraikan tentang triguna, arjuna, bebaskan dirimu daripadanya, juga dari dualisme, pusatkan pikiranmu kepada kesucian, lepaskan dirimu dari duniawi, bersatu dengan atman.
Yang dimaksudkan dengan triguna adalah sattva, rajas dan tamas,sedangkan guna berarti sifat, atribut dan karakter daripada prakriti atau alam atau badan jasmaniah. Dalam hal ini krisna hendak menjelaskan kepada arjuna bahwa prakriti atau benda jasmaniah memiliki tiga sifat, antribut dan karakter, yaitu sattva, rajas dan tamas. Sattva berarti sifat, antribut dan karakter yang cerdas, terang bersih, bahagia, tenang. Rajas berarti sifat, atribut dan karakter yang lincah, campur baur, bernafsu, susah, gelisah. Tamas berarti sifat, atribut dan karakter yang tolol, gelap, kotor, pulas dan mati. Jadi benda atau badan jasmaniah ini memiliki salah satu daripada guna tersebut.
Krisna mengharapkan agar arjuna membebaskan diri daripada ketiga (tri) macam guna tersebut diatas, atau dengan perkataan lain, membebaskan dirinya daripada ikatan sifat, atribut dan karakter badan jasmaniah ini. Juga ikatan dari dualisme, yaitu baik dan buruk, senang dan suka, panas dan dingin dan sebagainya.
(46) yavan artha udapane, sarvatah samplutodake, tavan sarveshu, brahmanasya vijanatah
artinya :
Seperti sebuah kolam didaerah banjir, digenang air dimana-mana, demikian kitab suci veda
bagi brahmana yang arif-bijaksana.
Dalam sloka ini krisna memberikan suatu perbandingan bahwa seseorang yang telah memiliki pengetahuan tentang atman pada dirinya, maka tiada perlu lagi baginya melakukan persembahyangan dan upacara-upacara seperti tercantum dalam kitab-kitab suci weda, seperti halnya kalau sudah ada air dimana-mana maka tidak dibutuhkan lagi untuk membuat kolam.
(47) karmany eva dhikaras te, ma phaleshu kadachana, ma karmaphala hetur bhur, ma te sango 'stv akarmani, artinya :
Kewajiban kini hanya bertindak, bekerja tiada mengaharapkan hasil, jangan sekali phala menjadi motifmu, jangan pula bediam diri jadi tujuaanmu.
Dalam sloka ini bukanlah dimaksudkan bahwa "bekerja tanpa mengharapkan hasil", orang lalu bersikap ingkar dari segala tujuan bekerja, seperti digambarkan dalam contoh berikut ini : seorang petani yang dengan rajin mengerjakan sawahnya, ketika padinya telah menguning dan masak dituai, karena mengharapkan hasilnya, ia sendiri lalu membakar habis padinya. Bukan ini yang dimaksudkan! Tujuan yang tertinggi dari seseorang adalah bekerja dan bertindak untuk melepaskan jiwanya menuju pembebasab abadi, bersatu dengan atman.
Berdiam-diam atau masa bodo terhadap kewajiban dan tanpa bertindak atau bekerja adalah juga bukan dimaksudkan. Sebab, baik bekerja dengan mengharapkan pahalanya maupun masa bodo terhadap kewajiban kedua-duanya berarti membiarkan yang tidak habis-habisnya.
(50) buddhi yukto jahati 'ha, ubhe sukrita dushkrite, tasmad yogaya yujyasva, yogah karmasu kausalam, artinya :
Orang yang bersatu dengan budi suci, bersikap bebas terhadap baik dan keji, oleh karenanya, laksanakanlah yoga, sebab yoga-lah mahatahu dalam kerja.
Orang yang mengerti karmayoga mencapai status yang lebih tinggi dimana ia terbebas dari dualisme, baik dan buruk. Ia tiada lagi mempunyai motif pribadi atas segala kerja yang dilakukan, dan oleh karennya ia terbebas dari sgala keburukkan dan kejahatan. Pikirannya seimbang, bening, tiada lagi diwarnai oleh sifat, atribut dan karakter yang dimiliki badan jasmaniahnya.
(51) karmaja buddhiyukta hi, phalam tyaktva manishinah, jamabandha vinirmuktah, padam gachchanty anamayam, artinya :
Orang yang jiwanya bersatu dengan yang maha tahu, tiada lagi mengharapkan pahala dari kerjannya, membebaskan diri dari ikatan kelahiran, mencapai tempat dimana duka nestapa tiada.
Orang yang terlepas dari ikatan kelahiran dan mencapai tempat yang tenang dimana tidak terasa lagi duka-nestapa disebut moksha. Moksha tidak pula dicapai walaupun seseorang masih hidup didunia kita ini, moksha ini adalah kelepasan.
 (53) srutivi pratipanna te, yada sthasyati nischala, samadhav achala buddhis, tada yogam avapsyasi, artinya :
Bila pikiranmu, yang dikacaukan sruti, tenang tidak tergoyahkan lagi, tetap seimbang dalam samadhi, itu berarti engkau mencapai yoga.
Kata-kata srotavya sruta dan sruti dalam kedua sloka diatas ini berarti : apa yang telah didengar, apa yang harus didengarkan dan apa yang telah didengarkan. Adapun yang dimaksud dengan sruti (apa yang sedang didengarkan) dalam sloka diatas adalah kitab-kitab suci weda. Bagi orang yang telah mencapai kesadaranjiwa dan telah menyerahkan dirinya kepada atman, maka ia tiada lagi membutuhkan kitab-kitab suci. Ia telah berada ditingkat yang lebih diatas daripada itu.
(54) arjuna uvacha:, sthitaprajnasya ka bhasha, samadhisthasyta kesava, shitadhih kim rabhasheta, kim asita vrajeta kim, artinya :
Arjuna bertanya:, apakah tandanya orang arif-bijaksanadan, dan teguh iman untuk samadi, oh kesawa, betapa pula caranya berbicara, cara duduk, atau berjalan?
Dalam sloka ini ada dua hal yang ditanyakan oleh arjuna kepada arjuna. Pertama, arjuna ingin menegetahui bagaimana ciri-cirinya seseorang yang telah meyerahkan dirinya kepada atman dikala ia bersamadi. Kedua, arjuna ingin mengetahui betapa pula pengaruh kesadaran jiwanya terhadap tindak tanduk dan sikap hidupnya sehari-hari. Kesawa = krisna.
(55) sribhagavan uvacha:, prajahati yeda kaman, sarvan partha manogatan, atmany eva 'tmana tushtah, sthitaprajnas tado 'chyate, artinya :
Sri bagawan berkata:, jika seseorang dapat melenyapkan, oh parta, segala nafsu yang timbul dalam hatinya, dan puas hanya dengan baktinya kepada atman, maka ia disebut orang teguh beriman.
Perkataan kamah berarti segala macam nafsu yang dapat memuaskan pancaindria manusia. Orang yang selalu ingin memuaskan nafsunya, selalu berusaha memburu sasarannya, objeknya. Sesungguhnya orang yang dalam keadaan demikian, bukannya nafsunya yang terkejar, melainkan hatinya tertangkap oleh objek nafsunya, tidak ubahnya sebagai ular yang dibungkus kulitnya sendiri. Jadi, orang yang dapat melepaskan dirinya dari hawa nafsu, dikatakan sebagai ular yang mengelupas kulitnya.
(56) duhkheshv anudvignamanah, sukheshu vigatasprhah, vita raga bhaya krodha, sthitadhir munir uchyate, artinya :
Yang tidak sedih dikala duka, tidak melonjak kegirangan dikala bahagai, bebas dari nafsu, takut dan amarah, ia disebut orang suci teguh beriman.
Perkataan muni berarti orang yang sedang bersamadi. Nafsu, takut dan amarah adalah godaan yang jahat terhadap jiwa seseorang, sedangkan suka dan duka merupakan komponen daripada nafsu. Orang yang telah memutuskan dalam hatinya untuk melakukan meditasi dan berusaha melepaskan diri dari nafsu, takut dan amarah, lambat laun tiada lagi merasakan akibat daripada suka dan duka. Dan pada suatu saat ia merasakan duka dan duka itu adalah sama. Pada waktu itulah ia telah dapat menguasai dirinya, menguasai godaan nafsu, takut dan amarah yang mulanya telah mengepung dia.
(57) yah sarvatra 'nabhisnehas, tat-tat prarya subhasubham, na 'bhinandati na dveshti, tasya prajna pratishthita, artinya :
Yang tidak keinginan apapun jua, tiada lagi hiraukan senang atau duka, walau kebahagian atau kesedihan dihadi, dinamakan memiliki kesimbangan jiwa.
Apabila kebahagian yang dihadapi, hendaknya jangan berlaku dipuji-puji, demikian pula sebaliknya kalau kesedihan yang dihadapi, hendaknya jangan dimaki-maki setengah mati. Ibarat bunga mekar dan kemudian layu, hendaknya diterima seadanya, jangan hanya diwaktu mekar disanjung-sanjung, tetapi dikala layu dibuang, ditendang jauh-jauh. Demikianlah orang memiliki keseimbangan jiwa menghadapi suka dan duka itu dengan sikap yang sama.
 (59) vishaya vinivartante, niraharasya dehinah, rasavarjam raso 'py asya, param drishtva nirvartate.artinya :
Orang dapat mengekang hawa nafsunya, dan seleranya lenyap, tapi kerinduaanya tetap
dan kerinduan ini pun akan lenyap, bila yang maha tahu menampakkan dirinya.
Hawa nafsu memang mungkin dapat dikekang dan objek keinginan akan dilenyapkan, dibuang jauh-jauh. Tetapi orang yang dapat mengekang hawa-nafsunya, belum tentu menyapu kerinduaan terhadap objek keinginannya dari dalam hatinya. Maka itu, pengekangan tidak saja terhadap pancaindria, tetapi juga terhadap jiwa, sehingga jiwa itu bersatu dengan atman. Dan bila jiwa berdatu dengan atman, maka yang maha tahu akan menampakkan diri-nya.
 (61) tani sarvani samyamyam, yukta asita matparah, vase hi yasye 'ndriyani, tasya prajna pratishtthita, artinya :
Setelah dapat menguasai semua itu, ia harus duduk memusatkan pikiran pada-ku, sebab, yang dapat mengendalikan pancaindrianya, dinamakan memiliki keseimbangan jiwa.
Ku dalan sloka ini adalah sama dengan yang maha tahu dalam sloka 59. Disini krisna menjelaskan kepada arjuna, bahwa tanpa pemusatan pikiran dan pengabdian jiwa terhadap brahman (yang maha esa), segala usaha seseorang akan sia-sia. Disiplin jiwa, bukan hanya pemusatan pikiran dan pengekangan hawa nafsu tetapi juga harus disertai dengan kemauan keras dan pengabdian yang terus-menerus.
(62) dhyayato vishayan pumsah, sangas teshu pajayate, sangat samjayate kamah, kamat krodho 'bhijayate, artinya :
Bila orang memikirkan duniawi selalu, maka keinginan daripadanya lahir, dan keinginan ini timbulah nafsu, dan dari nafsu itu bangkitlah amarah.
Nafsu adalah kekuatan lahiriah yang tidak ada bandingannya. Orang bisa mencapai kemegahan dan kemewahan setinggi langit justru karena nafsu tiu. Demikian pula orang bisa terpelanting dan terjerumus kedalam jurang kesengsaraan dan kehinaan. Dan nafsu yang tidak mencapai sasarannya menimbulkan marah yang berkobar-kobar. Nafsu pasti menimbulkan ketenangan dan keseimbangan jiwa.
(63) krodhad bhavati sammohah, sammohat smritivibrahramah, smritibrahmsad biddhonaso, buddhinasat pranasyati. Artinya :
Dari amarah timbulah kebingungan, dari kebingungan hilang ingatan, hilang ingatan menghancurkan pikiran, kehancuran pikiran membawa kemusnahan.
Seperti dijelaskan dalam sloka terdahulu, hawa nafsu membangkitkan amarah. Dalam sloka ini dijelaskan oleh krisna bahwa amarah adalah pangkal kemerosotan psiko seseorang. Emosi kemarahan ini menyeret jiwa seseorang kedalam kebingungan ini membungkus inteleknya. Sehingga kekuataan pikiran yang dipancarkan oleh intelek ini tertutup. Secara psikologis, orang itu dikatakan hilang ingatan. Hal ini dikuti oleh kekusutan (kehancuran) pikiran. Pikiran yang kusut tidak lagi mempunyai kekuatan membedakan dan tidak pula rasional. Pikiran yang tidak rasional inilah meluruskan jalan keruntuhan moral. Inilah yang dimaksudkan kemusnahan seseorang bukanlah ia lalu mati dalam artian jasmani, sebab kenyataan lahiriah biasa menunjukkan bahwa orang yang hidup penuh diliputi hawa nafsu sehari-hari kelihatan segar bugar.
Demikianlah krisna menguraikan degradasi atau kemerosotan moral itu yang pankal mulanya berasal dari pikiran, yang secara halus dan tidak sadar menyusup kedalam jiwa.
Demikian orang yang membebaskan dirinya dari macam gangguan emosi lambat-laun mencapai keseimbangan yang cocok benar untuk samadi.
(66) na 'sti buddhir ayuktasya, na 'cha 'yuktasya bhavana, na 'cha 'bhavayatah santir, asantasya kutah sukhan, artinya :
Yang melepas hawa-nafsu, tak punya kekuatan jiwa, jiwa lemah tidak dapat memusatkan pikiran, tanpa pemusatan pikiran tak mungkin ada ketenangan, dan tanpa ketenangan , dimanakah ada kebahagian?
(67) indriyanam hi charatam, yan mano 'nuvidhiyate, tad asya harati prajnam, vayur navam iva 'mbhasi, artinya :
Bila pikiran hanyut dalam pancaindria, penegertian baik juga terbawa olehnya, ibarat angin topan melanda, perahu hanyut dalam samudera.
Kontras dengan sloka 64. Dalam sloka ini dijelaskan betapa posisi seorang yang berpikiran dan pengertian baiknya terbawa hanyut oleh nilai-nilai keinginan pancaindrianya. Keinginan atau hawa-nafsu yang selalu bergerak dengan kuatnya (bila orang tiada teguh iman) dapat mnegombang-ambingkan jiwa, seperti diibaratkan sebuah perahu dalam sloka ini.
(68) tasmad yasya mahabaho, ningrihitani sarvasah, indriyani 'ndriyarthebhyas, tasya prajna pratishthita, artinya :
Karenanya orang yang dapat mengendalikan, pancaindriannya dari segala nafsunya, objek keinginannya, oh mahabahu ialah jiwanya, mencapai keseimbangan.
Ini bukanlah berarti bahwa pancaindria itu dapat diputuskan dari nafsu dan objek keinginan seseorang. Ia hanya dapat dikendalikan dan ditaklukan oleh kemauan jiwa yang kuat. Mahabahu berarti: yang bersenjata perkasa (sakti) dan yang dimaksudkan adalah arjuna (lihat sloka 26). Disini dimaksudkan : arjuna yang bersenjatakan memtal yang perkasa.
(69) ya nisa sarvabhutanam, tasyam jagarti samyami, yasyam jagrati bhutuni, sa nisa pasyato munch, artinya :
Apa yang gelap bagi mahkluk sekalian, adalah terang bagi m yang mengetahui atman, apa yang siang bagi mahkluk sekalian, adalah malam bagi yang mengetahui atman.
Bagi orang dan mahkluk lainnya kebenaran abadi adalah gelap, tetapi bagi munu (yaitu orang yang mengetahui atman), kebenaran abadi adalah terang benderang. Ia dapat melihat apa yang masih gelap bagi orang biasa. Demikianlah perbedaan pandangan orang biasa dengan orang yang mengetahui atman terhadap kebenaran abadi dalam hidup ini.
Selanjutnya, bagi orang biasa siang hari adalah waktu untuk melakukan segala macam aktivitas untuk mencapai kesenangan hidup dalam dunia ini : tetapi bagi muni kebahagian ini hanya dapat diperoleh diwaktu malam sepi, dimana hiruk-pikuk dan sktivitas manusia sudah tidak ada lagi, hal mana yang sangat cocok untuk melakukan samadi. Jiwanya terjaga dikala orang biasa membangunkan panca indrianya bagi segala objek hawa-nafsu dalam hidup ini.
(70) apuryamanam achala pratishtham, samudram apah pravisanti yadvad, tadvad kama yam pravisanti sarve, sa santim apnoti na kamakami, artinya :
Ibarat sungai mengaliri samudera, walau tetap diisi air namun tetap tenang, demikian orang berjiwa tenang mencapai kedamaian, tetapi bukan orang yang melepas hawa-nafsu.
Samudera yang luas tidak terpengaruh sama sekali oleh aliran air dari beribu-ribu sungai yang bermuara ditepinya. Demikianlah halnya orang yang telah menemukan kedamaian dalam jiwanya tidak terpengaruh oleh reaksi-reaksi jahar dari nafsu yang dihasilkan oleh objek kesenangan duniawi yang silih berganti melintas depanya selama hidupnya didunia ini.
 (72) esha brahmi sthitih partha, nai 'nam prapya vimuhyati, sthitva 'syam antakale ;pi, brahmanirvanam richchhati, artinya :
Inilah tingkat kesucian, oh parta, dia yang telah sampai ditingkat ini
walau maut tiba, tiada bingung lagi, dan mencapai nirwana bersatu dengan brahman.
Orang yang telah melemparkan jauh-jauh hawa nafsu, tiada lagi mempunyai keinginan dan perhitunagn akan sesuatu untuk kebesaran atau keagungan dirinya sendiri. Ia tiada lagi mempunyai rasa ke-aku-an dan tiada memiliki benda jasmaniah sebagai kepunyaannya.
Dalam keadaan demikianlah ia disebut mencapai samtim, kedamaian, yaitu lenyapnya semua suka dan duka dalam kehidupan didunia kita ini.
Didalam evolusinya, ia lalu mencapai nirvana, kesempurnaan. Dalam kitab suci dhammapada, gautama budhha menjelaskan seperti berikut : "kesehatan adalah keberuntungan yang terbesar, kepuasan (dalam kesederhanaan) adalah kekayaan yang paling melimpah-limpah, keyakinan adalah kawan sejati dan nirwana adalah kebahagian yang tertinggi". Inilah artinya nirwana.
Oranng yang mencapai moksa adalah mencapai tempat brahman yang maha tunggal, yang absolut, jiwa yang maha agung, dan tinggal selam-lamanya distu bersama-nya.
Tempat ini disebut brahmanirwana.
Ity srimad bhagavadgitasupanishatsu brahmavidyayam, yogasastre srikrishnarjuna, amvade, samkhyayogo nama dvitiyo 'dhyayah.
Maka berakhirlah bab kedua upanishad bhagavadgita, mengenai ilmu penegtahuan, tentang yang maha esa, kitab suci yoga dan dialog antara sri krisna dan arjuna yng berjudul smkhyayoga
3. AJARAN KARMA
Arjuna bertanya bhwasanya kalau memang benar ilmu pengetahuam lebih mulia daripada tindakkan (kerja), mengepa harus melakukan tindakan-tindakan kejam membunuhi sanak
Keluarga?. Dalam bab ketiga ini krisna memberi jawaban : tindakan (kerja) adalah merupakan hukum alam.
Bekerja seperti telah diwajibkan dengan kebaktian dan pengabdian kepada brahman, tanpa megharapkan keuntungan pribadi demi kesejahteraan dan kebahagian sesama umat manusia. Dan melakukan kewajiban sendiri walaupun dengan tidak sempurna lebih baik daripada kewajiban orang lain walaupun dikerjakan dengan sempurna. Inilah disiplin hidup.
Tindakkan digerakkan oleh hukum-alam ini dan bukan oleh jiwa yang ada dalam badan jasmaniah ini. Sifat alam menimbulkan amarah dan nafsu yang dapat menyebabkan orang terikat oleh keinginan akan pahala kerja.
Maka itu, janganlah sampai tertipu oleh sifat alam ini, tetapi berhenti bekerja berarti melawan hukum alam dan dunia kan hancur.
Tunjukkanlah segala tindakkan kepada brahman, bebas dari keinginan nafsu dann ke-aku-an, enyahkan rasa gentas dan bertempur, beri contoh kepada yang lebih bodoh!
 (1) arjuna uvacha:, iyayasi chet karmanas te, mata buddhir janardana, tat kim karmani, hore mam, niyojayasi kesava, artinya :
Arjuna bertanya:, wahai janardana, kalau engkau berpikir, bahwa ilmu pengetahuan lebih mulia dari tindakkan, melakukan tindakkan kejam ini, oh kesava?
(2) vyamsrene 'va vakyena, buddhim mohayasi 'va me, tad ekam vada nischita, yana sreyo 'ham apnuyam, artinya :
Uraian-mu agak kacau membingungkan pikiranku, dari itu, katakanlah kepadaku dengan pasti, satu-satunya jalan yang dapat kutempuh, untuk mencapai kebahagian abadi
Arjuna berpendapat bahwa berperang, bertempur saling bunuh-membunuh adalah ghore, kejam, buas dan kasar. Walaupun bagi seorang ksatria membunuh dalam peperangan itu adalah suatu kewajiban, namun arjuna menolak untuk berbuat demikian sebab hatinya tiada tega melakukan kekejaman tersebut, apalagi untuk membunuh anak kandangnya sendiri.
Uraian krisnadalam bab ii tiada mudah ditangkap oleh arjuna, yang menyebabkan ia salah mengerti. Ia bertambah bingung menangkap ajaran krisna seolah-olah sri bagawan menyatakan bahwa bekerja untuk memperoleh penghargaan adalah lebih rendah derajatnya daripada bekerja tanpa keinginan dan kepentingan pribadi, dan ilmu pengetahuan tanpa tindakkan adalah lebih baik daripada tindakkan atau kerja.
Kalau memang cara ilmu pengetahuan lebih baik untuk mencapai kebahagian abadi daripada kerja? Lebih-lebih tindakan untuk membunuh dalam peperangan. Demikian pertanyaan arjuna, dan ia mengharapkan benar-benar petunjuk yang pasti dari guru-nya.
(3) sribhagavan uvacha:, loke 'smin dvividha nishtha, pura prokta maya 'nagha, jnanayogena samkhyanam, karmayogena yoginam, artinya :
Sri bagawan berkata:, telah kukatakan sejak dahulu, oh anagha, ada dua disiplin dalan hidup ini, jalan ilmu penegtahuan bagi cendikiawan, jalan tindakkan, kerja bagi karyawan
Seperti dalam ilmu-psikologi dewasa ini, krisna menjelaskan kepada arjuna, bahwa memang pada umumnya ada dua macam pencari kebenaran abadi ini, yaitu mereka yang mencari kebenaran abadi dengan jalan ilmu pengetahuan dan kerohanian, dan mereka yang mencari kebenaran dengan jalan pengabdia dan kerja sehari-hari tanpa menghitung-hitung pahala yang akan diperoleh. (anagha seperti orang yang tidak bersalah; disini dimaksudkan arjuna, sebab ia belum mengerti). Baik orang menempuh jalan tersebut memberi effek yang sama terhadap usaha mencapai kebahagian abadi itu. Kedua jalan tersebut tidaklah ekslusif sama sekali, melainkan pada suatu tingkatan usaha, kedua-duanya isi-mengisi.
Kedua-dua jalan itu sama nilainya. Jalan kerja ditempuh oleh orang biasa dalam kehidupannya sehari-hari, sedangkan jalan ilmu pengetahuan ditempuh oleh mereka yang jiwanya telah diterangi dengan ajaran-ajaran kerohanian.
(4) na karmanam anarambhan, naishkarmyam purusho 'snute, na cha samnyasanad eva, siddhim samadhigachchhati, artinya :
Orang tidak akan mencapai kebebasan, karena diam tiada bekerja, juga ia tak-kan mencapai kesempurnaan, karena menghindari kegiatan kerja.
Memang ada anggapan bahwa untuk mencapai kebebasan, orang harus menghentikan segala kerja dan kegiatan lainnya, agar bebas sama sekali dari hasil kerja tersebut. Demikian pula untuk mencapai kesempurnaan, orang hasrus menghindari segala kegiatan kerja, agar pahala tidak mendatangkan, seperti halnya aksioma yang mengatakan ada saksi pasti ada reaksi. Jadi ada kerja pasti ada hasilnya, baik atau buruk.
Bukankah itu yang dimaksudkan krisna! Kebebasan yabg dimaksudkan adalah bukan bebas tanpa kerja, melainkan bebas dari ikatan belenggu kerja itu sendiri. Dan kesempurnaan yang dimaksudkan adalah bukan menghindari kegiatan kerja, melainkan menghindari nafsu keinginan untuk memperoleh pahala daripada hasil kegiatan kerja itu sendiri.
(5) na hi kaschit kshanam api, jatu tishthaty akarmakrit, karyate hy avasah karma, sarvah parkkitijair gunaih, artinya :
Tidak seorang pun tidak bekerja, walaupun untuk sesaat jua, karena dengan tiada berdaya manusia, dibuat bertindak oleh hukum alam.
Selama manusia hidup didunia ini, ia tidak bisa menghindarkan diri dari tindakkan atau kerja. Berfikir adalah suatu tindakkan kerja. Berjalan, berbuat sesuatu dan sebagainya adalah suatu tindakkan atau kerja. Orang tidak akan dapat menghindarinya, ia tidak bisa lari dari tindakkan ini, dari sifat atau hukum prakriti (alam, benda jasmaniah).
Hanya dia yang mengetahui atman bisa terbebas dari belenggu nafsunya, tidak mengetahui atman dan akan selalu dibelenggu oleh hukum alam ini.
(6) karmendriyani samyamya, ya aste manasa smaran, indriyarthan vimudhatma, nithyadharah sa uchyate, artinya :
Yang duduk, mengontrol pancaindrianya, tetapi pikirannya terus mengenang kenikmatan,
sebenarnya bingung, menipu dirinya, dan dinamakan seorang hipokrat.
Orang munkin menutup matanya supaya tidak melihat yang indah-indah atau cantik-cantik, orang mungkin menutup mulutnya supaya tidak makan yang enak-enak atau nikmat-nikmat, tetapi kalau membiarkan pikirannya dan keinginannya tidak terkontrol, maka ia gagal dalammeresapkan arti disiplin hidup ini. Demikian pula, orang mungkin dapat menahan pikiran dab keinginannya, tetapi kalau membiarkan alam pancaindrianya (mata, mulut, telinga dan sebagainya) berkeliaran, maka ia tidak mengerti sesungguhnya apa arti disiplin hidup ini.
Pengekangan alat pancaindria adalah sebagai pendahuluan daripada kontrol pikiran dan keinginan, atau dengan perkataan lain, kontrol jasmaniah adalah pendahuluan daripada kontrol rokhaniah.
(7) yas tv indriyani manasa, niyamya 'rabhate 'rjuna, karmendriyaih karmayogam, asaktah sa visihyate, artinya :
Tetapi orang yang dapat mengendalikan, pancaindrianya dengan pikiran, oh arjuna, dan bekerja tanpa mementingkan diri, ia itu adalah orang utama
Pengendalian pancaindria oleh pikiran perlu sekali untuk membersihkan jiwa dari hawa-nafsu dan keinginan. Pengontrolan alat pancaindria bukanlah berarti menghentikan kegiatan atau tindakkan dan kerja. Pengendalian atau pengontrolan ini penting sekali bagi pemusatan pikiran untuk menjuruskan segala kegiatan dan pancaindria kearah tindakkan dan kerja yang baik dan benar.
Dengan tindakkan dan kerja yang baik dan benar selanjutnya pikiran dapat dipusatkan untuk pekerjaan dan pengabdian yang lebih sempurna tanpa kepentingan diri sendiri. Tindakkan dan kerja yang demikian inilah dapat membebaskan jiwa dari belenggu prakriti (alam, benda jasmaniah).
(8) niyatam kuru karma tvam, karma iyayo hy akarmanah, sarirayatra 'pi cha te, na prasidhyed akarmanah, artinya :
Bekerjalah seperti yang telah ditentukan, sebab bekerja lebih baik dari tak kerja, kalau engkau tidak bekerja, kalau sehari-haripun tidak mungkin
Perkataan niyatam berarti: pekerjaan yang telah ditentukan. Maksud sloka ini adalah, bahwa tiap-tiap orang dalam hidup mempunyai tugas pekerjaan yang telahditentukan sesuai dengan bakat dan pilihannya sejak ia masih kecil. Sebagai seorang guru, krisna mengharapkan agar arjuna bekerja dan bertindak seperti apa yang telah ditentukan baginya sebagai seorang ksatria.
(9) yajnarhat karmano 'nyatra, loko 'yam karma bandhanah, tadartham karma kauteya, mukta sngah samachara, artinya :
Kecuali untuk tujuan berbakti, dunia ini dibelenggu oleh hukum kerja, karenalah bekerjalah demi bakti, tanpa kepentingan pribadi, oh kuntipura.
Perkataan yajna berarti : bakti pengabdian, persembahaan dan yajnartha berarti : semua pekrjaan, nasehat krisna kepada arjuna, harus dilaksankan dengan semangat pengabdian, berbakti kepada yang maha esa. Walaupun dunia ini (termasuk juga manusia) dibelenggu oleh hukum kerja, namun kalau kerja itu dilaksanakan dengan motif kepentingan diri sendiri, melainkan demi berbakti dan mengabdi, mak belenggu itu tidak lagi mempunyai kekuatan mengekang.
(10) sahayajnah prajah srishtva, puro 'vacha prajapatih, anena prasavishya dhvam, esha vo 'stv ishta kamadhuk, artinya :
Dahulukala prajapati menciptakan manusia, bersama bakti persembahannya dan berkata:
dengan ini engkau akan berkembang biak, dan biarlah ini jadi sapi perahmu.
Perkataan prajah berarti : manusia, rakyat, dan perkataan prajapati berarti : pencipta atau brahman. Perkataan kamadhuk berarti : sapi kepunyaan indra yang dapat memenuhi keinginan manusia. Jadi kisahnya, pada waktu brahman, yang maha esa menciptakan manusia, ia diberi kekal oleh-nya seekor sapi kepunyaan indra untuk diperas susunya. Berbarengan dengan lahirnya manusia itu, lahir pula tugas pekerjaannya untuk berbakti kepada-nya. Tetapi oleh karena sapi indra itu dapat dipenuhi sehingga ia lupa kepada bakti persembahannya. Demikianlah kisahnya.
(11) devan bhavayata 'nena, te deva bhavayantuvah, parasparan bhavayantah, sreyah param avapsyatha, artinya :
Dengan ini, pujalah dewata, semoga dewata memberkahi engkau, dengan saling menghormati begini, engkau mencapai kebajikan tertinggi.
Perkataan devan berarti : devata yaitu kekuatan-kekuatan yang bercahaya yang mengatur fungsi kosmos (alam semesta) ini dalam evolusinya. Untuk mudahnya, ia digambarkan sebagai mahkluk yang lebih tinggi daripada manusia.
Krisna mengajarkan kepada arjuna dokrim yang menyatakan bhwa manusia harus memuja atau menghormati dewata, yaitu yang tiada lain daripada kekuata-kekuatan yang mengatur fungsi kosmoskita ini,, sebagai pernyataan terima kasih manusia yang menghormati kekuatan-kekuatan tersebut, berarti mngerti akan tugas dan kewajiban hidupnya. Dan barang siapa mengerti akan tugas kewajibannya akan mencapai kebajikan yang tertinggi. Disini memuja atau menghormati dewata seperti diterangkan diatas bukanlah persoalan polytheisme atau monotheisme seperti sering diinterpretasikan oleh kaum sarjana atau cerdik pandai. Sebab dewata atau kekuatan-kekuatan yang mengatur fungsi kosmos itu tiada lain daripada bagian brahman, yang maha esa, yang absolut, seperti halnya jiwa manusia adalah bagian daripada jiwa yang tunggal
(12) ishtan bhogan hi vo deva, dasyante yajna bhavitah, tair datt apradayai 'bhyo, yo bhunkte stena eva sah, artinya:
Sebab, dengan pujaanmu dewata, akan memberkahi kebahagian bagimu, dia yang tidak membalas rahmat ini, kepada-nya, sesungguhnya adalah pencuri.
(13) yajna sishtasinah santo, muchyante sarva kilbishaih, bhunjate te ty agham papa, ye pachanty atma karanat, artinya :
Yang baik makan setelah upacara bakti, akan terlepas dari segala dosa, tetapi menyediakan makanan lezat hanya bagi sendiri, mereka ini, sesungguhnya makan dosa.
Seperti telah diterangkan diatas (lihat sloka 90, yajna berarti bakti, pengabdian atau persembahan. Dalam kategorinya, yajna itu dapat dibagi sebagai berikut : (a) brahma-yajna-berbakti kepada brahman, yang maha esa, (b) deva-yajna-berbakti kepada para dewata, yaitu kekuatan-kekuatan yang mengatur fungsi kosmos ini, (c) pitri-yajna-berbakti kepada nenek moyang dan orang tua, (d) nri-yajna-memberikan sedekah kepada yang miskin dab sengsara, dan (e) bhuta-yajna-memberikan makan kepada binatang.
Melakukan yajna kepada mereka yang tersebut diatas itu adalah menjadi tugas manusia dalam hidup ini. Inilah yang dinamakan kerja atau tindakkan. Setiap pembaktian atau pemberian kepada mereka harus dilakukan dengan hati suci dan semangat pengorbanan.
Menurut krisna. Orang yang baik dan berbudi luhur mendahulukan pembektian ini daripada kebutuhannya sendiri, dan berdosalah orang yang hanya ingat kepada dirinya sendiri menyediakan makanan yang lezat-lezat tanpa ambil pusing terhadap yajna-yajna yang harus dilakukannya.
(14) annad bhavanti bhutani, parjanyad annasambhavah, yajnad bhavanti parjanyo, yajnah karma samudbhavah, artinya :
Karena makanan, mahkluk hidup, karena hujan makanan tumbuh, karena persembahan hujan turun, dan persembahan lahir karena kerja.
(15) karma brahmodbhavam viddhi, brahma 'kshara samudbhavan, tasmat sarvagatam brahma, nityam yajne paraishthitam, artinya :
Ketahuilah, kegiatan kerja lahir dari brahman, dan brahman datang dari yang maha esa,
dari itu, brahman yang melingkupi semua, selalu ada disekitar persembahan.
Dalam kedua sloka diatas ini jelas dilukiskan ajaran tentang hubungan antara kerja, berbakti (persembahan) hidup dan brahman, yang merupakan suatu prinsip daripada sebab dab akibat pencipta manusia seperti tercantum dalam sloka 10.
Benarlah kiranya kalau direnungkan dari segi ilmu pengetahuan biasa, kerja yang melahirkan persembahan mendatangkan hujan. Contoh yang mudah dapat dimengerti misalnya, dimana tanah tandus, pohon-pohonan tidak ada, maka hujan pun tidak turun. Tetapi kalau tanah-tanah tandus ini dikerjakan dengan semangat pengabdian dan persembahan, ditanami pohon-pohonan sehingga menjadi hutan, maka hujanpun akan turun. Dengan adanya air mahkluk akan hidup. Dan hidup adalah berakar pada brahman, yang abadi. Jadi hidup dan kerja itu berkisar dalam lingkaran persembahan (yajna).
(16) evam pravatitam chakram, na 'nuvartayati 'ha yah, aghayur indriyaramo, mogham partha sa jivati.artinya :
Yang tak-ikut memtar roda hidup ini, selalu hidup dalam dosa,menikmati kehendak hawa-nafsunya,oh parta, ia hidup sia-sia.
Dalam sloka ini krisna ingin menjelaskan bahwa manusia individu dan kosmos semesta ini adalah bergantung satu sama lain. Hidup individu manusia dan hidup kosmos semesta saling bergantungan. Ia yang bekerja hanya untuk dirinya sendiri adalah sia-sia, karena putaran roda hidup adalah disebabkan adanya kerjasama antara manusia dan mahkluk lain yang lebih suci. Demi kerjasama ini perlu adanya persembahan.
(17) yas tv atmaratir eva syad, atmatriptas cha manavah, atmany eva cha samtushtas, tasya karyam na vidyate, artinya :
Tetapi mereka yang selalu mengabdi atman, dan puas akan segala rahmat-nya, hidup bahagia begini dengan atman, tiada lagi ikatan kerja baginya,
Mereka yang hidup penuh dengan semangat berbakti dan rela berkorban, serta menerima apa saja sebagai rahmat-nya, terbebas dari belenggu ikatan kerja, yang membuat mereka bersatu dengan yang maha semesta.
 (19) tasmad asaktha satatam, karyam karma samachara, asakto hy acharan karma, param apnoti purushah, artinya :
Dari itu laksanakanlah segala kerja, sebagai kewajiban tanpa harap keuntungan, sebab kerja tanpa keuntungan pribadi, membawa orang ke-kebahagian tertinggi.
Dalam tingkatan, kerja dilakukan orang adalah paling mulia apabila ia dilaksanakan tanpa tujuan untuk memperoleh pahala bagi kepentingan diri pribadi. Demikian pula pekerjaan yang disertai dengan persembahan sebagai tanda berbakti, jauh lebih mulia daripada pekerjaan yang mengangkat orang pada penyucian dan kesempurnaan pikiran dan jiwanya.
(20) karmanai 'va hi samsiddhim, asthita janakadyah, loka samgraham eva 'pi, sampasyan kartum arhasi, artinya ;
Dengan berja demikian janaka, dan yang lainya mencapai kesempurnaan, demi kebahagian dan kemanusian didunia, engkau juga harus laksanakan kewajibanmu.
Perkatan loka samgraha berarti : pengemban kemanusiaan didunia. Disini krisna memberi contoh orang-orang berjiwa besar yang telah melaksanakan kewajiban hidup mereka untuk kebahagian serta kemanusian dengan jalan menyelamatkan dunia dari kondisi materiil dan moral. Dalam hubungan ini krisna menyebut nama raja janaka.
Janaka adalah raja dari negeri mithila, ayah dari sita dewi dan mertua dari sri rama. Namanya sering disebut-sebut sebagai seorang acharya, sebagai contoh dalam soal-soal membawakan kebahagian bagi rakyatnya dan memupuk rasa kemanusiaan yang agung pada jamannya. Janaka sendiri dalam masa hidupnya mencapai kesadaran jiwa dan kebahagian abadi dengan segala aktivitas kerjanya, tanpa motif-motif kepentingan diri pribadinya, tidak henti-hentinya sampai saatnya terakhir. Rasa "aku" dan "punyaku" tidak ada lagi padanya. Ketika istananya dan segala isi dalam istanan itu musnah terbakar, ia berkata : "tiada satupun punyaku terbakar".
(21) yad-yad acharati sreshthas, tad-tad eve 'taro janah, sa yat pramanam kurute, lokas tad anuvarrtate, artinya :
Apa saja yang dilakukan orang besar, orang lain akan mengikutinya, contoh apa saja yang diberikannya, seluruh dunia akan menurutinya.
Orang biasa akan selalu mengikuti jejak orang-orang besar dari jaman dahulukala. Orang-orang besar ini memang telah dilahirkan untuk membawa cahaya bagi pikiran dan rakyat biasa dalam menempuh hidup mereka didunia ini. Ada yang lahir sebagai bagawan, ada pula sebagai awatara, dan ada pula sebagai nabi.
 (24) utsideyur ime loka, na kuryam karma ched aham, samkarasya cha karta syam, upahanyam imah prajah, artinya :
Jika aku berhenti bekerja, didunia ini akan hancur lebur, dan aku jadi pencipta keruntuhan, memusnahkan manusia ini semua.
 (26) na buddhi bhedam janayed, ajnanam karma sanginam, joshayet sarva karmani, vidvan yuktah samacharan, artinya :
Janganlah mereka yang bijaksana, membingungkan yang bodoh bekerja bernafsu, melainkan membiarkannya semua bekerja, sambil memberi contoh bekerja berbakti.
(barata = arjuna) dalam kedua sloka ini krisna hendak memperingatkan kepada kita bahwa mereka yang pandai dan bijaksana hendaknya jangan membingungkan dan melemahkan keyakinan mereka yang mempunyai pengetahuan sederhana terhadap kerja mereka dalam hidup ini. Sebab, walaupun mereka bodoh semua pada dasarnya mempunyai rasa tanggung jawab kepada kerja, pangabdian dan kecintaan. Elemen-elemen inilah merupakan fondasi keyakinan mereka. Mungkin karena ketidaktahuan mereka terkadang timbul gejala-gejala yang sukar diteloransikan. Oleh karenanya mereka harus dituntun bukti perbuatan ketja yang nyata sehingga mereka menyontohnya. Ketahuilah bahwa keyakinan mereka adalah lebih luas dan mendalam daripada kepercayaan mereka. Dan mengangkat moral serta budipekerti tidaklah dapat dilakukan dengan jalan meloncat tiba-tiba melainkan setapak demi setapak ketempat yang lebih tinggi.
 (29) prakkriter guna sammudhah, sajjamte guna karmasu, tan akritsnavido mandan, kritsnavin na vichalayat, artinya :
Mereka yang tertipu sifat guna, terikat pada keinginan yang dihasilkan olehnya, tetapi yang mengerti jangan sampai menyesatkan, mereka yang pengetahuannya tiada sempurna.
(mahabahu = arjuna untuk mengetahui istilah guna, baca sloka II.45). Guna adalah batas kebebasan manusia yang diperoleh dari kelahiran dan lingkungan yang mempunyai kekuatan membelenggu. Pengalaman hidup seseorang dapat menambah atau mengurangi akumulasi kekuatan belenggu guna ini. Pengalaman ini diperoleh daritindakkan atau kerja selama hidupnya, seperti halnya proses kosmos semesta ini adalah akibat (hasilnya) adalah diperbuatannya sendiri. Tetapi orang yang mengerti dapat membebaskan dirinya dari belenggu guna ini yang berarti pula bebas dari ikatan hasrat mengejar pahala kerja.
(30) mayi sarvani karmani, samnyasya 'dhyatmachetasa, nirasir nirmamo bhutva, yudhyasva vugatajvarah, artinya :
Tunjukkan semua kerjamu kepada-ku, dengan pikiranmu terpusat pada atman, bebas dari nafsu keinginan dan ke-aku-an, enyahkan rasa gentar dan, bertempurlah!.
Seperti dalam sloka-sloka 22, 23 dan 24. Krisna kini menyatakan dirinya bukan hanya sebagai rasul atau nabi, melainkan sebagai penjelmahan daripada brahman, jiwa atau atman sendiri, dan menasehatkan kepada arjuna supaya menyerahkan dan mendedikasikan jiwanya kepada atman, yang bersemayam dalam tubuhnya. Dengan jalan penyerahan dan pengabdian serupa ini, arjuna akan dapat menyadari bahwa dirinya adalah sebagai alat belaka sedangkan pelaksanaannya adalah atman sendiri. Dalam kondisi demikianlah rasa takut dapat dihapus.
Memang krisna mengakui bhwa banyak orang yangtidak mengikuti, malaham mencela, ajarannya. Hal ini dapat dijelaskan sebab-sebabbya yang terletak pada sikap orang masing-masing, baik yang pandai maupun yang bodoh. Pada mereka ini, kekuatan belenggu prakriti yang termanifestasikan dalam sifat guna menjadi sifat mereka sendiri. Maka itu sering orang mengatakan : "aku tidak dapat melakukan hal ini, sebab tidak sesuai dengan sifat-sifatku". Demikian kuat belenggu prakriti sehingga orang tidak mungkin dipaksa lagi. Tetapi ini bukan berarti bahwa apa yang dinyatakan dalam sloka-sloka ii.61 dan ii.68 tidak dapat dilakukan. Tenaga dan pikiran manusia harus dapat diarahkan untuk mencapai pengekangan hawa-nafsu sampai pada saat terakhirnyapun (apabila perlu), sebab kemajuan bukan kemunduran dan penyucian bukan penodaan menjadi sifat jiwa yang sesungguhnya.
(34) indriyasye 'ndriyasya 'rthe, raga dveshau vyavasthitau, tayor na vasam agachchet, tau hy asya paripanthinau, artinya :
Cinta dan benci pada suatu objek keinginan, terletak pada objek keinginan itu sendiri, janganlah ada yang menyerahkan kepada keduanya, sebab keduanya merupakan penghalang belaka.
Mendengar sesuatu objek dari pendengaran, demikian pula melihat sesuatu adalah objek dari penglihatn. Orang boleh menyatakan suka atau tidak suka atas objek pendengaran atau penglihatannya, tetapi orang harus mengerti bahwa kesukaan atau ketidak-sukaanya adala timbul dari emosinya. Kalau orang ini menjadi korban dari emosinya, maka rasa senang dan tidak senang (cinta dan benci) menguasai kesadaranya. Dalam kondisi yang demikian, hidupnya tidak bertujuan lagi dan inteleknya hilang, tidak ubahnya seperti binatang biasa. Emosi inilah yang harus ditundukkan.
(35) sreyan svadharmat vigunah, paradharmat svanushthitat, svadharme nidhanam sreyah, paradharmo bhayavahah, artinya :
Lebih baik menunaikan kewajiban sendiri walau selesainya tiada sempurna, daripada tugas orang lain walau dengan baik, daripada dalam kewajiban orang lain, daripada dalam kewajiban orang lain yang sangat berbahaya.
Dalam sloka ini krisna ingin menyinggung keinginan arjuna yang memilih hidup sebagai peminta-minta daripada bertempur dan membunuh sanak-kandangnya (seperti dinyatakan dalam sloka ii.5). Peminta-minta dalam hubungan ini dimaksudkan bhikshu atau samnyasi, yang dalam tradisi dan agama dimaksudkan orang yang menanggalkan semua hidup keduniawian ini, dan pergi betapa mencari kebenaran abadi. Untuk hidup sederhana sekedarnya sehari-hari, ia pergi meminta-minta.
Hal ini tidaklah disetujui oleh krisna, sebab svadharma(kewajiban sendiri). Arjuna sebagai ksatria adalah menunaikan tugas dimedan pertempuran, seperti halnya petani svadharmanya adalah mengerjakan sawah ladang, nelayan svadharmanya adalah menangkap iakan, dan seterusnya. Kalau ada orang yang meletakkan tugas kewajibanya sendiri lalu mengerjakan pekerjaan orang lain, masyarakat akan jadi kacau, dan dimata yang maha esa nilai terakhir daripada hasil tugas kewajiban seseorang adalah letak pada semangat pengabdian yang diletakkan pada kerja itu sendiri. Semangat pengabdian yang diletakkan pada suatu kerja membersihkan jiwanya dan mendekatkan kepada ke-bahagian abadi.
(36) arjuna uvacha, atha kena prayukto 'yam, papam charati purushah, anichchhannapi varshneya, balad iva niyojitah, artinya :
Arjuna bertanya, tetapi apakah, oh warsneja, yang mendorong orang berbuat dosa, walau bertentangan dengan nuraninya, seolah-olah dengan paksa.
(warsneja + keturunan bangsa wrisni, yaitu yang dimaksud adalah krisna). Kini arjuna mulai dengan pertanyaan baru, karena (sebagai halnya sendiri) ia merasa bahwa orang sering merasa terpaksa berbuat sesuatu yang bertentangan dengan kemauannya (anichcannapi).
(37) sribhagavan uvacha, kama esha krodha esha, rajoguna samud bhavah, mahasano mahapapma, viddhy enam iha vairinam, artinya :
Sri bagawan menjawab, itulah amarah, itulah nafsu, lahir daripada sifat guna, keduanya memusnahkan penuh dosa, ketahuilah, kedua ini adalah musuh.
Perkataan rajoguna berasal dari kata-kata rajas + guna yang berarti sifat guna yang penuh dengan nafsu (selanjutnya baca sloka ii.45, tentang kata-kata rajas dan guna). Mahasano = memusnahkan, mahapapma = penuh dosa. Kama = nafsu. Krodha = amarah. Menurut orang arif bijaksana amarah berasal dari nafsu yang terhalang menjadi = amarah. Dengan perkataan lain nafsu dan amarah adalah sama (sloka ii.2a).
(38) dhumena 'vriyate vahnir, yatha 'darso malena cha, yatho 'ibena 'vrito garbhas, tatha tene 'dam avritham, artinya :
Bagai api diselubungi asap, bagaikan cermin diliputi debu, bagai bayi dibungkus dalam kandungan, demikian pula dia diselimuti olehnya.
Perkataan "dia" dan "olehnya" dalam kalimat terakhir sloka ini masing-masing dimaksudkan jiwa atau atman dan nafsu atau amarah. Demikianlah kalau orang lagi bernafsu atau amarah jiwanya tertutup oleh sifat-sifat guna yaitu sattva, rajas dan tamas, yang tergantung pada tingkatan nafsu dan amarahnya. Makin keras nafsu atau amarahnya, makin kuat pula jiwanya tertutup oleh sifat guna itu.
Apabila nafsu dan amarahnya tiada begitu keras, maka jiwanya diselubungi oleh sifat guna sattva yang diibaratkan seperti api diselubungi asap, kalau ada angin sedikit saja asap dapat diterbangkan dan apipun segera kelihatan. Manakala nafsunya atau amarahnya bertambah keras, maka jiwnya diliputi oleh sifat guna rajas yang diibaratkan seperti cermin diliputi debu, dimana diperlukan usaha untuk mengosok debu itu sehingga cerminnya kelihatan. Tretapi kalau nafsunya atau amarahnya sangat keras, maka jiwanya dibungkus dalam kandungan, dimana dibutuhkan waktu, usaha dan keahlian supaya jiwa atau atman harus dibebaskan dari ketiga macam guna ini yang merupakan sifat, atribut dan karekter daripada prakriti atau benda jasmaniah dalam dunia kita ini.
(39) aviritam jnanam etena, jnanino nityavairina, kamarupena kaunteya, dushpurena 'nalena cha, artinya :
Tutuplah ilmu pengetahuan kuntipura, bagi mereka yang arif bijaksana, oleh hawa nafsu yang tidak puas-puasnya, yang merupakan musuh utama.
Hawa nafsu utama dari kemanusian. Bagi 100 orang yang bodoh, yang mempunyai pikiran yang sangat sederhana, hawa-nafsu itu tidak demikian rupa mencekammya seperti pada orang yang pandai, yang mempunyai pikiran yang cerdas.
Bagi prang bodoh hawa nafsu itu menyiksanya sesaat saja, orang pandai haewa0nafsu itu menyiksanya lebih kejam lagi, sebab makin berusaha ia memenuhi hawa nafsunya dengan objek keinginannya, makin besar pula berkobarnya hawa-nafsu tersebut, ibarat api yang diberi bahan bakar terus-menerus makin menjela-jela. Maka itu hawa nafsu adalah musuh utama! Manusia yang konstan.
 (41) tasmat tvam indriyany adau, niyamya bharatarshabha, papmanam prajahi hy enam, jnana vijnana nasanam, artinya :
Dari itu, oh barat yang terbaik, kendalikanlah pancaindriamu pertama, dan basmilah nafsu yang penuh dosa, perusak segala ilmu pengetahuan dan kebajikkan.
Kata-kata jnana dan vijnana masing-masing berarti : ilmu pengetahuan dan ilmu-pengetahuan tentang jiwa yang diperoleh dari pengelaman dan perbandingan kenyataan-kenyataan yang dihadapi dalam hidup ini.
(42) indriyani parany anhur, indriyebhyah param manah, manasas tu para buddhir, yo buddhch paratas tu sah, artinya :
Orang mengatakan pancaindria itu besar, lebih besar daripada adalah nurani, lebih besar dari nurani adalah intelek, tetapi lebih besar dari intelek adalah dia.
Perkatan manah berati : hati, nurani. Perkataan "lebih besar" mengandung pula pengertian "lebih besar" dan "lebih agung".
(43) evam buddheh param buddhva, satstabhya 'tmanam atmaua, jahi satrum mahabaho, kamarupam durasadam, artinya :
Jadi mengetahui dia lebih agung dari intelek, dengan mengendalikan jiwamu dengan jiwa, basmilah musuhmu dalam bentuk hawa nafsu, yang tidak mudah ditundukkan, oh mahabahu.
Kesadaran harus ditumbuhkan langkah demi langkah, yang memang tidak bisa lompat sekaligus. Pertama-tama kesadaran ditumbuhkan dari pengertian pada kendali pancaindria, kemudian lebih tinggi pada kontrol nurani dan selanjutnya pada analisa intelek. Secara ethika, manusia harus mengendalikan pancaindrianya terlebih dahulu sebagai sesuatu yang sangat rumit, kemudian mengontrol pikirannya dan akhirnya menyadarkan jiwanya untuk bersatu dengan atman. Secara metaphisika, manusia harus memisahkan jiwanya dari pancaindria, kemudian dari nuraninya dan selanjutnya dari inteleknya, sehingga ia sadar bahwa jiwanya adalah bagian daripada jiwa atau atman, yang maha langgeng. Demikianlah tingkatan kesadaran yang dinyatakan dalam sloka 42.
Jadi dengan kesadaran yang telah ditingkatkan lebih tinggi, maka ego yang sangat gelisah dalam diri manusia dapat dikendalikan dengan sinar cahaya jiwa yang maha langgeng. Dan dengan terkendalinya ego ini manusia mencapai kedamaian jiwa yang dengan mudah dapat menundukkan hawa-nafsu dari dirinya sendiri sebagai musuh utama.
Demikian bab iii ini mengeungkapkan penting artinya kerja yang dilaksanakan tanpa mementingkan pahala untuk diri sendiri, melainkan untuk kesejahteran dan kebahagian umat manusia didunia ini, dengan jalan kesadarn jiwa yang menjadi bagian daripada jiwa yang maha langgeng.
Ity srimad bhagavadgitasupanishatsu, brahmavidyayam, yogasastre srikrishnajunasamvade, karmayogo nama tritiyo 'dhyayah,
Maka berakhirlah bab ketiga upanishad, bhagavadgita menegnai ilmu pengetahuan, tentang yang maha esa, kitab suci yoga. Dan dialog antara sri krisna dan arjuna
yang berjudul karmayoga

4. ILMU PENGETAHUAN
Krisna menjelaskan bahwa ialah yang mengajarkan ilmu pengetahuan yoga ini pertama kalinya, dan ia adalah inkarnasi avatara (nabi) yang menjelma kedunia dikala dharma hendak sirna.
Dalam bab keempat ini dijelaskan : dengan ilmu pengetahuan arti kerja, kerja yang salah, tak-kerja dan jalan kerja dapat diketahui. Ilmu-pengetahuan suci menuntun kita bekerja tanpa hawa-nafsu, tanpa motif kepentingan pribadi tanpa mengaharap sesuatu dan puas akan seadanya, rela melepaskan milik segalanya, sadar bahwa hanya badan jasmaniah yang bekerja, bebas dari pertentangan dualisme, menguasai pancaindria, pikiran dan hati terkendalikan.
Banyak cara berbakti : dengan mempersembahkan harta benda dengan tapa brata, dengan yoga dan sebagainya. Tetapi berbakti dengan mempersembahkan ilmu pengetahuan adalah lebih bermutu, sebab pada keseluruhannya kerja berpusat pada ilmu-pengetahuan
Dengan perahu ilmu-pengetahuan seluas-luas lautan dosa dapat disebrangi.
Dengan pikiran berpusat pada ilmu-pengetahuan, melaksanakan kerja dengan penuh kepercayaan dengan pengabdian pada brahman, inilah tugas hidup kita.
 (1) sribhagavan uvacha, imam vivasvate yogam, proktanam aham avyayam, vivasvan manave praha, manur ikshvakave 'bravit, artinya :
Sri bagawan berkata, yoga yang langgeng abadi ini, aku turunkan mengajarkan kepada wiwaswan, wiwaswan mengarkan kepada manu, dan manu menerangkan kepada iswaku.
Wiwaswan adalah personifikasi dari batara surya, dewa matahari. Ia adalah mahkluk pertama yang diciptakan oleh brahman, dan ia sendiri mempelajari yoga ini dari brahman, kemudian wiwaswan mengajarkan yoga ini kepada manu, pencipta dan penegak hukum undang-undang kehidupan manusia. Manu kemudian mengejarkan yoga ini kepada iswaku, nenek moyang pertama dari dinasti bangsa ksatria keturunan dewa matahari. Iswaku-lah yang pertama-tama melaksanakan ajaran-ajaran hukum dan undang-undang yang diciptakan oleh manu, yang disebut manusmriti dalam pemerintahannya sebagi raja. Dia pulalah yang meneruskan ajaran-ajaran yoga ini kepada generasi-generasi sesudahnya.
(2) evam paramparapraptam, imam rajarshayo viduh, sa kalene 'ha mahata, yogo nashtah paramtapa, artinya :
Demikianlah diteruskan turun-temurun, pada pandita bangsawan mengetahuinya, hingga dalam masa yang sangat panjang, hilang lenyap didunia ini, oh parantapa.
Disini krisna ingin menjelaskan kepada arjuna (parantapa = ia yang menaklukan musuh-musuhnya), bahwasanya ilmu pengetahuan tentang yoga ini sungguh sangat tua sekali, yaitu sejak dimulainya penciptaan pertama oleh brahman, tuhan yang maha esa. Karena sangat tuanya, dalam perjalanan waktu yang beratus-ratus bahkan beribu-ribu abad lamanya, ilmu pengetahuan yoga ini kerapkali hampir lenyap ditelan masa.
(3) sa eva 'yam maya te 'dya, yogah proktah puratanah, bhakto 'si me skha che 'ti, rahasyam hy etad uttamam, artinya :
Yoga yang tua itu pulalah, yang ku-ajarkan kepadamu kini, sebab engkau adalah pengikut dan kawan-ku, inilah rahasianya yang terutama.
Dalam kedadaan pudar, bagaikan nyala lilin yang hampir mati dihembuskan angin ajaran-ajaran yoga yang kekal abadi ini, yang hampir lenyap ditelan jaman. Perlu diselamatkan dan diajarkan kembali kepada manusia demi kesejahteraan masyarakat. Demikianlah brahman menjelma kedunia berulang kali pada saat-saat umat manusia menghadapi kris kemusnahan lahir dan batin, dalam bentuk manusia yang berjiwa seperti nabi-nabi dan pemimpin-pemimpin agama mahavira, gautama buddha, krisna dan sebagainya.
Dalam sloka ini krisna mengungkapkan suatu rahasia yang tertinggi dimana dia memandang arjuna sebagai pengikut (bhakta) dan kawan (saktha) nya. Ini berarti betapa dekatnya hubungan tuhan dengan manusia yang akan mencapai kesadaran yang tinggi dalam menemukan yang abadi dalam hidup ini.
(4) arjuna uvacha, aparam bhavato janma, param janma vivasvatah, katham etad vijaniyam, tvam adau proktavan iti, artinya :
Arjuna bertanya, kelahiran-mu baru belakangan kini, sedang kelahiran wiwaswan adalah dahulu, bagaimana aku dapat mengerti, engkau mengajarkannya pada mulanya.
Dalam sloka ini arjuna bertanya-tanya kepada krisna dalam istilah pengertian sejarah, betapa mungkin kiranya krisna yang ada dihadapanya kini pada jaman dahulu sekali dapat mengejarkan yoga yang teramat tua ini kepada wiwaswan. Memang arjuna sendiri belum mengerti, bahwasanya yoga yang kekal-abadi ini tidak mengenal waktu dalam artian sejarah yang digambarkan oleh manusia. Waktu yang dihubungkan dengan sejarah oleh manusia adalah bersifat relatif, sedangkan brahman yang maha absolut langgeng, yang selalu ada dahulu dan sekarang tidak dibatasi oleh waktu.
(5) sribhagavan uvacha, bahuni me vyatitani, janmanbi tava cha 'rjuna, tany aham veda sarvani, na tvam vettha paramtapa, artinya :
Sri bagawan berkata, banyak kelahiran-ku dimasa lalu, demikian pula kelahiranmu arjuna, semuanya ini aku tahu, tetapi engkau sendiri tidak parantapa.
Disini krisna menerangkan kepada arjuna tentang reinkarnasi atau numitis atau penjelmahan kembali. Referensi yang dikemukan oleh krisna disini hendaknya dihubungkan dengan lahirnya kedunia manisfestasi brahman dalam wujud avatara, yaitu reikarnasi dari pada-nya. Kelahiran-nya dan kelahiran arjuna sendiri sebagai manusia biasa dimasa-masa yang lampau haruslah diartikan bahwasanya krisna sebagai manisfestasi. Dia yang maha langgeng selalu sadar akan kelahiran ini, sedangkan arjuna sendiri tidak.
(6) ajo 'pi sann avyayatma, bhutanam isvaro 'pi san, prakritim svam adhishthaya, sambhavamy atmamayaya, sambhavamy atmamayaya, artinya :
Walaupun aku tak terlahirkan, tak termusnahkan, dan aku adalah pencipta mahkluk hidup, segala namun atas pengeasan sifat-ku sendiri, dan denga kekuatan maya-ku aku menjelma.
Perkataan atmayaya berarti : dengan kekuatan mayaku aku menjelma. Maya adalah kekuatan pikiran untuk menciptakan bentuk kelihatannya nyata, tetapi sebenarnya hanya berupa ilusi. Krisna, sebagai penjelmahan brahman yang menguasai prakriti, dengan sadar lahir kedunia tanpa mengalami proses hukum karma, yaitu dengan kekuatan maya ini.
Tetapi hidup dan pembentukkan jasmani dari mahkluk biasa, seperti halnya arjuna sendiri, bukanlah atas kehendak sendiri, melainkan oleh prakriti yang dikuasai oleh sifat ketidak-tahuannya. Maka ia menjelma lagi dan menjelma lagi tidak henti-hentinya.
(7) yada-yada hi dharmasya, glanir bhavanti bhatara, abhyutthanam adharmasya, tada 'tmanam srijamy aham, artinya :
Manakala dharna hendak sirna, dan adharma hendak merajalela, saat itu wahai keturunan batara, aku sendiri turun menjelma.
Perkataan dharma berarti : kebenaran spiritual, dan adharma berarti : ketidak-benaran atau dosa.
Arjuna juga dipanggil dengan sebutan "Bharata" atau "keturunan batara" sebab Bharata adalah kakek dari kuru sedangkan kuru adalah nenek-moyang kaurawa dan pandawa, seperti telah dijelaskan dalam bab I (percakapan pertama).
(8) paritranaya sadhunam, vinasaya cha dushkritam, dharma samsthapanarthaya, sambhavami yuge-yuge, artinya :
Demi untuk melindungi kebajikkan, demi untuk memusnahkan kejaliman, dan demi untuk menegakkan dharma, aku lahir kedunia dari masa-ke-masa.
Krisna sebagai avatara (yaitu penjelmahan brahman) lahir kedunia pada jaman dimana kebajikkan diteror dan kebenaran diperkosa, yang pada masa peperangan besar mahabarata berkecamuk yang memusnahkan segala. Demi untuk melindungi kebajikkan dan menegakkan kebenaran bagi umat manusia inilah krisna lahir kedunia. Satu yuga abad diantara kelahiran seorang avatara yang satu dan avatara yang lain. Tetapi pengertian satu abad disini haruslah diartikan dalam hubungannya dengan sejarah spirituil manusia, dan bukan satu abad yang berarti 100 tahun.
(9) jamna karma cha me divyam, evam yo vetti tattvatah, tyaktva deham punarjanma, nai ;ti mam eti so 'rjuna, artinya :
Dia yang mengenal rahasia inti, perbuatan dan kelahiran-ku yang suci, tak menjelma lagi setelah meninggalkan jasmaninya, dan datang kepada-ku, oh arjuna.
Disini krisna sebagai seorang avatara menjelaskan misteri jiwa manusia yang telah mencapai kesempurnaan bersatu dengan brahman. Sebagai seorang avatara krisna juga memenuhi proses kosmos ini, yaitu hidup bersama-sama dan ditengah-tengah manusia, dengan maksud mendidik dan memberi contoh kepada manusia kehidupan spirituil dan mencapai kelepasan.
(10) vita raga bhaya krodha, manmaya mam upasritah, bahavo jnana mpasa, puta madbhavam agatah, artinya :
Terbebas dari hawa nafsu, takut dan benci, bersatu dan berlindung pada-ku, dibersihkan oleh budi pekerti, banyak yang telah mencapai diri-ku.
Dalam sloka ini dijelaskan bahwa untuk memasuki kehidupan abadi, bersatu dengan brahman, tiadalah sesuatu yang amat sukar atau paling istimewa, asalkan seseorang dapat membebaskan dirinya dari ketiga musuh dalam hidup ini yaitu hawa nafsu dan amarah (benci). Dan jalan untuk itu adalah jnana tapasa, disiplin dan kesucian budipekerti.
(11) ye yatha mam prapadyante, tams tathai 'va bhajamy aham, mama vartma 'nuvartante, manushyah partha sarvasah, artinya :
Jalan manapun ditempuh manusia, kearah-ku semuanya ku-terima, dari mana-mana semua mereka, menuju jalan-ku oh parta.
Dalam sloka ini krisna menyatakan bahwa tuhan menemui tiap orang yang mengharapkan karunia daripada-nya dan menerima mereka yang menempuh jalan-nya. Dia tidak hendak mengahapus harapan tiap-tiap orang yang tumbuh menurut kodratnya dan tiada berat sebelah. Hanya pada masing-masing orang menurut jalan dan kepercayaannya sendiri untuk mencapai dia-lah terletak perbedaan, yang bukan merupakan pilihan-nya.
Jalan upacara, jalan sembhayang, jalan falsafah atau jalan meditasi semuanya tuhan yang satu. Disini krisna tidak menyebut cara, jalan atau agama yang tertentu untuk mencapai hubungan dengan tuhan yang maha esa. Hanya orang yang belum spirituil dewasalah tidak bisa mengakui cara atau jalan orang lain untuk mencapai dia yang satu.
(12) kankshantah karmanam siddhim, yajanta iha devatah, kshipram hi manushe loke, siddhir bhavati karmaja, artinya :
Mereka yang mengharapkan buah kerja, disini berbakti kepada para-dewata, sebab didunia manusia hasil kebaktian, segera lahir dari pengorbanan.
Sloka ini mencoba menjelaskan bahwa dalam dunia manusia kita ini hasil kebaktian dapat segera lahir menjadi kenyatan, tetapi tidak demikian halnya dalam dunia spirituil yang lebih tinggi, untuk mencapai kelepasan.
(13) chatur varnyam maya srishtam, guna karma vibhagasah, tasya kartaram api mam, viddhy akartaram avyayam, artinya :
Catur warna adalah ciptaanku, menurut pembagian kwalitas dan kerja, tetapi ketahuilah walau pencitanya, aku tidak berbuat dan merobah diri-ku.
Perkataan chatur varna berarti: empat warna atau empat kategori dalam masyarakat manusia, yang didasarkan atas guna dan karma. Adapun yang dimaksudkan dengan dasar guna dan karma ini ialah sifat, atribut dan karakter (kwalitas) dan kerja seseorang anggota masyarakat terhadap pengebdiannya kepada kehidupan spirituil, mencapai kelepasan menuju brahman. Referensi agama tentang chatur warna ini adalah empat kasta, yaitu : brahmana (pendita dan alim-ulama), kesatria (prajurit dan pahlawan), waisia (pengusaha dan pedegang) dan sudra (pekerja dan pelayan).
Krisna menekankan disini bahwa pembegian kwalitas dan kerja (guna dan karma ) bukanlah didasarkan atas status, melainkan pengabdian dan pengorbanan
(14) na mam karmani limpanti, na me karmaphale spriha, iti mam yo 'bhijanati, karmabhir na sa badhyate, artinya :
Kerja tidak membawa akibat kepada-ku, juga aku tidak mengharapkan pahala kerja, mereka yang mengetahui aku begitu, tidak lagi terikat oleh kerja.
Dalam sloka ini krisna mencoba menerangkan betapa seseorang walaupun bekerja namun terbebas dari segala ikatan dan akibat kerja itu sendiri, dengan memberi contoh yang agung seperti apa yang telah dikerjakan (perhatikan sloka diatas, iv.13) sendiri oleh-nya.
(15) evam jnatva kritam karma, purvair api mumukshubhih, kuru karmai 'va tasmat tvam, purvaih purvataram kritam, artinya :
Mengetahui ini, orang dijaman dahulu, melaksanakan kerja mencapai kelepasan, karena itu, bekerjalah engkau, seperti mereka dahulu kala itu.
Orang-orang yang berfikir sederhana melaksanakan kerja untuk membersihkan jiwa sendiri (atmasuddhyartham) dan orang-orang yang arif-bijaksana melaksanakan kerja demi kesejahteraan umat manusia didunia (lokasamgrahartham). Ini dilasanakan oleh orang-orang dijaman dahulu juga mengetahui hal ini. Arjuna diharapkan untuk melaksanakan kerjanya sebagai ksatria.
(16) kim karma kim akarme 'ti, kavayo 'py atra mahitah, tat te karma pravakshyami, yaj jnatva mokshyase 'subhat, artinya :
Apakah kerja? Apakah tak kerka?, para cendikiawan pun bingung pula, hendak ku-beritahu dan setelah mengetahuinya, engkau akan terbebas daripada dosa.
(17) karmano hy api boddhavyam, boddhavyam cha vikarmanah, akarmanas cha boddhavyam, gahana karmano gatih, artinya :
Orang harus tahu srtinya kerja, demikianpula kerja yang salah, dan juga makna daripada tak-kerja, sungguhnya dalam artinya jalan kerja.
Kata-kata karma, vikarma dan karma dalam istilahnya sendiri berarti : kerja, kerja yang salah dan tak kerja.
Untuk menjelaskan lebih jauh akan arti kerja ini, dengan sangat hati-hati krisna menerangkan bahwasanyaada tiga macam kerja yang klasifikasinya seperti berikut : (a) kerja (karma) yang lazim dilaksanakan tanpa mengharapkan buahnya, tiadalah mengikat; tetapi kalau kerja ini disertai dengan kepentingan-kepentingan pribadi, maka ia akan mengikat. (b) kerja yang salah (vikarma), termasuk kejahatan, pembunuhan, berbohong, jinah dan sebaginya, yang pada dasarnya memang mempunyai maksud-maksud tertentu, pasti mengikat. (c) tak kerja (akarma) vyang dilaksanakan baik jasmaniah maupun rokhaniah, tanpa keinginan atau motif apapun, tidak mengikat sama sekali. Ketiga macam kerja ini harus dapat dimengerti dengan sungguh-sungguh.
(18) karmany akarma yah pasyed, akarmani cha karma yah, sa buddhiman manushyeshu, sa yuktah krisnakarmakrit, artinya :
Dia yang melihat tak kerja, dalam kerja dan kerja dalam tak-kerja, diantara manusia adalah bijaksana, seorang yogi walau dia terus bekerja.
Kerja (karma) walaupun dilaksanakan secara aktif oleh orang arif-bijaksana, tetapi karena tanpa kepentingan pribadi, maka ini adalah sama dengan tak-kerja (akarma). Tak-kerja (akarma) oleh orang yang bodoh diartikan tidak berbuat apa-apa, non aktif jadi akibatnya adalah malas; bermalas-malas dalam hidup ini,sama artinya dengan kerja (karma) yang disertai dengan motif-motif kepentingan pribadi, sebab kedua-duanya mengikat yang berarti tidak membersihkan jiwa untuk tujuan spiritual. Seseoarng yogi (budiman arif-bijaksana) mengetahui semua ini, dan walaupun ia bekerja terus, namun tidak ada sesuatu yang mengikat. Ia telah membersihkan jiwanya dari segala ikatan.
(19) yasya sarve samarambhah, kama samkalpa varjitah, jnanagni dagdha karmanam, tam ahuh panditam budhah, artinya :
Yang bekerja tanpa nafsu dan motif, kerjanya dibakar api ilmu-pengetahuan, dinamakan orang-orang arif, sebagai seorang pendita budiman.
Perkataan pandita berarti : orang yang mencapai kebesaran jiwa. Kalimat "karyanya di bakar api ilmu pengetahuan" artinya segala pekerjaannya tidak lagi meninggalkan ikatan-ikatan. Ia terbebas dari ikatan keduniawian menuju kelepasan
(20) tyaktva karma phala sangam, nityatripto nirasrayah, karmany abhipravritto 'pi, nai 'va kimchit karoti sah, artinya :
Tanpa mengharapkan hasil kerja, selalu gembira, bebas dari segala, walaupun terus tekun bekerja, sesungguhnya ia tidak berbuat apa-apa.
(21) niratsir yatachittatma, tyakta sarva parigrahah, sariram kevalam karma, kurvan na 'pnoti kilbisham, artinya :
tanpa mengaharpkan sesuatu apa, dengan pikiran dan hati terkendalikan, dan rela melepaskan milik segalanya, hanya jasmaniah bekerja dia tidak berdosa.
Dalam sloka ini krisna menjelaskan bahwasanya seseorang yang telah membebaskan jiwanya dari belenggu, bekerja hanya secara jasmaniah, ibarat orang tidur yang bergerak hanyalah badannya sedangkan jiwanya tidak berbuat apa-apa.
Dalam tingkatan ini orang telah mencapai kebajikan, terlepas dari hawa-nafsu dan keinginan-keinginan pribadi. Jiwanya lalu ibarat cermin yang membayangkan hasrat kesucian mempunyai kekuatan spirituil untuk mencapai brahman.
(22) yadrichchha labha samtushto, dvandvatito vimatsarah, samahdiddhav asiddhau cha, kritva 'pi na nibadhyate, artinya :
Puas akan apa-apa diperoleh seadanya, terbebas dari dualisme pertentangan, tanpa irihati tenang dalam sukses dan kegagalan, walaupun ia bekerja ia tidak terikat.
Baik dan buruk panas dan dingin, spritual dan duniawi dan sebagainya adalah dualisme yangs elalu bertentangan. Orang yang telah membebaskan jiwanya dari dualisme yang bertentangan tersebut diatas, tiada lagi terikat oleh kerja yang ia laksanakan.
(23) gatasangasya muktasya, jnanavasthita chetasah, yajnaya 'charatah karma, samagram praviliyate, artinya :
Yang bebas terlepas dari ikatan, pikiran terpusat pada ilmu pengetahuan, melaksanakan kerja demi pengabdian, segala kerjanya menuju kelepasan.
sloka-sloka 19 sampai dengan sloka23 ini menguraikan kerja yang terlepas dari segala ikatan. Dalam sloka iii.9 dikatakan bahwa kerja yang diperuntukkan bagi kepentingan berbakti tiada mengikat. Dan dalam sloka diatas ini krisna menjelaskan bahwa kerja (karma0 yang mestinya membawa pahalapun kalau dilaksanakan dengan penuh pengabdian akan tidak lagi megikat, sebab kerja + pelaksana +hasilnya semua ditunjukan kepada brahman.
(24) brahma 'rpanam brahma havir, brahmagnau brahmana hutam, brahmai 'va tena gantavyam, brahma karma samadhina, artinya :
Dipujanya brahman persembahannya brahman, oleh brahman dipersembahkan dalam api brahman, dengan memusatkan meditasinya kepada brahman, dalam kerja ia mencapai brahman.
Bila seseorang telah memusatkan segala sesuatunya dalam hidupnya kepada brahman. Tuhan yang maha esa, maka alat dan tujuan kerjanya, demikian pula sebab dan akibat kerjanya. Menjadi satu dan hukum kerja lenyap tidak terbekas lagi, dan ia mencapai brahman.
(25) daivam eva 'pare yajnam, yoginah paryupasate, bbrahmagnav rahmanav apare yajnam, yajnenai 'vo 'pajuhvati, artinya :
Beberapa yogi memuja dewata, yang lain mempersembahkan sajian, dengan jalan membaktikan pemujaan, ini kedalam api brahman.
Sloka ini menyatakan bahwasanya bagi orang yang belum mencapai kesadran yang tinggi adalah wajar kalau ia memuja tuhan dengan mempersembahkan saji-sajian dalam upacara keagamaan. Tidaklah kiranya wajar dan adil kalau sekiranya ia disuruh berbuat lain daripada kemampuan materiil dan spirituil yang ada pada jiwanya. Namun satu hal yang nyata, bahwa apa yang ia kerjakan adalah untuk berbakti kepada tuhan.
(26) srotradini 'ndriyany anye, samyamagnishu juhvati, sabdadin vishayan anya, indriyagnishu juhvati, artinya :
Ada yang mengorbankan penglihatan, dan panindria lainya dalam api-disiplin, yang lain mengorbankan objek suara, dan objek lainya dalam api-nafsu keinginan.
Disini pengorbanan pancaindria (penglihatan, pendengaran, penciuman, perasaan dan penyentuhan) dimaksudkan membatasi dan mengontrol alat-alat pancaindria (mata, telinga, hidung, mulut dan kulit)untuk tidak leluasa mencari kenikmatan. Demikian pula mengorbankan objek-objek (suara yang merdu, pemandangan yang indah, bau yang harum, makanan yang lezat dan benda-benda yang mahal dan halus) dimaksudkan untuk menghindarkan diri dari segala hawa-nafsu dan keinginan akan objek atau benda serba duniawi, mewah dan mahal. Semua ini dapat dilaksanakan dengan api-disiplin, yaitu dengan disiplin yang teguh dan menyala-nyala sehingga membakar segala nafsu dan keinginan sanpai musnah.
(27) sarvani 'ndriya karmani, prana karmani cha 'pare, atma samyama yogagnau, juhvati jnanadipite, artinya :
Yang lain lagi mengorbankan semua kerja, pancaindria dan kekuatan sakti yoginya, kedalam api disiplin jiwanya, yang dinyalakan oleh ilmu-pengetahuan.
Ini adalah selangkah lebih mendalam daripada yang dinyatakan dalam sloka 26 diatas, yaitu tenggelam dalam renungan meditasi yang berpusat pada brahman.
(28) dravyayajnas tapoyajna, yogayajnas tatha 'pare, svadhyaya jnanayajnas cha, yatayah samsitavratah, artinya :
Ada yang mempersembahkan harta ada tapa, ada yoga dan ada yang lain pula, pikiran terpusat dan sumpah berat, mempersembahkan ilmu dan pendidikan budi.
Dalam sloka ini diuraikan lima macam cara berbakti kepada brahman, yaitu dengan jalan (1) persembahan rituil dengan benda-benda seperti saji-sajian, (2) bertapa, (3) yoga seperti yang diajarkan oleh petanyali dalam yogasutra, (4) stude seperti diuraikan dalam upanisahad dan (5) pendidikan budi.
(29) apane juhvati pranam, prane 'panam tatha 'pare, pranapanagati ruddhva, pranayama parayanah, artinya :
Ada pula mengatur nafas sebagai persembahan, dengan jalan mengontrol nafas keluar dan masuk, mempersembahkan prana dalam apana, dan apana dalam prana sebagai kebaktian.
Perkataan pranayama berarti : pengatur atau kontrol pernafasan prana = nafas masuk. Dalam hubungan pranayama terdapat suatu ajaran yang disebut hathayoga, dimana segala sesuatu mengenai arti dan pelaksanaan pengaturan pernafasan ini diuraikan dengan jalan
(30) apare niyata harah, pranan praneshu juhvati, sarve 'py ete yajnavido, yajna kshapita kalmashah,artinya :
Ada juga dengan mengatur makanan, mempersembahan nafas-hidup dalam nafas hidup, semua mereka ini mengetahui pengabdian, dan dengan kebaktian mereka melenyapkan dosa-hidup.
Mereka yang mengetahui pengabdian san persembahan kepada brahman dengan cara yang dilukiskan dalam sloka-sloka 25-30 ini, yang manapun, akan melenyapkan dosa mereka dan dapat mencapai kedamaian.
(31) yajna sistamrita bhujo, yanti brahma sanatanam, na 'yam loko 'sty ayajnasya, kuto 'nyah kurusattama, artinya :
Mereka yang makan dari sisa persembahan,mencapai brahman yang kekal-abadi,dunia ini bukan bagi yang tidak berbakti,apapula dunia yang lain, oh kurusattama.
Kurusuttama = arjuna sendiri, lihat penjelasan sloka 1.1 yang dimaksudkan dengan makanan sisa persembahan atau amrita adalah saji-sajian yang telah dipersembahkan kepada brahman yang mengandung berkah keabadian daripada-nya (lihat sloka iii.13). Krisna menjelaskan dalam sloka ini membawa undang-undang pada dirinya sendiri yang menyatakan hidup adalah pengorbanan (kebaktian) dan barang siapa yang tidak menyadari ini, tidak akan menemui kebahagian dalam dunia ini maupun dunia lain.
(32) evam bahuvidha yajna,vitata brahmano mukthe,karmajan viddhi tan sarvan,evam jnatva vimokshyase,artinya :
Banyak dan beraneka warna persembahan,bakti dihaturkan kepada brahman,semuanya ini berasal dari kerja,mengetahui ini, engkau 'kan moksha.
Perkataan moksha berarti emansipasi jiwa atau kelepasan, kerja sloka ini adalah kerja yang meliputi mental, jasmaniah dan spirituil.
 (34) tad viddhi pranipatena, paripprasnena sevaya, upadekshyanti te jnanam, jnaninas attvadarsinah, artinya :
Belajarlah dengan wujud displin,dengan bertanya dan dengan kerja berbakti,guru budiman yang melihat kebenaran,akan mengajarkan padamu ilmu budi-pekerti.
Tiga cara yang tidak bisa dipisahkan satu sama lain untuk belajar mencapai kebenaran abadi, yaitu pranipatena (hormat, sujud dan disiplin kepada guru yang memberi pendidikan), pariprasena (bertanya, mencari dan memikirkan sendiri ilmu-pengetahuan yang diberikan kepadanya) dan sevaya (berbakti, melayani dan setia dengan tulus iklas kepada guru). Ketida cara ini harus dituntun oleh seorang guru yang telah melihat brahman dalam dirinya.
(35) yaj jnatva na punar moham,evam yasyasi paandava,yena bhutany aseshena,drakshyasy atmany atho mayi,artinya :
Setelah mengetahui segala ini,engkau tidak lagi kebingungan pandawa,dengan demikian melihat, tanpa kecuali,segala mahkluk dalam atman, dalam diri-ku.
(36) api ched asi papebhyah, sarvebhyah papakrittamah,sarvam jnanaplavenai 'va,vrijinam samtarishyasi,artinya :
Walau seandainya engkau paling berdosa,diantara manusia yang memikul dosa,dengan perahu ilmu-pengetahuan ini,lautan dosa engkau akan seberangi.
Ilmu-pengetahuan (yang juga sama artinya dengan ilmu budi pekerti) melenyapkan segala keraguan dan kebingungan, serta mengahpus segala dosa dan melepaskan segala ikatam jasmaniah.pandawa = arjuna
(37) yathai 'dhamsi samiddho 'gnir,bhasmasat kurute 'rjuna,jnanaghih sarvakarmani, bhasmasat kurute tatha,artinya :
Bagaikan api menyala, oh arjuna,membakar kayu api menjadi abu,api-ilmu pengetahuan demikian pula,membakar segala karma menjadi abu.
Karma = kerja. Api ilmu-pengetahuan membakar karma atau kerja, mengehapus dualisme (buruk dan baik, panas dan dingin dan sebagainya), mengantar jiwa kealam kebebasan abadi.
(38) na hi jnanena sadrisam,pavitram iha vidyate,tat svayam yogasamsiddhah,kalena 'tmani vindati,artinya :
Tidak ada sesuatu dalam dunia ini,dapat menyamai ilmu-pengetahuan,mereka yang disempurnakan dalam yogi,menemuinya sendiri dalam jiwanya pada waktunya,
Pada umumnya yoga diartikan orang sebagai praktek disiplin yang spiritual, yang kesempurnaanya membutuhkan waktu lama, tetapi sesungguhnya yoga, bila dimengerti sewajarnya, melingkupi teori kesucian ilmu pengetahuan dan praktek disiplin yang spiritual. Orang yang melaksanakan yoga dengan disiplin tetapi tanpa kesucian ilmu-pengetahuan, usahanya adalah sia-sia, demikian pula sebaliknya, orang yang memiliki teori kesucian ilmu-pengetahuan tanpa praktek disiplin yang spiritual tidak mungkin menjadi yogi, oranmg yang mencapai kelepasan.
(39) sraddhavaml labhate jnanam,tatparah samyatendriyah,jnanam labdhva param satim,achirena 'dhigachchati,artinya :
Ia yang memiliki kepercayaan dan menguasai,pancaindrianya, mencapai ilmu-engetahuan,
setelah memiliki ilmu-pengetahuan,dengan segera ia menemui kedamaian abadi.
Perkataan sraddha berarti : kepercayaan, keyakinan. Sesungguhnya perkatan sraddha walaupun berarti kepercayaan, namun bukanlah kepercayaan yang membabi-buta. Perkataan sraddha (kepercayaan) harus diikuti dengan perkataan samyatedriyah (penguasaan atas pancaindria, hawa-nafsu) untuk mencapai param santim (kedamaian abadi, tertinggi)
(40) ajnas cha 'sraddadhanas cha,samsayatma vinasyati,na 'yam loko 'sti na paro,na sukham samsayatmanah,artinya :
Tetapi mereka yang dungu dan tidak percaya,dan bersifat ragu, akan hancur sirna,bagi yang ragu-diri, baginya tiada bahagia,bagi dunia ini, pun dunia sana.
Dalam kehidupan sehari-hari nyatanya banyak orang yang bimbang dan ragu-ragu, tetapi mereka tidak apa-apa tidak hancur ataupun sirna. Adapun yang dimaksudkan dalam sloka ini, yang hancur adalah kehidupan spirituilnya, sebagai sebaliknya, basis positif dalam hidup ini adalah memiliki kepercayaan atau keyakinan.
(41) yoga samnyasta karmanam,jnana samcchinna samsayam,atmavanism na karmani,nibadhnanti dhanamjaya,artinya :
Ia yang bebas menurut ajaran yoga, dananjaya,yang mengikis keraguannya dengan ilmu pengetahuan,yang telah menguasai jiwanya sendiri,hukum kerja tidak membelenggunya lagi.
Sloka ini memberi kesimpulan apa yang diuraikan krisna kepada arjuna dalam bab iv, yaitu hubungan timbal balik antara kerja yang benar, ilmu-pengetahuan yang suci dan disiplin jiwa yang teguh.
(42) tasmad ajnana samnhutan,hritstham jnanasina 'tmanah,chhittvai 'nam samsayam yogam,atishtho 'ttishtha bhaarata,artinya :
Sebab itu, setelah memotong keraguan,dalam hatinya karena ketidak-tahuan,dengan pedangnya ilmu pengetahuan,berpegang pada yoga, bangkitlah! Oh barata.
Barat = arjuna. Dengan kerja yang benar, ilmu-pengetahuna yang suci dan disiplin jiwa yang teguh, serta terhapusnya keraguan dalam hati, arjuna diharapkan bangkit, bertindak!
Ity srimad bhagavadgitasupanishatsu,brahmavidyayam yogasastre, srikrishnarjunasamvade, jnanayogo nama chaturtho 'dhyayah.
Maka berakhirlah bab keempat upanishad bhagavadgita,mengenai ilmu-pengetahuan tentang yang maha esa,kitab suci yoga dan dialog antara sri krisna dan arjuna,yang berjudul jnanayoga.
5. PEMBEBASAN DARI PENGARUH KERJA
Arjuna bertanya, yang manakah lebih baik membebaskan diri dari kerja atau bekerja tanpa kepentingan pribadi?. Dalam bab keenam ini krisna menjawab bahwa kedua-duanya sama, tetapi kerja tanpa kepentingan pribadi lebih baik.
Samnyasi (membebaskan diri dari kerja) maupun yogi (bekerja tanpa motif kepentingan diri pribadi) mempunyai tujuan yang sama. Samyasi walaupun membebaskan diri dari kerja, namun apa yang diperbuatnya sehari-hari adalah motif apa-apa untuk dirinya sendiri. Secara mental ia meninggalkan kerja.
Ia bekerja tanpa pengeruh ikatan kerja, sebab sadar bahwa kenikmatan berasal dari hubungan duniawi dan hanya merupakn sumber penderitaan belaka.
Ia memandang semuanya sama, rendah maupun tinggi, tidak bergirang karena senang dan tidak bersedih karena duka dan berpikir : "aku sebenarnya tidak berbuat apa-apa, hanya pancaindria yang bergerak diantara objek-objek benda''
Ia memutuskan hubungan dengan objek duniawi, memikirkan dan menyerahkan seluruh jiwanya kepada brahman, bermeditasi mengahpuskan dosa mencapai kedamaian abadi.
 (1) arjuna uvacha:, samnyasam karmanam krishna, punar yogam cha samsasi, yach chhreya etayor ekam, tan me bruhi sunischitam, artinya :
Arjuna bertanya:, engkau memuji pembebasan diri dari kerja, kemudian kerja tanpa kepentingan pribadi, oh krisna, katakanlah padaku dengan pasti, manakah yang lebih baik diantara keduanya?
Dalam bab ini, arjuna mempersoalkand ua istilah yang sulit, yaitu samnyasa dan yoga (dalam hubungan pertanyaan diatas ini, yang dimaksudkan yog adalah karmayoga). Perkataan samnyasa berarti : pembebasan diri dari kerja dan perkataan karmayoga berarti kerja tanpa kepentingan pribadi. Kedua istilah ini dalam pengertiannya masing-masing masih membingungkan arjuna;karena itu ia bertanya kepada gurunya.
Dalam bab III.17 dijelaskan bahwa yang bersatu dengan atman hidup bahagia dan tidak dibelenggu oleh ikatan kerja. Dalam bab iv. 18, 19, 21, 22, 24, 32, 33, 37 dan 41. Krisna mengutarakan makna daripada pembebasan diri dari segala kerja. Tetapi kemudian dalam sloka IV.42. Krisna meminta agar arjuna berpegang pada yoga yaitu kerja.
Bagi orang sederhana, yang diliputi oleh ketidaktahuan selalu, kerja (karmayoga) sudah pasti lebih baik daripada pembebasan diri dari kerja (samyasa). Yang menjadi pertanyaan arjuna disini adalah bagi orang yang tidak tergolong sederhana tetapi belum menemui atman dalam jiwanya sendiri, manakah yang lenih baik sebab kedua-duanya mengandung kontradiksi atau sama lai?
(2) sribhagavan uvacha:, samnyasah karmayogas cha, nihsreyasakarav ubhau, tayos tu karmasamnyasat, atinya ;
Sri bagawan menjawab:, membebaskan diri dari kerja, dan bekerja tanpa kepentingan pribadi, keduanya membawa kebahagian tertinggi, tetapi diantara kedua-duanya ini,
kerja tanpa kepentingan pribadi, lebih baik dari bebas-diri dari kerja.
Dalam sloka ini mula-mula krisna menjelaskan bahwa samnyasa (pembebasan diri dari kerja) dan karmayoga (kerja tanpa kepentingan pribadi) adalah sama bila dilihat dari segi tujuan terakhir daripada emansipasi spirituil manusai. Tetapi kalau ditinjau dari segi cara (jalan) dan pelaksanannya, maka samnyasa dan karmayoga adalah bebeda, walaupun kedua-duanya tidak bertentangan.
Kalau samnyasa menekankan ilmu pengetahuan tentang atman sebagai alat untuk mencapai kedamainan abadi dan bersatu dengan brahman, maka karmayoga menitik beratkan keamanan dan usaha keras sebagai alat untuk mencapai-nya. Tetapi disini, yang langsung dihadapi manusia dalam kehidupannya sehari-hari adalah karmayoga kerja tanpa motif kepentingan untuk diri sendiri.
Oleh karena itu seorang samnyasi (yang membebaskan diri dari kerja) maupun seorang yogi (yang bekerja tanpa motif kepentingan diri pribadi) mempunyai tujuan yang sama, tidak ada kontradiksi, yaitu kedamaian abadi. Seorang samnyasa yang betul walaupun telah membebaskan diri dari segala kerja, namun apa yang ia perbuat sehari-harinya adalah kerja tanpa motif apa-apa untuk dirinya sendiri. Demikian pula seorang yogi walaupun bekerja tanpa motif kepentingan pribadi, namun apa yang ia perbuat sehari-harinyaadalah kerja yang membebaskan dirinya dari ikatan kerja. Jadi kedua-duanya adalah menuju satu kesatuan; dan sesungguhnya keduanya adalah merupakan sikap mental.
(6) samnyasas tu mahabaho,         dunkham aptum ayogatah,yogayukkto munir brahma, nachirena  'dhigachchati,artinya :
Tetapi samnyasa tanpa yoga, sungguh sukar dicapai, oh mahabahu,seorang mini dilengapi dengan yoga,mencapai brahman dengan segera.
Perkataan muni berarti : orang yang bersamadi, teguh iman (lihat sloka ii. 56)
Samnyasa (pembebasan diri dari kerja) adalah suatu bentuk yang sangat sukar untuk dicapai, sebab jalan untuk mencapainya penuh dengan penolakkan kesenangan, kewajiban yang berat, larangan yang keras, tabu bagi berbagai hal, pantang dengan berbagai tindakkan dan sebagainya. Pendeknya penug dengan kedukaan (duhkham aptum) dan kesukaran. Oleh karena itu, seperti telah diuraikan dalam sloka 2 bab v ini, yoga (kerja tanpa kepentingan pribadi) adalah lebih baik, sebab lebih mudah jalan untuk mencapainya.
Bukanya samnyaasa yang didasarkan ilmu-pengetahuan tentang atman tidak lebih tinggi daripada yoga yang didasarkan atas kemauan dan usaha yang keras, melainkan karena yoga ini lebih mudah dicapai oleh mereka yang baru mulai, dan pada waktunya dapat meningkatkan diri mereka pada jalan yang lebih tinggi dengan pikiran dan jiwa yang telah disucikan. Maka itulah krisna menganjurkan agar samnyasa disertai dengan yoga atau seorang muni dilengkapi dirinya dengan yoga.
(7) yoga yukto visuddhatma,vijitatma jitendriyah,sarva bhutatma bhutatma,kurvann api na lipyate.artinya :
Dia yang melaksanakan yoga, berjiwa suci,menguasai diri, menaklukan pancaindria, atmanya adalah atman mahkluk semua,walaupun bekerja, tidak terpengaruh ikatan kerja.
Perkataan sisaddha berarti jiwa yang bersih (suci), vijiatma berarti dia yang menguasai jiwanya dan jitendriyah berarti dia yang telah menaklukan pancaindrianya. Disini kelihatannya dengan nyata betapa perkembangan dan kemajuan spirituil seseorang yang melaksanakan yoga. Secara mental ia menjatuhkan jiwanya dengan jiwa mahkluk semua lainnya, yang menyebabkan segala kegiatan sehari-hari tidak lagi diikat oleh pahala kerja (karma).
 (9) pralapan visrijan grihnann,unmishan nimishann api,indriyani 'ndriyartheshu,vartanta iti dharayan,artinya :
Takkala berbicara, melepaskan, mengenggam,membuka dan memejam mata,ia beranggapan : "hanya pancaindria belaka bergerak diantara objek benda-benda"
Hanya orang yang benar-benar mengetahui inti kebenaran dapat memisahkan jiwanya yang bersih (suci) dan bebas daripada prakriti (objek benda-benda duniawi). Ia mengerti benar bahwa komponen-komponen ego pada diri seseorang tidaklah permanen, yang merupakan arus yang berobah-obah setiap saat, yang bergerak diantara objek benda-benda duniawi.
Adalah berbahaya kalau orang memberi interprestasi bahwa kedua sloka ini mempunyaiarti "bukan aku yang melaksankannya, melainkan pancaindriaku" dan lalu membiarkan hawanafsunya, seakan-akan ia tidak bertanggung jawab terhadap pancaindrianya sendiri, yang sebenarnya harus dikontrolnya.
(10) brahmany adhaya karmani,sangam tyaktva karoti yah,lipyate na sa papena, padmapattram iva 'mbhasa,artinya :
Dia yang bekerja mempersembahkan kerjanya,kepada brahman, tanpa motif keinginan apa-apa,tidak terjamah oleh dosa-papa,bagaikan air meluncur didaun teratai.
Seperti telah dinyatakan sloka 2, krisna mengehendaki agar arjuna bekerja dan bertindak dengan jalan menuju segala kerja dan tindakkannya kepada brahman yang maha esa. Daun teratai tidak dibasahi air walaupun kena hujan, demikian pula orang walaupun bekerja sehari-hari sebagaimana mestinya, sebab perbuatannya tidak lagi mengahsilkan karma.
Kedamaian abadi adalah merupakan tingkatan kesempurnaan yang dicapai dengan jalan berangsur-angsur, yang mula-mula tumbuh dari pertama kebersihan hati, kedua mencapai ilmu-pengetahuan, ketiga melepaskan segala hawa nafsu dan keinginan-keinginan pribadi dan keempat keseimbangan jiwa dalam melaksanakan bakti.
(13) sarvakarmani manasa,samnyasya 'ste sukham vasi,navadvare pure dehi,nai 'va kurvan na karayan, artinya :
Setelah secara mental menanggalkan segala kerja,jiwa, penghuni jasmani ini, menguasai dirinya,bertakhta dengan damai dikota sembilan gapura,tiada bekerja, pun tidak menyebabkan kerja.
Dalam sloka ini krisna menjelaskan bahwa jiwa yang ada didalam diri manusia diibaratkan sebagai seorang raja yang bertakhta dalam kota yang mempunyai pintu gerbang sembilan buah. Sembilan pintu gerbang tersebut adalah : dua biji mata, dua lobang hidung, dua lobang kuping, satu lobang mulut, satu lobang pantat dan satu lobang kemaluan.
Setelah jiwa itu menanggalkan segala kerja, maka ia berthakta dalam diri manusia, dengan damai dan bahagia menguasai dirinya. Ini berarti ia tidak lagi bekerja atau menyuruh orang lain bekerja, dan hubungan dengan dunia luar melalui kesembilan pintu gerbang tersebut diatas tidak ada lagi, atau perkataan lain, ia telah mengontrol pancaindrianya dan objek benda-benda duniawi tidak lagi mempunyai hubungan apa-apa dengan dia.
Perkataan sarvakarmani berarti : segala kerja atau semua tindakkan. Dalam hubungan ini, kerja manusia dapat dibagi menjadi empat : yang diharuskan = atya, yang mnenjadi kebiasaan atau tradisi = naittika, yang mempunyai maksud tujuan = kamya dan yang dilarang = nishiddha. Keempat macam kerja ini, bagi orang yang telah mencapai kedamaian abadi tidak mempunyai pengaruh apa-apa lagi.
Konsep tentang tuhan dijelaskan oleh krisna sebagai yang maha kuasa, brahman seru-sekalian-alam, atman, yang maha tinggi (kebenaran). Dalam sloka 14 tuhan dikatakan yang maha kuasa, namun ia tidak menciptakan alam dan membantu manusia untuk memisahkan dirinya dari hukum karma yang merukan manisfestasikan alam-benda prakriti. Selama jiwa manusia masih terbelenggu oleh ketidak-tahuan (ajnanena), selama itu ia akan menjalani hukum karma, memetik buah perbuatan apa saja ia lakukan dalam hidupnya, dan selama itu pula ia tidak mempunyai hubungan dengan yang maha kuasa.
Tuhan dikatakan brahman seru-sekalian-alam. Ia meliputi seluruh alam semesta yang paling tinggi, paling luas dan paling dalam. Maka itu ia dikatakan lebih kecil daripada atom, tetapi lebih besar daripada bumi + bulan + bintang + matahari sekaliannya. Oleh karena ia meliputi segalanya, maka ia tidak menerima orang yang berbuat dosa, sebab kedua-duanya (dan sesungguhnya semuanya dan segala sesuatunya) ada pada-nya, dan diliputi oleh-nya. Adalah menjadi kewajiban manusia sendiri untuk berusaha mengahspuskan ketidaktahuanya, melepaskan egonya yang dibelenggu hukum-karmadan bersatu dengan brahmanseru-sekalian-alam, yang meliputi segala-galanya. Dalam sloka 16 tuhan dikatakan kebenaran, yang maha tinggi. Secara psikologis status atau tempat yang ketinggian adalah lebih baik dan lebih sempurna. Maka itu kebenaran yamg paling sempurna tempatnya adalah paling tinggi. Orang yang ingin bersatu dengan atman harus mencapai tempat yang maha tinggi itu, dengan jalan menghapus belenggu karmanya.
Inilah konsep tuhan yang diutarakan dalam seluruh dialog krisna dengan arjuna dalam bhagavadgita ini.
(17) tadbuddhayas tadatmanas,tanishthas tatparayanah,gachchanty apunaravrittim,jnana nirdhuta kalmashah,artinya :
Mereka yang memikirkan-nya menyerahkan jiwa,seluruh kepada-nya, menjadikan-nya tujuan utama,memuja harus pada-nya, akan pergi tidak kembali,dan dosa mereka dihapus oleh pengetahuan budi-pekerti.
Perkataan apanuravritti berarti : suatu keadaan tidak kembali lagi, dengan perkataan lain tidak mengalami inkarnasi lagi langgeng. Keadaan ini dicapai kalau dosa (kalmashah) sudah dihapus dengan ilmu pengetahuan budi-pekerti (lihat sloka IV.36).
(18) vidya vinaya sampanne,brahmane gavi hastini,suni chai 'va svapake cha,panditah samadarsinah,artinya :
Orang arif bijaksana mnelihat semua,sama. Baik brahmana budiman dan rendah hati,
maupun seekor sapi, gajah dan anjing,ataupun orang hina-papa tanpa kasta.
Perkataan vinaya berarti : rendah-hati. Dalam kitab tripitaka (ajaran buddha) perkataan ini juga berarti disiplin. Perkataan svake sebenarnya berarti orang yang makan daging anjing yaitu orang pariah, tanpa kasta.
Pendita dan orang arif-bijaksana yang jiwanya telah suci melihat manusia dan mahkluk lainya sama tinggi-rendahnya. Pandangan yang demikian itu menumbuhkan perasaan kasih sayang kepada sesama mahkluk hidup dan mengangkat tanggapan akan persamaan hidup yang menjadi karakteristiknya kehidupan spiritual.
(19) ihai 'va jitah sargo,yesham samye sthitam manah,nirdesham hi samam brahma,tasmad brahmani te sthitah, artinya :
Didunia ini sekalipun inkarnasi diatasi,oleh mereka yang pikirannya seimbang harmonis,
sebab brahman seimbang dan sempurna,maka merekapun bersatu dengan brahman.
Dalam tingkatan dimana pikiran telah mencapai keseimbangan yang harmonis, dimana dualisme pertentangan (panas dan dingin, suka dan duka, dan sebagainya) tidak ada lagi dan jiwa seimbang dalam brahman, maka hukum karma dan inkarnasi lenyap, serta kelepasan dapat tercapai sekalipun orang masih hidup didunia ini.
(20) na prahrisyet priyam prapya,no 'dvijet prapya cha 'priyam,sthirabuddhir asammudho, brahmavid brahmani sthitah.artinya :
Dia yang tidak bergirang menerima suka,dan juga tidak bersedih menerima duka,tetap tinggal tenang dan berteguh iman,mengetahui brahman. Bersatu dengan brahman.
(21) bahyasparseshv asaktatma,vindaty atmani yat sukham,sa brahmayoga yuktatma, sukham akshayam asnute.artinya :
Dia yang jiwanya tak-lagi berhubungan dengan,duniawi menemui kabahagian dalam atman,dia yang mengontrol hatinya demikian,dalam yoga pada brahman menikmati restu abadi.
Kedua sloka diatas ini melukiskan tingkatan dimana seseorang telah membebaskan dirinya dari segala ilusi yang ditimbulkan oleh pancaindrianya dan kotak daripadanya dengan objek-objek benda-benda, hidup dalam keabadian dan menikmati restu langgeng dari brahman.
(22) ye hi samsparsaja bhoga,duhkhayonaya eva te,adyantavatah kaunteya,na teshu ramate budhah,artinya :
Kenikmatan berasal dari hubungan duniawi,hanya merupakan sumber penderitaan belaka,
ada awalnya ada akhirnya, oh kuntipura,tak seorang budimanpun tertarik pada semua ini.
Perkataan duhkayonaya berarti : sumber kedukaan. (bandingkan pula sloka ini dengan sloka ii.14 terdahulu).
(23) saknoti 'hai 'va yah sodhum,prak sarira vimokshanat,kamakrodhodbhavan vegam,sa yuktha sa sukhi narah,artinya :
Dia yang kuasa menahan nafsu birahi,dan amarah murkanya didunia ini,sebelum meninggalkan jasad raganya,ada yogi, dia adalah orang yang bahagia.
(24) yo 'ntahsukho 'ntararamas,tatha 'ntarjyotir eva yah,sa yogi brahmanirvanam, brahmabhuto 'dhigachchhati. Artinya :
Dia yang menemui kebahagian pada dirinya,tentram pada dirinya, cahaya pada dirinya,
yogi yang begini ini menjadi suci.
Perkataan brahmanrvana dala kitab suci agama budha berarti kebahagian tertinggi (lihat sloka II.72) dan perkataan brahmabhutah dalam kitab suci upanisad berarti menjadi satu dengan brahman. Kedua tingkatan ini bisa dicapai oleh manusia semasih hidup didalam dunia ini ditengah-tengah masyarakat, apabila ia benar-benar telah melaksanakan dan mencapai tingkatan seperti yang dilukiskan dalam kedua sloka diatas ini.
(25) labhante brahmanirvanam,rishayah kshinakamashah,chhinnadvaidha yatatmanah, sarvabhutahite ratah.artinya :
Orang suci yang dosanya telah dimusnahkan, keraguannya dihapus, pikiranya dipusatkan,kebahagiannya berbuat kebajikan bagi mahkluk semua,mencapai nirmawana bersatu dengan brahman.
Dalam sloka ini krisna menerangkan bahwa keyakinan hidup harus dilihat dari segi diri sendiri dan masyarakat yaitu kebahagian untuk menyucikan jiwa sendiri
dan kebahagian untuk kebajikkan bagi (masyarakat) mahkluk semua (sarvabhu tahite ratah)
(26) kama krodha viyuktanam,yatinam yatahetasam,abhito brahmnirvanam,vartate viditatmanam,artinya :
Dia yang menguasai diri pribadinya,mengontrol pikiranya bebas dari nafsu dan murka,
mengetahui atman ada disekitar dirinya,mencapai nirwana bersatu dengan brahmana.
Kesadaran akan pendekatan jiwa dengan atman yang ada disekitar dirinya mempercepat proses seseorang untuk mencapai nirwana, dan proses ini bisa dicapai dalam hidup ini sekalipun.
(27) sparsan kritva bahir bahyams,chakshus chai 'va 'ntare bhruvoh,pranapanam samau kritva,nasal hyantaracharinau.artinya :
Dengan memutuskan hubungan objek benda,memusatkan mata diantara kening,mengatur keluarnya prana dan masuknya spana,diantara lobang hidung dengan seimbang.
(28) yatendriya mano bhuddhir,munir mokshaparayanah,vigatechchha bhaya krodho,yah sada mukta eva sah.artinya :
Menguasai panca indria, perasaan dan pikiran,seluruh jiwa menghasratkan kelepasan,
membuang jauh nafsu, takut dan murka,orang suci itu mencapai kelepasan buat selamanya.
(mengenai istilah prana dan apana lihat sloka IV.29). Setelah memutuskan hubungan pancaindria dengan objek benda-benda lahiriah, lalu dilakukan meditasi dengan jalan memejamkan mata setengah tertutup, hanya biji mata saja ditengah-tengah kening tertuju kepada ujung hidung, dan keluar masuknya nafas diatur. Dalam posisi begini, seluruh konsentrasi jiwa dipusatkan kepada hasrat akan kelepasan (moksha). Tentang hal ini, akan dijelaskan oleh krisna lebih jauh dalam bab berikut.
(29) bloktaram yajnatapasam,sarvaloka mahesvaram,suhridam sarvabhutanam,jnatva mam santim richchhati,artinya :
Setelah mengetahui aku sebagai penerima,persembahan bakti dan tapa-meditasi,sebagai seru-sekalian-alam, pencipta mahkluk semua,ia mencapai kebamaian abadi
Kalau kurang dialami, seolah-olah sloka diatas ini mengandung pertentangan dengan sloka-sloka 14 dan 15. Tetapi sebenarnya tidaklah demikian. Sebab tuhan, brahman, seru-sekalian-alam bukan pelaksana, tidak dapat dilukiskan, tidak dapat diuraikan dengan kata-kata dan tidak terucapkan. Hanya manusialah yang mencoba menerangkan dengan berbagai cara, berbagai penjelasan berbagai antribut-sifat-kwalitas menurut pengertiannya masing-masing.
Untuk mengetahui brahman sesungguhnya kita harus melaksanakan kewajiban kita dengan jalan mempersembahkan kebaktian, studi, bersedekah, hidup sederhana, berguru dan meditasi, bukan dengan kata dan penjelasan.
Ity srimad bhagavadgitasupanishatsu brahmavidyayam,yogasastre rikrishnarjunasamvade, karmasamnyasayogo nama panchamo 'dhyayah. Artinya
Maka berakhirlah bab kelima upanisad bhagavadgita,mengenai ilmu pengetahuan tentang yang maha esa,kitab suci yoga dan dialog antara sri krisna dan,arjuna yang berjudul karmasamnya-sayoga.

6. FOKUS UNTUK PENYUCIAN DIRI
Yogi memusatkan pikiran terus-menerus pada jiwa (atman) ditempat yang aman, sunyi dan bersih sendirian menyucikan jiwanya. Badan, leher dan kepala tegak duduk diam tidak bergerak, mengkonsentrasikan pikiran dan menjaga keseimbangan jiwa. Berdisiplin dalam makan, tidur, jaga, langkah, bicara, dan kerja. Bagaikan nyala pelita ditempat yang hening tidak berangin. Yoga harus dilaksanakan dengan keteguhan hati dan keyakinan yang menbaja, menanggalkan semua nafsu keinginan untuk pribadi dan memandang atman ada pula pada semua mahkluk insani yang sama dengan jiwa sendiri.
Arjuna bertanya kalau pikiran itu liar, bagaimana bisa diperoleh keseimbangan, sukar dikendalikan seperti mengendalikan angin? Krisna menjawab, dengan latihan bekerja tanpa keinginan untuk diri pribadi.
Arjuna bertanya walaupun ada keyakinan, tetapi tidak bisa menguasai diri, pikiran pengembara, yogi yang begini pergi kemana? Krina menjawab bahwa berbuat kebajikan, walaupun gagal melaksanan yoga, lahir kembali dalam posisi dan situasi yang lebih baik, dan berusaha lagi sampai menuju kekesempurnaan. Seorang yogi lebih besar daripada pertapa, sarjana dan dari yang melakukan upacara persembahyangan.
(1)   Sribhagavan uvacha:,anasritah karmaphalam,karyam karma karoti yah,sa samnyasi cha yogi cha,na niragnir na cha 'kriyah, artinya :
Sri bagawan berkata;dia yang bekerja tanpa keinginan untuk pribadi,adalah seorang samnyasi dan juga seorang yogi,bukanya dia yang tidak menyalakan api,pemujaan dan tidak melakukan sembah bakti.
Api diperlukan pada waktu diadakan upacara pemujaan sebagai alat yang menghubungkan antara pemuja san brahman. Dalam kiasanya, api juga dipergunakan sebagai alat untuk menerangi jiwa manusia agar dapat melihat brahman. Banyak orang yang menafsirkan bahwa samyasi (yang telah membebaskan diri dari kerja tidak perlu lagi menjalankan api pemujaan, tidak perlu lagi mengadakan upacara persembahyangan. Tetapi sebenarnya tidaklah demikian. Absen dari api pemujaan dan upacara persembahyangan. Tetapi tanp[a semangat samnyasa yang sesungguhnya adalah sia-sia belaka. Maka itu krisna menjelaskan kepada arjuna bahwa seorang samnyasi tidak seharusnya melupakan api pemujaan dan upacara persembahyangan.
(4) yadhi ne 'ndriyartheshu,na karmasv anushajjate,sarva samkalpa samnyasi,yogaruhas tado 'chyate,artinya :
Bila ia merasa bebas sungguh dari ikatan, objek pancaindria dan kerja,dan membuang segala maksud keinginan,maka ia dikatakan mencapai yoga.
Perkataan yogarudha berarti : naik mencapai yoga, dan perkataan samkalpa berarti : maksud, keinginan dan nafsu.
Menurut manu semua nafsu keinginan lahir dan samkalpaatau dengan perkataan lain samkalpa adalah sumber-sumber nafsu-keinginan (mahabharata, santiparva 177,25 : "oh nafsu-keinginan, aku tahu dimana akarmu berada. Engkau dilahirkan dan tumbuh dari samkalpa. Aku tidak akan memikirkan engkau, dan engkau akan berhenti tumbuh").
Jadi seorang muni yang telah mencapai yoga tidak lagi memikirkan maksud-keingainan yang egoitis dan dengan jalan begini samkalpa tidak lagi tumbuh padanya.
(5) uddhared atmana 'tmanam,na 'tmanam avasadayet,atmai 'va hy atmano bandhur,atmai 'va ripur atmanah.artinya :
Biarlah dia mengangkat jiwanya dengan jiwa,janganlah jiwa menjerumuskan dirinya,sebab hanya jiwa adalah teman jiwanya,dan hanya jiwa adalah musuh jiwanya.

(6) bandhur atma 'tmanas tasya,yena 'tmai 'va 'tmana jitah,anatmanas tu satsrutve,varteta 'tmai satruvat,artinya :
Jiwa menjadi teman jiwa yang bisa,menguasai jiwanya dengan jiwanya,tetapi bagi yang jiwanya tidak ditaklukan,jiwa, seperti musuh, menjadi lawan.
Dalam kedua sloka diatas jiwa manusia dilihat dari dua aspek, yaitu sebagai objek dan subjek peningkatan spirituil seseorang, dimana ego bertindak atas aspek yang satu dan sebaliknya dimana ego ditindak oleh aspek yang lainnya. Sesungguhnya jiwa (atman) ada pada diri kita, tetapi oleh karena ego kita bertindak, maka kesadaran kita tertekan kebawah yang menyebabkan kita tidak mengetahui-nya (lihat sloka iii,38) dan menyebabkan jiwa kita terpisah dengan jiwa (atman).
Jiwa seseorang menjadi temanya sendiri, apabila ia dapat memisahkan benda-jasmaniah dan mengontrol pancaindrianya didalam ia menempuh kehidupan spiritual sehari-harinya.
Tatapi kalau sebaliknya, maka jiwanya akan menjadi musuhnya sendiri. Untuk itu orang harus menyadari bahwa "jiwa adalah penguasa jiwa" dan "jiwa adalah tujuan jiwa" (dhammapada 160 dan 380).
Dalam masyarakat biasa, manusia kehidupan sosial sehari-hari diliputi oleh adanya golongan-golongan seperti antara keluarga dan orang lain, bangsa sendiri dan orang asing, orang saleh dan orang munafik dan seterusnya, dimana diantara golongan-golongan itu timbul perbedaan dan pertentangan.
Tetapi bagi seorang yogi perbedaan dan pertentangan tersebut tidak mempengaruhi apa-apa (lihat juga sloka V1.8 sebagai suatu perbandingan)
(10) yogi yunjita satatam,atmanam rahasi sthitah,ekaki yatachittatma,nirasir aparigrahah.artinya :
Biarlah yogi itu memusatkan pikirannya,terus-menerus pada atman ditempat aman,sendirian, menguasai jiwa dan raganya,bebas dari nafsu-keinginan akan kekayaan,
Dalam sloka ini dan sloka-sloka seterusnya oleh krisna dijelaskannya tentang yoga menurut garis-garis yang diajarkan oleh pantanyali dalam bukunya yang bernama yoga sutra. Tujuannya yang utama adalam untuk mengengkat kesadaran manusia dalam menghadapi perjuangan hidup dan pergulatan bhatinya sehari-hari menuju kearah kedamaian jiwa yang lebih sempurna sehingga ia terbebas dari siksa dunia ini.
Untuk mencapainya, orang harus memusatkan pikirannya terus-menerus ditempat yang suci dan aman, sendirian untuk mendengarkan suara-suara suci yang terpendam. Hanya ditempat sunyi dan sendirianlah hal itu dapat dilakukan, sebab kesadaran dan suara hati datangnya dari dalam.
Untuk mengetahui kebenaran oang harus melepaskan dirinya dari cnegkraman hawa-nafsu pribadi yang selalu berkisar pada benda-benda duniawi. Dan untuk sampai kepada kebenaran abadi orang harus berani hidup dan disiplin spiritual. Bhagavadgita mengajarkan kepada kitra untuk hidup berdisiplin dengan jalan yajna + dana + tapas, yaitu melakukan upacara persembahyangan + bersedekah (beramal + betapa atau meditasi. Meditasi ini harus dilakukan sendiri dan ditempat yang suci.
(13) saman kayasirogrivam,dharayann achalam sthirah,samprekshya naasikagram svam,disas cha 'navalokayan,artinya :
Dengan badan, kepala dan leher tegak,duduk diam tiada bergerak-gerak,tetap memandang keujung hidungnya,dan tanpa menoleh-noleh sekitarnya.
Pandangan harus diarahkan keujung hidung, sebab kalau tidak demikian pandangan bisa mengembara kemana-mana, dan konsentrasi pikiran tidak dapat dicapai, tetapi sesungguhnya pandangan kearah ujung hidung itu hanyalah merupakan pandangan pertama, sebab setelah konsentrasi pikiran tercapai, dengan mata setengah tertutup pandangan diarahkan kepada atman (jiwa).
Sesungguhnya yoga bukanlah bagi orang,yang makan terlalu bangyak atau puasa terlalu banyak,oh arjuna, bukanlah untuk orang,yang tidur terlalu banyak atau melek terlalu banyak.
Ekses yang berlebih-lebihan, baik dalam soal makan, puasa, tidur, melek maupun dalam hal yang menyangkut bentuk-bentuk nafsu dan keinginan manusia harus dihindari. Yoga dimaksudkan oleh krisna adalah yang terbaik, apabila menempuh jalan tengah.
Dengan pikiran yang terkendalikan, konsentrasi jiwa dapat dilaksanakan dengan baik. Konsentrasi jiwa ini, bagaikan api pelita, membakar segala hawa nafsu dan keinginan yang menyebabkan jiwa itu bersih suci dan tertuju kepada atman.
 (24) samkalpa prabhavan kamams,tyakva sarvan aseshatah,manasai 'va 'ndriyagramam,viniyamya samatatah,artinya :
Dengan tanpa kecuali menanggalkan,nafsu keinginan untuk diri pribadi,
dan mengendalikan semua alat pancaindria,dari semua jurusan dengan kekuatan pikiran.
Nafsu, keinginan untuk diri pribadi dan semuaalat pancaindria harus dikontrol, ibarat seekor penyu menarik kepala dan anggota-badannya (lihat sloka II.58). Supaya jiwa menjadi harmonis (seimbang).
Sesungguhnya agama adalah hal-hal yang tidak menyangkut dialektika, melainkan menyangkut fakta-fakta pengalaman orang-orang suci secara universal dimana-mana dan kapan saja. Pengalaman ini diketemukan dibergagai tempat yang suci dibagian dunia ini diketemukan diberbagai waktu yang kramat dalam sejarah kehidupan spirituil manusia. Demikianlah seorang yogi dikatakan berhubungan dengan tuhan yang maha abadi.
Dia ynag jiwanya terkonsentrasi oleh yoga,meliaht atman ada pada semua insan,
dan semua insan pada atman,dimana-mana ia melihat yang sama.
Sebagai hasil ilmu-pengetahuan yang dinyatakan oleh krisna dalan sloka IV.35 (segala mahkluk atman, dalam diri-ku) seorang yogi kini sampai pada pengalaman dimana ia bersatu dengan atman melahirkan sikap jiwa pada yogi tersebut bahwa apa yang ada pada subjek, pada objek dan diantara kedua-duanya adalah sama. Sikap jiwa inilah menumbuhkan rasa persaudaraan dan kasih sayang pada sesama insani.
(31) savabhutasthitam yo mam,bhajaty ekatvam asthitah,sarvatha vartamano 'pi,sa yogi mayi vartate,artinya :
Dia yang telah masuk dalam kesatuan,memuja aku yang ada pada semua insan, yogi demikian walaupun bagaimana,dalam segala hal pada-ku.
(32) atmaupam ena sarvatra,samam pasyati yo 'rjuna,sukham va yadi va dunkham,sa yogi paramo matah,artinya :
Dia yang melihat segala sesuatu sama,dalam persamaan jiwanya sendiri, oh arjuna,baik dalam suka maupun dalam duka,dia dinamakan yogi yang sempurna.
Selanjutnya sikap jiwa yang demikian merasakan bahwa suka dan duka pada dirinya sendiri adalah sama dengan suka duka pada mahkluk yang lain. Akhirnya yogi yang sempurna ini mengharapkan kebaikkan bagi semua mahkluk dan bukan untuk siapa-siapa. Ia tidak menyakiti insani ia melaksankan ahimsa (tidak menyakiti, tidak melukai, tidak membunuh) terhadap semua mahkluk.
(33) arjuna uvacha:,yo 'yam yogas tvaya proktah,samyena madhusudana,etasya 'ham na pasyami,chanchalatvat sthitim sthiram.artinya :
Arjuna berkata: yoga yang engkau nyatakan ini,sebagai suatu keseimbangan pikiran, oh madusadana,aku tidak melihat suatu fondasi yang pasti,atas dasar bahwa pikiran itu liar.
(34) chanchalam hi manah krishna,pramathi balavad dridham,tasya 'ham nigraham manye,vayor iva sudushkaram, artinya:
Sebab pikiran berobah-obah, krisna,liar, kuat dan tidak mudah dibelokkan,aku kira sukar untuk dikendalikan, seperti halnya mngendalikan angin.
(madusuna = krisna). Arjuna belum dapat meyakinkan dirinya bahwa pikiran yang begitu kuat dan liar akan dapat dikendalikan. Ia mengingatkan krisna akan perumpamaan tentang pikiran ini ibarat angin topan melanda perahu hanyut dalam samudera (lihat sloka ii.67)
(35) sribhagavan uvacha: asamsayam mahabaho,mano durnigraham chalam,abhyasena tu kaunteya,vairagyena cha grihyate, artinya :
Sri bagawan berkata: tidak dapat diragukan lagi, oh mahabahu,pikiran itu liar, sukar ditaklukan,tetapi ia bisa dikendalikan kuntiputra,dengan latihan dan kerja tanpa keinginan.
(36) asamyatatmana yogo,dushprapana iti me matih,vasyatmana tu yatata,sakyo 'vaptum upayatah,artinya :
Aku percaya, yoga sukar dicapai,oleh orang yang tidak bisa mengendalikan diri,tetapi dia yang bisa, dapat dicapai,dengan usaha dan alat yang benar.
(mahabahu = kuntiputra = arjuna). Betapun sukarnya. Krisna menyakinkan bahwa pikiran itu dapat dikendalikan dengan latihan terus-menerus dan kerja tanpa keinginan-keinginan untuk pribadi yang bersifat nafsu birahi. Bukankah falsafah bagavata mengatakan : "bila bumi terbentang dibawah kita, kenapa susah-payah mencari tempat berbaring?
Bila lengan ini masih ada, kenapa kita masih butuhkan bantal? Bila telapak tangan kita masih ada, mengapa bingung mencari piring-cangkir? Bila cuaca-udara masih ada, kulit kayu dan sebagainya, mengapa masih membutuhkan sutera ? Inilah suatu contoh bagaimana pikiran itu harus dilatih supaya tidak bekerja dengan keinginan-keinginan yang berlebih-lebihan.
 (40) sribhagvan uvacha: partha nai 've 'ha na 'mutra,vinasas tasya vidyate,na hi kalyanakrit kaschid,durgatim tata gachchhati.artinya :
Sri bagawan berkata: tidak dalan hidup ini dan tidak juga nanti,akan ada kebiasaan baginya, oh parta,sebab orang yang berbuat kebajikkan , wahai kawan,tidak akan pernah menempuh jalan kedukaan.
Sebab ia tahu bahwa sukses dalam hidup menempuh jalan yang sukar dan kesempurnaan tiba dengan sangat perlahan-lahan. Orang mungkin menempuh inkarnasi beberapa kali untuk sampai kepada kesempurnaan yang tertinggi, tetapi langkah-langkah kebajikkan yang pernah ditenpuh dalam kehidupan yang terdahulu tidak akan lenyap. Semua itu merupakan batu loncatan untuk langkah-langkah sehingga kita menemui brahman, yang maha kekal abadi.
(44) purvubhyasena tenai 'va,hriyate hy avaso 'pi sah,jijnasur api yogasya,sabdabrahma 'tivartate.artinya :
Dengan usaha-pengalaman domasa lampau,mendorng ia mau tidak meneruskan,dan hanya dengan tujuan untuk mengetahui yoga,ia melampaui kitab-kitab suci wada.
Perkataan sabdaharma berarti : suara brahman, suara yang maha kuasa. Dalam hubungan sloka diatas ini sabdabrahma dimaksudkan kitab-kitab suci weda dalam keseluruhannya.
Usaha pengetahuan dan pengalaman dalam hidup-hidup dimasa yang lampau sebelum hidup ini, mau tidak mau mendorong seorang yogi, yang telah pernah gugur, untuk maju terus mencapai tingkat yang lebih sempurna, sehingga ia dapat melampaui apa yang tersirat dan tersurat dalam kitab-kitab suci weda.
(45) prayatnad yatamanas tu,yogi samsuddha kilbishah,anekajanma samsiddhas,tato yati param gatim.artinya :
Tetapi yogi yang berusaha terus sekuat hati,menghapus sama-sekali segala dosa,disempurnakan melalui berbagai kelahiran,mencapai idaman yang tertinggi.
Walaupun gagal mencapai tujuan kesempurnaan tertinggi, karena kelemahan, namun usaha-usaha dan pengelaman-pengelaman kebajikannya akan tetap ada padanya setelah meninggal dunia, dan akan tetap menolong dia dalam menempuh hidupnya yang lain, sehingga pada waktunya ia mencapai tujuan terakhir.
(46) tapasvibhyo 'dhiko yogi,jnanibhyo 'pi mato 'dhikah,karmabhiyas cha 'dhiko yogi,tasmad yogi bhava 'rjuna.artinya :
Seorang yogi lebih besar dari pertapa,ia lebih mulia daripada sarjana,lebih utama dari yang melakukan upacara,karenanya, menjadilah yogi, oh arjuna.
Seorang yogi sempurna harus memiliki kwalifikasi yang menyatakan bahwa inti-jiwanya harus menyatukan diri dengan atman, ia harus mempunyai kepercayaan penuh dan ia harus seorang bhakta (pengikut yang setia berbakti penuh kesadaran).
(47) yoginam api sarvesham,madgatena 'ntaratmana,sraddhavan bhajate yo mam,sa me yuktatamo matah.artinya :
Dan juga diantara semua yogi,dengan penuh kepercayaan menyembah aku,dengan inti jiwa bersatu pada-ku,ia adalah yogi terbaik bagi-ku.
Oleh karena brahman dipersonifikasikan dalam diri krisna, maka itu untuk brahman dipergunakan perkataan 'aku' atau 'ku'. Ini bukanlah suatu anthropomorphi yang kekanak-kanakan, melainkan harus dilihat dari segi seni kesusastran bahsa bhagavadgita sendiri.
Ity srimad bhagavadgitavadgitasupanishatsu brahmavidyayam, yogasastre srikrishnarjunasamvade, dyana nama shashtho 'dhyayah.
Maka berakhirlah bab ke tujuh upanishad, bhagavadgita mengenai ilmu pengetahuan,tentang yang maha esa, kitab suci yoga,dan dialog antara sri krishna dan arjuna,yang berjudul dhyanayoga.

7. PENGETAHUAN TENTANG YANG MUTLAK
Krisna masih menjelaskan tentang meditasi, memusatkan pikiran yang terpaku kepada brahman dalam bab kedelapan ini
Selanjutnya krisna menerangkan ilmu-pengetahuan tentang jiwa yang diperoleh dari guru-guru dan kitab suci (jnana) merangkan ilmu-pengetahuan tentang jiwa yang diperoleh dari guru-guru dan kitab suci (jnana) dan ilmu-pengetahuan tentang jiwa yang diperoleh dari pengalaman-pengalaman dan perbandingan-perbandingan yang dihadapi dalam kenyataan hidup ini. Kedua ilmu-pengetahuan ini adalah untuk mengejar kesempurnaan.
Aspek brahman ada dua, yaitu unsur alam (tanah, air, api, udara, ether, pikiran, ego dan intelek atau akal budi) dan unsur hidup (jiwa). Brahman adalah segala dan ada dimana-mana.
Karena empat macam orang penyembah brahman berdasarkan pengetahuan masing-masing : yang sengsara, yang mengejar harta-benda, yang mengejar ilmu-pengetahuan dan yang berbudi luhur. Hanya yang berbudi luhur, berhati bersih, mempunyai kemauan dan pengebdian yang menunggal kepada-nya yang mulia.
Karena kekuatan ilusi maya orang tidak mengetahui brahman.
Mereka yang memiliki ilmu-pengetahuan, berbudi pekerti tinggi, bernaung kepada-nya, mengetahuikebenaran jiwanya dan hukum karma - mengetahui brahman.
Sribhagavaan uvacha:
Mayy asaktamanah partha,yogam yunjan mada srayah,asamsayam samagram mam,yatha jnasyasi tach chhrinu.artinya :
Dengarkanlah kini, oh parta, melaksanakan yoga,dengan pikiranmu terpaku kepada-ku,dengan aku sebagai pelindungmu,tanpa ragu kau akan mengenal aku sepenuhnya.
(parta =arjuna). Dalam bab ini krisna hendak menjelaskan kepad arjuna pengetahuan yang lengkap dan menyeluruh tentang brahman, seru-sekalian-alam, tidak saja dari segi dunia jiwa-nya melainkan juga dari segi dunia alam-semesta-nya, dan krisna sendiri sebagai manisfestasi-nya didunia ini.
(2) jananam te 'ham savijnanam,idam vakshyamy aseshatah,yaj jnatva ne 'ha bhuyo 'nyaj,jnatavyam avasishyate.artinya :
Kepadamu selengkapnya akan kuajarkan,budipekerti ini bersama-sama dengan ilmu-pengetahuan,dengan mengetahui semuanya, tiada lagi,sesuatu yang tertinggal untuk diketahui.
Mengetahui istilah jnana dan vijnana, baca keterangan, sloka iii.41.
(3) manushyanam sahasreshu,kaschid yatati siddhaye,yatatam api siddhanam,kaschin mam vetti tattvatah.artinya :
Diantara beribu-ribu manusia ,hampir tak seorang-pun mengejar kesempurnaan,dan diantara mereka yang berhasil,hampir tak seorangpu mengenal aku dalam kebenaran.
Kalimat 'hampir tak seorang' dalam sloka diatas ini dimaksudkan 'sangat sedikit dan jarang' orang yang mampu menempuh jalan menuju kesempurnaan ini. Tetapi ini adalah suatu gambaran yang relatif belaka untuk menyatakan betapa sukarnya jalan kearah itu. Namun demikian, seperti dijelaskan oleh krisna sendiri dalam sloka iv.10 dan 11 banyak juga yang telah mencapai brahman.
(4) bhumir apo 'nalo vayuh,kham mano buddhir eva cha,ahamkara iti 'yam me,bhinna prakritir ashtadha,artinya :
Tanah, air, api,dan udara, ether, akal budi,pikiran dan ego merupakan,delapan unsur alam-ku.
(5) apare 'yam itas tv anyam,prakritim viddhi me param,jivabhutam mahabaho,yaye 'dam dharyate jagat,artinya :
Inilah unsur alam-ku yang lebih rendah,dan ketahuilah sifatku yang lebih tinggi,oh mahabahu, unsur hidup yaitu jiwa,yang mendukung alam semesta ini.
Disini krisna menjelaskan bahwa tuhan (brahman yang maha esa) terdiri dari unsur yang lebih rendah, yaitu unsur alam, dan unsur yang lebih tinggi yaitu unsur hidup. Kedua-duanya, yaitu unsur alam (tanah, air, api, udara, ether, akal budi, pikiran dan ego) dan unsur hidup (jiwa) bersatu merupakan suatu kesatuan yang kita sebut tuhan (brahman, yang maha esa). (mahabahu = arjuna).
(6) etadyonini bhtani,sarvani 'ty upadharaya,aham kristnasya jagatah, prabhavah pralayas tatha.artinya :
Ketahuilah bahwa semua insani,mempunyai sumber-kelahiran disini, aku adalah asal-mula alam-semesta ini,demikian pula kiamat-kelaknya ini.
Dalam sloka ini dengan jelas diuraikan oleh krisna bahwa tuhan (brahman) adalah sumber-kelahiran segala mahkluk asal-mula (prabhavah) dan kiamst kelaknya (pralayah) alam semesta ini. Semua berasal dari dia dan kembali kepada-nya.
(7) mattah parataram na 'nyat,kimchid asti dhanamjaya,mayi sarvam idam protam,sutre manigana iva,artinya :
Tiada yang lebih tinggi daripada-ku,oh dananjaya, yang ada disini,semua terikat pada-ku bagaikan rangkaian,mutiara pada seutas tali,.
Kelahiran alam-semesta ini terikat pada jiwa tertinggi, ibarat rangkaian mutiara pada seutas tali, atau ibarat jembatan yang menghubungi dunia ini dan dunia sana diatas mana manusia dapat menyebrang (mundaka upanishad ii, ii.5), atau ibarat burung-burung yang kembali kepohon (orasna upanishad iv, iv 7-9). (dananjaya = arjuna)
(8) raso 'ham apsu kaunteya,prabha 'smi saisuryayoh,pranavah sarvavedeshu,sabdah khe paurusham nrishu.artinya :
Aku adalah rasa dalam air, kuntiputra,aku adalah cahaya dibulan dan matahari,aku adalah huruf aum dalam kitab suci weda,aku adalah suara di-ether dan kemanusian pada manusia.
(kuntipura = arjuna). Brahman sebagai sumber dan semuanya terjalin pada-nya sebagai manisfestasi-nya. Huruf aum berarti pula tuhan (brahman).
(9) punyo gandhah prithivyam cha,tejas cha 'smi vibhavasau,jivanam sarvabhuteshu,tapas cha 'smi tapasvisnu.artinya :
Aku adalah harum-sucinya tanah,dan benderang-nyalanya-api,aku adalah nyawanya semua insani,dan semangat tapabratanya pertapa.
(10) bijam mam sarvabhutanam,viddhi partha sanatanam,buddhir buddhimatam asmi,tejas tejasvinam aham.artinya :
Ketahuilah, oh parta. Aku ini,adalah benih abadi dari semua insani,aku adalah budipekerti dari kaum intelektual,aku adalah cemerlangnya keindakan.
(11) balam balavatam cha 'ham,kamaraga vivarjitam,dharmaviruddho bhuteshu,kamo 'smi bhatarash abba.artinya :
Aku adalah kekuatan dari yang perkasa,bebas dari keinginan dan nafsu birahi,aku adalah cintanya semua insani,yang tidak bertentangan dengan dharma , oh baratasaba.
(arjuna juga dipanggil dengan nama baratasaba, yang berarti pemimpin bangsa barata, yaitu nenek-moyang pandawa). Didalam ketiga sloka diatas nyatalah betapa gambaran tentang brahman (tuhan) didalam semua kedua aspeknya seperti harumnyanya tanah, nyalakan api, nyawanya insani, benihnya mahkluk dan seterusnya, baik aspek unsur alam-nya maupun aspek unsur hidup-nya.
(12) ye chai 'va sattvika bhava, rajasas tamasas cha ye, matta eve 'ti tan viddhi, na tv aham teshu te mayi, artinya :
Walaupun bagaimana keadaan sifat itu, baik suci lincah maupun beku, ketahuilah, semua berasal dari aku, bukan aku dalam mereka tetapi mereka didalam-ku.
Tanpa adanya kepercayaan yang lebih tinggi kalimat 'bukan aku (brahman) dalam mereka, tetapi mereka didalam-ku' sukar dapat dimengerti dengan logika biasa. Tetapi dapat kiranya dijelaskan dengan perumpamaan berikut ini : seseorang yang berdiri dalam gelap gulita melihat bayangannya, melainkan bayangan itulah ada didalam sosok tubuh orang yang kebetulan ada dalam tempat yang gelap itu. Oleh karena sifatnya memang penakut maka orang yang dalam gelap itu disangkanya bayangan setan yang mengerikan.
Demikian pula brahman yang bukanya ada dalam bayangan ilusi, melainkan kekuatan ilusi (maya) itulah ada dalam brahman.
(13) tribhir gunamyair bhavair, ebhih sarvam idam jagat, mohitam na bhijanati, mam ebhyah param avyayam, artinya :
Dikelabuhi oleh ketiga sifat alam ini, kiranya seluruh dunia tidak mengetahuinya, sesungguhnya aku ini lebih tinggi, daripada mereka, dan kekal abadi.
Yang dimaksudkan dengan ketiga sifat alam dalam sloka ini adalah : suci (sattva), lincah (rajas) dan beku (tamas). Selanjutnya mengenai istilah-istilah sattva, rajas dan tamas lihat keterangan sloka ii.45.
(14) daivi hy esha gunamayi, mama maya duratyaya, mam eva ye prapadyante, mavam etam teramti te, artinya :
Bayangan suci kekuatan ilusi-ku ini, yang disebabkan oleh sifat-sifat itu sukar diatasi,
tetapi hanya mereka yang berlindung kepadaku, dapat melampaui kekuatan ilusi itu.
Yang dimaksudkan dengan 'kekuatan ilusi' adalah maya (mengenai istilah ini baca keterangan sloka IV.6)
(15) na mam dushkritino mudhah, prapadyante naradhamah, mayaya 'pahatajnana, asuram bhavam asritah, artinya :
Mereka yang jahat hidup nista,diantara manusia-manusia berhati hina,
tidak datang kepada-ku, sebab pikiran,mereka diliputi kekuatan ilusi dan bersifat setan.
Orang-orang jahat tidak bisa mencapai hidup spirituil; sebab ia tidak dikendalikan oleh jiwanya melainkan oleh egonya. Langkah yang pertama yang mereka harus lakukan adalah berhenti berbuat jahat, kemudian melaksankan norma ethika dalam masyarakat orang baik-baik. Setelah itu mereka baru dapat menempuh kehidupan spirituil, dimana jiwa mereka dapat menaklukan ego mereka.
(16) chaturvidha bhajante mam, janah sukritino 'rjuna, arto jijnasur artharthi, jnani cha bharatashabha, artinya :
Ada empat macam orang yang baik hati, memuja pada-ku wahai baratasaba, mereka yang sengsara,yang mengejar ilmu, yang mengejar harta dan yang berbudi arjuna.
(baratasaba = arjuna, lihat sloka 11).
(17) tesham jnani nityayukta, ekabhaktir visishyate, priyo hi jnanino 'tyartham, aham sa cha mama priyah, artinya :
Diantara mereka yang berbudi selalu, memusatkan pikiran dan berbakti pada yang satu, adalah mulia sebab itu dialah aku, sangat kasihi dan dia kasih kepada-ku.
Diantara mereka yang sengsara yang mengejar ilmu-pengetahuan, yang mengejar harta-benda dan yang berbudi-luhur, menurut mahabarata ketiga-tiga yang pertama memuja dan berbakti kepada brahman dengan mengharapkan anugerah daripada-nya. Yang disebut phalakama. Hanya yang keempatlah, yaitu yang berbudi luhur, tidak mengharapkan apa-apa kecuali memusatkan pikiran dan baktinya kepada brahman.
(18) udarah sarva evai 'te, jnani tv hi yuktatma, asthitah sa hi yuktatma, mam eva 'nuttamam gatim, artinya:
Semua mereka itu adalah mulia, tetapi yang berbudi ku-pegang sebagai diri-ku, sebab jiwanya seimbang dengan sempurna, dan tujuannya tertinggi hanya bernaung kepada-ku.
Menurut krisna, keempat kategori manusia yang memusatkan tuhan (brahman) itu adalah semuanya baik, sebab mereka memiliki kepercayaan akan adanya brahman. Namun demikian, orang yang berbudi luhur, berhati bersih, mempunyai kemauan dan pengabdian menunggal kepada-nya, adalah yang termulia. Pembagian kategori ini bukanlah kemauan brahman, melainkan adalah kehendak manusia sendiri atas sikapnya terhadap brahman.
(19) bahunam janmanam ante, jnanavan mam prapadyate, vasudevah sarvam iti, sa mahatma sudurlabha, artinya :
Pada banyak akhir kelahiran manusia, orang yang berbudi datang kepada-ku, karena tahu wasudewa adalah segalanya, sungguh sukar dijumpai jiwa agung serupa itu.
Wasudewa adalah sebutan lain dari atman atau brahman. Krisna sendiri juga disebut wasudewa, karena ia adalah manisfestasi dari brahman dan kebetulan pula ia adalah putera maharaja wasudewa dari keturunan bangsa yadawa yang terkenal dalam kisah mahabarata.
(20) kamais tais-tair hritajnanah, prapadyante 'nyadevatah, tam-tam niyamam asthaya, prakritya niyatah svaya, artinya :
Tapi mereka yang dikendalikan nafsu duniawi, pergi ketempat pemujaan para dewata, mempersembahkan aneka-warna upacara, menurut cara-cara mereka sendiri.
Karena mengharapkan anugerah dari upacara pemujaan mereka, maka mereka pergi ketempat-tempat persembahyangan para dewata menurut cara mereka masing-masing. (lihat juga sloka iv.12)
(21) yo-yo yam-yam tanum bhaktah, sradhaya 'rchitum ichchhati, tasya-tasya 'chalam sraddham, tam cva vidadhamy aham, artinya :
Apapun bentuk kepercayaan yang ingin dipeluk oleh penganut agama, aku perlakukan mereka sama, supaya tetap teguh dan sejahtera.
Disini krisna menjelaskan bahwa brahman memperlakukan kepercayaan manusia, apapun bentuk dan cara yang dipergunakannya selama manusia merasa sujud kepada-nya sama tanpa perbedaan apa-apa. Bagaimana bentuk dan caranya, selama manusia bersujud kepada-nya, ia pasti menemui kemajuan budi-pekerti yang mendekatkan dirinya kepada brahman.
Dengan sloka ini krisna juga berhasrat menanamkan rasa toleransi beragama diantara manusia didunia ini, dan berharap agar manusia berpegang teguh kepada masing-masing kepercayaan demi kesejahteraan mereka sendiri.
(22) sa taya sraddhaya yuktas, tasya 'radhanam ihate, labhate cha tatah kaman, mayai 'va vihitan hi tan, artinya :
Berpegang teguh pada kepercayaan itu, mereka berbakti pada keyakinan itu pula, dan daripadanya memperoleh harapan mereka, yang sebenarnya hanya dikabulkan oleh-ku.

(23) antavat tu phalam tesham, tad bhavanty alpamedhasam, devan devayajo yanti, madbhakta yanti mam api, artinya :
Akan tetapi hasil yang didapat meraka, orang-orang yang berpikiran licik adalah sementara, yang menyembah dewata pergi kepemujaan dewa-dewa, supaya tetap teguh dan sejahtera.
Sesungguhnya segala bentuk pemujaan, pada tujuannua terakhir, adalah pemujaan kepada brahman, segala bentuk kepercayaan kepada brahman. Dan oleh karenanya yang diperoleh adalah anugerah yang bersifat materiil (duniawi) adalah sementara, sebab tujuan hidup terakhir adalah mencapai kelepasan, bersatu dengan brahman ditempat yang kekal-abadi.
(24) avyaktam vyaktim apannam, mayante mam abuddhayah, param bhavan ajananto, mama 'vyayam anuttamam, artinya :
Orang yang picik pengertian beranggapan, aku yang tan berbentuk seperti mansifestasi, tidak mengetahui sifat-ku yang kekal abadi, tidak berubah-ubah. Yang maha tertinggi.
Brahman, tuhan yang maha esa, tidak dapat dilukiskan dengan predikat apapun, baik secara methdologi maupun secara epistemologi, atau benda nyata, pandangan dan pengertian kita adalah terbatas dan tidak sempurna, dan karena itu satu-satunya jalan yang terbaik untuk mengetahui brahman adalah menempuh jalan berbakti dengan penuh kesabaran agar pandangan dan pengertian kita bertambah baik dan pada suatu ketika kelak menjadi sempurna. Dengan perkataan lain ,adanya pengabdian dan kebaktia
an adalah sangat penting.
(25) na 'ham prakasah sarvasya, yogamaya samavritah, mudho 'yam na 'bhijanati, loko mam ajam avyayam, artinya :
Terselubungi oleh kekuatan cipta-maya-ku, aku tidak kelihatan bagi semuanya, dunia yang kacau ini tidak mengetahui aku, yang tidak terlahirkan dan tidak pernah sirna.
Perkataan yogamaya dalan sloka ini berarti : kekuatan ilusi yang unik dan mistirius yang ada pada brahman, ibarat kabut atau awan yang membatasi pandangan mata kita, sehingga tidak dapat melihat apa yang ada dibalik awan atau kabut itu. (mengenai istilah ini, lihat juga keterangan sloka 14 dan sloka iv.6).
(26) veda 'ham samatitani, vartamanani cha 'rjuna, bhavishyani cha bhutani, mam tu veda na kaschana, artinya :
Aku tahu semua mahkluk yang terdahulu, yang hidup kini dan lahir nanti, tetapi tiada seorang jua pun, wahai arjuna, yang mengenal aku.
(27) ichchhadvesha samutthena, dvabdvamohena bharata, sarvabhutani sammoham, sarge yanti paramtapa, artinya :
Semua mahkluk sejak lahir oh barata, telah tersesatkan oleh dualisme pertentangan, yang lahir dari hawa-nafsu ketamakkan, dan amarah-dengki wahai prantapa.
(barata = panrantapa = arjuna). Manusia hidup didunia ini dalam kenyataan antara panas dan dingin, antara kaya dan miskin, antara kecintaan dan kebencian dan sebagainya. Dualisme pertentangan inilah harus dilenyapkan.
(28) yesham tv antagatam papam, jnanam punyakarmanam, te dvamdvamoha nirmukta, bhajante mam dridhavratah, artinya :
Tetapi mereka yang berhati suci, yang tidak mempunyai dosa lagi, bebas dari dualisme pertentangan ini, memuja aku dengan sumpah sepenuh hati.
(29) jaramarana mokshaya, mam asritya yatanti ye, te brahma tad viduh kristnam, adnyatmam karma cha 'khilam, artinya :
Mereka yang bernaung dibawah-ku berusaha, untuk kelepasan dari hari-tua dan kematian, mereka mengetahui brahman kebenaran jiwanya, dan hukum karma dalam keseluruhan.
(30) sadhibhutadhi daivam mam, sadhiyajnam cha ye viduh, prayaakale 'pi cha mam, te vidur yktachetasah, artinya :
Mereka yang mengetahui aku memangku, segala aspek alam-semesta  jiwa dan upacara, dengan jiwa tenang meski disaat ajal mereka, sudah sampai, meraka tetap memuja aku.
Dosa yang dilukiskan dalam sloka 28, bukanlah kesalahan-kesalahan yang ditimbulkan oleh adanya pelanggaran terhadap hukum atau undang-undang dan peraturan-peraturan yang dirumuskan dalam konvebsi maupun yang dibuat oleh manusia. Melainkan dosa itu adalah bersumber pada kedunguan dan kepicikan manusia yang dikuasai oleh egonya. Ego yang mencekam manusia menyebabkan ia memburu kesenangan dan kepuasan diri sendiri dengan mengorbankan orang lain. Inilah yang dimaksudkan dengan dosa dalam kehidupan spirituil.
Orang yang sudah tidak mempunyai dosa, jiwanya bersih dan kesadarannya tinggi, dan sampai ajalnya pun tetap tenang dan tidak berubah. Sebab ia memiliki ilmu-pengetahuan dan budipekrti tentang brahman, yang diuraikan oleh krisna dalam bab ke-vii ini.
Ity srimad bhagavadgitasuoanishatsu brhmavidyayam,yogasastre srikrishnajunasamvade, jnanavinanayogo nama saptamo 'dhyayah,.
Maka berakhirlah bab kedelapan upanisad,bhagavadgita mengenai ilmu-pengetahuan, tentang yang maha esa, kitab suci yoga,dan dialog antara sri krisna dan arjuna,yang berjudul jnana vijnana yoga.

8. AKSARA/PRANAWA CARA MENCAPAI RANAH TUHAN

Krisna masih meneruskan dengan keterangannya tentang renungan meditasi menuju brahman dalam bab kesembilan ini. Arjuna bertanya apakah sebenarnya brahman, adyatman, karma, adhibhuta, adhidaiva dan adhyajna. Krisna menjawab bahwasanya brahman : yang kekal-abadi, maha agung-adhyatman : manisfestasi pertama brahman = intisari alam semesta + mahkluk hidup - karma : daya cipta brahman dalam hubungannya dengan evolusi penciptaan-adhyajna : basis bakti persembahan.
Selanjutnya krisna menjelaskan tentang meditasi dan konsentrasi jiwa ini dalam yoga, sehingga tercapai pengertian bahwasanya brahman adalah kekal-abadi dan tidak termusnahkan.
Dari brahman kebawah, sumua mahkluk mengalami kelahiran kembali, tetapi kalau sidah bersatu dengan brahman tidak ada inkarnasi lagi
Yogi yang mencapai tempat brahman, dikala ajal memanggil bila ada api, cahaya, sianghari, purnama dan snam musim matahari ada di utara, bermeditasi dan berkonsentrasi dalam yoga mengucapkan aksara tunggal aum, meninggalkan badan-jasmani ini, menuju tujuan yang tertinggi.
(1) arjuna uvacha:,kim tad brahma kim adhyatmam,kim karma purushottama,adhibhutam cha kim proktam,adhidaivan kim uchyate.artinya :
Arjuna bertanya: apakah itu brahman, apakah itu adhyatman,dan ada pula itu karma, oh parushottama, apakah yang dinamakan adhibhuta, dan pap pula yang disebut adhidaiva?
(2) addhiyajnah katham ko 'tra,dehe 'smin madhusadana,prayanakale cha katham,jneyo 'si niyatatmabhih.artinya :
Apakah itu adhyajn adalam badan kita,bagaimana, oh madusudana, dan betapa pula,
engkau bisa diketahui oleh mereka,yang telah menguasai diri disaat ajal tiba?
(purushottama = madusudana = krisna. Perkataan purushottama berarti : manusia yang utama. Krisna dipanggil demikian, sebab ia adalah rasul brahman yang turun kedunia ini).
Dalam bab ke viii sloka 29 dan 30, istilah-istilah adhiyajna, adhidaiva, adhibhuta dan adhyatman, telah disebut-sebut oleh krisna. Karena masih ragu-ragu akan pengertiannya, maka arjuna beratnya akan arti masing-masing istilah tersebut.
(3) sribhagavan uvacha: aksharam brahma paramam,svabhavo 'dhyatmam uchyate,bhutabhavodbhavakaro,visargah karmasamjnitah. Artinya :
Sri bagawan menjawab: yang kekal-abadi, maha agung, adalah brahman,intisari alam dinamakan adhyatman,karma adalah nama diberikan pada daya cipta,yang melahirkan mahkluk hidup didunia.
(4) adhibhutam ksharo bhavah,purushas cha 'dhidaivatam, adhiyajno 'ham eva 'tra,dehe dehabhritam vara,artinya :
Basis segala yang tercipta adalah alam beku ini,basis elemen suci adalah jiwa semesta,dan basis semua bakti-persembahan dibadan ini,adalah aku, oh manusia-termulia (arjuna).
(oleh krisna, arjuna dipanggil dengan julukan bhritam vara yang artinya 'pengemban badan jasmani yang paling mulia', jadi manusia termulia, sebab dalam badan jasmani arjuna jiwa yang mulia, lagipula pada saat tahap ini arjuna sudah dianggap mempunyai pengertian lebih maju
Dalam bab ke-ix ini krisna ingin mengungkapkan berlangsungnya evolusi alam-semesta dari awal-mulanya sampai pada akhirnya. Krisna menjelaskan bahwayang permulaan ialah brahman, yang kekal-abadi, yang maha agung, pusat segala kegiatan yang meliputi
semua mahkluk hidup, bakti persembahan, para dewata (mahkluk yang lebih tinggi dan bercahaya-cahaya) kerja dan gerakkan, serta segala sesuatu yang ada dalam jagat raya alam-semesta ini.
Aspek yang pertama daripada brahman dalam evolusi alam semesta ini adalah adhyatma
an(adhi + atman) jadi adhyatman adalah manisfestasi pertama dari para brahman yang merupakan intisari alam-semesta dan mahkluk hidup. Proses penciptaan alam semesta dan mahkluk hidup yang ada pada brahman disebut karma; dengan perkataan lain karma adalah daya cipta brahman dalam hubungan evolusi penciptaan ini.
Basis proses penciptaan ini adalah alam beku dan segala sesuatu yang bersifat materiil, yang mempunyai kelahiran dan kematian, disebut dengan nama adhibhuta sedangkan basis tempat berpijak segala sesuatu yang bersifat halus-suci adalah jiwa universiil dan aspek halus-suci lainnya, yang bersemayam dalam mahkluk hidup dan mempunyai kekuatan indria (rasa), yang dinamakn adhidaibata. Dan basis daripada bakti persembahan (termasuk kegiatan dan kerja untuk kebajikan) badan jasmani ini yang disebut adhiyajna. Bakti persembahan bersumber pada brahman, maka itu segala bakti-persembahan harus ditujukan kepada-nya untuk menyucikan jiwa yang ada dalam basis ini (yaitu badan-lihat jasmani kita). Dalam hubungan bakti- persembahan ini lihat sloka iii.10, sloka iii.15 dan sloka iv.24)
(5) antakale cha mam eva,smaran muktva kalevaram,yah prayati sa madvam,yati na 'sty atra samsayah.artinya :
Barang siapa pada waktu ajal tiba,berpulang, meninggalkan badan-jasmani ini,dengan mengenang aku selalu, datang kepada-ku,ini tidak dapat diragu-ragukan lagi.
Perkataan antakale berarti : waktu ajal tiba. (lihat pula sloka viii.30). Sloka ini mencoba memberi tekanan kepada apa yang terpikirkan oleh seseorang terakhir sebelum ia menghembuskan nafasnya penghabisan dikala mengehadapi maut, sebab pikiran terakhir ini menentukan kelahirannya kembali pada hidup yang akan datang (inkarnasi yang kemudian). Hal ini juga ditekannkan oleh kitab-kitab upanishad. Mahabharata dan ramayana.
(6) yam-yam va 'pi smaran bhavam,tyajaty ante kalevaram,tam-tam evai 'ti kaunteya,sada tadbhavabhavitah,artinya :
Apa saja terpikirkan pada saat ajalnya,meninggalkan badan jasmani ini, oh kuntiputra,ia akan sampai pada keadaan yang terpikirkan itu,sebab ia terus-menerus terbenam dalam pikiran itu.
Jiwa orang yang meninggal pergi kepada apa yang terpikirkan olehnya pada saat ia menghembuskan nafas penghabisan, pikiran dalam kehidupan yang terdahulu menentukan kelahiran yang akan datang. Inilah hukum inkarnasi.
(7) tasmat sarveshu kaleshu,mam anusmara yudhya cha,mayy arpitamanobuddhir,mam evai 'shyasy asamsayah,artinya :
Sebab itu kapan saja ingatlah pada-ku,selalu, dan berjoanglah terus maju,dengan pikiran dan budipekerti tetap pada-ku,engkau pasti datang kepada-ku.
Kalimat anusmara yudhya berarti 'ingatlah pada-ku dan berjoanglah terus maju!'. Disini krisna menganjurkan kepada arjuna, agar sebagai seorang kesatria ia bertempur terus maju melawan musuh-musuhnya, dan sebagai manusia dalam kehidupan spirituil ia terus berjuang melawan kekuatan-kekuatan gelap yang ada pada dirinya dengan selalu mengenangkan brahman.
 (9) kawin puranam anussasitaram,anor aniyamsam anusmared yah,sarvasah dhataram achintyarupam,adityavarnam tamash parastat,artinya :
Orang yang memusatkan pikiran pada yang mahatahu,terpurba, mahakuasa, lebih halus daripada atom,pendukung segala dunia, bentuknya tak terlukiskan,bercahaya bagaikan matahari, diatas segalanya.
(10) prayanakale manasa 'chalena,bhaktya yuktho yogabalena chai 'va,bhruvor madhye pranam avesya samyak,sa tam param purusham upaiti divyam.artinya :
Dan dengan bermeditasi saat ajal tiba,pikiran tenang, tetap berbakti dengan kekuatan yoga,dan nafas hidup tetap ada diantara kedua kening,ia mencapai dia yang maha suci,
Gambaran yang diberikan dalam sloka 9 dan 10 diatas ini tentang tuhan (brahman), hendaknya tidak saja dilihat dari segi realiti belaka (anusasitaram = yang maha kuasa), melainkan juga dari sudut theologi (anusmaredyah = lebih halus dari pada atom), dari sudut mistik (yogabalena = dengan kekatan yoga) dan juga dari segi spirituil (purusham upaiti divyam = mencapai dia, yang maha suci).
 (12) sarvadvarani samyamya,mano hridi nirudhya cha,mardhny adhaya 'tmanah pranam,asthito yogadharana,artinya :
Semua pintu-gerbang dikuasai,pikiran dibatasi oleh hati ,nafas-hidup berpusat dikepala,tegak dalam konsentrasi yoga.
(13) aum ity ekaksharambrahma,vyaharan mam anusmaram,yah prayati tyajan deham,sa yati paramam gatim,artinya :
Dia yang mengucapkan aksara tunggal aum,yaitu brahman, dan mengenangkan aku,sewaktu ajal telah memanggil kembali ,meninggalkan jasmai, pergi ketujuan tertinggi.
Perkataan sarvadvarani berarti 'semua pintu gerbang' dimaksudkan semua pancaindria yang ada dalam badan kita seperti mata, kuping, hidung, mulut, pori-pori (lubang kulit) dan kemaluan (lihat sloka V.13 tentang sembilan pintu-gerbang). Kalimat 'pikiran dibatasi ileh hati' mengandung pandangan hidup (falsafah hidup). Spiritual yang sangat tinggi, sebab betapapun tingginya kemajuan intelek seseorang, pikirannya harus dibatasi oleh perasaan halusnya demi untuk mencapai hidup damai berdampingan dengan sesamanya. Dan dalam hubungannya dengan hidup spiritual hal ini sangat penting demi untuk tidak membiarkan pikiran itu mengembara kemana-mana, supaya terpusat pada pengebdian.
Kitab yoga sstra mengajarkan kepada kita, bahwa sewaktu ajal telah tiba, jiwa keluar dari hati (jantung) melalui sushumanadi (yang terletak dipusat uratnadi dalam sumsum tulang belakang terus menuju brahmarandhra (yang terletak dalam tengkorak kepala) dan darisana keluar pergi menuju brahman.
Huruf atau aksara-tunggal aum berarti "tuhan yang tunggal" (brahman). Huruf ini dikatakan tunggal menurut bunyi atau suara takala mulut menyebut huruf aum itu. Prosesnya adalah sebagai berikut : ketika mulut dibuka bunyi yang terdengar adalah a, waktu mulut sedang terbuka bunyi yang terdengar adalah u dan takkala mulut hendak ditutup bunyi yang terdengar adalah m dalam keseluruhan proses terbukanya mulut satu kali terdengarlah bunyi 'aum'. Dengan perkataan lain, brahma adalah aksara-tunggal aum atau brahman adalah segala aksara (huruf) dari yang mula sampai yang akhir : (lihat juga sloka viii.8).
Dari tempat brahman kebawah selanjutnya, arjuna,semua dunia mengalami kelahiran kembali,tetapi setelah mencapai aku, wahai kuntiputra,tidak akan kembali ke-kelahiran lagi.
Kecuali brahman, semuanya tidak kekal, semuanya mengalami perobahan, terbatas oleh waktu dan ruang.
(17) sahara yuga paryantam,ahar yad brahmano viduh,ratrim yugasahasrantam,te 'horatravido janah,artinya :
Yang mengetahui bahwa hari brahman,sama dengan jangka waktu seribu yuga,dan bahwa malam daripada-nya seribu yuga.,adalah mereka yang mengetahui hari dan malam.
(18) avyaktad vyaktayah sarvah,prabhavanty aharagame,ratrygame praliyante,tatrai 'va 'vyaktasamjnake,artinya :
Pada saat datangnya siang hari,semua yang nyata muncul dari yang tak nyata,dan pada waktu tibanya malam-hari,yang nyata kembali pada yang dinamakan tak-nyata.
(19) bhutagramah sa eva 'yam,bhutva-bhutva praliyate,ratryagame 'vasah partha, prabhavaty aharagame.artinya :
Banyak yang nyata yang sama ini pula,bolak-balik muncul kembali,dan lenyap lagi tak bekerja pada tibanya malam,oh parta, muncul lagi pada datangnya hari.
Menurut tradisi kuno, hari dan malam brahman mengambil jangka waktu masing-masing 1000 yuga (lihat juga sloka IV.8)
Tradisi itu pula mengetakan bahwa waktu itu dibagia tas empat jaman, yang masing-masing jaman itu mempunyai panjangnya sendiri-sendiri, yaitu jaman krita = 4000 tahun, jaman tretra = 3000 tahun, jaman dvapara = 2000 tahun dan dan jalam kali = 1000 tahun. Lama saat transisi antara keempat jaman itu adalah 2000 tahun. Jadi jumlah semuanya = 12000 tahun. Ini adalah merupakan tahun-tahun para dewata, kalau dijadikan tahun manusia ini menjadi 360 x 12000 tahun = 4.320.000 tahun. Kesimpulannya hari dan malam brahman masing-masing, bagi manusia, akan memakan waktu selama : 1000 x 4.320.000 tahun = 4.320.000.000 tahun. Ini disebut satu kalpa.
Betapapun fantastisnya kelihatan angka-angka tersebut diatas, namun apa yang dimaksudkan oleh sloka ini, adalah bahwasanya hari brahman sama artinya dengan periode manisfestasi kosmos ini dan malam brahman dimaksudkan periode tak termanisfestasikan kosmos ini.
Yang 'bolak balik muncul kembali' adalah disebabkan oleh akibat daripada karma-nay sendiri, tetapi brahman. Yang maha tertinggi tidak terkena oleh periode munculnya dan lenyap-nya semua ini.
(20) paras tasmat tu bhavo 'nyo,'vyakto 'vyaktat sanatanah,yah sa sarveshu bhuteshu,nasyatsu na vinasyati,artinya :
Namun dibalik semua yang tak nyata ini,ada pula yang tak nyata, kekal abadi,tidak termusnahkan, walaupun semua,yang lain musnah sirna.
Perkataan avyakta berarti : yang tak-nyata (tak-termansifestasi). Ada pula macam yang tak-nyata, yang ada kalanya harus dibedakan. Yang tak-nyata pertama dimana makluk yang belum dapat menembus karmanya masuk, sedangkan yang tak-nyata kedua (yang disebut juga sudhhatattwa) adalah dimana jiwa yang telah suci masuk. Yang belakangan ini dikenal juga dengan istilah 'yang-tak-nyata' yang suprakosmos yang tidak mengalami perubahan, yang kekal-abadi.
 (24) agnir iyotir ahah suklah,sanmasa attarayanam,tatra prayata gachchhanti,brahma brahmavido janah.artinya :
Dikala api, cahaya, sianghari, purnama,dan enam bulan musim matahari ada di utara,apalagi pada saat itu ajal tiba ,orang yang mengetahui brahman pergi kepada brahman.
(25) dhumo ratris tatha krishnah,sanmasa dakshinayanam,tatra chandramasam iyotir,yogi prapyu nirvartate.artinya :
Dikala asap, malam hari, bulan-mati,dan enam bulan musim matahari ada diselatan,
apabila saat itu ajal telah memanggil,yogi yang mencapai cahaya-bulan, kembali lagi.
Kedua sloka 24 dan 25 diatas ini melikiskan saat atau jalan yang ditempuh oleh yogi segera setelah ajalnya memanggil berpulang kealambaka. Saat atau jalan yang ditempuh oleh yogi seperti tersebut dalam sloka 24 diatas dinamakan uttarayana yang juga disebut devayana, sedangkan saat atau jalan yang ditempuh oleh yogi seperti digambarkan dalam sloka 25 diatas dinamakan daksinayana, yang juga disebut pitriyana.
Baik uttarayana (devayana) maupun daksinayana (pitriyana) kedua-duanya tersebut dalam kitab-kitab suci upanishad, brahma sutra dan rigveda. Interprestasi dari kedua istilah ini adalah sebagai berikut, pertama. Saat yang dilukiskan dalam uttarayana (dalam sloka 24) adalah waktu yang sangat tepat untuk ditempuh apabila tiba, dan jalan yang ditempuhnya adalah marga yang penuh dengan budu-pekerti yang luhur. Kedua, saat yang digambarkan dalam dakshinayana (dalam sloka 25) adalah waktu yang tidak baik untuk ditempuh apabila ajal telah memangil, dan jalan yang ditempuhnya adalah marga yang penuh dengan kegelapan, hanya diterangi oleh refleksi sinar bulan yang tidak bercahaya sendiri seperti matahari.
Singkatnya, perbedaan saat dan jalan yang tempuh oleh jiwa seseorang yang telah meninggalkan badan jasmaninya dikala ajal tiba, tergantung pada langkah-langkah yang telah ditempuh olehnya pada masa hidupnya dan pada masa hidup sebelum ini.
(26) suklakrishne gati hy ete,jagatah sasvate mate,ekaya yaty anavrittim,anyaya 'vartate punah,artinya :
Terang dan gelap ini adalah dua jalan,yang dipandang jalan dunia kekal-abadi,yang satu ditempuh orang tidak kembali lagi,yang lain ditempuh orang tetapi kembali lagi.
Benarlah dalam hidup ini selamanya ada dua konflik antara yang terang dan yang gelap. Jalan yang terang dimaksudkan ini, ialah jalan untuk kelepasan dan bebas dari inkarnasi, sebab jalan ini diterangi oleh ilmu-pengetahuan dan budi pekerti yang luhur. Sedangkan jalan yang gelap adalah jalan untuk kembali menjelma kedunia, sebab jalan tersebut diliputi oleh kegelapan ketidak-tahuan dan ketidak-sucian jiwa.
(27) nai 'te sriti partha janam,yogi muhyati kaschana,tasmat sarveshu kaleshu,yogayukto bhava 'rjuna,artinya :
Yogi yang mengetahui kedua jalan ini,oh parta, tidak pernah bimbang-hati,karena itu, setiap saat, wahai arjuna,teguhkan imanmu dalam ajaran yoga.
Orang yang mengetahui kedua jalan ini, apapun tugas pekerjaannya dalam hidup ini, tidak pernah bimbang dan setiap saat selalu ingat kepada kebajikkan yang bersemayam pada yang kekal abadi.
(28) vadeshu yajneshu tapahsu chai 'va,daneshu yat punyaphalam pradishtam,atyeti tat sarvam idam viditva,yogi param sthanam upaiti cha 'dyam.artinya :
Pahala kebajikkan tersirat dalam kitab-kitab suci weda,bakti persembahan, tapa brata dan sedekah sumbangan,semuanya itu dilampaui oleh yogi yang mengetahui,segala sesuatu ini dan mencapai tempat utama tertinggi.
Hasil kebajikkan yang diperoleh dengan jalam mendalami kitab-kitab suci agama, bertapa serta berpuasa dan dengan jalan memberi sumbangan serta sedekah masih merupakan tingkat dibawah hasil kebajikan yang dilaksanakan oleh yogi yang segera setelah ajal sampai pergi ketempat utama yang tertinggi, yaitu brahman.
Dengan ini, maka terjawablah ketujuh pertanyaan arjuna dalam sloka 1 dan 2 dalam bab ke-ix ini, yaitu mengenai : brahman, adhyatman, karma, adhibhuta, adhidaiva, adhyajna dan "bagaimana krisna mengetahui mereka yang telah menguasai diri disaat ajal tiba'.
Ity srimad bhagavadgitasupanishatsu brahmanvidyayam,yogasastre srikrishnarjunasam vade, aksharabrahmayogo nama 'shtamo 'dhyayah.
Maka berakhirlah bab ke sembilan upanishad,bhagavadgita mengenai ilmu-pengetahuan,
tentang yang maha esa, kitab suci yoga ,dan dialog antara sri krisna dan arjuna,
yang berjudul akshara brahma yoga.
9. PENGETAHUAN YANG PALING RAHASIA
Krisna dalam bab ini menjelaskan misteri ilmu-pengetahuan tertinggi dan rahasia terbesar kepada arjuna, dan dengan ilmu-pengetahuan tertinggi dan rahasia terbesar ini orang mencapai brahman.
Krisna menguraikan betapa bapa, ibu, datuk dan pelindung alam semesta ini, dan ia adalah objek segala ilmu-pengetahuan.
Semua yang berbakti dengan kepercayaan, sebetulnya berbakti kepada brahman, tetapi yang tidak menuruti hukum-hukum ajaran, mereka jatuh menjelma kembali.
Orang yang terjahat dari semua yang jahatpun kalau ia memuja brahman dengan pengabdian yang terpusat, ia juga bertindak menuju jalan yang benar.
Dan orang yang berasal dari kelahiran yang terhinapun juga mencapai brahman, sebab mereka berlindung hanya kepada brahman.
 (1) sribhagavan uvacha: idam tu te guhyatamam,pravakshyamy anasuyave,jnanam vijnanasahitam,yaj jnatva mokshyase 'subhat.artinya :
Sri bagavan berkata: kepadamu yang tiada suka kerewelan,hendak ku-jelaskan rahasia tersembunyi,dari kebajikkan dan ilmu pengetahuan ini,setelah mengetahui, kau terhindar dari kejahatan.
(2) rajavidya rajaguhyam,pavitram idam uttamam,pratyaksahavagamam dharmyam, susukham kartum avyayam.artinya :
Inilah ilmu pengetahuan terbesar,alat kesucian tertinggi, mudah dimengerti,dengan pengalaman langsung, jalan yang benar,mudah dilaksanakan dan kekal-abadi.
Perkataan rajavidya dan rajaguhyam sebenarnya berarti : raja ilmu-pengetahuan dan raja rahasia tetapi dalam hubungan pengertian sloka ini diterjemahkan dengan ilmu-pengetahuan terbesar (tertinggi) dan rahasia terbesar (tertinggi). Disini krisna menjelaskan bahwa ilmu-pengetahuan dan budipekrti (kebajikan) tidak cukup dipelajari hanya dengan theori, berargumentasi atau tutur kata dan nasehat belaka, melainkan harus dimengerti dengan pengalaman langsung (pratyakshavagamam). Kebenaran brahman harus dilihat oleh mata-jiwa-sendiri melalui pertumbuhan kesadaran dan kesucian diri pribadi seseorang yang memiliki kepercayaan dan pengabdian kepada-nya.
(3) asraddadhanah purusha,dharmasya 'sya paramtapa,aprapya mam nirvartante,mrityu samsara vartmani.artinya :
Mereka yang tidak memiliki kepercayaan,pada ilmu-pengetahuaan dan budi pekerti ini,
tidak mencapai aku, wahai prantapa,kembali kejalan dunia inkarnasi.
Karena arjuna memiliki kepercayaan, maka krishna sebagai penjelmahan brahman yang maha esa membukakan rahasia dan mengajarkan ilmu-pengetahuan yang terrtinggi ini. Sesungguhnya sloka diatas ini mengungkapkan, bahwasanya orang yang memiliki kepercayaan sajalah yang mempunyai kemampuan untuk dapat mengerti ajaran-ajaran yang dituturkan oleh krisna dalam bhagavadgita ini, yang menyebabkan pelaksanaan yoga menjadi lebih mudah. Tanpa adanya kepercayaan ini, orang akan kembali dan kembali saja menjadi bulan-bulanan inkarnasi dan kesengsaraan.
(4) maya tatam idam saryam,jagat avyaktamurtina,matshani sarvabhutani,na cha 'ham teshv avasthitah.artinya :
Alam semesta ini diliputi oleh-ku,dengan wujud-ku yang tak-nyata,semua mahkluk ada pada-ku,tetapi aku tidak berada pada mereka.
Seluruh alam semesta ini adalah merupakan perwujudan brahman, namun berbagai bentuk yang ada dalam alam semesta ini tidaklah mampu emenyatakan betapa sebenarnya bentuk brahman itu, karena segala bentuk tersebut terbatas pada ruang dan waktu tambahan pula tidak cukup mengandung unsur keseluruhan brahman, (lihat juga sloka viii.12)
(5) na cha matsthani bhutani,pasya me yogam aisvaram,bhutabhrin na cha bhutastho,mama 'tma bhutabhavanah.artinya :
Namun mahkluk tidak terdiam dalam-ku,ketahuilah keagungan yoga suci-ku,
aku menjadi sumber tidak terdiam dalam mereka,tetapi aku tidak terdiam dalam mereka.
(6) yatha 'kasathito nityam,vayuh sarvatrago mahan,tatha sarvani bhutani,matsthani 'ty upadharaya..artinya :
Ibarat angin yang perkasa selalu,bertiup dimana-mana diangkasa,ketahuilah olehmu, demikian pula,semua yang ada berdiam dalam-ku.
Keagungan yoga suci (yogam aisvaram) brahman yang memiliki kekuatan misterius menjadi sumber dan pendukung semua mahkluk yang ada pada-nya, namun brahman sendiri tidak ada dalam mahkluk. Semuanya ini hanyalah bahasa manusia yang tidak cukup mempunyai kesanggupan untuk melukiskan betapa sesungguhnya wujud brahman itu
Untuk itu krisna mencoba memberi perumpamaan bahwasanya. Brahman adalah ibarat angkasa, dimana semuanya termasuk bumi kita, bulan, matahari dan palanet-palanet lainnya ada dalamnya dan udara (angin) bertiup diangkasa, namun angkasa sendiri tidak ada pada udara dan semua planet itu. Dam segala gerakan yang ada dalam alam semesta ini adalah disebabkan oleh yogam aisvaram brahman.
(7) sarvabhutani kaunteya,prakritim yanti mamikam,kalpakshaye punas tani,kalpadau visrijamy aham.artinya :
Semua mahkluk datang pada prakriti-ku,pada akhir peredaran kalpa, kuntiputra,dan pada permulaan kalpa yang berikutnya,aku kirim mereka kembali.
(8) prakritim svam avashtabhya,visrijami punah-punah,bhutagramam imam kritsnam,avasham prakriter vasat.artinya :
Diliputi oleh prakriti-ku ini,berulang-ulang aku kirim kembali,seluruh mahkluk ini, yang banyak ini,tak bergaya karena dikuasai prakriti.
(prakriti = alam, benda-benda, badan-jasmani mahkluk hidup. Lihat juga keterangan sloka ii.20 dan keterangan sloka iv.6). Jiwa manusia karena ketidaktahuannya selalu ditarik oleh prakriti dan dengan tidak bergaya apa-apa selalu oleh karma, yang menyebabkan inkarnasi datang berulang kali.
Peredaran kalpa sekali memakan waktu sepanjang 4.320.000 tahun menurut perhitungan tahun manusia (lihat keterangan sloka viii.17, 18, dan 19).
(9) na cha mam tani karmani,nibadhnanti chanamjaya,udasinavad chanamjaya,asaktam teshu karmasu.artinya :
Namun perbuatan itu tidak mengikat aku,oh danajaya, sebab aku duduk,seolah-olah acuh-tak-acuh,tidak tersangkut dengan perbuatan itu.
(10) maya 'dhyakshena prakritih,suyate sachracharam,hetuna 'nena kaunteya,jagad viparivartate.artinya :
Alam semesta ini dibawah pengawasan-ku,memberi kelahiran kepada segala sesuatu,yang bergerak dan yang tidak bergerak,oh kuntipura, dengan ini dunia berputar.
(dananjaya, kuntiputra = arjuna). Walaupun brahman mengawasi penciptaan dab kiamatnya alam-semesta ini, namun dia tidak terlibat proses dan perkembangan kosmos setelah terciptanya alam-semesta ini. Brahman adalah melebihi ciptaan-nya. Dia adalah supra-kosmos, oleh karenanya ia tidak terpengaruh oleh effek berlangsungnya proses kosmos dan berputarnya dunia ini. Proses kosmos ini berlangsung selama hari brahman dan kiamat pada waktu malam brahman tiba.
(11) avajananti mam mudha,manushim tanum asritam,param bhavam ajananto,mama bhutamahsvaram. Artinya :
Mereka yang tolol tidak menghiraukan aku ini,mengenakan badan-jasmani manusia,tidak mengetahui sifat-ku yang lebih tinggi, sebagai pelindung agung segala yang ada.
(lihat juga sloka viii.24). Krisna sebagai penjelmaan lahiriah dari brahman dalam bentuk badan manusia, oleh manusia biasa pada jamanya hanya dilihat badan luarnya belaka dan tidak jiwa sucinya yang bersemayam dalam badan tersebut. Orang hanya melihat jasmani luarnya saja dan tidak mekihat kebenaran didalamnya.
Dipergunakannya suatu patung atau benda suci lainnya dalam suatu agama sebagai pemujaan terhadap tuhan yng maha esa hanyalah merupakan suatu alat atau simbol untuk memusatkan kebaktian kepada-nya. Dalam kitab falsafah bhagavata, karena massa manusia tidak cukup mempunyai kemampuan untuk membayangkan dan merenungkan apa tuhan itu, maka tuhan dikatakan : "aku ada dalam semua mahkluk hidup sebagai jiwa-nya, tetapi karena ketidak-tahuan dan tanpa menghiraukan kehadiran-ku, maka manusia membuat sebuah patung pemujaan' (bhagavata.iii.29,21)
(12) moghasa moghakarmano,moghajnana vichetasah,rakshasim asurim chai 'va,prakritim mohinim sritah. Artinya :
Dengan dikuasai sifat-sifat jahat,raksasa dan setan, aspirasi mereka tersesat,tindakan mereka kasar, pengetahuan kabur,dan pertimbangan mereka simpang-siur.
Sifat-sifat buruk dan jahat pada diri manusia dilukiskan sebagai raksasa dan setan, yang sesungguhnya berarti bahwa orang-orang demikian mempunyai pandangan rendah dan nilai hina justru karena hanya mengejar hawa-nafsu dan keinginan pribadi sepuas-puasnya (lihat juga sloka viii.15).
(13) mahatmanas tu mam partha,daivim prakritim asritah,bhajanty ananya manaso,jnatva bhutadim avyayam.artinya :
Yang bejiwa mulia, memiliki sifat suci,mengetahui aku yang tak termusnahkan ini,sebagai sumber segala mahkluk. Oh parta,sujud kepada-ku dengan memusatkan jiwa.
Sifat-sifat jahat (mohini prakriti) lawanya sifat-sifat suci (daivi prakriti) yang melikiskan kesadaran seseorang. Kalau ia memiliki sifat-sifat jahat (mohani prakriti) maka pusat segala kegiatan hidupnya terletak pada kepentingan ego-nya, yang menyeret ia untuk memenuhi hawa nafsu dan kepentingan dirinya belaka, yang akibatnya membawa ia tenggelam kedalam duniasengsara dan menempuh jalan inkarnasi berulang-ulang sampai pada suatu masa dimana sifat-sifat suci (dalvi prakriti) maka kesadarannya terbuka bagi tujuan-tujuan mulia dan seluruh hidupnya diarahkan untuk berbuat kebajikkan kepada sesama manusia serta bersujud kepada brahman.
(14) satatam kirtayanto mam,yatantas cha dridhavratah,namasyantas cha mam bhaktya,nityayukta upasate.artinya :
Dengan selalu mengagung-agungkan aku,berusaha dengan teguh memegang sumpah,sujud kepad-ku dalam pengabdian dan,dengan disiplin jiwa berbakti kepada-ku.
Dalam sloka ini terlukiskan kehidupan seseorang yang memiliki sifat-sifat mulia, dimana ia dengan ilmu-pengetahuannya dan kesadaran jiwanya memuji-memuji kebesaran brahman (kirtayantah) dengan pengabdiannya bersumpah (vratah) dan bersujud (namasyantah) kepada brahman dan dengan kerjanya melaksanakan kebaktian (upasana) kepada brahman.
(15) jnayajnena cha 'py anye,yajanto mam upasate,ekatvena prithaktvena,bahudha visvato mukham.artinya :
Yang lain pula memuja dengan persembahan,ilmu-pengetahuan dan sujud kepada-ku,sebagai yang tunggal, yang terpisah,yang menyeluruh dan ada disemua penjuru.
Sloka ini mengungkapkan kepada kita betapa bhagavadgita tidak hendak memisahkan agama, mistik dan falsafah (yang pada umumnya dimasa belakangan ini dipisah-pisahkan satu sama lain) dan memberi petunjuk kepada kita agar agama, mistik dan falasafah tidak dipertentangkan. Ilmu-pengetahuan (falsafah hidup), agama (sembah bakti kepada tuhan) dan mistik (mempersatukan jiwa dengan brahman kedamaian dan kebenaran abadi, karenanya bhagavadgita melihat ketiga-tiganya dengan penuh semangat toleransi.
Dengan kemampuan, kesadaran dan kepercayaannnya ada orang memandang jalan untuk bersujud kepada brahman adalah advaita (tuhamn sebagai eka-tunggal = yang tunggal), yang lain adalah dvalta (tuhan sebagai dwi tunggal = yang terpisah yang berwujud sebagai jiwa dalam badan manusia dan jiwa dalam alam-semesta) dan yang lain lagi (visishtadvaita (tuhan sebagai multitunggal = yang menyeluruh yang bersemayam dimana-mana, seperti : matahari, bulan, bumi, angkasa planet dan lain sebagainya). Namun jalan manapun yang  hendak ditempuh, semuanya menuju kejalan brahman.
(16) aham kratur aham yajnah,svadha 'ham aham aushadham,mantro 'ham aham eva 'jyam,aham agnir aham hutam.artinya :
Karya-upacara, persembahyangan adalah aku,saji-sajian, bahan reramuan adalah aku,sabda suci, dupa-kemenyan adalah aku,api dan api-kebaktain adalah aku.
Kratu adalah karya-upacara yang termasuk dalam kitab suci weda, yajna adalah persembahyangan yang dirumuskan dalam kitab smriti, svadha ialah saji-sajian yang dipersembahkan untuk leluhur aushadham ialah reramuan obat sayur-mayur, mantra adalah sabda suci. Ajyam adalah dupa-kemenyan yang dibakar dalam api pimujaan dan agni ialah api-kebaktian.
Dalam sloka diatas ini dapat dirasakan betapa satunya alat dan tujuan, jalan dan hendak dicapai, yang kedua-duanya adalah brahman. Ini berarti bahwa kalau seseorang hendak mencapai brahman, jalan yang harus ditempuhnya haruslah jalan brahman (yaitu kebajikan dan kesucian). (lihat juga sloka iv.24).
(17) pita 'ham asya jagato,mata dhatapitamahah,vedyam vapitram aumkara,rik sama yajur eva cha.artinya :
Aku adalah bapa, ibu, pelindung,dan datuk alam-semesta ini,aku adalah objek ilmu pengetahuan, pensuci,aku adalah aksara rik, sama, yajus dan aum.
(mengenai aksara aum, yang berarti brahman, baca juga sloka vii.8 dan sloka .vii.13) yang dimaksudkan dengan rik, sama dan yajus ialah ketiga kitab suci weda pertama, yaitu rigveda, yajurveda dan samaveda. Sesungguhnya ada empat kitab suci weda dan keempat adalah atharvaveda. Tetapi atharvaveda tidak termasuk yang pertama dan asli, melainkan yang belakangan dan tidak disebutkan oleh manu, manusia pertama, yang hanya mengatakan tiga kitab suci rig, yajus dan sama yang pertama dan asli.
(18) gatir bharta prabhuh sakshi,nivasah saranam suhrit,prabhavah pralayah sthanam,nidhanam bijam avyayam,artinya :
Aku adalah tujuan, pengemban, penguasa,aku adalah saksi, singgasana, perlindungan,aku adalah kawan, asalmula, akhir, kesudahan,aku adalah dasar, penyimpanan, benih abadi.

(19) tapamy aham aham varsham,nigrihnamy utsrijami cha,amritam chai 'va mrityus cha,sad asach cha 'ham arjuna.artinya :
Aku adalah pemberi kehangatan,menahan dan menurunkan hujan,aku adalah kehidupan dan kematian,mahkluk dan bukan mahkluk, oh arjuna.
Kedua sloka diatas ini mencoba menjelaskan brahman dari berbagai aspek dilihat dari segi nilai-nilai renungan jiwa dan pemikiran manusia, dengan tujuan utama : semoga brahman menerima doa manusia, apapun jalan kebaktian yang ditempuhnya!
(20) traividya mam somapah putapapa,yajnair ishtva svargatim prarthayante,te punyam asadya surendralokam,asnanti divyan divi devabhogan.artinya :
Yang mengetahui ketiga kitab suci, minum soma, bersih dari dosa, memuja-ku dengan kebaktian,berdoa menuju kejalan sorga, tiba di indraloka,dan menikmati kebahagian para dewata di-sorga.
(21) te tam bhuktva svargalokam visalam,kshine punye martyalokam visanti,evam trayidharmam anuprapanna,gatagatam kamakama labhante.artinya :
Setelah menikmati sorga luas, mereka kembali,kedua manusia dikala niali kebajikan terhabisi,sesuai dengan ajaran dalam ketiga kitab suci,demi mencapai kenikmatan mereka datang dan pergi.
Yang dimaksudkan dengan ketiga kitab suci diatas adalah : rigveda, yajurveda dan samaveda. Indraloka adalah dunia batara indra, yaitu pemimpin para devata, yang juga disebut sorgaloka atau sorga saja. Soma adalah sebangsa minuman yang disucikan.
Menurut ajaran kitab-kitab suci weda, mereka yang melaksanakan upacara-upacara persembahyangan sesuai dengan pedoman-pedoman yang digariskan dalam kitab-kitab suci tersebut akan mencapai kenikmatan disorga setelah meninggal dunia bersama-sama para dewata di indraloka tetapi mencapai sorga seperti ini bukanlah seperti ini bukanlah dianggap mencapai tujuan akhir. Sebab mereka yang melaksanakan semua ini masih terikat oleh hukum karma yang dilahirkan oleh masih adanya nafsu-keinginan (kama-kama. Akibatnya, mereka akan kembali mengalami proses inkarnasi.
(22) ananys chintayanto mam,ye janah paryupasate,tesham ityabhiyuktanam,yogakshemam vahamy aham.artinya :
Tetapi mereka yang hanya memuja-ku sendiri,merenungkan aku selalu kepada mereka,
kubawakan segala apa yang mereka tidak punya,dan ku-lindungi segala apa yang mereka miliki.
Dalam bagian akhir dari sloka diatas ini terbayang oleh kita betapa brahman yang dipuja oleh manusia memikul segala beban dan penderitaan mereka yang berbakti kepada-nya : "ku-bawakan segala apa yang mereka milik" mengandung pengertian yang dalam bahwasanya brahman membawakan kesejahteraan dan keselamatan bagi umat manusia yang memuja-nya.
Tetapi pengertian 'apa yang mereka tidak punya' dan 'segala apa yang mereka miliki' hendaknya diartikan bukan semata-mata sebagai milik benda-benda material. Melainkan juga harus dilihat secara lebih dalam lagi, yaitu dari segi milik moral dan budipekerti yang kini sedang diusahakan dan yang telah dicapai selama ini.
(23) ye 'py anyadevata bhakta,yajante sradhhaya 'nritah,te 'pi mam eva kaunteya,yajanty avidhipurvakam.artinya :
Pun mereka yang memuja paradewata,yang berbakti dengan penuh kepercayaan,sesungguhnya juga memuja-ku, kuntiputra,walau sebenarnya tidak menurut hukum-hukum ajaran.
(kuntiputra = arjuna) yang dimaksud dengan 'tidak menurut hukum-hukum ajaran" adalah disebabkan oleh ketidaktahuan bahwasanya brahman tidak dapat dibayangkan sebagai dewa atau manusia yang difersonifikasikan dalam bentuk dan cara bagaimana tidak mungkin (lihat juga sloka vii.20 dan 21)
(24) aham hi sarvayajnnam,bhokt cha prabhur eva cha,na tu mam abhijananti,tattvena 'tas chyavanti te.artinya :
Sebab aku adalah pnikmat dan penguasa,segala puja bakti-persembahan, tetapi mereka,
tidak mengetahui aku dan sifat- ku yang sejati,karena itu mereka gagal jatuh, kembali lagi.
Dengan tanpa adanya kepercayaan (seperti tersebut dalam sloka 3) pada ilmu-pengetahuan dan budi-pekerti dan tanpa adanya pengetahuan tentang brahman, maka betapapun usaha yang dilaksanakn dalam memuja dan berbakti kepada brahman akan menemui kegagalan dan kembali lagi mengalami azab sengsara dunia inkarnasi, hal ini bertambah jelas dilukiskan dalam sloka 21, dimana apabila nilai kebajikan telah habis seseorang kembali dari sorga lagi untuk menjalani inkarnasi.
(25) yanti devavrata devan,pitrin yanti pitrivratah,bhutani yanti bhutejya,yanti madyajino 'pi mam.artinya :
Yang memuja devata pergi kepada devata,kepada leluhur perginya yang memuja leluhur mereka,dan kepada rokh-alam perginya yang memuja rokh-alam,tetapi mereka yang memuja aku datang pada-ku.
Dalam sloka ini dijelaskan oleh krisna bahwasanya ada tiga macam kekeliruan yang umumnya dilakuakn oleh seorang yang tidak mempunyai pengetahuan yang cukup tentang brahman (ini adalah karakteristik diseluruh dunia), yaitu pertama pemujaan terhadap dewa-dewa, kedua pemujaan terhadap dewa-dewa, kedua pemujaan terhadap leluhur (nenek-moyang) yang telah meninggal dunia dan ketiga pemujaan kepada jiwa atau rokh suci yang ada dalam alam.
Memang sebenarnya ketiga pemujaan tersebut diatas tidaklah salah, sebab setiap pemujaan (apapun bentuk dan tujuannya) akan mendatangkan pahala. Tetapi dipandang keliru, sebab tidak mencapai tujuannya yang sesungguhnya dan yang tertinggi. Dengan perkataan lain, pemujaan yang tebatas (kepada dewa-dewa atau leluhur dan rohk suci) menghasilkan anugerah terbatas pula, maka itu. Krisna menasehatkan : pujalah brahman! (lihat juga sloka vii.23)
(26) patiram pushpam phalam toyam,yo me bhaktya prayachchhati,tad aham bhakyupahritam,asnami prayatatmanah.artinya :
Siapa yang sujud kepad-ku dengan persembahan,setangkai daun, sekuntum bunga, sebiji buah-buahan,atau seteguk air, sku terima sebagai bakti,persembahan dari orang yang berhati suci.
Setangkai daun, sekuntum bunga, sebiji buah-buahan atau segeguk air dalam persembahan yang besifat simbolik. Yang terutama adalah hati suci, pikiran terpusatkan dan jiwa dalam kesimbangan tertuju kepada-nya. Kerena itu. Bhagavadgita tidak menolak jalan yang ditempuh orang seperti tercantum dalam sloka diatas ini untuk memuja brahman.
(27) yat karoshi yad asnasi,yaj juhoshi dadasi yat,yat tapasyasi kaunteya,tat kurushva madarpanam.artinya :
Apapun yang kau kerjakan, kau makan,kau persembahkan, kau dermakan,dan disiplin diri apapun kau laksanakan,lakukan, kuntiputra, sebagai bakti kepada-ku.
Menghindari segala kegiatan yang ditijukan hanya demi untuk menghindari hawa-nafsu dan keinginan diri sendiri (seperti dinyatakan dalam sloka v.8 dan 9) adalah sama dengan melakukan segala kegiatan yang ditijukan demi untuk kebaktian kepada brahman seperti yang dinyatakan oleh sloka diatas ini. Jadi, segala kegiatan dalam hidup ini dijiwai oleh semangat dedikasi kepada brahman.
(28) subhasubha phalair evam,mokshyase karma bandhanaih,samnyasayoga yuktatma,vimukto mam upaishyasi.artinya :
Dengan demikian kau terlepas dari belenggu,kerja yang membawa hasil baik dan cedera,dengan pikiran terpusat pada samnyasa,kau akan terbebas, dan datang mencapai aku.
Dengan pengabdian dan persembahan seluruh hidup kepada kebajikan dan kesucian, maka jiwa terlepas dari belenggu ego yang selama ini jadi penghalang. Pada tingkat inilah seseorang tidak lagi mempertimbangkan dan tidak pula terikat oleh hasil kerja baik-buruk (lihat sloka II.57). Mengenai perkataan samnyasa lihat keterangan sloka V.1
Brahman, ibaratkan api, siapa saja datang kedekat-nya dengan kepercayaan dan dedikasi pasti menerima kahangatan-nya (tetapi tidak mereka yang menjahui-nya). Brahman, ibarat cahaya matahari, bersinar kemana-mana dan berefleksi dalam jiwa yang bersih (bagaikan cermin yang bersih menerima refleksi sinar bulan), yang tidak dikotori oleh dosa dan ketidaktahuan.
Namun demikian, sloka ini bukanlah harus diartikan bahwasannya seseorang dengan mudah dapat menghindarkan diri dari kejahatan dan dosa. Orang tidak dapat menghindari hukum sebab dan akibat. Tetapi bila seseorang yang paling jahatpun sadar akan perbuatannya lalu bertobat dan berusaha dengan keras untuk menghapus dosanya, dengan penuh kepercayaan mengebdi kepada brahman yang mulai ia dekati. Ibarat batubara akan hilang bila api telah meresap kedalamnya, demikian pula dosa (lihat pula sloka iv.37). Tidak ada dosa yang tidak berampun ! Demikian bhagavadgita.
Demikian pula dosa (lihat pula sloka iv.37). Tidak dosa yang berampun!demikian bhagavadgita.
(31) khipram bhavanti dharmatma,sasvachchhantim nigachchhati,kaunteya pratijanihi,na me bhaktah pranasyati,artinya :
Dengan segera ia menjadi orang berjiwa kebenaran,dan mencapai kedamain kekal-abadi,
ketahuilah, wahai kuntiputra, dengan pasti,penganut-penganut-ku tidak akan termusnahkan.
Perkataan dharmatma berasal dari kata-kata dharma + atma yang berarti : jiwa kebenaran.
(32) mam hi partha vyapasritya,ye 'pi syuh papayonayah,striyo vaisyas tatha sudras,te 'pi yanti param gatim.artinya :
Sebab, mereka yang berlindung pada-ku ini,walau mungkin berasal dari kelahiran rendah, parta,perempuan, waisia ataupun golongan sudra,mereka juga mencapai tujuan yang tertinggi,
Sloka ini memberi tekanan bhawasanya bhagavadgita membuka pintu yang selebar-lebarnya bagi setiap orang tanpa menghiraukan perbedaan ras, bangsa, golongan kelamin maupun tingkatan sosialnya. Sloka ini menbantah adat-itiadat yang mengatakan bahwa perempuan, kaum waisia dan kaum sudra yaitu masing-masing pedagang-pengusaha dan rakyat jelata tidak diperbolehkan mempelajari kitab-kitab suci weda, yang berarti mereka tidak dapat mencapai tujuan yang tertinggi, yaitu brahman. (mengenai istilah waisia dan sudra, lihat juga keterangan sloka i.41).
(33) kim punar brahmanah punya,bhakta rajarshayasa tatha,anityam asukham lokam,imam prapya bhajasva,artinya :
Lebih-lebih para brahmana suci,dan pendita bangsawan saleh budiman,kini setelah engkau ada didunia ini,tak-kekal dan penuh duka, pujalah aku!
Anityam asukham lokam berarti "dunia ini tak kenal penuh duka". Manusia dalam hidup ini tidak bisa menghindarkan diri dari kelahiran dan kematian, yang dalam jangka waktu diantara keduanya tidak kekal dan penuh dengan kedukaan dan kesengsaraan. Jalan untuk membebaskan diri daripadanya adalah menyucikan jiwa dan melaksanakn samnyasa. Para brahman dan para ksatria (termasuk pendita bangsawan, yaitu orang-orang kesatria yang menjadi pendita) lebih mudah mencapai tujuan yang tertinggi dan kesempatan yang lebih luas dibandingkan dengan golongan waisia dan sudra. Namun demikian. Brahman tetap memandangnya sama.
(34) manmana bhava madbhakto,madyaji mam namskuru,mam evai 'shyasi yuktvai 'vam,atmanam matparayanah,artinya :
Pusatkan pikiranmu pada-ku, berbakti pada-ku,bersujud pada-ku, sembahlah aku,dan setelah kau mendisiplinkan jiwamu,aku menjadi tujuanmu tertinggi, kau'kan tiba pada-ku.
Karakteristik yang terbuka dan meninjol dari bab kesepuluh ini dimana krisna sebagai penjelmahan dan penyambung-lidah brahman menjelaskan bahwasanya bhagavadgita membuka pintu bagi setiap orang (sekali pun orang yang paling jahat dan hina-dina) untuk mengabdi dan bersujud kepada brahman serta mencapai kelepasan (moksha) dan bersatu dengan brahman, adalah merupakan intisari daripada ajaran-ajaran yang termaksud dalam kitab suci ini.
Ity rimad bhagavadgitasupanishatsu brahmavidyayam,yogasastre srikrisharjunsamvade,
rajavidyarajaguhyayogo nama navamo 'dhyayah.
Maka berakhirlah bab kesepuluh upanishad,bhagavadgita mengenai ilmu-pengetahuan,
tentang yang maha esa kitab suci yoga,dan dialog antara sri krisna dan arjuna,yang berjudul rajavidyaraja guhyayoga.
10. HAKIKAT TUHAN YANG ABSOLUT/MUTLAK
      Kehebatan Tuhan Yang Mutlak, menguraikan mengenai sifat hakikat Tuhan yang absolut/mutlak. Segala fenomena ajaib yang memperlihatkan kekuatan, keindahan, sifat agung atau mulia, baik di dunia material maupun di dunia rohani, tidak lain daripada perwujudan sebagian tenaga-tenaga dan kehebatan rohani Krishna. Sebagai sebab utama segala sebab serta sandaran dan hakekat segala sesuatu.
Selanjutnya dalam bab ini krisna menguraikan manisfestasi brahman dalam berbagai wujud, sebagai sumber segala-galanya. Mengetahui adalah mengetahui semua
Arjuna mempelajari dan mengakui nilai positif dan kebesarab brahman, bahwasanya brahman tak terlahirkan, tanpa asal mula, penguasa tertinggi, asal ada, segala tumbuh daripada-nya, pensuci tertinggi dan dewata pertama.
Arjuna ingin mengetahui manisfestasi brahman, dan ia bertanya tentang ini dan keagungan yoga brahman, krisna menjawab bahwasanya wujud brahman adalah jiwa yang terdiam dalam hati semua insani, permulaan + pertengahan + pengahabisan dari semua.
Kemudia krisna menjelaskan berbagai manisfestasi brahman dalam alam kosmos, dalam planet dalam kitab suci, dari diri devata, dalam manusia, dalam huruf, dalam binatang, dalam tumbuh-tumbuhan, dalam benda, dalam sifat, dalam pengetahuan dan dalam berbagai hal.
(1) sribhagavan uvacha: bhuya ava mahabaho,srinu me paranam vachah,yat te 'ham priyamanaya,vakhyami hitakamyaya.artinya :
Sri bagawan berkata : selanjutlah dengarkanlah, wahai mahabahu,kata-kata-ku yang termulia ini, demi,untuk mengahrapkan kebahagian bagimu,hendak ku-uraikan padamu, engkau yang kukasihi.
(mahabahu = arjuna) dalam bab ke-ix terdahulu. Arjuna telah menunjukkan pengertian yang sebaik-baiknya kepada uraian krisna, yang mendorong sri bagawan melanjutkan penjelasannya tentang brahman sebagai sumber segalanya. Dan untuk mengetahuinya, arjuna harus mengetahui segalanya!
"engkau yang kukasihi" (priyamananya) demikian panggilan krisna kepada arjuna, sebagai suatu pernyataan betapa krisna dengan sepenuh jiwanya ingin menolong arjuna untuk mencapai kebenaran tertinggi.
(2) na me viduh suraganah, prabhavam na maharshayah, aham adir hi devanam, maharshinam cha sarvasah. Artinya :
Baik para dewata maupun rsi agung,tidak mengenal asal-mula-ku,sebab dalam segala hal aku,adalah sumber para dewata dan rsi agung.
Perkataan rel berarti : pendita penyair yang mendapat ilham, dan perkataan prabhawa berarti : asal-mula.
(3) yo mam ajam anadim cha,vetti lokamabesvaram,asammudhah sa martyeshu, sarvapapaih pramuchyate. Artinya :
Dia yang mengetahui aku tak-terlahirkan,tapa permulaan, penguasa perkasa,seluruh dunia ialah diantara manusia,tak bingung dan terhindar dari segala dosa.
Walaupun brahman tidak terlahirkan dan tidak mempunyai permulaan, namun brahman memiliki prabhawa, yaitu asal mula yang juga berrati kewibawaan yang tertinggi.
(4) buddhir jnanam asammohah,kshama satyam damah samah,sukham dumkham bhavo ;bhavo,bhayam cha 'bhayam eva cha.artinya :
Budi pekerti, ilmu-pengetahuan, kesadran,kesabaran, kebenaran, kemawasan,ketenangan, kesukaan, kedukaan, kelahiran, kematian, ketakutan, keberanian.
(5) ahimsa samata tubtis,tapo danam yaso 'yasah,bhavanti bhava bhutanam,matta eva prithagvidhah.artinya :
Tanpa-kekerasan, keseimbangan jiwa, kepuasan,keprihatinan, kemurahan-hati, kemasyuran,
dan kecemaran-karakteristik mahkluk semua,ini datangnya dari aku belaka.
Kalau dalam sloka VII.4. Brahman dilihat dari segi unsur alam yang lebih rendah, maka dalam kedua sloka diatas ini brahman dilihat dari penomena yang lebih tinggi. Dan karakteristik yang dilukiskan diatas ini walaupun kepunyaan mahkluk, namun datangnya dari brahman juga. Ini disebabkan oleh adanya phala karma dimasa-masa yang silam, dimana setiap mahkluk menerima dan memikul segala akibatnya sesuai dengan perbuatan masing-masing. Tetapi bagi mereka yang mengetahui brahman, segala karakteristik ini lenyap, segala dosa hapus, jiwa mereka menemui kelepasan abadi.
(6) maharshayah sapta purve,chatvaro manavas tatha,madhava manasa jata,yesham loka imah prajah.artinya :
Ketujuh rsi, keempat orang dimasa lalu,dan para manujuga menurut sifat-ku,lahir dari pikiran-ku, dan dari mereka,manusia berkembang-biak didunia.
Ketujuh rsi yang dimaksud adalah : marichi, angiras, atri, pulastya, pulaha, kratu dan vasishtha. Keempat orang dijaman purba ialah : narada, asita, devala dan vyasa. Para manu yang dimaksud yaitu empat belas : svayambhuva, svarochisa, anuttami, tamasa, raivata, chaksbhuva, svarochisa, anuttami, tamasa, raivata, chakshusha, vaivasvata, sarvana, dakshavarna, brahmasavarna, dharmasavarna, rudrasarvana, rauchya dan bhautya. Jaraj waktu diantara kelahiran dua orang manu disebut manvantara (manu + antara), yang diartikan sebagai satu periode bangsa manusia dimana setiap munculnya seorang manu muncul pulalah bangsa manusia dalam satu kalpa (hari brahman). Manu sebagai manusia pertama, adalah pencipta dan penegak hukum dan undang-undang kehidupan manusia (lihat pula sloka IV.1)
(7) etam vibhutim yogam cha,mama yo vctti tattvatah,so 'vikampena yogena,yujyate na 'tra samsayah.artinya :
Dia yang benar-benar mengetahui yoga ,dan keagungan-ku ini akan memiliki,keseimbangan jiwa dengan keteguhan yoga,hal ini tidak usah diragukan lagi.
Perkataan vibhuti berarti : nilai istimewa, keagungan. Mereka yang mengetahui yoga dan keagungan brahman memiliki juga kekuatan dan budi pekerti yoga, dengan yoga mana mereka mengambil bagian aktif dalam melaksanakan ajaran-ajaran rasul brahman.
(8) aham sarvasya prabhavo,mattah sarvam pravartate,iti matva bhajante mam,budha bhavasamanvitah.artinya :
Aku ini adalah asal-mula segala,dari aku segala sesuatu tumbuh pertama,mengetahui ini orang bijaksana memuja-ku,dengan rasa sadar sepenuh kalbu.
Mulai dengan sloka ini krisna menyatakan diri-nya bahwa ia adalah isvara, tuhan yang maha esa, yang merupakan materi kehadiran dunia ini.
(9) machchitta madgataprana,bidhayantah parasparam,kathayantas cha mam nityam, tushyanti cha ramanti cha.artinya :
Pikiran mereka terpaku pada-ku,seluruh hidup mereka serahkan pada-ku,saling memberi penerangan dan membicarakan aku, mereka merasa puas dan bahagia pada-ku.
Dengan jalan menyerahkan seluruh hidup kepada brahman (seperti telah dijelaskan oleh krisna dalam sloka IX.34) orang dapat mencapai kepuasan dan bersama brahman. Adapun kepuasan dan kebagian yang dimaksudkan dalam sloka ini adalah apabila semua kahausan akan hawa nafsu dan keinginan pribadi telah lenyap.
(10) tesham satatayuktanam,bhajatam pritipurvakam,dadami buddhiyogam tam,yena mam upayanti te.artinya :
Kepada mereka yang terus-menerus mengabdi,dan memuja aku dengan kasih sayang,aku anugerahkan yoga budipekerti,dengan ini kepada-ku mereka datang.
Kasih-sayang diantara brahman dan mereka mengabdi-nya dan yoga budipekerti yang mereka terima dari brahman melahirkan kekuatan pengertian yang mengahncurkan segala ketidaktahuan dan kegelapan yang selama ini menyelubungi jiwa mereka.
(11) arjuna uvacha:
Param brahma param dharma,pavitram paraman bhavan,purusham sassvatam divyam,adidevam ajam vibhum.artinya :
Arjuna berkata: engkau adalah brahman, yang maha tinggi,tatha tertinggi, pensuci tertinggi, manusia suci,kekal-abadi, dewata pertama dari semua dewata,tak-terlahirkan, maha kuasa meliputi segala.
(12) ahus tvam rishayah sarve,devarshir naradas tatha,asito devalo vyasah,svayam chai 'va bravishi me.artinya :
Semua rsi mengatakan tentang engkau begini,demikian juga rsi-sakti narada,asita, dewala serta vyasa, dan kini,engkau sendiri berkata kepadaku pula.
Arjuna menerima vibhuti (keagungan dan nilai istimewa). Krisna sebagai rasul brahman, dan mengekui kebenaran apa yang telah diuraikan oleh krisna kepadanya. Rahasia budipekrti tertinggi telah terungkapkan baginya dan arjuna kini tidak merasa bimbang ragu lagi, percakapannya dengan krisna telah memberi pengertian kepadanya tentang priunsip-prinsip brahman, namun demikian, arjuna masih membutuhkan penjelasan-penjelasan mengenai pelaksanan ilmu-pengetahuan dan yoga budipekerti dalam kehidupan sehari-hari.
 (17) katham vidyam aham yogim,stvam sada pearichintayan,keshu-keshu cha bhaveshu,chintyo 'si bhagavan maya.artinya :
Betapakah aku dapat mengetahui engkau,apakah dengan meditasi konstan, oh ahayogi? Dalam berbagai aspek yang manakah engkau,hendaknya aku renungkan, wahai bagawan.
Untuk dapat menyatukan pikiran orang harus memusatkan perhatian keoada sesuatu objek tertentu. Inilah langkah pertama yang harus dillakukan oleh seseorang yang hendak menempuh jalan yoga. Sebagai rasul brahman, krisna memiliki yogamaya, keagungan dan nilai-nilai dalam kesempurnaannya, sudah selaknya dapat julukan dari arjuna sebagai mahyogi (yogi yang tertinggi) atau yogeswara (yogi +iswara = tuhannya yogi). Dengan maksud mencapai tujuan yang sebaik-baiknyalah arjuna bertanya tentang aspek brahman yang harus direnungkan dalam meditasi. (mahayogi = yogeswara = bagawan = krisna).
Didalam menguraikan segala sesuatunya tentang brahman dan manisfestasi-nya, bhagavadgita memperlakukan kosmologi sama dan berbarengan, tidak secara terpisah-pisah. Hal ini dapat dilihat dalam sloka diatas dan sloka-sloka berikiutnya (dan juga sloka vii.4). Tetapi untuk menyatakan manisfestasi atau wujud brahman yang penting-penting saja, yang teruatama sekali adalah atman (jiwa), sebab seluruh dan gerakan dan hidup dalam keseluruhan alam-semesta ini dimilai dan dibuat harmonis oleh atman ini. (gudakesa = penakluk rasa kantuk, yaitu arjuna sendiri)
(21) adityanam aham vishnur, jyotisham ravir amsumam,marichir marutam asmi,nakshatranam aham sasi.artinya :
Diantara aditaya, aku adalah wisnu,diantara cahaya, aku adalah matahari,diantara angin, aku adalah marichi,diantara bintang , aku adalah rembulan.
Setelah jiwa seperti disebutkan dalam sloka terdahulu, manisfestasi brahman yang berikut adalah wujud-wujud kosmos yang bercahaya-cahaya, disebut aditya, yang berjumlak 12 (dua belas) masing-masing memimpin cahaya-cahaya ini adalah wisnu, wujud kosmos brahman yang berikut adalah matahari (ravi), yang setiap hari kita saksikan paling bercahaya, tetapi merupakan bagian daripada kosmos aditya yang memimpin segala cahaya tiap bulannya.
Kemudian wujud kosmos brahman dalam marut adalah marichi, yaitu nama yang diberikan kepada angin yang paling penting, seperti topan, puyuh, ribut dan sebagainya. Sesungguhnya perkataan marut bukan saja berarti angin, melainkan juga berarti unsur-unsur sinar yang menembus udara (termasuk angin) dan nafas hidup (baik nafas kosmos maupun nafas mahkluk seperti manusia, binatang dan sebagainya).
Jadi marichi adalah yang terpenting dalam angin, unsur sinar yang menembus udara dan nafas-hidup).
Diantara konstelasi bintang-bintang, maka manisfestasi brahman adalah rembulan. Tetapi dalam hiubungan sloka ini rembulan hendaknya jangan ditafsirkan menurut objek-objek astronomi yang nyata, dimana sesungguhnya rembulanbukanlah milik sinar cahaya unik sendiri yang melebihi bintang-bintang, melainkan harus diartikan dalan hubungannya dengan keindahan bahasa bhagavadgita (yaitu bahasa sangsekerta) dimana perumpamaan keindahan rembulan melebihi bintang-bintang diwaktu malam. Keindahan inilah yang dimaksud terpenting oleh krisna sebagai manisfestasi brahman, dan bukan rembulan sebagai objek nyata dan astronomi. Memang nilai-nilai agung dan istimewa tentang brahman ini tidaklah mudah untuk dapat dimengerti, dari kenyataan-kenyataan objektif biasa. Oleh karenanya perlu contoh dan perumpamaan (simili), baik dalam arti sesungguhnya maupun arti kiasannya.
 (23) rudranam samkaras cha 'smi,vitteso yaksharakahm,vasunam pavakas cha 'smi,meruh sikharinam aham.artinya :
Diantara rudra, aku adalah sankara,diantara yaksa dan raksasa, aku adalah kubera,diantara para wasu, aku adalah pawaka,diantara semua gunung, aku adalah mahameru.
Rudra juga disebut siwa, yaitu personifikasi kehancuran dan kemusnahan. Menurut kitab-kitab suci weda, upanishad dan purana ada sebelas rudra atau sebelas kehancuran-kemusnahan yang dapat mengeluarkan bunyi yang hebat mengerikan (rudra) seperti misalnya gunung meletus, gempa bumi, petir menyambar dan sebagainya. Tetapi diantara kesebelas kemusnahan itu ada yang mendatangkan kebahagian yang disebut sankara.
Yaksa dan raksasa adalah sebangsa mahkluk (bukan manusia dan bukan binatang) yang berasal dari satu keturunan. Mahkluk ini dinyatakan memiliki sifat-sifat jahat, namun diantara mereka kubera (juga disebut dengan nama vittesa) adalah yang terkaya, terbaik dan memiliki sifat-sifat istimewa.
Wasu adalah personifikasi (penjelmahan) daripada kecemeriangan, kebaikkan, kedermawanan, kesucian dan sebagainya, yang berjumlah delapan. Yang teristimewa diantaranya adalah pawaka.
Mahameru adalah puncak tertinggi di gunung himalaya, yang merupakan gunung yang tertinggi didunia.
(24) purodhasam cha mukhyam mam,viddi partha briphasatim,senaninam aham skandah,sarasam asmi sagarah.artinya :
Ketahuilah pula diantara pendita suci,oh parta, aku adalah penditabrihaspati,diantara jendaral perang aku adalah skanda,diantara danau aku adalah samudera.
Brihaspati adalah prototipe dari semua pendita yang dapat menghubungkan manusia dengan brahman. Skanda (juga dapat disebut dengan nama kartikeya) dilkenal sebagai jendral angkatan perang yang paling baik dan paling bijaksana.
(25) maharshinam bhigur aham,giram asmy ekam aksharam,,yajnanam japayanto 'smi,sthavaranam himalayah.artinya :
Aku ini brigu diantara rsi (didunia),aku ini aum diantara ucapan suci,aku ini meditasi sunyi diantara cara memuja,aku ini gunung himalaya diantara benda-benda mati.
Brigu adalah rsi yang menjadi suri tauladan dalam kehidupan sehari-hari. Ucapan suci aksara-tunggal aum berarti brahman (lihat juga sloka viii.13 dan sloka vii.8) meditasi sunyi (yapa) adalah suatu cara yang dipandang paling baik untuk memuja tuhan, sebab cara ini dengan langsung menghubungkan pemuja dengan yang dipuja dalam situasi dan lingkungan yang hening-sunyi. Memuja tuhan bukanlah suatu "standing sosial' yang harus diperlihatkan kepada publik sebagai suatu penilain sosial terhadap moral spiritual melainkan suatu persyaratan atas tanggung-jawab seseorang kepada kepercayaan dan keyakinan terhadap dirinya dan terhadap tuhan-nya, yang harus merenungkan dalam semedi atau meditasi-sunyi
Dalam sloka ini gunung himalaya disebut sebagai suatu kiasan betapa kuat dan teguhnya manisfestasi brahman itu.
(26) asvatthah sarvavrikshanam,devarshinam cha naradah,gandharvanam chitraratha, siddhanam kapilo munih,artinya :
Dari segala kayu-kayuan aku adalah aswatha,dari semua dewa rsi aku adalah narada,diantara gandharva aku adalah chitarata,diantara muni sempurna aku adalah kapila.
Pohon kayu asvattha adalah sebangsa 'fikus religiosa' dari keluarga pohon beringin. Narada adalah rsi yang merupakan penghubung diantara dua golongan spirituil, yaitu manusiadan para dewata (mahkluk yang bercahaya-cahaya). Gandharwa juga merupakan mahkluk spirituil yang mempunyai tingkatan diantara manusia dan para dewata. Diantara mereka chitarata-lah yang paling utama kapila, filosofi dan muni-sempurna, adalah pendiri aliran falsafah samkhya, yang membedakan purusa dengan prakriti atau dengan benda-jasmaniah.
(27) uchchaihsravasam asvanam,viddhi mam amritodbhavam,airavatam gajendranam, naranam cha naradhipam.artinya :
Ketahuilah diantara bangsa kuda,aku ucaihhswara lahir dari madu amrita,diantara gajah perkasa aku adalah airwata,diantara manusia biasa aku adalah maharaja.
Uchcaiharava adalah nama kuda kenaikkan indara amrita ialah air suci, manis sejuk menghidupkan yang juga dipergunakan dalam upacara persembahyangan. Airwata adalah nama gajah juga kepunyaan indra
(28) ayudhanam aham vajram,dhenunam asmi kamadhuk,prajanas cha 'smi kandarpah,sarpanam asmi vasukih.artinya :
Bajra diantara semua senjata adalah aku,kamandhenu diantara sapi-sapi adalah aku,dalam membiakkan keturunan kandarpa adalah aku,diantara semua ular wasuki adalah aku.
Bajra adalah senjata kepunyaan indra. Kamadhem, juga disebut kamadhuk, yaitu sapi kepunyaan rsi vasista. Kandarpa adalah dewa-asmara (dewa-cinta) dan wasuki raja dari segala ular.
(29) anantas cha 'smi naganam,varuno yadasam aham,pitrinam aryama cha 'smi,yamah samyamatam aham.artinya :
Diantara naga aku adalah ananta,diantara penguasa air aku adalah waruna,diantara arwah leluhur aku adalah aryama,diantara penegak-hukum aku adalah yama.
Ananta adalah naga kepunyaan wisnu, aryama adalah leluhur pertama dari kaum waisia (pengusaha-pedagang) yama disamping sebagai penegak-hukum juga dikenal sebagai dewa kematian, yang mengadili mahkluk setelah ajal sampai sesuai dengan pahala karma dimasa yang lalu.
(30) prahladas cha 'smi daityanam,kalah kalayatam aham,mriganam cha mrigendro 'ham,vainateyas cha pakshinam.artinya :
Aku adalah prahlada diantara daitya,aku adalah waktu diantara dasar perhitungan,aku adalah singa diantara segala binatang,aku adalah garuda diantara segala burung.
Prahlada adalah pemimpin mahkluk daitya, yaitu bangsa raksasa, yang merupakan musuh para dewata. Garuda disebut pula nama winata, adalah burung sakti kepunyaan wisnu.
(31) pavanah pavatam asmi, ramah sastrabhritam aham, jhashanam makaras ch 'smi, srotasam asmi jahnavi,artinya :
Aku adalah angin diantara yang membersihkan,aku adalah rama diantara pahlawan kebenaran,aku adalah makara diantara segala ikan,aku adalah gangga diantara semua begawan.
Rama adalah dari epos ramayana yang merupakan inkarnasi ketujuh dari wisnu, yaitu wujud kosmos aditya yang paling bercahaya-cahaya (lihat sloka 21 bab ini). Makara adalah ikan yang paling menakjubkan (capriconus dalam penanggalam hindu), yang kepala dan depannya sebagai biri-biri serta badan dan ekornya menyerupai ikan. Sungai gangga juga disebut jahnawi, sungai yang mendatangkan kemakmuran.
(32) sarganam adir antas cha,madhyam chai 'va 'ham arjuna,adhyatmavidya vidyanam,vadah pravadatam aham. Artinya :
Dari segala ciptaan aku ini, oh arjuna,adalah permulaan, akhir dan juga pertengahan,diantara segala ilmu-pengetahuan aku falsafah atman,dan diantara semua diskusi aku adalah dialektika.
Sloka diatas ini khusus membicarakan soal-soal kesusastraan dan ilmu-pengetahuan, dan yang dimaksudkan dengan segala ciptaan ialah karya-karya sastra, deklamasi, pidato dan ilmiah. Adapun ilmu-pengetahuan yang tertinggi adalah ilmu-pengetahuan tentang hidup, jiwa, atman dan brahman yang maha esa. Dalam suatu diskusi ada klarifikasi cara untuk mencapai kesimpilan yaitu : pertama vada, cara itu menujukkan untuk mencapai kebenaran yang dihormati oleh semau pihak dan disebut dialektika, kedua vitanda, cara yang dipergunakan adalah mencari-cari kesalahan argumentasi orang lain tanpa memberikan pendapat sebagai bahan pertimbangan dan ketiga jalpa, cara yang hanya membenarkan pikiran sendiri dengan menolak pendapat orang lain, bila perlu dengan teriak dan caci-maki.
(33) aksharanam akaro 'ami,dvandvah samasikasyah cha,aham eva 'kshayah kalo,dhata 'ham visvamukhah,artinya :
Aku adalah huruf a dari semua aksara,aku adalah katamajemuk dari semua kata-kata berpadu,aku adalah kala-waktu yang tak ada hentinya,aku adalah pengemban bermuka segala penjuru.
Yang dimaksud dengan katamajemuk adalah dvandva, dimana tiap kata bagian mempunyai nilai dan fungsi sama, bukan yang satu menjadi keterangan atau pelengkap yang lain.
(34) mrityuh sarvaharas cha 'ham,udbhavas cha bhavishyatam,kirtih srir vak cha narinam,smritir medha dhritih kshama.artinya :
Aku ini kematian yang menelan segalanya,aku ini asalmula yang akan ada nanti,dan dari sifat-sifat wanita aku ini,adalah kemasyuran dan kemakmuran,kehalusan budi-pekerti dan kenangan,kecerdasan keteguhan hati dan kesabaran.
(35) brihatsama tatha samnam,gayatri chandasam aham,masanam margasirsho 'ham,ritunam kusumakarah.artinya :
Diantara lagu pujaan aku adalah brihatsama,diantara syair suci aku adalah gayatri,diantara bulan-bulan aku adalah margasirsha,diantara musim-musim aku adalah musimsemi.
Brihatsama yaitu lagu pujaan terdapat dalam samaveda yang dipandang sangat dalam isinya, sedangkan gayatri adalah syair suci terdapat dalam rigveda yang diucapkan untuk sembahyang diwaktu fajar dan senjakala. Margasrisha adalah bulan habis panen dan musim orang berlibur dab kerja berat setahunnya.
(36) dyutam ahhalayatam asmi,tejas tejasvinam aham,jayo 'smi vyavasayo 'smi,sattvam sttvavatam aham.artinya :
Aku ini penjudi diantara bangsa penipu,aku adalah keindahan dari semua yang jelita,aku ini kejayaan dan aku ini daya-upaya ,aku adalah kebaikkan dari segala yang baik.
Perkataan penjudi sebenarnya dimaksudkan 'pengambil resiko dengan mempertaruhkan apa yang dimiliki, jadi untuk menaklukan bangsa penjahat dan penipu orang harus berani mengambil resiko, bila perlu jiwa raga.
(37) vrishninam vasudevo 'smi,muninam apy aham vyasah,kavinam usana kavih.artinya ;
Dari keturunan wrisni aku ini wasudewa,dari panca pandawa aku ini dananjaya,dari murni semprna aku ini vyasa,dari biduan-penyair aku ini usana.
Vyasa adalah pencipta epos mahabarata dimana bhagavadgita termasuk didalamnya. Usana juga dipanggil sukra pengerang dharmasastra, yaitu buku undang-undang kewajiban hidup.
(38) dando damayatam asmi,nitir asmi jighatam,maunam chai 'va 'smi guhyanam,jnanam jnanavatam aham.artinya :
Akulah kekuatan hukum dari semua penguasa,akulah negarawan diantara yang mengejar kejayaan,akulah tempat menyimpan segala rahasia,akulah yang mengetahui segala ilmu pengetahuan.
Perkataan danda berarti : cambuk atau cemeti, yang dipergunakan untuk menghukum orang yang bersalah oleh yang berkuasa.
Tetapi dalam hubungan sloka ini perkataan danda harus diartikan kekuatan hukum untuk menjatuhkan hukuman yang adil, sebab brahman adalah yang maha adil, tidak berat sebelah (lihat pula sloka ix.29 dan 30)
(39) yach cha 'pi sarvabhutanam,bijam tad aham arjuna,na tad asti vina syan,maya bhutam characharam.artinya :
Dan selanjutnya apapun, oh arjuna,benih segala mahkluk ini adalah aku,tidak ada sesuatu bisa ada,bergerak atau tidak bergerak, tanpa aku.
(40) na 'nto 'sti mama divyanam,vibhutinam paramtapa,esha tu 'ddesatah prokto,vibhuter vistaro maya.artinya :
Perwujudan suci-ku tiada akhirnya,apa yang telah ku-katakan, oh parantapa,hanyalah merupakan ilustrasi belaka,daripada keagungan-ku yang tiada batasnya.
Dari uraian diatas, ternyata arjuna telah menunjukkan penegrtian yang sangat baik, yang menyebabkan krisna merasa bahwa keterangannya sudah cukup jelas
(41) yad-yad vibhutimat sattvam,srimad urjitam eva va,tad-tad eva 'vagachchhatvam,mama tejomsa sambhavam.artinya :
Segala apa saja yang ada,memiliki keagungan, keindahan,dan kekuatan, ketahuilah semua itu,menjelma daripada bagian fragmen-ku.
(41) athava bahunai 'tena,kim jnatena tava 'rjuna,vishtabhya 'ham idam kristnam,ekamsena sthito jagat.artinya :
Tetapi apakah gunanya bagimu, arjuna,pengetahuan yang sekecil-kecilnya ini,kupelihara dan kuliputi jagat ini,hanya dengan sekelumit kecil-ku yang ada.
Segala sesuatu yang indah dan agung, segala perbuatan yang menunjukkan heroisme, segala kehidupan yang penuh pengorbanan, segala kerja yang penuh ketekunan daya upaya dan segala jiwa yang penuh dengan keseimbangan dan kesesuaian adalah sekelumit bagian alit daripada brahman.
Ya, sedangkan kosmos kita ini juga hanya merupakan sebagian kecil dari brahman yang ada diseluruh kosmos, diseluruh waktu dan diseluruh ruang.
Ity srimad bhagavadgitasupanishatsu brahmavidyayam, yogasastre srikarishnarjunasam vade, vibhutiyogo nama dasamo 'dhyayah
Maka berakhirlah bab kesebelas upanishad bhagavadgita,mengenai ilmu pengetahuan tentang yang maha esa,kitab suci yoga dan dialog antara sri krisna dan arjuna,yang berjudul vibhutiyoga.
11. KRISNA MURTI
Arjuna kini mengerti dan memiliki ilmu-pengetahuan tentang manisfestasi brahman berkat uraian krisna kepadanya dengan penuh kasi-sayang.
Dalam bab keduabelas ini krisna sebagai manisfestasi brahman memperlihatkan wujud-nya dan arjuna setelah menerima mata penglihatan-dewata dapat menyaksikan visi brahman yang luar biasa, sangat agung, ajaib, universiil, tidak-terbatas, luas memenuhi ruang angkasa dan paling utama
Bagaikan sinar seribu matahari, bercahaya, cemerlang diruang angkasa berpusat menjadi satu dalam keseluruhannya, beraneka warna dengan segala bagiannya.
Brahman adalah waktu, penghancur musuh dunia yang tiba pada masanya yang telah ditetapkan. Maka itu krisna mengharap agar arjuna maju dan bertempur melawan musuh-musuhnya.
Arjuna merasa sangat bahagia dapat kesempatan melihat visi brahman, dan ia pun sujud dihadapan krisna serta mengucapkan kata : swasti, swasti, swasti! Sungguh agung ajaib visi brahman!
 (1) arjuna uvacha: madanughrahaya paramam, ghuyam adhyatmasamjnitam, yat tvayo 'ktam vachas tena, artinya :
Arjuna berkata: kini sirnalah keraguan-bimbanganku,berkat rahasia yang tertinggi ajaran,
tentang adhyatman yang engkau uraikan,dengan kasih sayang kepada-ku.
Walaupun dalam kedua bab terdahulu arjuna telah menunjukkan pengertian yang baik sekali terhadap ajaran krisna, namun hatinya belum merasa puas juga, lebih-lebih pandangan mengenai brahman secara memastikan. Oelh karenanya ia mengambil inisiatif dalam bab ini untuk bertanya lebih jauh.
Sa,pai disini arjuna mengerti bahwa segala sesuatu yang ada didunia ini tidak tumbuh dan hidup olehnya sendiri, dan bahwa segala sesuatunya itu tidak terpisah dengan brahman.sampai disini ilusi atau keragu-bimbangan tentang dunia ini lenyap, tetapi ia masih ingin mengajukan pertanyaan tentang manisfestasi brahman sesungguhnya (adhyatman adalah wujud brahman yang terutama; lihat juga keterangan sloka viii.3 dan sloka x.20)
(2) bhavapyayau hi bhutanam,srutau vistaraso maya, tvattah kamalapattraksha,mahatmyam api cha 'vyayam.artinya :
Kelahiran dan kemusnahan mahkluk apa saja,telah didengar olehku secara terperinci,dari engkau, wahai ka,alapatraksa,san juga keagungan-mu yang kekal abadi.
Perrkataan kamalaptraksha sebenarnya berarti dia yang matanya indah bagaikan daun kembang tetatai (hitam, lembut dan besar). Oleh karena krisna memiliki mata yang indah, maka arjuna memanggil krisna dengan nama julukan demikian. Permulaan dan akhir atau kelahiran dan kemusnahan, segala mahkluk adalah brahman (lihat juga sloka x.20).
(3) evam etad yatha 'ttha tvam,atmanam paramesvara,drashtum ichchhami te rupam,aisvaram purushottama.artinya :
Benarlah demikian oh yang maha pertama,seperti engkau telah lukiskan tentang diri-mu,namun aku ingin menyeksikan,rupa suci-mu, wahai manusia utama.
Perkataanparamewsvara (dari parama + iswara) berarti : tuhan yang maha pertama. Perkataan paremewsvara atau iswara saja kedua-duanya berarti tuhan, yaitu yang maha perkasa, ada dimana-mana, budipekerti yang kekal abadi, yang maha agung, yang merupakan kekuatan tertinggi dan kebajikkan suci.(puruhottama = manusia utama = krisna)
(4) manyase yadi tach chhakyam,maya drashtum iti prabho,yogesvara tato me tvam,darsaya 'tmanam avyayam.artinya :
Kalau engkau berpendapat, oh yang maha kuasa,itu mungkin bisa disaksikan olehku,maka tunjukkanlah jiwa-mu,yang kekal abadi, wahai yogeswara.
Krisna juga dipanggil dengan nama yogeswara, yang berarti "tuhan yoga".
(5) sribhagavan uvacha,pasyame partha rupani,sataso 'tha sahasrasah,nanavarnakritini cha. Artinya :
Sri bagawan berkata : saksikanlah kini rupa-ku, oh parta,beratus-ratus, beribu-ribu,
suci, bermacam-ragam wujud-ku,beraneka bentuk dan berbagai warna.
Melihat manisfestasi brahman bukanlah suatu mythos atau suatu dongeng, melainkan adalah pengelaman spiritual. Dalam sejarah suatu agama visi atau penglihatan tuhan pada suatu jaman adalah merupakan peristiwa monumental yang diakui kebenarannya. Visi serupa inilah yang dihadapi oleh arjuna, seperti terlukis dalam sloka ini.
(6) pasya 'dityan vasun rudran,asvinau marutas tatha,bahuny adrishtapurvani,pasya scharyani bharata.artinya :
Lihat para aditya, wasu, rudra,aswin kembar dan para marut, oh barata,saksikanlah banyak keajaiban,yangtidak pernah terlihat sebelumnya.
Aditya = yang paling bercahaya-cahaya, yaitu matahari (lihat sloka x.21), wasu = yang cemerlang, yang suci, yang lebih baik dan sebagainya (lihat sloka x.23) rudra = kehancuran-kemusnahan (lihat sloka x.23). Aswin = fajar, marut = angin (lihat sloka x.21) dan barata = arjuna)
(7) ihai 'kastham jagat kritsnam,pasya 'dya sachracharam,mama dehe gudakesa,      yach 'nyad drashtum ichchhasi. Artinya :
Lihatlah seluruh alam-semesta kini,yang bergerak dan yang tak bergerak apa saja,yang engkau ingin lihat wahai gudakesa,semuanya berpusat dalam badan-ku ini.
(8) na tu mam sakyase drashtum,aneuai 'va cvachakshusha,divyama dadami te chakshuh,pasya me yogam aisvaram,artinya :
Tetapi engkau tak mungkin kiranya biasa,melihat aku dengan matamu sendiri ini;aku berikan engkau penglihatan dewasa,saksikanlah kekuatan-ku yang suci-sakti.
Perkataan daivya-chakshus berarti : penglihatan dewata, atau penglihatan sakti. Disini dimaksudkan bahwa mata-manusia biasa hanya dapat melihat yang kelihatan nyata diluar saja, sedangkan jiwa harus dilihat dengan mata-hati. Ada ilmu-pengetahuan yang dicapai dengan kekuatan pancaindria dan intelek kita, tetapi ada pula ilmu-pengetahuan yang hanya dicapai dengan jalan inspirasi dan wahyu yang maha kuasa.
Penglihatan dewata bikanlah suatu konstruksi berdasarkan kemampuan intelek itu, melainkan suatu pengungkapan kebenaran yang langsung diluar batas kemampuan pikiran manusia biasa. Penglihatan inilah yang dimaksudkan oleh krisna.
(9) samjaya uvacha: evam uktva tato rajan,mahayogesvaro harih,darsayam asa parthaya ,paramam rupam aisvaram. Artinya :
Sanjaya berkata: setelah berkata demikian, oh tuanku raja,hari yogeswara yang maha tinggi,kemudian menyatakan kepada parta,rupa-nya yang termulia dan tersuci.
Dalam sloka ini sampai dengan sloka 14 sanjaya kemlbali melaporkan kepada maharaja dritarastra apa yang telah terjadi takkala sri bagawan krisna sebagai manisfestasi brahman memeperlihatkan rupa-nya kepada arjuna. Yang dimaksudkan dengan hari adalah krisna = yogeswara (tuhannya yoga), sedangkan yang dimaksud dengan tuanku raja adalah maharaja drita rastra, saudara pandu dan ayah kaurawa yang berjumlah seratus orang (tentang sanjaya dan maha raja dritarstra baca keterangan sloka i.1 dan 2)
(10) aneka vaktra nayanam, anekadbhuta darsanam,aneka divyabharanam, divyanekodyatayudham. Artinya :
Dengan beraneka mulut dab mata,dengan beraneka wujud-gaib luar biasa,dengan beraneka perhiasan dewata,dengan senjata terhunus,dengan senjata terhunus, suci aneka warna.
(13) tatrai 'kastham jagat kritsnam,pravibhaktam anekadha,apasyad devadevasya,sarire pandavas.artinya :
Demikianlah pandawa melihat alam semesta,berpusat menjadi satu dalam keseluruhannya,
dengan berbagai aneka warna bagian-bagiannya dalam wujud tuhan diatas segala dewata.
Sloka 10 diatas berusaha melikskan betapa banyak mahkluk (mulut dan mata), betapa indah segala benda materi (perhiasan) dan betapa bermacam alat hidup (senjata) dalam wujud brahman ini. Selanjutnya sloka 11 menyatakan betapa kemegahan (kalung bunga dan pakaian kayangan) dan keindahan (minyak dan wangi-wangian suci) serta tidak terbatas (kesemua penjuru) keagungan brahman itu. Kecermelangan cahaya seribu matahari digambarkan dalam sloka 12 adalah suatu smili cemerlangnya ilmu-pengetahuan dan budi pekerti yang ada pada brahman.
Dan sloka 13 menyatakan betapa arjuna melihat semua dalam yang satu menyaksikan yang satu dalam semua. Semuanya berane-warna, namun semuanya satu. Kemudian setelah menyaksikan visi manisfestasi brahman, maka dengan penuh kekaguman arjuna sujud menyembah dengan seluruh jiwanya. Demikianlah laporan sanjaya kepada maharaja dritarstra yang berusaha memberi gambaran apa yang telah dilihat oleh arjuna kepada maharaja tersebut?
(15) arjuna uvacha: pasyami devams tava deva dehe,sarvams tatha bhutavisesha samghan,brahmanam isam kamalasanastham,rishims cha sarvam uragams cha divyan.artinya :
Arjuna berkata : dalam wujud-mu, aku melihat, oh tuhan,para dewata dan berbagai tingkat mahkluk lainnya,brahman duduk diats singgasana kembang teratai,serta para rsi suci dan naga kayangan.
Selanjutnya dari sloka 15 diatas sampai dengan sloka 31. Arjuna sendiri mencoba mengeuarikan pap yang telah disaksikannya selama visi brahman menyatakan diri-nya dihadapannya, adalah tidak mudah bagi arjuna dengan kata-kata manusia yang tak terbatas jumlahnya, dengan pikiran-pikirannya yang tidak sempurna untuk melukiskan segala sesuatunya tentang pengelaman spirituil ini. Naga dalam hubungan ini dibartakan sebagai jangka waktu yang tidak terbatas, atau kelanggengan. Oleh karena itu naga dianggap suci dan ada didunia lain, dikayangan.
(16) aneka bahudara vaktra netram,pasyami tvam sarvanto nantarupam,na 'ntam na madhyam na punas tava 'dim,pasyami visvesvara visvarupa.artinya :
Kulihat engkau dalam bentuk tak terbatas disumua penjuru,dengan tangan, perut, muka dan mata tak terhitung jumlahnya,tetapi aku tak melihat akhir, pertengahan dan permulaan-mu,oh tuhan seru-sekalian-alam, oh rupa alam-semesta.
(17) kiritinam gadinam chakrinam cha,tejorasim sarvato diptimantam,pasyami tvam durniriskshyam samantad,diptanalarkadyutim aprrameyam, artinya :
Kulihat engkau dengan mahkota, gada dan,cakra berkilau-kilau dimana-mana tiada kuasa,
mata memandang cahaya cemerlang disegala jurusan bagaikan banyak api dan matahari, tiada bandingan.
(18) tvam aksharam paranam veditavyam,tvam asya visvasya param nidhanam, tvam avyayah sasvata dharma gopta,sanatanastvam purusho mato me. Artinya :
Kupikir : engkau langgeng, agung, harus diketahui,engkau adalah tumpuan terakhir alam-semesta,engkau adalah pengawal dharma yang kekal-abadi,engkau adalah mahkluk yang paling pertama.
(19) anadimadhyantam anantaviryam,anantabahum sasisuryanetram,pasyami tvam diptahutasavaktram,svatejasa visvam idam tapantam.artinya :
Kulihat engkau tanpa permulaan, pertengahan dan kesudahan,kekuatan tak terbatas tangan tek-terhitung banyaknya,bulan dan matahari sebagai mata-mu, api pemujaan,sebagai muka-mu, cemerlang mengahangati alam-semesta.
(20) dyavaprithivyor idam antaram hi,vyaptam tvayai 'kena disas cha sarvah,drishtva 'dbhutam rupam ugram tave 'dam,lokatrayam pravyathitam mahatman. Artinya :
Ruang antara sorga dan dunia diliputi oleh-mu belaka, pula semua penjuru alam semesta, oh mahatma dan dikala keajaiban,kehebatan rupa-mu kelihatan maka ketiga-dunia ini bergetar ngeri ketakutan.
Seperti apa yang dilaporkan oleh sanjaya kepada mahatma raja dristarastra tentang visi arjuna ketika menyaksikan brahman, maka dari sloka 16 sampai dengan sloka 20 diatas ini dapat kiranya dibayangkan betapa arjuna sangat kagum, takjub, terharu, bersyukur dan berbagai perasaan kudus meliputi sanubarinya, menyaksikan keagugan brahman itu. Begitu banyak, beraneka ragam yang dilihat arjuna dalam waktu yang begitu singkat, kiranya dapat dibandingkan dengan seseorang yang menyaksikan gambar hidup diatas layar-putih : sungguh sukar menceritakan kembali semuanya! Sloka diatas mengingatkan kita kepada personifikasi brahman dalam wujud wisnu (lihat juga keterangan sloka x.21), sedangkan sloka 18 melukiskan brahman sebagai pengawal kebenaran yang kekal abadi, pegangan hidup atau kepercayaan = agama). Yang dimaksudkan dengan ketiga-tiga dunia adalah sorga, dunia kita dan neraka (baca juga sloka i.35). Maharma = jiwa yang agung.
(21) ami hi twam surarasa,gha visanti,kechid bhitah pranjalayo grinanti,svasti 'ty uktve maharshisiddhasamghah,stavanti tvam stutibbih pushkalabbih.artinya :
Disini para dewata masuk kedalam-mu, diantaranya,ketakutan mencakup tangan sujud pada-mu,dan bergelombang para rsi dan orang-orang sempurna,menyerukan "swasti" dan menyanyi lagu kudus bagi-mu.
(22) rudraditya vasavo ye sadhya,visve 'svinau marutas cho 'shmapas cha,ghandarva yakshasura siddha samgha,vikshante tvam vismitas chai 'va sarve.artinya :
Para rudra,aditya, sandhya, wasu,wiswadewa, aswin kembar, marut, usmapa,gandharwa, yaksa, asura dan siddha,semua dengan takjub memandang kepada-mu.
Mengenai para dewataseperi rudra, aditya, wasu, yaksa dan gandharwa lihat sloka-sloka x.21,23 dan 26. Sendhya adalah dewata saji-sajian dan mantra wiswadewa ialah para dewata yang tingkatanya lebih rendah, aswin kembar (lihat sloka 6 bab ini), usmapa = pitri = leluhur, asura = iblis, siddha = para setengah dewa (semi-dewata).
Dengan menyerukan perkataan "swasti", berarti menyampaikan salam : "semoga selamat" atau "brahman melindungi engkau" atau "hidup"! Kalau dihubungkan dengan hidup dalam dunia ini.
(23) rupam mahat te bahuvaktranctram,mahabaho bahubahupadam,bahudaram bahudamshtrakaralam,drishtva lokah pravyathitas tatha 'ham.artinya :
Melihat kebesaran rupa-mu dengan banyak mulut, mata,dengan banyak tangan, paha dan kaki, wahai mahabahu,dengan banyak perut besar dan taring-taring mengerikan,seluruh jagat gemetar, demikian pula aku ketakutan.
Inilah suatu contoh lukisan yang puitis berlebih-lebihan tentang kebesaran brahman yang sesungguhnya meliputi alam semesta seluruhnya, dimana-mana dan sepanjang jaman.
(24) nadhahspisam diptam anekavernam,vyattananam diptavisalanetram,drishtva hi tvam pravyathitantaratma,dhritim na vindami saman cha vishno.artinya :
Kulihat engkau menyentuh langit dengan berbagai warna,cemerlang, mulut menganga mata membelak terbuka,hati kecilku gemetar ketaj\kutan, terasa benar olehku,tiada kekuatan, tiada keseimbangan lagi, oh wisnu.
(25) damshtrakaralani cha te mukhani,drishtvai 'va kalanalasamnibhani,diso na jane na labhe cha sarma,prasida devesa jagannivasa.artinya :
Dikala kulihat mulut-mu dengan taring,taring mengerikan seperti api kiamat,membakar, aku tiada tahu mana arah,dan tiada tempat bernaung, wahai tuhan lindungilah,dewa segala-dewata, tumpuan alam semesta-sekalian.
Dalam kedua sloka tersebut diatas arjuna mencoba terus melukiskan aspek visuil brahman dalam wujud dan rupa kosmos yang maha luas tidak terbatas ini.
Disini brahman disebut dengan berbagai perkataan seperti devesa yang berarti "dewa dari segala-dewata" dan jagamnivasa yang berarti : "tumpuan alam-semesta-sekalian". Dan dalam sloka 24, brahman disebut wisnu sedangkan dalam sloka 15 terdahulu brahman disebut dengan nama 'barahman'. Adapun brahman dan wisnu terdahuluadalah dua bagian dari trimurti yang merupakan manisfestasi kosmos brahman, bagian yang ketiga dari trimurti adalah siwa. Trimurti atau ketiga manisfestasi kosmos brahman, yaitu brahman, wisnu dan siwa, adalah merupakan personifikasi daripada penciptaan, pemeliharaan, dan pemusnahan (atau permulaan, pertengahan dan akhir). Untuk maksud dan tujuan yang tertentu sring brahman (tuhan yang maha esa)hanya dilihat dari satu aspek saja, misalnya dari aspek penciptaan maka dia disebut brahman atau dari aspek pemeliharaan maka dia dinamakan wisnu, dan bila dari aspek pemusnahan maka dia dipuja sebagai siwa.
Arjuna merasa tidak mempunyai kekuatan hilang keseimbangan, tidak tahu arah (barat, timur, utara dan selatan)dan tidak ada pegangan atau tempat berlindung; seluruh hatinya diliputi oleh perasaan-perasaan takjub dan kagum, ngeri dan teror serta gembira dan bahagia.
(26) ami cha tvam dhritarastrasya putrah,sarva sahai 'va vanipalasamghaih,bhismo dronah sutaputras tatha 'sau,saha 'smadiyair api yodhamukhyaih.artinya :
Disini putera-putera dristarastra disini,para raja lainya dan juga bisma, drona,serta karna sekalia dengan perwira-perwira,angkatan perang dipihak kami juga.
(27) vaktrani te tvaramana visanti,damshtrakaralani bhayanakani,kechid vilahna dasanantreshu,samdrisyante churnitair uttamangaih.artinya :
Semuanya berduyun-duyun masuk kedalam mulut-mu,penuh dengan taring-taring sangat mengerikan,ada yang tersangkut diantara taring ini, dan kepala mereka,remuk menjadi abu.
Dengan penglihatan dewata yang diberikan oleh krisna kepadanya, arjuna tidak saja menyaksikan apa yang ada diangkasa luar, diantara bumi dan langit, tetapi juga segala sesuatu yang jauh, dekat, didalam dan diluar. Contohnya adalah apa yang disebut dalam kedua sloka diatas ini, dimana pada saat arjuna mengadakan percakapan dengan krisna ini. Arjuna juga ada ditengah-tengah musuhnya, yaitu kaurawa, dan balatentaranya sendiri dimedan perang kuruksetra.
(perkataan sutaputra berarti : anak tukang-kereta-kuda. Disini dimaksudkan karna, lihat sloka 1.8)
(28) yatha nadinam bahavo 'mbuvegah,samudram eva 'bhimukha dravanti,tatha tava 'mi naralokavira,visanti vaktrany abhivijvalanti.artinya :
Bagaikan sungai-sungai banjir berlomba,mengalir menuju samudera, demikian pula,para pahlawan dunia-manusia ini berlomba,masuk kedalam mulut-mu yang menyala-nyala.
(29) yatha praditam jvalanam patanga,visanti nasaya samridddhavegah,tathai 'va nasaya visanti lokas,tava 'pi vaktrani samriddhavegah.artinya :
Ibarat anai-anai berlarian terbang kelidah-api,untuk mati disana, demikian pula manusia ini,berlarian kedalam mulut-mu dengan amat,kencangnya berjatuhan menemui kehancuran mereka.
Dalam kedua smili tersebut diatas, nyatalah berapa arjuna menyaksikan manusia karena ketidaktahuan dan hasil karmanya dimasa lampau berlomba-lomba berlarian menuju kehancuran mereka sendiri dengan disaksikan oleh mulut brahman. Sebab ketidaktahuan dan hasil karma inilah menyebabkan manusia menemui kehancuran mereka, yang dilukiskan secara meraphora-puitis masuk kedalam mulut brahman.
(30) lelihyase grasamanah samantal,lokan samagran vadahair jvaladbhih,tejobhir apurya jagat samagram,bhasas tavo 'grah pratapanti vishno.artinya :
Engkau penjilat dengan lidah api-mu,disemua penjuru dan menelan mereka semua:,sinar-mu mengelora memenuhi ruang-angkasa,membakar alam semesta dengan panas membara Oh wisnu.
(31) akhyahi me ko bhavan ugrarupo,namo 'stu devavara parasida,vijnatum ichchhami bhavantam addyam,na hi prajanami tava pravrittim.artinya :
Nyatakanlah padaku dengan rupa seram, siapakah engkau,oh tuhan segala dewata, segala puji kepada-mu,kasihilah, aku ingin mengetahui siapa engkau,yang maha tunggal, aku tidak mengerti tindakan-mu.
Dalam sloka 30 diatas, wisnu sebagai personifikasi pemeliharan daripada brahman menonjol sebab ia adalah wujud kosmos brahman yang paling bercahaya, diibaratkan sebagai lidah api menjilat-jilat seluruh penjuru dan menelan segala-galanya dengan sinar-cahaya-nya yang gilang-gemilang. Dalam hubungan cemerlangnya cahaya inilah wisnu seharusnya dipahami dimana ia menelan segala kegelepan dan ketidaktahuannya difahami dimana ia menelan segala kegelapan dan ketidaktahuan seluruh alam-semesta, termasuk mahkluk manusia sebagai kita ini.
(32) sribgagavan uvacha: kalo 'smi lokakshayakrit pravriddho,lokan samahartum iha pravittah,rite 'pi tvam na bhavishyanti sarve,ye 'vasthitah pratyanikeshu yodhah,artinya :
Sri bagawan berkata: aku adalah waktu, penghancur dunia yang dewasa,datang disii untuk memusnahkan dunia manusia,walaupun tanpa engkau semua pahlawan ini,dalam pasukan berlawan takkan tinggal hidup nanti.
(33) tasmat tvam uttishtha yaso labhasva,jitva satrun bhunkshva rajyam samriddham,mayai 'vai 'te nihatah purvam eva,nimittamatram bhava savyasachin.artinya :
Karena itu, bangkitlah engkau dan jayalah,taklukan musuh, nikmati kerajaan sejahtera,oleh-ku sebenarnya mereka telah hancur musnah,jadilah engkau hanya alat belaka, oh arjuna.
(34) dronam cha bhishman cha jayadratham cha,karnam tatha'nyan api yodhaviran,maya hatams tvam jahi ma vyathishtha,yudhyasva jetasi rane sapatnan.artinya :
Bunuhlah drona, bisma, jayadrata, karna,dan pahlawan lainya yang semuanya telah kumusnahkan, janganlah gentar berjoanglah engkau dan,taklukan musuh-mushmu dalam pertempuran.
Didalam ketiga-tiga sloka diatas sri bagawan krisna menjelaskan kepada arjuna, bahwasanya apa yang dilihat dan apa yang sedang berlaku dihadapanya adalah dalam keseluruhannya merupakan manisfestasi brahman yang dikerjakan oleh krisna sendiri.
(35) samjaya uvacha: etach chhurutva vachanam kesavsya,kritanjalir vepapanamah kriti,namaskritva bhuya eva 'ha krishnam,sagadgadam bhitabbhitah pranamya.artinya :
Sanjaya berkata: setelah mendengar kata-kata kesawa,dengan cemas arjuna mencakup tangan,menyembah lagi dengan sujud ketakutan,dan dengan suara gemetar berkata kepada krisna:
Kembali lagi sanjaya memberi laporan kepada maharaja dritarastra betapa arjuna gemetas ketakutan setelah melihat visi brahman, dan setelah krisna menjelaskan apa yang telah dilihatnya serta menganjurkan kepadanya supaya ia bertempur, menghancurkan kaurawa. Dimana ia sendiri hanyalah alat insidentil belaka daripada kalayuga ini.
(36) arjuna uvacha: sthane brishikesa tava prakirtya,jagat prahhrishyaty anurajyate cha,rakshamsi bhitani diso dravanti,sarve namasyanti cha siddhasamghah.artinya :
Arjuna berkata: patutlah dunia merasa senang dan bahagia,dalam memuja engkau, wahai hrisikesa,para raksasa lari ketakutan kesegala penjuru,orang sempurna bersujud menyembah dihadapan-mu.
Perkataan sidhha berarti ; semi-dewata atau orang sempurna (lihat juga sloka 22 bab ini). Adapun raksasa yang dimaksudkan dalam sloka diatas adalah orang-orang jahat, kafir, ingkar dan munafik
Seperti dalam sloka 15 terdahulu, disini brahman adalah merupakan salah satu aspek (yaitu penciptaan) daripada brahman yang maha esa, seperti halnya dalam sloka 24 dalam bab ini juga ia sebut dengan aspek pemeliharaan, yaitu wisnu.
(38) tvam adidevah purushah puranas,tvam asya visvasya param nidhanam,vetta 'si vedyam cha param cha dhama,tvaya tatam visvam anantarupa.artinya :
Engkau adalah dewa pertama, manusia terdahulu,engkau tumpuan tertinggi semesta, ang maha tahu,engkau yang harus diketahui, tujuan yang tertinggi,rupa-mu tak terbatas, oleh-mu semesta ini diliputi.
(39) vajur yamo 'gnir varunah sasankah,prajapatis tvam prapitamahas cha,namo namaste 'stu sahasrakritvah,punas cha bhuyo 'pi namo namaste.artinya :
Engkau adalah dewa angin, kematian dan api,engkau adalh dewa laut, rembulan dan prajapati,leluhur semua mahkluk, bagi-mu "swasti" seribu kali,"swasti","swasti", "swasti" sekali lagi dan lagi.
(40) namah purastad atha prishthatas te,namo 'stu te sarvata eva sarva,ananta virryamita vikramas tvam,sarvam samapnoshi tato 'si sarvah.artinya :
Sujud dihadapan-mu, dibelakang-mu dan dimana-mana,engkau tidak terbatas dalam kekuatan oh semua,tak terbandingkan dalam kekuasaan meliputi,segala dan karenanya engkau adalah segalanya.
(41) sakhe 'ti matva prasabham yad uktam,he krishna he yadava he sakhe 'ti,ajanata mahimanam tave 'dam,maya pramadat pranayena va 'pi.artinya :
Apapun yang telah kukatakan secara ceroboh,kepada-mu karena berpikir kau temanku,tak sadar keagungan-mu,"oh krisna", "oh yadawa","oh kawan" semuanya,itu hanya karena kealpaan atau mungkin sebab keakrabanku.
(42) yach cha 'vahasartham asatkrito 'si,vihara sayyasana bhojaneshu,eko 'thava 'py achyuta tatsamaksham,tat kshamaye tvam aham aprameyam.artinya :
Dan apapun yang kurang sopan dalam bergurau pada-mu,waktu bermain, tidur, duduk-duduk atau waktu makan,sendirian atau dengan yang lain, aku bermohon pada-mu,maaf, oh yang maha teguh, yang tidak terdugakan.
(43) pita 'si lokasya characharasya,tvam asya pujyas cha gurur gariyan,na tvatsamo 'sty abhyadhika kuto 'nyo,lokatraye 'py apratimaprabhava.artinya :
Engkau adalah bapa dari yang bergerak dan yang ada,tiada, tujuan memuja, guru yang mulia, tak ada,samanya, bagimana mungkin ada yang lebih agung,daripada-mu diketiga dunia dimana tak terbanding kan kebesaran-mu?
(43) tasmat pranamya pranidhaya kayam,prasadaye tvam aham isam idyam,pite 'va putrasya sakhe 'va sakhyuh,priyah priyaya 'rhasi deva sodhum.artinya :
Karenanya dengan menundukkan kepala sujud, pada-mu oh tuhan, maha penyayang aku bermohon restu-mu,engkau harus memandangku ba' bapa terhadap putra,teman dengan teman, terkasih dengan yang dikasihinya.
(44) adrishtapurvam hrishito 'smidrishtva,bhayena cha pravyathitam mano me, tad eva me darsaya jangannivasa,prasida devesa janganisvasa.artinya :
Aku melihat apa yang belum pernah kulihat,sebelumya, aku merasa berbahagia tetapi hatiku gemetar,ketakutan, tunjukkanlah rupa-mu yang semula dulu,oh tuhan lindungilah, dewa segala dewata,tumpuan alam semesta.
(45) kiritnam gadinam chakrahastam,ichchhami tvam drashtum aham tathai 'va,tenai 'va rupena chaturbhujena,sahasrabaho bhava visvamurte.artinya :
Aku ingin melihat-mu kembali seperti semula ,sebelumnya, aku merasa berbahagia tetapi hatiku gemetar,ketakutan, tunjukkanlah rupa-mu yang semula dulu,oh tuhan lindungilah, dewa segala dewata.
(46) kiritinam gadinam chahrahastam,ichchhami tvam drashtum aham tathai 'va,tenai 'va rupena chaturbhujena,sahasrabaho bhava visvamurte.artinya :
Aku ingin melihat-mu kembali seperti semula,dengan mahkota,. Gada dan cakra ditangan,
dalam rupa-mu yang mempunyai empat lengat,oh tangan seribu yang berwajah alam semesta.
(47) sribhagavan uvacha: maya prasannena tava 'rjune 'dam,rupam param darsitam atmayogat,tejomayam visvam anantam adyam,yan me tvadanyena na drishtapurvam.artinya :
Sri bagawan berkata: berkat restu-ku, melalui kekuatan sakti yoga-ku,oh arjuna telah diperlihatkan padamu rupa-ku,agung, cemerlang, universil, tak-terbatas, terutama,yang kecuali olehmu belum pernah dilihat siapa jua,
(48) na vedayajnadhyayanair na danair,na cha kriyabhir na tapobhir ugraih,evamrupah sakya aham nriloke,drashtum tvadayena kuruprahvira.artinya :
Tidak dengan kitab suci weda, pengetahuan, kerja,sedekah, upacara persembahyangan atau tapa barata,aku dapat dilihat dalam rupa ini didunia manusia,oleh siapapun kecuali engkau, wahai kuruprawira.
(49) ma te vyatha ma cha vimudhabhavo,drishtva rupam ghoram idrin mame 'dam,vyapetabhih pritamanah punas tvam,tad eva me rupam idam prapasya.artinya :
Melihat rupaku yang mah hebat ini,engkau jangan takut dan bingung dihati,terbebas dari takut dan merasa lega didada,lihatlah kembali rupa-ku yang semula.
(50) samjaya uvacha: ity arjunam vasudevas tatho ktva,svakam rupam darsayam asa bhuyah,asvasayam asa cha bhitam enam,bhutva punah saumyavapur.artinya :
Sanjaya berkata: setelah berkata demikian kepada arjuna,dan memperlihatkan kepadanya rupa-nya semula,setelah mahatma kembali dalam bentuk lemah lembut,wasudewa menenagkan hatinya yang kalang kabut.
(51) arjuna uvacha: drishtve 'dam manusham rupam,tava saumyam janardana,idanim asmi samvrittah,sachetah prakritim gatah.artinya :
Arjuna berkata : melihat rupa manusia-mu kembali,yang lemah lembut, wahai janardana,
aku kini menjadi tenang lagi.
(52) sribhagavan uvacha:  sudurdarsam idam rupam,drishtavan asi yan mama,deva apy asya rupasya,niyam darsanakankshinah.artinya :
Sri bagawan berkata: sungguh sukar dilihat rupa-ku ini,yang engkau telah dapat saksikan,
sedang para dewatapun selalu mengharapakan,
(53) na 'ham vedair na tapasa,na danena na che 'jyaya,sakya emamvidho drashtum,drishtavan asi mam yatha.artinya :
Aku tidak bisa dilihat dalam rupa,seperti yang engkau telah saksikan pula,biarpun dengan kitab suci weda, tapabrata,maupun dengan sedekah atau upacara-upacara.
(54) bhatya tv ananyaya sakya,aham evamvidho 'rjuna,jnatum drashtum cha tattvena,praveshtum cha paramtapa.artinya :
Tetapi dengan pengabdian jua,yang hanya terpusatkan, oh arjuna,aku dapat diketahui juga,sesungguhnya dapat dilihat, parantapa.
(55) matkarmamakrin matparamo, madbhaktah sangaverjitah, nirvairah sarvabhuteshu,yah sa mam eti pandava.artinya :
Yang bekerja bagi-ku, menjadikan aku tujuannya,berbakti kepad-ku tanpa kepentingan,pribadi tiada bermusuhan terhadap segala insana,dialah yang datang kepada-ku, oh pandawa.
Sloka inilah yang sesungguhnya merupakan intisari ajaran bhagavadgita : melakukan kewajiban kita, mengarahkan kewajiban tersebut kepada brahman, melepaskan jiwa kita dari segala nafsu kepentingan pribadi, bebas dari rasa bermusuhan dengan semua mahkluk hidup dan berbakti kepada-nya, apapun tugas pekerjaan kita dalam hidup ini.
Melihat visi brahman, seperti yang dialami oleh arjuna, bukanlah merupakan sesuatu yang harus dicapai terakhir, melainkan harus terus berusaha sehingga menjadi satu dengan brahman, itulah kebenaran terakhir.
Ity srimad bhagavadgitasupanishatsu brahmavidyayam, yogasastre srikrishnarjunasam vade, visvarupadarsanayogo namai kadaso, visvarupadarsanayogo namai kadaso dhyayah.
Maka berakhirlah bab ini upanishad, bhagavadgita mengenai ilmu-pengetahuan,
tentang yang maha esa, kitab suci yoga, dan dialog antara sri krisna dan arjuna yang berjudul visvarupadarsanayoga.
12. CINTA KASIH/PENGABDIAN TERTINGGI KEPADA TUHAN
Arjuna bertanya, orang yang berbakti menyembah wujud brahman dan orang yang berbakti menyembah brahman yang abstrak, mana yang mahir dalam yoga. Dalam bab ini krisna menjawab bahwa orang yang menyatukan pikiran, memiliki kepercayaan tawakal berbakti menyembah wujud brahman adalah terbaik. Tetapi sesungguhnya kedua-duanya menuju brahman.
Banyak cara berusaha untuk berbakti menyembah wujud brahman : dengan jalan yoga biasa, dengan jalan ilmu-pengetahuan, dengan jalan meditasi, dengan jalan kerja tanpa mengharapkan hasil keuntungan dan dengan jalan kedamaian hati.
Sama terhadap kawan dan lawan, sama terhadap suka dan duka, sama terhadap panas dan dingin, sama terhadap puji dan maki, pendiam prihatin dan berbaktilah menyembah brahman.
 (1) arjuna uvacha: evam satatayukta ye,bhaktas tvam paryupasate,ye cha 'py aksharam avyaktam,tesham ke yogavittamah. Artinya :
Arjuna berkata: jadi, penganut yang tawakal senantiasa,menyembah engkau dan yang lain lagi,menyembah yang abstrak, yang kekal abadi,yang manakah lebih mahir dalam yoga?
Disini arjuna mengajukan pertanyaan kepada krisna, perihal tujuan berbakti itu, sebab, dalam kenyataan hidup sehari-hari ada orang yang berbakti dan menyembah tuhan yang maha esa, yang abstrak, yang tidak terpersonifikasikan dan ingin bersatu dengan-nya, sedangkan yang lain lagi bebakti dan menyembah tuhan yang maha easa, yang terpersonifikasikan dalam dunia manusia dan alam semesta, seperti rasul atau nabi atau avatara atau dewata, dan ingin bersatu dengan-nya.
Manisfestasi atau personifikasiTuhan yang maha esa yang tidak termanisfestasikan, yang abstrak, yang absolut ataukah Tuhan yang maha esa, yang termanisfestasikan mahatma, purushottama, brahman, wisnu, siwa? Inilah pertanyaan arjuna!
(2) sribhagavan uvacha: mayy avesya mano ye mam,nityayukta upasate,
Sraddhaya parayo 'petas,te me yuktatama matah. Artinya :
Sri bagawan berkata: yang menyatukan pikiran berbakti kepada-ku,menyembah aku dan tawakal selalu,memiliki kepercayaan yang sempurna,merekalah ku-pandang terbaik dalam yoga.
Dalam sloka ini dengan jelas krisna menjawab bahwasanya ia yang menyembah tuhan yang maha esa, yang termanisfestasikan dengan awatara-nya adalah pengenut yang terbaik, seorang bhakta yang saleh
(3) ye tv aksharam anirdesyam,avyaktam paryupasate,sarvatragam achityam cha,kutastham acchalam dhruvam.artinya :
Tetapi mereka yang memuja,yang kekal-abadi, yang tak terjerumuskan,yang tak-nyata yang melingkupi segala,yang tak terpikirkan,yang tak-berobah, yang tak-bergerak
yang konstan.
(4) samniyamye 'ndriyagramam,sarvatra samabuddhayah,te prapnuvanti mam eva,sarvabhutahite ratah. Artinya :
Dengan menahan pancainria hawa nafsu,selalu seimbang dalam segala situasi,berusaha guna kesejahteraan insani,mereka juga datang kepada-ku.
Selain daripada menahan hawa nafsu, maka berusaha untuk kesejahteraan semua mahkluk adalah juga merupakan syarat mutlak bagi mereka yang memuja dengan meditasi (upasana) tuhan yang maha esa. Yang tak-termansifestasikan
(5) klesho 'dhikataras tesham,avyaktasakta chetasam,avyakta hi gatir dunkham,dehavadbhir avapyate.artinya :
Kesukaran pada orang yang pikirannnya,terpusat pada yang tak termanisfestasikan,lebih besar, sebab yang tak termanisfestasikan,sukar dicapai orang yang dikuasai jasmaninya.
Adalah sangat sukar untuk menyetukan jiwa dan memusatkan pikiran pada tuhan yang maha esa, yang tak-termanisfestasikan, yang tak-terpikirkan, lebih-lebih kalau orang masih dikuasai oleh badan jasmaninya dengan segala macam kebutuhan duniawi selama orang masih hidup dalam dunia ini.
Namun betapapun sukarnya, barang-siapa yang dengan pendidikan dan latihan-latihan berusaha dengan sungguh-sungguh memuja dan merernungkan secara menyeluruh yang tak-termanisfestasikan, pada waktunya pasti juga mencapai brahman.
(6) ye tu sarvani karmani,mayi samnyasya matparaah,ananyenai 'va yogena,mam dhyayanta upasate. Artinya :
Tetapi sesungguhnya mereka yang menumpahkan,segala kegiatan hidup mereka kepada-ku,memikirkan bermeditasi hanya pada-ku,dengan kebaktian yang terpusatkan.
(7) terham aham samuddharta,mrityu samsara sagarat,bhavami nachirat partha,mayy avcsita chetasam. Artinya :
Yang pikiran mereka tertuju kepada-ku,dengan segera dan langsung aku,oh parta, bebaskan mereka dari,lautan sengsara hidup lahir dan mati.
Dalam kedua sloka diatas dengan jelas krisna menekankan bahwasanya kebaktian kepada tuhan yang maha esa dengan melalui awataranya (rasul-nya) adalah merupakan pengabdian yang terbaik untuk membebaskan diri dari gelombang lautan sengsara yang pasang-surut.
(8) mayy eva mana adhatsva,mayi buddhim nivesaya,nivasishyasi mayy eva,ata urdhvam samsayah,artinya :
Pusatkan pikiran hanya pada-ku,biarlahg intelekmu berdiam pada-ku,hanya didalam-ku engkau hidup mati,dan ini tidak bisa disangsikan lagi.
(9) atha chittam samadhatum,na sakhnosi mayi sthiram,abhyasayogena tatp,mani ichchha 'ptum dhanamjaya.artinya :
Namun apabila engkau tiada kuasa,memusatkan pikiranmu dengan teratur kepada-ku,maka usahakanlah mencapai aku,dengan jalan yoga biasa wahai dananjaya.
(10) abhyase 'py asamartho 'si,matkarma paramo bhava,madartham api karmani,kurvan siddhim avapsyasi. Artinya :
Bila engkau tak-sanggup melakukan yoga,maka pusatkanlah semua pengabdian kepada-ku,dengan segala kegiatan kerjamu demi untuk-ku,engkau pasti akan mencapai kesempurnaan.
(11) athai 'tad apy asakto 'rsi,kartum madyogam asritah,sarva karma phala tyagam,tatah kuru yatatmavan. Artinya :
Apabila ini juga tiada bisa engkau lakukan,maka berlindunglah dalam keajaiban kekuatan-ku,dan tanggalkan semua keuntungan pahala kerjamu,dengan jiwamu teguh terkendalikan.
(12) sreyo hi jnananm abhyasaaj,jnanad dhyanam visishyate,dhyanat karma phala tyagas,tyagach chhantir anantaram.artinya :
Dari melakukan yoga bisa lebih baik pengertian,daripada (hanya) pengertian lebih baik meditasi,dari meditasi lebih baik kerja tanpa hasil keuntungan,dari kerja lebih baik kerja tanpa hasil keuntungan.
(13) adveshta sarva bhutanam,maitrah karuna eva cha,nirmano nirahamkarah,sama dunkha sukhah kshami.artinya :
Dia yang mempunyai itikad kebajikkan,sikap bersahabat dan ramah tamah,bebas dari rasa egosime dan keangkuhan,sama dan suka dan duka rela memaafkan.
(14) samtushtah satatam yogi,yatatama driddhaninischayah,mayy arpita mano buddhir,yo madbhaktah sa me priyah.artinya :
Yang selalu prihatin, menguasai diri,bertekad teguh, mendeasikan pikiran,dan pebgertian kepadaku, dialah inilah, yogi penganut-ku, yang ku-kasihi.
(15) yasman no 'dvijate loka,lokan no 'dvijate cha yah,harshamarsha bhayodvegair,muktho yah sa cha me priyah. Artinya : Dia oleh siapa dunia ini tidak diganggu,dan tidak terganggu oleh dunia ini,yang bebas dari kesenangan, kemurkaan,ketakutan dan agitasi, dia inilah ku-kasihi.
(16) anapekshah suchir daksha,udasino gatavyathah,sarvarambha parityagi,yo madbhaktah sa me priyah,artinya :
Dia yang tidak mengaharap-harap suci,ahli dalam kebaktian, tak hirau apa-apa,tak-terganggu, bebas dari segala usaha,dialah penganut-ku yang ku-kasihi.
(17) yo na hrishyati na dveshti,na sochati na kankshati,subhasubha parityagi,bhaktimah yah sa me priyah.artinya :
Dia yang tiada bersenang dan membenci,tiada berduka dan bernafsu apa-apa,membebaskan diri dari kebaikkan dan kebatilan,penuh dengan kebaktian dialah yang kukasihi.
(18) samah satrau cha mitre cha,tatha manapamanayoh,sitoshna sukhaduhkheshu,samah sangavivarjitah.artinya :
Dia yang sama terhadap kawan dan lawan,juga sama dalam kehormatan dan kecemaran,sama dalam panas dan dingin, suka dan duka,bebas dari belenggu keinginan semua.
(19) tulyanindastutir mauni,amtushto yena kenachit,naiketah sthiramatir,bhaktiman me priyo narah.artinya :
Sama terhadap puji dan maki,pendiam, prihatin pada apa seadanya,tiada tempat tinggal, teguh imani,yang berbakti begini inilah yang kukasihi.
Apa yang dilukiskan dalam sloka 13 sampai sloka 19 diatas adalah benar-benar merupakan gambaran seorang penganut (bhakta) yang ideal
(20) ye tu dharmyamritam idam,yathokan paryupasate,sraddhadhana matparama,bhaktas te 'tiva me priyah.artinya :
Tetapi mereka yang dengan kepercayaan mengikuti,ajaran dharma yang kekalabadi seperti tersebut tadi,dan menjadikan aku sebagai tujuan mereka tertinggi,pengenut begini inilah yang paling ku-kasihi.
Bab ini, disebut bhaktiyoga yang memberi tekanan kepada penganut-penganut ajaran dharma untuk menyembah tuhan yang maha esa, yang termanisfestasikan melalui avatara-nya atau rasul-nya.
Ity srimad bhagavadgtasupanishadsu, brahmavidyayam, yogasastre srikrishnarjunasamvade , bhaktiyogo nama dvadaso 'dhyayah.
Maka berakhirlah bab upanishad Bhagavadgita mengenai ilmu-pengetahuan tentang yang maha esa, kitab suci yoga dan dialog antara sri krisna  dan  arjuna  yang  berjudul  bhaktiyoga
13. RWABHINEDA (perbedaan jasmani dan rohani)
Ilmu-pengetahuan yang sesungguhnya dalam bab ini oleh krisna dijelaskan, yaitu ilmu-pengetahuan tentang jiwa dan alam tentang badan dan yang mengetahui badan ini.
Yang mengetahui badan ini ialah jiwa (perusha) yang ada dalam alam semesta dan meliputi semuanya
Orang yang memiliki ilmu-pengetahuan ini, rendah-hati, tanpa kekerasan, sabar, adil, suci, beriman, tanpa egoisme, membebaskan diri dari segala pahala kerja dan berbakti, mengetahui jiwa itu dengan jiwa yang ada dalam jiwanya dan jiwa semua insani lainnya.
Ia melihat perbedaan antara jiwa dan badan ini (antara kshetrajna dan kshetra) ia pergi kepada brahman, yang maha esa
Arjuna uvacha: prakritim puruham chaiva kshtram,kshetrajnam eva cha,etad veditum ichchhami jnanam jneyam cha kesava.
Arjuna bertanya: prakriti dan purusha, kshetra dan kshetrajna,jnana dan jneya, inilah ingin kipahami,oh kesawa.
Dalam bab ini arjuna mengejukan pertanyaan mengenai tiga pasang konsep persolan, yaitu mengenai pasang konsep persoalan, yaitu pertama (prakriti) (purusha, kedua kshetra) (kshetrajna dan ketiga jnana) dan (jneya) istilah-istilah ini kiranya dapat dibahasa indonesiakan sebagai berikut :
Prakriti : alam, benda-benda, badan-jasmani, yang memiliki kegiatan-kegiatan tak sadar, bukan jiwa, bukan rokh.
Purusha : rokh, jiwa yang memilki kesadaran tanpa kegiatan
Kabentra : medan, lapangan yaitu badan kita dimana segala peristiwa berlangsung, seperti tumbuh, bertambah tua dan kemudian mati
Ksbentrajna: yang mengetahui lapangan sebagai saksi tetapi diluar segala kegiatan, sebab ksentrajna sendiri tanpa kegiatan dan tanpa ikatan, tenang dan langgeng. Walapun sebagai saksi, kshentrajna bukanlah kesadaran individu melainkan kesadaran kosmos (semesta, tanpa pancaindria dan tanpa pikiran.
Jnana : pengetahuan, ilmu-pengetahuan
Jneya : objek ilmu-pengetahuan yang harus diketahui
(1) sribhagavan uvacha: idam sariram kauteya,kshetram ity abhidhiyate,etad yo vetti tamprahuh,kshetrajna iti tadvidah. Artinya :
Sri bagawan berkata: badan ini dinamakan khsetra,dan dia yang mengetahui ini,
demikian mereka yang mengetahui,disebut kshetrajna. Oh kuntiputra.
Keistimewaanya bukanlah oleh kerena ia memilki dua mata dan dua tangan, melainkan karena memilki prinsip-prinsip didalam jiwanya yang mendorong ia untuk mengangkat dirinya pada nilai-nilai kshentrajna universal. Mengetahui ini adalah merupakan manusia ideal yang diidam-idamkan oleh ajaran bhagavadgita ini.
(2) kshetrajnam cha 'pi mam viddhi,sarvakshetreshu bharata,kshetra kshetrjnayor or jaanam,yat taj jnanam matam mama.artinya :
Ketahuilah, aku adalah kshetrajna dari semua kshetra,wahai barata, demikian pula ilmu,pengetahuan mengenai kshetra dan,kshetrajna menurut pendapatku,adalah ilmu-pengetahuan yang sesungguhnya.
(3) tat ksheram yach cha yadrik cha,yadvikari yatas cha,sa cha yo yatprabhavas cha,tat samasena me srinu.artinya :
Dengarkanlah kini dari aku secara singkat,apa kshetra itu, bagaimana pula sifat-sifat,dan perobahan-perobahanya, darimana asalnya,siapa kshetrajna itu dan apa kekuatan-kekuatanya.
 (5) mahabhutany ahamkaro,buddhir avyaktam eva cha,indriyani dasai 'kam cha,pancha che 'indriyagocharah.artinya :
Unsur-unsur dasar, ego, intelek-budi,yang tak-termanisfestasikan prakriti,sepuluh indria dan pikiran serta,lima unsur halus dari indria ini.
(6) ichchha devashah sukham dunkham,samghatas chetama dhritih,etat kshetram samasena,savikaram udahritam.artinya :
Nafsu, amarah, suka, duka,asosiasi, kesadaran, kohesi, semuanya,secara singkat merupakan bagian,daripada kshetra dengan transformasinya.
Keterangan : Buddhindriya atau lima alat intelek-budi yaitu : penglihatan, pendengaran, penciuman, pencicipan dan penyentuhan. Karmendriyah atau lima alat pancaindria : yaitu alat untuk berbuat yang terletak pada mulut, tangan, kaki anus dan kemaluan
Tanmatra atau lima unsur halus : warna, bunyi, bau, rasa dan sentuhan
Mahabhuta atau lima unsur dasar : api, angin, udara, tanah, air dan ether.
Semua unsur atau bagian yang tersebut dalam sloka 5 dan 6 dengan segala macam transformasi atau modifikasi terdapat dan terjadi dalam badan kita ini.
(7) amanitvam adambhitvam,ahimsa kshantir arjavam,acharyapasanam saucham,sthairyam atmavinigrahah.artinya :
Rendah hati, integritas, tanpa kekerasan,kesabaran, keadilan, serta mengabdi,kepada guru, kesucian,keteguhan iman dan mawas diri.
(8) indriyartheshu vairgyam,anahamkara eva cha,janmamritya jaravyadhi, dunkhadoshanudarsanam. Artinya :
Tak hirau akan keduniawian,menjauh ke-aku-an dan bayangan,akan kburukan, kelahiran, kematian,usia tua, sakit dan kesengsaraan.
 (10) mayi cha 'nanyayogena,bhaktir avyabhicharini,viviktadesa sevityam,aratir janasansadi. Artinya :
Puja aku dengan keteguhan hati,tanpa tujuan lain melalui yoga,pergi ketempat-tempat sunyi,hindari hiruk-pikuk keramaian manusia.
Pergi ketempat-tempat yang sunyi untuk dapat menenangkan pikiran dan memusatkan jiwa dengan jalan bermeditasi.
(11) adhyatmajnana nityatvam,tattnajnanartha darsanam,ataj jnanam iti proktam,ajnanam yad ato 'nyatha.artinya :
Terus-menerus dalam ilmu-pengetahuan jiwa,dan memahami sampai akhir falsafah kebenaran,inilah disebut ilmu-pengetahuan yang sebenarnya,dan semua yang berbada lainnya adalah ketidaktahuan.
(12) jneyam yat tat pravakshyami,yaj jnatva ;mritam asnute,anadimat param brahma,na sat tan na 'sad uchyate.artinya :
Hendak ku-uraikan apa yang harus diketahui,dan mengetahui-nya, hidup abadi akan tercapai,dialah yang disebut brahman, yang maha esa,tiada permulaan, yang ada dan yang tiada.
(13) sarvatah panipadam tat,sarvatokshi siromukham,sarvatah srutimal loke,sarvam avritya tishthati, artinya :
Dengan tangan, kaki dimana-mana,mata, kepala , mulut dimana-mana,dan pendengaran disemua penjuru, ia ada,dalam alam-semesta meliputi semaunya.
(14) sarveudriya gunabhasam,sarvecndriya vivarjitam,asaktana sarvabhrich chai 'va,nirgunam gunabhoktri cha.artinya :
Agaknya seakan-akan memiliki,sifat-sifat indria namun tanpa indria,tiada berhubungan namun mendukung,tanpa antribut namun menikmati.
(15) bahir antas cha bhutanam,acharam charam eva cha,sukshmatvat tad avijneyam, duurastham cha 'ntike cha tat.artinya :
Ada diluar dan ada didalam semua insani,tiada bergerak tetapi bergerak senantiasa,terlalu amat halus untuk diketahui,jauh nian, namun juga dekat sekali.
 (17) iyostisham api taj jyotis,tamasah param uchyate,jnanam jneyam jnanagamyam,hridi sarvasya dhisthitam.artinya :
Dia adlah cahaya dari semua cahaya,dikatakan diatas kegelapan, ilmu-pengetahuan,yang harus diketahui dan tujuan ilmu pengetahuan,dia berada dalam hati- sanubari semua.
 (18) iti kshetramtatha jnanam,jneyam cho 'ktam samsatah,madbhakta etad vijnaya,madbhavayo 'papadyate.artinya :
Jadi, kshetra-jnana dan jneya,secara sederhana telah teruraikan,para penganut-ku yang mengetahuinya,memang patut mencapai tempat-ku.
(19) prakritim prusrusham chai 'va,viddhy anadi ubhav api,vikarams cha gunams chai 'va,viddhi prakritisambhavan.artinya :
Ketahuilah olehmu bahwa prakriti,dan purusha kedua-duanya tanpa mula,dan ketahui pulalah bahwa modifikasi,dan antribut terlahir dari prakriti jua.
 (21) purushah prakritistho hi,bhunkte prakritijan gunan,karanam gunasango 'sya,sd asad yoni 'anmasu,artinya :
Purusha duduk didalam prakriti mengalami,atribut yang terlahir dari prakriti sendiri,dan ikatan dengan atribut menimbulkan,sebab kelahiran dan baik buruknya kandungan.
(22) upadrashta 'numanta cha,bharta bhokta mahesvarah,paramatme 'ti cha 'py ukto,dehe 'smin purushah parah.artinya :
Purusha yang maha agung,dalam badan disebut saksi,pengawas, pendukung yang mengalami,penguasa tertinggi, jiwa yang agung.
(23) ya evam vetti purusham,prakritim cha gunaih saha,sarvatha vartamano 'pi,na sa bhuyo 'bhjayate,artinya :
Jadi, ini yang mengetahui purusha,prakriti bersama-sama segala sifatnya,walaupun bagaimana cara hidupnya,ia tiada lagi kembali menjelma.
(24)dhyanena 'tmani pasyanti,kechid atmanam atmana,anye samkhyena yogena, karmayogena cha  'pare,artinya :
Dengan meditasi yang satu melihat jiwa,dengan jiwa dalam jiwanya,yang lain dengan jalan ilmu-pengetahuan,dan yang lain lagi dengan jalan kerja.
Bhagavadgita membenarkan orang untuk memilih jalanya sendiri mencapai kelepasan, apakah itu merupakan meditasi, ilmu-pengetahuan, falsafah ataukah kerja, berbakti dan upacara persembahyangan (samkhya = jnana)
Rakyat biasa, yang tidak mengetahui ilmu-pengetahuan atau falsafah atau yoga dan sebagainya, dengan jalan menyerahkan diri mereka kepada guru atau acharya untuk memperoleh tuntutan, kemudian menyembah tuhan yang maha esa. Merekapun mencapai kelepasan.
(26) yavat samjayante kimchit,sattvam sthavara jangaman,kshetra kshetrajna samyogat,tad viddhi bratasabha.artinya :
Mahkluk apapun terlahir, oh baratasaba,yang bergerak atau yang tidak bergerak,ketahuilah bahwa itu datang dari bersatunya kshetra dengan kshetrajna.
Bersatunya kshetra (badan) dengan kshetrajna (jiwa) secara campur aduk disebabkan oleh tidak adanya perbedaan pengetahuan tentang masing-masing sifatnya. Bila ilmu-pengetahuan telah memisahkan kecampuradukkan ini, maka kshetra dapat dipisahkan dari kshetrajna dan kelepasan bisa dicapai.
Parameswara = parama + iswara = tuhan yang paling utama, disini juga dimaksudkan jiwa yang paling utama = brahman. Merata dalam semua mahkluk, tiada saja horizontal melainkan vertikal dan menyeluruh.
(28) saman pasyan hi sarvatra,samavasthitam isvaram,na hinasty atmana 'tmanam,tato yati param gatim.artinya :
Dikala ia melihat yang maha kuasa,bersemayam merata dimana-mana,ia tidak menyakiti jiwa dengan jiwa,dan iapun mencapai tujuan utama.
Seseorang dikatakan "menyakiti jiwa" karena ketidaktahuannya yang mengira bahwa jiwa dan bukan jiwa bercampur aduk menjadi satu dan menyangka bahwa jiwa (brahman) tidak bersemayam merata dalam mahkluk semua dimana-mana (lihat juga sloka vi.6). Tetapi dia yang melihat brahman dimana-mana sama "tidak menyakiti jiwa" dengan jiwanya bersatu dengan barhman ia mencapai kelepasan.
(29) prakrityai 'va cha karmani,kriyamanani sarvasah,yah pasyati tatha 'tmanam,akartaram sa pasyati.artinya :
Dia yang melihat segala kerja, hanya dilakukan oleh prakriti,dan jiwa tidak melaksankannya,ialah yang melihatnya sejati.
Seperti dikatakan dalam sloka 22, jiwa hanyalah sebagai saksi, pengawas san bukan yang melaksanakan kerja dan kegiatan dalam hidup ini (lihat juga sloka iv.18). Orang yang melihat hal ini dengan mata-hatinya yang sejati, tidak akan dipengaruhi oleh segala macamkesusahan hidup sehari-hari terbebas dari suka dan duka, sebab ia mengetahui benar bahwa kerja dan segala kegiatan lainnya hanya mempengaruhi pikiran dan pengertian, dan bukan jiwa.
(30) yuda bhu taprithagbhavam,ekastham anupasyati,tat eva cha vistaram,brahma sampadyate.artinya :
Bila ia melihat berbagai insani, berpusat pada yang tunggal ini,dan daripada-nya memencar kemana-mana,maka ia mencapai brahman yang maha kuasa.
Bila orang telah melihat semua dan segalanya, yang bergerak dan yang tidak bergerak, berpusat dalam dan berasal dari brahman, maka ia sendiri juga menjadi brahman yang maha esa.
(31) anaditvan nirgunatvat,paramatma 'yam avyayah,sarirastho 'pi kaunteya,na karoti lipyate.artinya :
Karena jiwa yang agung ini kekal abadi,tanpa permulaan, tanpa sifat-sifat,oh kuntiputra, walau bersemayam dibadan ini,dia tidak berbuat dan tidak terkena akibat.
(32) yatha sarvagatam saukshmyad,akasam no 'palipyate,sarvatra 'vasthito dehe,tatha 'tma no 'palipyate. Artinya : seperti ether yang meliputi segalanya,tidak terkotori karena kehalusannya,jiva disekujur badan demikian pula,tiada dilumuri akibat apa-apa.
Karena jiwa tidak melaksanakan apa-apa, maka jiwa tidak memetik pahala-kerja apa-apa juga, jadi jiwa tetap bersih.
(33) yatna prakasayaty ekah,kritnam lokam imam ravih,kshetram kshetri tatha kristnam,prakasayati bharata.artinya :
Seperti matahari yang tunggal ini,menyinari seluruh bumi demikian pula,yang empunya badan ini menerangi,seluruh badan jasmani, wahai barata.
Yang empunya badan =brahman, dan yang dimaksudkan dengan "seluruh badan-jasmani" adalah seluruh alam semesta.
(34) kshetra kshetrajnayor evam,antaram jnanachakshusha,bhutaprakritimoksham cha,ye vidur yanti te param.artinya :
Mereka yang melihat dengan mata budi-pekerti,perbedaan antara kshetra dan kshetrajna,serta terbebasnya mahkluk prakriti,merekalah yang pergi ke yang maha esa.
Apa dikatakan krisna dalam sloka 2 sebagai ilmu pengetahuan yang sesungguhnya, yaitu mengetahui perbedaan antara kshetra (badan) dan kshetrajna (yang mengetahui badan, antara prakriti dan purusha, adalah merupakan pokok persoalan dalan bab ini, dan mereka yang mengetahui ilmu-pengetahuan ini, seperti dikatakan dalam sloka 34 diatas ini, mencapai kelepasan (moksha) dan bersatu dengan brahman.
Ity srimad bhagavadgitasupanishatsu,`brahmavidyayam,`yogasastre srikrishnajunasanvade, kshetrakshetrajnavibhagayogo nama trayodaso dhyaya.
Maka berakhirlah bab ini upanishad,bhagavadgita mengenai ilmu-pengetahuan, tentangyang maha esa, kitab suci yoga, dan dialog antara sri krisna dan arjuna,yang berjudul kshetrakshetrajna vibhaga yoga.
 14. TRI GUNA
Krisna masih menguraikan tentang ilmu-pengetahuan utama yang terbaik. Dalam bab ini dijelaskan bahwa dari brahman terlahir prakriti, dan dari prakriti terlahir guna yang terdiri dari sifat-sifat : baik mulia (sattva), aktif bernafsu (rajas) gelap bodoh (tamas).
Sattvam adalah sifat baik yang membantu orang mencapai emansipasi dalam kehidupan spirituilnya. Rajas adalah sifat aktif yang membawa seseorang kejalan keinginan dan haus akan hasil perbuatannya yang mengantar ia berulang-ulang kedunia inkarnasi, sedangkan tamas adalah sifat bodoh yang menyeret seseorang terus kebawah ketingkat yang lebih rendah dalam kehidupan spirituilnya. Arjuna bertanya bagaimana caranya mengetahui orang yang dapat mengatasi ketiga sifat guna.
Orang yang demikian, kata krisna ialah memiliki watak tidak membenci, tenang, tidak melibatkan diri dalam pertentangan dualisme (panas dingin, kawan lawan, puji caci dan sebagainya). Tiada goyah, berdiri sendiri dan mengabdi kepada brahman mengatasi ketiga sifat guna ini.
 (1) sribhagavan uvacha: param bhuyah pravakshyami,jnananam jnanam uttamam,yaj jnatva munayah sarve,param siddhi ito gatah.artinya :
Sri bagawan berkata: hendak ku-uraikan lagi ilmu-pengetahuan utama,yang terbaik daripada ilmu pengetahuan semua,dengan mengetahuinya, semua muni bebas dari,dunia ini menuju kesempurnaan tertinggi.
Muni adalah pertapa, orang yang bersamadi, mengasingkan diri dengan jalan bertapa untuk mencapai kehidupan spritual yang lebih tinggi.
(2) idam jnanam upasritya,mama sadharmyam agatah,serge 'pi no 'pajayante,pralaye na vyathanti cha.artinya :
Mereka yang mengabdikan diri pada,ilmu-pengetahuan, dan bersimili dengan sifat-ku sendiri,mereka tidak menjelma lagi dikala dunia tercipta,dan tidak terganggu dikala kiamatnya dunia.
(3) mama yonir mahad brahma,tasmin garbham dadhamy aham, sambhavah sarvabhutanam,tato bhavati bharata.artinya :
Kandungan-ku adalah brahman yang maha esa,didalamnya aku letakkan benih,dan dari sanalah aku terlahir.
Brahma sebagai aspek penciptaan daripada brahman adalah merupakan kosmos yang meliputi alam semesta ini. Dalam aliran falsafah sankhya brahma ini sama dengan prakriti. Adapun benih yang diletakkan oleh brahman (kandungan kosmos) ini adalah benih hirayagarbha (binih kosmos). Dari benih kosmos inilah semua mahkluk terlahir, termasuk kita manusia didunia ini.
(4) sarvayonishu kaunteya,murtayah sanbhavanti yah,tasam brahma mahad yonir,aham bijapradah pita.artinya :
Wujud apapun yang terlahir,dari semua kandungan, oh kuntiputra,brahman yang esa adalah kandungan brahman,dan aku adalah bapa yang memberi benih.
Jaid brahma atau prakriti adalah ibu segala mahkluk dialam-semesta ini dan brahman atau tuhan yang maha esa bapa segala mahkluk ini. Oleh karena brahman adalah kandungan universiil dan juga benih universil, maka tuhan yang maha esa adalah ibu universiil dan juga bapa universiil dan juga bapa universiil dari alam semesta ini.
(5) sattvam rajas iti,gunah prakritisambhavah,nibadhnanti mahabaho,dehe dehinan avyayam.artinya :
ketiga sifat sattva, rajas dan tamas,terlahir daripada prakriti membelenggu,penghuni badan yang tidak termusnahkan,dalam jasad ini, wahai mahabahu.
Sattva dilukiskan sebagai : kecerdasan, kesadaran, bercahaya, terang, bersih, suci, bahagia, tenang, baik, milia dan sebagainya. Rajas dilukiskan sebagai : lincah, aktif, bernafsu, gelisah, susah bercampur baur, tegang dan sebagainya. Sedangkan tamas dilukiskan sebagai : totlol, dungu, gelap, kotor, ternoda, pulas, mati, stagnasi, dan sebagainya.
(6) tatra sattvam nirmalatvat,prakasakam anamayam,sukhasangena badhnati,jnanasangena cha 'nagha.artinya :
Ketiga sifat sattva, rajas dan tamas,terlahir daripada prakriti membelenggu,penghuni badan yang tidak termusnahkan,dalam jasad ini, wahai mahabahu.
Kebahagian dan ilmu-pengetahuan dalam sloka diatas ini dimaksudkan dengan kebahagian dan ilmu pengetahuan yang bersifat materiil belaka dan bukan spirituil.
 (10) rajas tamas cha 'bhibhuya,sattvam bhavabti bharata,rajah sattvam tamas chai 'va,tamah sattvam rajas tatha.artinya :
Bila sattva muncul, ia berkuasa,diatas rajas dan tamas, wahai barata,dan bila rajas, diatas sattva dan tamas,demikian pula tamas diatas sattva dan rajas.
(11) sarvadvareshu dehe 'smin,prakasa upajayate,jnanam yada tada vidyah,vivriddham sattvam ity uta.artinya :
Jadi apabila cahaya ilmu-pengetahuan,menembusi semua pintu gerbang badan,maka dapatlah dikatakan bahwa,sattvamlah yang bertambah berkuasa.
Apabila kecerdasan kita disinari cahaya ilmu-pengetahuan, maka alat pancaindria kita menjadi aktif bekerja. Ini disebut sattvika yang berkuasa.
Bila seseorang pikirannya gelap, perasaannya mati, maka ia tidak lagi bisa mengetahui perbedaan antara yang baik dan buruk, antara kebajikan dan kebatilan dan sebagainya.
Inilah dinamakan tamasa
(14) yada sattve pravriddhe tu,pralayan: yati dehabhrit,tado 'ttamavidham lokan,amalan pratipadyate.artinya :
Apabila sattva berkuasa dikala,penghuni-badan bertemu dengan kematian,maka ia mencapai dunia suci,tempat mereka, para yang mengetahui.
Dunia suci tempat mereka yang mengetahui adalah dunia kebajikkan dimana hidup orang-orang arif bijaksana dan berbudipekerti luhur
(15) rajasi pralayam gatva,karmasangishu jayate,tatha pralinas tamasi,mudhayonishu jayate.
Artinya : apabila ketika mati dikuasai oleh rajas,ia lahir diantara mereka yang terikat kerja,
apabila ketika mati dikuasai oleh tamas,ia lahir dalam kandungan mereka yang dungu.
(16) karmanah sukritasya 'huh,sattvikam nirmalam phalam,rajasas tu phalam dunkham,ajnanan tamasah phalam, artinya :
Hasil perbuatan sattvika dikatakan,kebajikan yang suci nirmala,sedangkan hasil dari rajasa adalah duka,dan hasil dari tamasa adalah ketidaktahuan.
(17) sattvat samjayate jnanam,rajaso lobha eva cha ,pramadamohau tamaso, artinya :
Dari sattva timbul kebajikkan,dari rajas timbul kerakusan,dari tamas timbul kemalasan,juga kekacauan dan ketololan.
Demikianlah pengaruh triguna (sattva, rajas dan tamas) yang membawa akibat psykologis kepada kita sebagai diurauikan dalam sloka-sloka diatas.
Triguna berasal dari badan kita ini dan segala sifat beserta modifikasinya terlahir daripasanya. Jiwa yang sadar dan mengetahui hal ini akan terbebas dari lingkaran dan kematian, mencapai miksha, hidup kekal-abadi bersama brahman.
(21) arjuna uvacha: kair lingais trin gunan etan,atito bhavanti prabho,kimacharah katham chai 'tams,trin gunan ativartate.artinya :
Arjuna bertanya: apakah ciri-cirinya, wahai prabu,orang yang mengatasi kerja guna ini?,bagaimana pula tingkah laku,dan caranya melampaui ketiga guna ini ?.
Walaupun arjuna sesungguhnya telah mendengar penjelasan-penjelasan mengenai topik-topik yang tidak jauh berbeda degan pertanyaan yang dimajukannya dalam sloka ini, namun demi untuk keperluan pembicaraan falsafah tentang triguman maka perlu kiranya diungkapkanlebih mendalam lagi.
(22.) Sribhagavan uvacha: prakasam cha pravrittim cha,moham eva cha pandava,na dveshti sampravrittani,na nivrittani kankshati.artinya :
Sri bagawan menjawab : dia wahai pandawa, yang tidak membenci,kegermelapan, kegiatan dan ketoloaln,demikian juga tidak merindukan,apabila mereka tidak ada lagi.
Orang yang memiliki ilmu-pengetahuan yang sejati akan membenci atau merindukan akibat yang ditimbulkan oleh triguna, sebab ia telah memilki keseimbangan jiwa.
 (26) mam cha yo 'vyabhicharena,bhaktiyogena sevata,sa gunan samatitya 'tan, bhrahmabhuyaya kalpate,artinya :
Dia yang mengabdi kepada-ku,sujud dengan kebaktian yoga,naik keatas melampaui guna,ialah wajar masuk dalam brahman.
Yang dimaksudkan 'wajar dalam brahman' adalah wajar untuk mencapai kelepasan. Ia adalah seorang jivamukta, seorang bhaktiman
(27) brahmano hi pratishtha 'him,amritasya 'vyayasya cha,sasvatasya cha dharmasya, sukhasyai 'kantikasya cha.artinya :
Sebab aku adalah sesungguhnya,fondasi brahman yang kekal abadi,yang tak-termusnahkan, hukum drama,yang langgeng dan restu yang tertinggi.
Krisna sebagai personifikasi brahman, dalam dunia manusia disebut fondasi atau tempat brahman, dalam dunia manusia disebut fondasi atau tempat brahman untuk memuja supaya mengenal hukum kehidupan kebajikkan dan memperoleh restu yang tertinggi yang tidak mengenal kematian.
Demikian bab ini membahas pokok persoalan tentang teori triguna dimana tidak seorang manusiapun bisa terhindar dari pengaruhnya yang menyebabkan adanya siklus kalhiran, kematian usia tua dan kesengsaraan.
Demikian pula bab ini membahas bagaimana seseorang harus mencapai emansipasi spiritual mengatasi ketiga pengaruh guna dalam dunia ini.
Ity trimad bhagavadgitasupanihatsu,brahmavidyayamm yogasastre srikrishnarjuna samvade,gunatrayavibhagayogo nama chaturdso 'dhyayah,
Maka berakhirlah bab kelimabelas upanishad bhagavadgita mengenai ilmu-pengetahuan yang maha esa kitab suci yoga dan dialog antar sri krisna dan arjuna yang berjudul
gunatrayavibhagayoga


15. MENCAPAI HAKIKAT YANG TERTINGGI TUJUAN UTAMA AJARAN VEDA
Kehidupan dalam dunia ini diibaratkan pohon abadi asvattha yang misterius, akarnya diatas dan daunnya dibawah, berdasarkan oleh ketiga guna. Untuk membebaskan diri dari belenggu kerja, pohon misteri ini harus ditumbangkan.
Krisna dalam bab ini menguraikan berapa orang yang hendak mencapai tujuan yang terakhir dimana ia kembali lagi, harus menyadari tentang adanya purusha ini ada dua macam: yang ada dalam badan ini dan yang tak-termusnahkan, yaitu purushottama (purusha yang utama)
Purusha adalah fragmen dari brahman, hidup dalam badan ini mempergunakan pancaindria dan pikiran sebagai alatnya untuk memimpin telinga, mata, kulit, lidah, hidung dan otak menikmati objek-objek benda.
Purusha yang ada dalam badan kita ini tidak langgeng, tetapi purusha yang lain adalah barhmnan, jiwa yang tertinggi yang disebut purushottama.
Mengetahui ini orang jadi arif bijaksana dan melakukan tugas-kewajiban dengan baik.
(1)   Sribhagavan uvacha: urdhvamulan adhahsakham,asvattham prahur avyayam,chhandamsi yasya parnani,yas tam veda sa vedavit.artinya :
Sri bagawan berkata: mereka bicara tentang pohon abadi aswata,dengan akarnya diatas dan dahannya dibawah,daun-daunnya adalah kitab suci weda,dia yang mengetahui ini disebut pengenal weda.
Pohon abadi astawa adalah sebangsa pohon dari keluarga beringin, yang dalam bahasa ilmiahnya disebut fluens religles. Baik mahabharata (asvamedhaparva 47 12-15), kitab suci weda maupun upnaishad menyebut pohon abadi ini sebagai pohon dengan akarnya diatas dan dahannya dibawah.
Pohon ini adalah pohon kosmos, pohon spiritual yang secara alegoris melukiskan organisme kehidupan berakar diatas (yaitu yang bersatu dengan brahman) dengan daham, ranting dan daunnnya dibawah (yaitu dunia ini). Kitab-kitab suci weda dikatakan daunnya secara simbolik, dengan maksud untuk menghidupi dahan dan batangnya yang mendukung kelangsungan hadirnya dunia ini.
Mengetahui pohon abadi aswata ini berarti pula apa yang tersirat dalam kitab-kitab suci weda. Sebab, menurut tradisi kuna lembran-lembaran kitab suci weda sebagai daun-daun pohon abadi ini harus diketahui (dipelajari).
(2)   Adhas cho rdhvam prasritas tasya sakha,gunapravriddha vishayapravalah,adhas cha mulany anussamtatani,karmanubandhimi manushyaloke. Artinya :
Dahanya tumbuh kebawah dan keatas,dibesarkanoleh guna, objek indria sebagai kuncupnya,dan akarnya menyebar kebawah,menumbuhkankegiatan kerja dalam dunia manusia.
Dahan yang tumbuh kebawah diibartakan mahkluk-mahkluk sebagai manusia, binatang dan seterusnya kebawah, sedangkan dahan yang tumbuh keatas diibaratkan mahkluk-mahkluk diatas manusia, para dewata dan seterusnya sampai brahman. Dahan-dahan ini tumbuh bertambah besar karena diberi makan oleh triguna, yaitu sifat sattva, rajas dan tamas. Dari dahan-dahan ini tumbuh kuncup-kuncup indria yang melahirkan keinginan dan hawa nafsu. Selain daripada akar utama, akar-akar lainnya tumbuh kebawah (seperti akar pohon yang tumbuh dari dahannya), yang menyebabkan pohon itu bertambah besar dan kuncup-kuncup indria bertambah mengelopak, membesarkan keinginan dan hawanafsu, membesarkan keinginan dan hawanafsu menyebabkan bertambahnya kegiatan kerja dalam dunia manusia ini.
Ini berarti bertambah kuatnya siklus kelahiran, kematian, usi-tua dan kesengsaraan pada manusia.
(3) na rupam asye 'ha tatho 'palabhyate,na 'nto na cha 'dir na cha sampratishtha,asvattham enam suvirudhamulam,asangasastrena dridhena chhittva.
Artinya : bentuknya tidak dapat dibayangkan disini,pucuk, batang dan pangkalnya juga tiada,setelah menumbangkan aswata yang berakar kuat ini,dengan memakai kapak ketidakterikatan kerja.
(4) tatah padamu tat parimargitavyam,yasmin gata na nirnartanti bhuyah,tam eva cha 'dyam puruham prapadya,yatah pravittih prasrita purani.
Artinya : maka jalan yang telah ditempuh mereka,yang tidak kembali lagi harus dicari,dengan kata : "aku bernaung pada purusha,utama, sumbernya energi kerja yang purba ini.
Setelah pohon yang membawa siklus kesengsaraan ini dapat ditumbangkan, maka jalan yang ditempuh selanjutnya adalah jalan yang telah dijalani oleh mereka yang telah mencapai kelepasan (moksha) dengan semboyan : bernaung kepada tuhan yang maha esa, darimana datangnya energi kosmos ini!
(5) nirmanamoha jitasangadosha,adhyatmanitya vinivrittakamah,dvandavair vimuktha sukhaduhkhasamnijnair,gachchhanty amudhah padam avyayam tat.
Artinya : mereka yang terbebas dari keangkuhan dan ilusi,menaklukan keburukan ikatan keinginan kerja,selalu sujud pada jiwa pertama, bebas dari dualisme,seperti suka-duka, tidak ragu, pergi ketempat abadi.
Api, rembulan dan matahari tidak sanggup "menyinari" brahman yang langgeng, karena brahman lebih "terang" dari mereka dan tiada berubah-ubah: seperti halnya mahkluk biasa-malah sebaliknya-tidak sanggup menahan panas atau silaunya sinar mereka. Hanya dengan jalan kebaktian kepada-nya-lah tempat-nya yang "panas" dapat didekati dan selanjutnya dicapai. Demikianlah makna sloka diatas ini.
(7) mamai 'va mso jivaloke,jivabhuta sanatanah,manah shashthani 'driyani,prakritisthani karshati.
Artinya : sebuah fragmen-ku yang kekal abadi menjadi satu jiwa hidup dalam dunia kehidupan,menarik alat pancaindria dan pikiran,sebagai yang keenam, yang ada dalam prakriti.
(8) sariram yad avapnoti,yach cha 'py utkramati 'svarah,grihitvai 'tani samyati,vajur gandan iva 'sayat.
Artinya : bila jiwa mengambil suatu jasmani,dan apabila ia meninggalkannya,
ia juga membawa serta mereka dan pergi,bagaikan angin membawa bau harum dari tempatnya.
Seperti diuraikan dalam sloka yang terdahulu, jiwa membawa serta dalam dirinya pancaindria dan pikiran kedalam dan keluar badan-jasmani kita ini, bila jiwa masuk kedalam suatu badan, ini berrti ia lahir kembali. Ini berrati terjadi inkarnasi.
 (10) utkramantam sthitam va 'pi,bhunjanam va 'gunanvitam,vimudha na 'nupasyanti, pasyanti jnanachakshushah.
Artinya : mereka yang tersesat tidak melihatnya,dikala ia pergi atau tinggal diam belaka,mengelami atau bersatu dengan guna,tetapi yang memiliki mata budi-pekerti melihatnya.
Jiwa yang tinggal dalam badan ini, walaupun memimpin alat-alat pancaindria dan pikiran, karena ia menikmati objek-objek indria tersebut, maka ia dikatakan tersesat, tidak sadrkan diri. Mereka yang jiwanya tersesat, tidak menyadari dikala jiwa ini meninggalkan badan ini atau dikala diam saja dalam badan dipengaruhi oleh triguna. Hanya mereka yang sadar dan memiliki mata budipekerti dapat mengetahui betapa proses jiwa tinggal diam dalam badan ini. Akritaman adalah orang yang belum mampu melepaskan pengaruh pancaindrianya dan belum membersihkan jiwanya dengan jalan mengabdikan diri kepada brahman.
Datangnya ingatan dan ilmu-pengetahuan adalah sebagai hasil daripada perbuatan-perbuatan yang baik, dan sebaliknya perginya ingatan dan ilmu-pengetahuan adalah disebabkan oleh hasil daripada perbuatan-perbuatan buruk.
Ajaran falsafah vedanta mengatakan bahwa : "barhman adalah yang maha mengetahui dan yang maha kuasa, asal mula kelahiran, pemeliharan dan kiamatnya alamsemesta ini. Ia adalah prakriti dan purusha alamsemesta ini dan disaat kiamatnya alamsemesta semua kembali kepada-nya. Tiada duanya, dialah jiwa universiil alam semesta in".
 (20) iti guhyatamam sastram,idam uktam maya 'nagha,etad buddhva buddhiman syat,kritakrityas cha bhatara.
Artinya : jadi, doktrin ini yang maha-rahasia,telah diberikan oleh-ku, wahai anagha,
mengetahui ini orang menjadi arif-bijaksana, aku dengan segenap jiwa-raganya, oh batara.
(anagha = barata = arjuna)
Demikianlah bab ini telah mengungkapakan adanya pohon abadi misterius, yaitu pohon aswata yang mempunyai akar dilangit dan didahan serta daun tumbuh kebumi, menyebabkan hidup kita terus berputar bersama-sama siklus kesengsaraan. Kita harus mengetahui pohon misteri itu, setelah mengetahuinya harus menebangnya.
Dengan tumbangnya pohon aswata ini, kita akan mengetahui bahwa jiwa yang terdapat dalam badan kita ini, tiada lain daripada bagian jiwa pertama, purushottama yaitu brahman, mengetahui doktrin ini, berarti kita mengenal tugas-kewajiban dalam hidup ini dan pada waktunya mencapai kelepasan.
Ity srimad bhagavadgitasupanishatsu brahmavidyayam, yogasastre srikrishnajunasam vade,  purushottamayoga nama panchadaso 'dhyayah, maka berakhirlah bab ini,upanishad bhagavadgita mengenai ilmu,pengetahuan tentang yang maha esa,
kitab suci yoga dan dialog antara sri krisna dan arjuna yang berjudul puruhottamayoga
16. MEMBAHAS TENTANG SIFAT BAIK DAN SIFAT BURUK MANUSIA
Bab ini merupakan ajaran yang melukiskan apa yang membuat manusia itu baik bersifat mulia dan apapula ciri-cirinya orang yang jahat berwatak setan.
Krisna menguraikan disini watak dan ciri-ciri orang yang dilahirkan dengan sifat-sifat yang mulia, dan orang yang dilahirkan dengan sifat-sifat yang jahat.
Sifat-sifat yang mulia adalah untuk mencapai kelepasan sedangkan sifat-sifat yang jahat menyebabkan orang terikat dengan belenggu kesengsaraan, siklus kelahiran dan kematian.
Orang yang dilahirkan dengan sifat-sifat setan, memandang dunia ini tanpa kebenaran, tanpa basis moral, tanpa tuhan, tan[a-koordinasi dan hanya terdiri dari hawanafsu belaka. Hatinya tidak pernah puas untuk memiliki lebih harta benda, membunuh musuh-musuhnya dengan keji dan memuaskan birahinya dengan jalan yang tidak dihalalkan.
Janganlah membiarkan diri kita dikuasai oleh kekerasan, keangkuhan, hawanafsu, amarah dan loba yang bisa menjerumuskan kita kedalam kandungan setan.
Sebab, nafsu birahi +amarah +loba adalah tiga pintu gerbang neraka!
 (1) sribhagawan uvacha: abhayam attvasmsuddhir,jnanayoga vyavasthitih,danam damas cha yajna cha.
Artinya :
sri bagawan berkata: tak gentas, suci hati, bijaksana, mendalami yoga,dan ilmu-pengetahuan, dermawan, menguasai indria,berupasara kebaktian, mempelajari kitab-kitab sastra,hidup sederhana dan berbuat dengan kejujuran.
Yang dimaksudkan dengan mendalami yoga ialah benar-benar melakukan apa yang telah dipelajari dari kitab-kitab sastra dan dari guru-guru kerohanian dengan jalan konsentrasi pikiran dan meditasi, kitab-kitab-kitab sastra adalah semua kitab yang mengandung ajaran-ajaran tata kehidupan dan budi pekerti, yang menunutun kita menuju kejalan brahman.
(2) ahimsa satyam akrodhas,tyagah santir apaisunam,daya bhuteshv aloluptvam,mardavam hrir achalama.
Artinya :
tanpa kekerasan, benar, tanpa kemarahan,tanpa egoisme, tenang, tanpa mencari-cari kesalahan,kasih-sayang kepada sesama mahkluk tiada loba,lemah-lembut, sopan dan dalam keseimbangan jiwa.
(3) tejah kshama dhritih saucham,adroho na 'timanita,bhavanti sampadam daivim,abhijatasya bhahata.
Artinya :
cekatan, suka memaafkan, teguh iman,budiluhur,tanpa iri hati, tanpa keangkuhan,semua ini adalah milik, wahai barata dia,yang dilahirkan dengan sifat-sifat dewata.
Yang dimaksudkan dengan sifat-sifat dewata adalah sifat-sifat sura atau mulia, yang merupakan lawan dari sifat-sifat setab atau asura atau iblis yang serba jahat. Dalam ketiga sloka diatas dilukiskan sifat-sifat dewata yang memiliki oleh orang yang berhati mulia.
(4) dambho darpo 'bhimanas cha,krodha pasushyam eva cha,ajnanam cha 'bhijatasya,partha sampadam asurim.
Artinya :
berpura-pura, angkuh membanggakan diri,marah, kasar, bodoh, semua ini,adalah dimiliki oleh seseorang, wahai parta,dia yang dilahirkan dengan sifat-sifat setan.
(5) daivi sampad vimokshaya,nibandhaya 'suri mata,ma suchah sampadam daivim,abhijato 'si pandava.
Artinya :
sifat-sifat mulia adalah untuk kelepasan,dan sifat-sifat jahat menuju ikatan, janganlah bersedih, wahai pandawa,engkau dilahirkan dengan sifat-sifat mulia.
Walaupun telah diadakan pemisahan yang jelas antara sift-sifat mulia dan jahat, namun tidaklah dapat disangka!. Kenyataan dalam hidup lita sehari-hari bahwa sesungguhnya tidaklah ada seseorang yang dalam keseluruhannya baik, demikian pula tidak ada orang yang dalam keseluruhannya jahat. Tetapi pemisahan antara sifat-sifat itu harus disadari oleh tiap individu yang ingin mencapai kemajuan dalam emansipasi kehidupan spirituilnya. Sebagai halnya denganarjuna, tiap orang tidak boleh takut dan putus asa, apakah ia bisa mencapai kelepasan ini.
(6) dvau bhutasargau loke 'smin,daiva asura cva cha,daivo vistarasah prokta,asuram partha me srinu.
Artinya :
ada dua macam mahkluk terciptakan,dalam dunia ini, yang mulia dan yang jahat,yang mulia telah diuraikan secara terperinci,dengarkan dari aku, oh parta, tentang yang jahat.
Memang sejak jaman yang paling dahulukala dua macam mahkluk ini, yaitu yang mulia dan yang jahat, telah diciptakan oleh prajapati. Dari kedua-keduanya berubah untuk menguasai dunia. Ini simbolisme, bahwa mulia = dewa, jahat = raksasa.
(7) pravrittim cha nivrittim cha,jana na vidur asurah,na saucham na 'pi cha 'charo,na satyam teshu vidyate.
Artinya :
mereka yang jahat tidak tahu yang harus dikerjakan,dan apa yang harus tidak boleh dikerjakan,demikian pula tidak ada kesucian,kelakuan baik dan kebenaran pada mereka.
(8) asatyam apratishtham te,jagad ahur anisvaram,aparaspara sambhutam,kim anyat kamahaitukam,
Artinya :
mereka berkata: dunia ini tanpa kebenaran,tanpa basis (moral), tanpa tuhan, tidak dengan koordinasi bersama, hanya disebabkan hawa nafsu birahi, selebihnya tidak.
'Dunia disebabkan oleh adanya hawa nafsu birahi' adalah pandangan suatu aliran yang disebut lokayantika. Selanjutnya mereka beranggapan bahwa dunia ini tanpa basis moral, penuh dengan keduniawian yang harus dinikmati. Dunia adalah keduniawian!, kata mereka
(9) etam drishtim avashtabhya,nashtatmano 'lpabuddhayah,prabhavanty ugrakarmanah, kshayaya jagato 'hitah.
Artinya :
dengan memegang teguh pandangan ini,jiwa rusak dengan pngertian picik ini,dengan perbuatan keji maju kedepan,menjadi musuh dunia untuk kehancurannya.
 (11) chintam aparimeyan cha,pralayantam upasritah,kamopabhoga parama,etavad iti nischitah.
Artinya :
keranjingan oleh ketidak inginan tak habis-habisnya,yang hanya akan membawa kematian,menganggap kenikmatan nafsu jadi tujuan utama,dengan keyakinan 'itulah segala-galanya'.
Inilah pandangan kaum 'penganut aliran duniawiah' yang beranggapan bahwa hidup adalah untuk makan, minum dan bersenang-senang, sebab mati adalah suatu kepastian dan tidak ada sesuatu sesudah itu.
 (16) anekachitta vibhranta,mohajala samavritah,prasaktah kamabho geshu,patanti narake 'suchau.
Artinya :
bingung oleh berbagai pikiran,terlibat dalam berbagai keonaran,terseret kedalam kepuasan nafsu birahi,mereka jatuh kedalam neraka kejahatan.
(17) atma sambhavitah stabdha ,dhana mana madanvitah,yajante namayajnais te,dambhena 'vidhipuurvakam.
Artinya :
dengan memuji diri, benar sendiri, bangga,dan mabuk akan kekayaan harta benda,mereka mengadakan upacara sebagai pulasan, belaka tanpa menurut ketentuan peraturan.
 (19) tan aham dvishatah kruran,samsareshu narahanaman,kshipamy ajasram asubhan, asurihv eva yonishu.
Artinya :
mereka yag membenci dengan kejam ini,aku yang paling jahat diantara manusia,aku-campakkan mereka tak-henti-hentinya,kebawah kedalam kandungan raksasa.
(20) asurim yonim apnna,mudha jasmani-jasmani,mam aprapyai 'va kaunteya,tato yanty adhamam gatim.
Artinya :
terjerumus kedalam kandungan setan,manusia berdosa ini dari kelahiran,kelahiran tidak mencapai aku terus jatuh,ketempat yang paling kebawah 0h kuntiputra.
Kedalam kandungan raksasa atau setan, iblis atau asura disini dimaksudkan dengan kandungan yang kan melahirkan mahkluk yang lebih rendah drajatnya, lebih jelek, lebih jahat dan seterusnya sampai yang paling dibawah. Inilah hukuman spirituil yang diajarkan bila orang memiliki sifat-sifat jahat.
Sifat-sifat jahat yang rendah dan negatif itu tiada lain sumbernya daripada hawanafsu birahi, amarah dan loba yang dapat mengantar orang kepintu gerbang neraka. Pintu gerbang ini harus dihindari.
 (24) tasmach ehhastram pramanam te,karyakarva vyavasthitau,jnatva sastra vidhanoktam, karma kartum iha 'rhasi.
Artinya :
karena itu biarlah kitab-kitab sastra,menjadi petunjukmu untuk menentukan,yang harus dikerjakan dan yang patut dikerjakan,dan mengetahui apa yang terumuskan,dalam ajaran-ajaran kitab sastra ini,kerjakanlah tugas-kewajibanmu ini.
Kitab-kitab suci sastra tidaklah terbats kepada suatu ajaran agama saja, melainkan semua ajaran-ajaran agama yang menunutun kita kejalan tuhan
Apabila seseorang tidak suka mawas diri dalam hidupnya, maka ego yang ada dalam dirinya akan berkausa atas pribadinya. Dan kalau ego sudah berkuasa maka apa yang baik dan apa yang buruk sebagai petunjuk dalam hidup ini menjadi kabur, dan kekaburan ini menyeret orang kearah yang lebih rendah dan negatif, yang dikuliskan sebagai masuk kedalam pintu gerbang neraka.
Untuk menolong orang dari kejahatan yang dalam ini perlu petunjuk-petunjuk yang diambil dari kitab-kitab sastra. Tetapi bagaimana halnya kalau orang tidak bisa membaca dan tidak cukup mempunyai intelek, ibarat orang buta diberi kacamata? Maka itu tepat sekali kata krisna dalam sloka ke-xv.20 apa yang dimaksudkan dengan ajaran-ajaran dalam kitab sastra yaitu doktrin yang maharasia.
Ity srimad bhagavadgitasupanishatsu brahmavidyayam,yogasastre srikrishnajurnasam vade, daivasurasampadvibhagayogo nama shodaso 'dhyayah.
Maka berakhirlah bab upanishad bhagavadgita,mengenai ilmu-pengetahuan tentang yang maha esa,kitab suci yoga dan dialog antara sri krisna,dan arjuna yang berjudul,
daivasurasampadvibhagayoga.
17. TIGA JENIS KEYAKINAN (GOLONGAN-GOLONGAN KEYAKINAN ) DALAM   KEHIDUPAN MANUSIA MANUSIA
Arjuna bertanya dalam bab in. Apakah disebut kalau orang mengadakan upacara dengan penuh khidmat dan kepercayaan tetapi melalaikan petunjuk-petunjuk kitab suci?
Krisna menjawab bahwasanya ada tiga macam kepercayaan yang masing-masing tergantung kepada tiap-tiap individu dengan sifat wataknya, yaitu baik-mulia, aktif nafsu, dan gelap bodoh
Yang bersifat sattva pergi memuja dewata, makan-makanan yang berguna bagi pertumbuhan badan dan kesehatan, mengadkan upacara menurut petunjuk kitab suci, bermeditasi dengan keyakinan mendalam, bersedekah tanpa mengharapkan kembali.
Yang bersifat rajas pergi memuja yaksha dan raksasa, makan makanan yang serba banyak rempah, mengadakan upacara dengan harapan akan pahala, bersamadi denganmaksud supaya dipuji dan disegani, bersedekah dengan harapan mendapat kembali
Yang bersifat tamas pergi memuja rohk orang mati dan setan, makan-makanan yang busuk, mengadakan upacara tidak menurut peraturan, bertapabrata dengan pengertian tolol, bersedekah pada waktu dan kesempatan yang salah.
Upacara, sedekah dan tapabrata yang tidak disertai dengan kepercayaan tidak ada artinya.
(1) arjuna uvacha: ye sastravidhim utsrijya,yajante sraddhaya 'nvitah,tesham nishtha tu ka krishna,sattvam aho rajas tamah.
Artinya
arjuna bertanya: mereeka yang melalaikan petunjuk,kitab suci sastra,mengadakan upacara dengan penuh, kepercayaan khidmat,bagaimana kedudukan mereka ini, oh krisna,apakah ini disebut sattva, rajas, tamas?.
(3)   Sribagawan uvacha: trividha bhavanti sraddha,dehinam sa svabhavaja,sattviki rajasi chai 'va,tamasi che 'ti tam srinu,
Artinya:
sri bagawan menjawab: ada tiga macam kepercayaan, yang tergantung pada watak pengikutnya,yaitu bersifat sattva, rajas dan tamas,dengarkanlah kini penjelasanya.
Watak pengikut tergantung kepada karmapahalanya dimasa hidupnya yang lalu
(3) sattvanurupa sarvasya,sraddha bhavati bharata,sraddhamayo 'yam purusho,yo yachchhraddhah sa eva sah.
Artinya :
kepercayaan tiap-tiap individu oh batara,tergantung kepada sifat wataknya,manusia terbentuk oleh kepercayaannya,apa kepercayaan tersebut itulah dia.
Perkataan sattva khusus dalam sloka ini berarti : svabhava = sifat dan watak, perkataan sraddha = kepercayaan.
(4) yajante sattvika devan,yaksharakshamsi rajasah,pretan bhutaganams cha 'nye,yajante tamasa janah.
Artinya :
orang yang bersifat sattva memuja para dewata,yang bersifat rajas memuja yaksha dan raksasa,dan yang lainnya bersifat tamas,memuja rohk orang mati dan butakala.
Yaksa dan raksasa adalah mahkluk setengah dewata yang memiliki sifat-sifat jelek. Butakala adalah bangsa setan, jin dan sebangsanya yang hidup dikuburan, dipohon kayu dan tempat-tempat angker.
Tapabrata atau bertapa dengan menyiksa badan seperti tidur diatas paku-paku yang tajam, berpuasa tanpa makan samasekali sampai mati atau bunuh diri dan sebagainya, tidaklah dibenarkan. Sebab kelemahan atau penderitaan badan bisa menimbulkan halusinasi yang bukan merupakan visi spirituil. Menguasai diri sendiri bukan berarti tersebut diatas, perkataan aku dalam sloka 6 berarti jiwa = atman.
 (8) ayuhsattnabalarogya,sukhapritlvivardhanah,rasyah snihdhah sthira hridya,aharah sattvikapriyah.
Artinya
makanan yang memberi hidup kekuatan, tenaga,kesehatan, kebahagian dan kegembiraan,
yang terasa lezat, lembut, menyegarkan,dan enak sangat disukai oleh sattvika.
(9) katvamlalavanatyushna, tikshnarukshavidahinah,ahara rajasasye 'shta, duhkhasoka mayapradah.
Artinya
makanan yang pahit, masam, asin,pedas, banyak rempah. Keras dan hangus,yang menyebabkan kesusahan, kesedihan,dan penyakit disukai oleh rajasa.
(10) yatayamam gatarasam,puti paryushitam cha yat,uchchhishtam api cha 'medhyam, bhojanam tamasapriyam.
Artinya
makanan yang usang, hilang rasa,busuk, berbau, bekas sia-sia,dan tidak bersih adalah makanan,yang sangat digemari oleh tamasa.
Ketiga-tiga sloka diatas membicarakan makanan yang kita makan sehari-hari, karena makanan ini adalah penting bagi kehidupan kita. Tempramen seseorang juga ditentukan oleh temperamen makanannya. Dalam sloka 8 makanan yang dimaksud adalah bukan makanan mewah dan harganya mahal harganya, melainkan makanan yang berguna bagi kesehatan badan kita. Makanan yang dimaksudkan dalam sloka 9 adalah makanan yang serba menimbulkan rangsangan-rangsangan yang eksterim, sedangkan makanan yang disebut dalam sloka 10 adalah makanan yang tidak patut dimakan dan sebenarnya dilarang untuk dimakan. (mengenai istilah sattvika, rajasa dan tamasa, lihat keterangan sloka xvi.10 yang berarti : yang baik, yang bernafsu dan yang tolol). Kwalitas makanan sangat penting artinya bagi pertumbuhan dan kesehatan badan, dan diet dalam kehidupan spirituil membawa pengaruh terhadap kekuatan pikiran dan pengekangan hawanafsu.
 (12) abhisamdhaya tu phalam,dambhartham api chai 'va yat,ijyate bharatasreshtha,tam yajnam viddhi rajasam.
Upacara kebaktian yang diuraikan dalam ketiga-tiga sloka tersebut diatas ini, tidak saja terbatas pengertiannya pada upacara persembahyanagn dengan saji-sajian belaka, melainkan dimaksudkan juga upacara kebaktian yang ditujukan untuk kesejahteraan umat manusia seluruhnya dengan jalan perbuatan kebajikkan dan pengorbanan harta-benda, dan apabila perlu dengan seluruh jiwa-raga.
(14) deva dvija guru prajna,pujanam saucham arjavam,brahmasharyam ahimsa cha,sariram tapa uchyate.
Artinya
berbakti kepada dewata, pendita,guru dan mereka yang arif bijaksana, suci,benar, cantrik dan tanpa-kekerasan,adalah bertapa dengan badan jasmani.
(15) anudvegakaram vakyam,satyam priyahitam cha yat,svadhyayabhyasanam chai 'va,vanmayam tapa uchyate.
Artinya  : Berbicara tanpa menyinggung melukai hati,dapat dipercaya, lemah lembut dan berguna,
dan teratur mempelajari kitab-kitab suci,ini dinamakan bertapa dengan ucapan.
(16) manahprasadah saumyatyvam,maunam atmavinigrahah,bhavasamsuddhir ity etat,tapo manasam uchyate.
Artinya : Suci-murni dalam pikiran,sopan santun, pendiam,menguasai diri dan lurus hati,disebut bertapa dengan pikiran
(cantrik = brahmacari = tidak kawin karena menjalankan pengendalian diri untuk maksud-maksud spirituil, mempelajari kitab-kitab suci haruslah dilaksanakan dengan jalan membaca dengan suara perlahan dalam lagu suci : kidung atau kakawin). (mengenai cantrik, lihat pula sloka vi.14).
Berbakti yang dimaksudkan dalam sloka 14 juga berarti menghormati dan respek. Berbicara dalam sloka 15 'lemah-lembut dan berguna' dimaksudkan baik bagi pembicara maupun yang mendengar.'pendiam' dalam sloka 16 dimaksudkan pikiran terkontrol, kemarahan dan keinginan ditekan. Demikianlah ketiga sloka diatas melukiskan apa artinya bertapa dengan badan-jasmani, ucapan dan pikiran.
 (20) datavyam iti yad danam,diyate ;nupakarine,dese kale patre cha,tad danam sattvikam smritam.
Artinya : Sedekah yang diberikan tanpa mengaharapakan kembali,dengan keyakinan sebagai tugas untuk memberikan,pada tempat dan waktu yang tepat sekali,dan kepada orang yang patut, disebut sattvika.
(21) yat tu pratyupakarartham,phalam uddisya va punah,diyate cha pariklishtam,tad danam rajasam smritam.
Artinya : Tetapi sedekah yang diberikan dengan harapan,untuk dapat kembali atau memperoleh keuntungan,kemudian hari atau dengan perasaan keberatan,untuk memberikannya, dinamakan rajasa.
(22) adsakale yad danam, apatrebhyas cha diyate,astkretam avajnatam,tat tamasam udahritam.
Artinya : Dan sedekah yang diberikan pada kesempatan,dan waktu yang salah kepada mereka,yang tidak patut dengan cara mencemooh,atau dengan penghinaan, dinamkan tamasa.
Dalam ketiga-tiga sloka diatas diuraikan tiga macam sedekah atau pemberian yang menurut sifatnya msing-masing : sattvika, rajasa dan tamasa. Sedekah dalam hubungan ini juga dimaksudkan dengan amal-derma yang diberikan kepada usaha-usaha sosial demi kesejahteraan umat manusia.
(23) aum tad iti nirdeso,brahmanas trividhah smritah,brahmanas tena vedas cha,yajnas cha vihitah pura.
Artinya : "Aum tat sat" inilah dipandang,daripada brahman sebagai tiga pelambang,denagn ini telah ditetapkan kitab-kitab suci,brahman,weda-weda dan upacara-upacara dari dahulukala.
Kitab-kitab suci brahman adalah kitab-kitab suci yang diperuntukkan bagi kaum pendita yang mengandung uraian tentang undang-undang, peraturan, instruksi, keterangan dan sebagainya mengnai upacara-upacara persembahyangan berikut mantra-mantranya.
(24) tasmad aum ity udahritya,yajna dana tapah kriyah,pravertante vidhanoktah,satatam brahmavadinam.
Artinya : Maka itu dengan ucapan 'aum", pelaksanaan upacara, sedekah dan tapa,
seperti telah ditentukan dalan kitab-kitab suci,selalu dimulai oleh penganut brahman yang maha esa.
(25) tad ity anabhusamdhaya,phalam yajnatapahkriyah,dankrisyas cha vividhah,kriyante mokshakanshibhih.
Artinya  : Dengan ucapan 'tat" dan menanggalkan semua, pahala keuntungan dari upacara, tapa barata,dan juga sedekah dari jenis anekawarna,dilaksanakan mereka yang mengharapkan. Moksha
 (28) asraddhaya hutam dattam,tapas taptam kritam cha yat,asad ity uchyate partha,na cha tat pretya no iha,
Artinya : apapun yang dipersembahkan, disedekahkan, dan tapa apapun yang dilaksanakan,
tanpa kepercayaan - disebut 'asat', oh parta,ini tidak ada artinya, disini maupun diduniasana.
Sesungguhnya kepercayaan adalah sangat subyektif pada tiap-tiap orang yang dinyatakan dalam kehidupan sehari-hari dengan perbuatan dan pola-pola sikap-hidupnya. Dan kepercayaan yang kita maksudkan itu, tiada lain daripada kekuatan yang mendorong kemanusian kearah apa yang lebih baik dalam mengadakan perjalanan dalam dunia menuju kebenaran yang dicita-citakan. Namundemikian, betapapun subjektif anggapan kita terhadap kepercayaan seseorang, kalau tanpa kenyataan yang dilahirkan atas nama kehidupan spirituil sehari-harinya, yang kita ebut kepercayaan itu akan jadi kabur.
Maka itu, tetap teratur mengadakan upacara persembahyangan, bertapa dan memberi sedekah seperti telah diuraikan dalam bab ke-xvii ini akan memeberi nilai kepada kepercayaan tersebut.
Ity srimad bhagavadgitasupanishatsu, brahmavidyayam, ogasastre srikrishnarjunasam vade, sraddhatrayavibhagayogo nama saptadaso 'dhyayah
Maka berakhirlah bab ini,uapnishad bhagavadgita mengenai,ilmu pengetahuan tentang yang maha esa,kitab suci yoga dan dialog antara sri,krisna dan arjuna yang berjudul,
sraddhatrayavibhagayoga.
18. KEBEBASAN ABADI (KEBAHAGIAAN SEJATI).
Bab konklusi bhagavadgita yang membicarakan samnyasa dan tyaga, yaitu tidak melakukan kerja yang didorong oleh hawanafsu dan menolak semua phala kerja.
Sesungguhnya karmayoga dan jnanayoga adalah tyaga, dhyanayoga dan bhaktiyoga. Tetapi kelepasan daripada kedua-duanya adalah sum-sum bonum baik untuk tyaga maupun untuk samnyasa da oleh karenanya tidak ada perbedaan fondamentil :thema pusat bhagavadgita adalah kesatuan terakhir daripada berbagai jalan menuju brahman.
Krishna menjelaskan bahwa segala tindakan adalah fungsialam, bahwa ilmu-pengetahuan-objek ilmu-pengetahuan, kerja, pelaksana, pengertian, keteguhan hati dan kebahagian ada tiga macam.
Tugas kewajiban kita adalah ditentukan oleh svabhava dan svadharma kita masing-masing: setia melaksanakan kerja sendiri-sediri, tiap orang akan mencapai kesempurnaan.
Krisna menyarankan agar arjuna tidak meninggalkan: medan pertempuran, sebab walaupun ia menolak untuk bertempur namun prakriti akan memaksa ia berbuat demikian.
Kekacauan pikiran keragu-raguan arjuna lenyap dan ia berkata: aku akan bertindak sesuai dengan ajaran-mu!
 (1) arjuna uvacha: samnyasasya mahabaho,tattvam ichchhami veditum,tyagasya cha hrishikesa,prithak kesinishudana.
Artinya
arjuna berkata: aku ingin mengetahui, oh mahabahu, inti kebenaran samnyasa,
dan tyaga, oh hrisikesa,masing-masingnya, oh kesinisudana.
Perkataan kesinishudana sebenarnya berarti 'pembunuh raksasa bernama kesi'. Krisna dipanggil dengan nama ini, sebab ia telah mebunuh raksasa kesi.
(2) sribhagavan uvacha: kamyanam karmanam nyasam,sarvakarmaphala tyagam,prahus tyagam vichakshanah,
Artinya
sri bagawan menjawab: para pendita menyatakan 'samnyasa',tidak melaksankan kerja yang didorong nafsu,dan menolak pahala semua kerja,dan orang arif bijaksana dikatakan 'tyaga'.
Sesungguhnay yang dimaksudkan dengan samyas oleh bhagavadgita adalah 'bukan menolak kerja' melainkan 'menolak kerja yang didorong oleh karena nafsu keinginan'. Jadi yang ditolak oleh bhagavadgita adalah 'nafsu-keinginannya' dan bukan 'kerjanya'. Dan tyaga oleh bhagavadgita diartikan 'menolak pahala atau hasil dari semua kerja'. Sebab bhagavadgita meyakinkan kepada kita bahwa kelepasan (moksha) dicapai bukan oleh karma atau keturunan atau kekayaan melainkan dengan tyaga.
Jadi bhagavadgita menasihatkan kepada kita, walaupun kelepasan dapat dicapai dalam masa hidup ini namun kita harus tetap melaksanakan kerja demi pengabdian kita kepada sesama umat manusia dan kesujudan kita kepada brahman.
(3) tyajyam doshavad ity eke, karma prahur manishinah,yajna dana tapah karma,na tyjyam iti cha 'pare,
Artinya  : Kerja harus tidak dilaksanakan sebagai suatu dosa kata kaum cendikiawan,yang lain lagi berkata 'melakukan upacara,sedekah dan tapa brata jangan diabaikan.
(4) nischayam srinu me tatra,tyage bharatasattama,tyago hi purushavyaghra,trividhah samprakirtitah.
Artinya : Dengarkanlah dari aku, oh baratasatama, konklusi kebenaran tentang tyaga, tyaga, wahai macan dari manusia,yang telah disebut ada tiga.
Baratasatama = yang terbaik dari keturunan barata = macan dari manusia = arjuna
(5) yajna dna tapah karma,na tyajyam karyam eva tat,yajno danam tapas chai 'va,pavanani manisminam.
Artinya  : Mengadakan upacara, sedekah dan tapabrata,jangan diabaikan melainkan harus dilakuakan, sebab upacara, sedekah serta tapabrata, adalah pensuci bagi orang arif-bijaksana.
(6) etany api tu karmani,sangam tyaktva phalani cha,kartavyani 'ti me partha,nischitam matam uttamam.
Artinya : Tetapi kegiatan inipun harus dilakukan,dengan jalan melepaskan ikatan dan keinginan,akan pahalanya; inilah, wahai parta,keyakinan-ku yang tetap dan mulia.
(7) niyatsya tu samnyasah,karmano 'papadyate,mohat tasya parityagas,tamasah parikirtitah.
Artinya : Sudah tentu meninggalkan kegiatan kerja, yang harus dilakukan tidak dibenarkan, dan melalaikan hal ini ketololan, dinamakan tyaga bersifat tamasa.
(8) dunkham ity eva yat karma,kayaklesabhayat tyajet,sa kritva rajasam tyagam,nai 'va tyagaphalam labhet.
Artinya
dia yang meninggalkan kegiatan kerja,karena susah atau takut penderitaan jasmani,hanya melakukan tyaga yang bersifat rajasa,dan tidak memperoleh akibat tyaga ini.
Yang dimaksudkan dengan akibat tyaga ini adalah kelepasan atau moksha
(9) karyam ity eva yat karma,niyatam kriyate 'rjuna,sangam tyaktva phalam chai 'va,sa tyagah sattviko matah.
Artinya : Tetapi dia yang melakukan kegiatan kerja,yang telah ditentukan 'harus dikerjakan',dengan meninggalkan ikatan dan keinginan pahala,ini dipandang Tyaga yang bersifat sattvika.
 (11) na hi dehabhrita sakyam,tyaktum karmany aseshatah,yas tu karmaphalatyagi,sa tyaagi 'ty abhidhiyate.
Artinya : Memang tidaklah mungkin bagi manusia,melepaskan kegiatan kerja sama sekali,tetapi dia yang tak-inginkan pahala kerja,dialah sebenarnya disebut tyagi.
(12) anishtam ishtam misram cha,trividham karmanah phalam,bhavaty atyaginam pretya,na tu 'samyasinam kvachit.
Artinya  : Menyenangkan, tak-menyenagkan dan campuran,adalah tiga macam karmapala setelah mati,bagi mereka yang bukan merupakan tyagi,tetapi ini samasekali tak-ada bagi samanyasi.
Hasil perbuatan yang disebut karmaphala baik semasa hidup ini maupun sesudah mati, ada yang menyenangkan, ada yang tidak menyenangkan dan ada pula yang campuran dari kedua ini. Ini adalah bagi orang biasa kebanyakan, yang bukan tyagi maupun samnyasi. Baik tyagi maupun samnyasi kedua-duanya adalah orang yang telah mencapai tingkat begitu tinggi mendekati kelepasan. Perbedaanya hanyalah soal tingkatan belaka. Suatu pendapat menyatakan bahwa tyagi adalah sama dengan karma yogi, sedangkan samnyasi adalah mereka yang meninggalkan kegiatan kerja yang hanya sekedar penting untuk hidup sehari-hari dengan sederhana. Pendapat yang lain menyatakan bahwa tyagi sama dengan samnyasi (mahatma gandhi).
(13) panchai 'tani mahabaho,karanani nibodha me,samkhye kritante proktani,siddhyate sarvakarmanam.
Artinya : Pelajari dari aku, oh mahabahu,lima faktor-sebab bagi berakhirnya,segala kegiatan kerja, `seperti tercantum dalam ajaran sankhya.
Ajaran sankhya (yang dimaksudkan disini adalah ajaran vedanta) = ajaran yang merumuskan bahwa serumuskan bahwa berahkirnya segala kegiatan kerja menuju kelepasan . Perkataan kritamte selain daripada berarti 'berakhirnya segala kegiatan kerja' dapat juga ditafsirkan berakhirnya jaman krita (krita yuga = abad 1.728.000 tahun manusia)
Karta = pelaksana, yaitu ego-sendiri, tetapi oleh karena kesalahan dan ketidak-tahuan disangkakan jiwa yang ada dalam badan ini yang menyebabkan pancaindria melakukan kegiatan-kegiatan, dimana sebetulnya adalah prakriti.
Cheshta = fungsi energi yang vital dalam badan. Kekuatan gaib dalam dewata, seperti : nasib, rejeki, sialan, masa depan, peruntungan dan masa depan dan sebagainya. Merupakan akumulasi karmapala dimasa-masa lampau yang tidak bisa dielakkan. Ia disebut demikian sebab terjadi dimasa-masa lampau juga sebelum hidup yang sangat pendek ini dalam hubungannya dengan alam-kosmos yang begitu panjang. (15) sariravanmanobhir yat
Karma prarabhante narah,nyayyam va viparitam va,panchai 'te tasya hetavah.
Artinya
Perbuatan apa saja yang dilakukan,seseorang dengan badan, kata dan pikirannya,apakah itu baik ataupun tercela,kelima-lima inilah merupakan sebab-musababnya.
Seperti telah dijelaskan diatas, segala perbuatan baik atau buruk adalah dilakukan oleh ego-sendiri yang berpangkal pada prakriti. Bila hal ini disadari, maka jiwa yang ada dalam badan ini dapat dibebaskan dari pengaruh sebab musabab terebut.
(16) tatrai 'vam sati kartaram,atmanam kevalam tu yah,pasyaty akritabuddhitvan,na sa pasyati durmatih.
Artinya
demikianlah orang yang pikirannya tak murni,karena tak selesai terlatihnya pengertian,menganggap jiwanya yang berbuat sendiri,ia sesungguhnya tidak menyadarinya.
(17) yasya na 'hamkrito bhavo,buddhir yasya na lipyate,hatva 'pi sa imaml lokan,na hanti na nibadhyate.
Artinya
dia yang terbebas dari rasa egoisme,yang pengertiannya suci tak terpengaruhi,walaupun ia membunuh orang-orang ini,ia tak-membunuh dan tak terikat perbuatannya.
Seseorang yang telah mempunyai kesadaran tinggi dengan pendidikan dan latihan yang lama dan berat, selalu dengan pikiran terkonsentrasikan, tidak dipengaruhi oleh lima sebab-musabab yang disebutkan dalam sloka 14 diatas, yang pengertiannya tidak pernah salah dalam membedakan antara jiwa dan jasmani, walaupun melakukan kegiatan kerja pisik seperti : membunuh misalnya, ia tidak terkotori oleh perbuatan ini.
Sesungguhnya yang terpenting bukanlah perbuatan itu sendiri, melainkan pengertian dan semangat. Tetapi itu bukan berarti orang boleh melakukan perbuatan-perbuatan kriminil, jahat dan sebagainya. Sebab perbuatan jahat terlahir dan tidak adanya pengertin dan semangat yang tak-suci.
(18) jnanam jneyam parijnata,trividha karmachodana,karanam karma karte 'ti,trividhah karmasamgrahah.
Artinya
pengetahuan, objek-pengetahuan dan yang,mengetahui,ada tiga macam sebab musabab,dan yang berbuat adalah tiga macam basis dasar perbuatan,
Timbulnya stimulasi suatu perbuatan adalah dari suatu pengetahuan, atau dari objek pengetahuan, atau dari orang yang mengetahuinya sendiri. Inilah yang menimbulkan sebab-musabab suatu perbuatan.
(19) jnanam karma cha kartu cha,tridhai 'va gunabhedatah,prochyate gunasamkhyane, yathavach chhrinu tany api.
Artinya
pengetahuan, perbuatan dan pelaksanaannya,dalam ajaran falsafah sankhya,disebutkan ada tiga macamnya,dari perbedaan guna, dengarkanlah kebenaranya.
(20) sarvabhutcahu yenai 'kam,bhavam avyayam ikshate,avibhaktam vibhakteshu,taj jnanam viddhi sattvikam.
Artinya
pengtahuan yang menyebabkan terlihatnya,jiwa yang kekal abadi dalam semua insani,yang tidak dapat dibagi dalam yang terbagi,ketahuilah, pengetahuan ini ialah sattvika.
(21) prithakvena tu yaj jnanam,nanabhavan prithagvidhan,vetti sarveshu bhuteshu,taj jnanam vidhi rajasam.
Artinya:
tetapi pengetahuan yang mengerti,bahwa jiwa dalam berbagai insani,adalah berbeda sebab mereka berpisah-pisah,ketahuilah, pengetahuan ini adalah rajasa.
(22) yat tu kritsnavad ekasmin,karye saktam ahetukam,atattvartavad alpam cha,tat tamasam udahritam.
Artinya
sedangkan yang melihat satu akibat saja,seolah-olah merupakan keseluruhannya,tanpa menjangkau sebab-musabab dan kebenaranya,lagi pula sempit picik, itulah pengetahuan tamasa.
(23) niyatam sangarahitam,aragadveshatah kritam,aphalaprepsuna karma,yat tat sattvikam uchyate.
Artinya :
kegiatan yang diwajibkan, tanpa ikatan,dengan tiada kecintaan dan kebencian,
dilaksanakan tanpa mengharapkan pahala,dinamakan kegiatan yang sattvika.
(24) yat tu kamepsuna karma,sahamkarena va punah,kriyate bahlayasam,tad rajasam udahritam.
Artinya
tetapi kegiatan yang dilakukan,dengan usaha-usaha keras karena,terdorong oleh keinginan yang ke-aku-an,dikatakan kegiatan yang rajasa.
(25) anubandham kshayan himsam,anapekshya cha paurusham,mohad arabhyate karma,yat tat tamasam uchyate,
Artinya
kegiatan yang dilakukan karena ketololan,tanpa perduli konsekwensi, kerugian,menyakiti hati dan tak hirau akan kemampuan,yang demikian ini disebut tamasa.
 (27) ragi karmaphalaprepsur,lubdho himsatmako 'suchih,harshasokanvitah karta,rajasah parkirtitah.
 (29) buddher bhedam dhrites chai 'va,gunatas trividham srinu,prochyamanam aseshena, prithaktvena dhanamjaya,
Artinya :
sekarang dengarkanlah perbedaan dari tiga,pengertian dan juga keteguhan hati,diuraikan menurut guna, oh dananjaya,seluruhnya dan juga masing-masingnya.
Perkataan buddhi dalam hubungan ini diterjemahkan dengan 'pengertian', sedangkan perkataan dhriti dengan 'keteguhan hati'
(30) pravitim cha nivrittim cha,karyakarye bhayabhaye,bandham moksham cha ya vetti,buddhihsa partha sattviki.
Artinya :
pengertian yang tahu arti kerja dan tak kerja,apa yang diperbolehkan dan dilarang,ditakuti dan tak ditakuti, mengikat dan membebaskan,oh parta, disebut bersifat sattvika.
 (33) dhritya yaya dharayate,manahpranendriyakriyah,yogena 'vyabhicariya,dhriti sa partha sattviki.
Artinya
keteguhan hati yang tak-tergoyahkan,dengan konsentrasi kontrol terhadap kegiatan,pikiran, pernafasan dan alat-alat indria,oh parta, inilah keteguhan hati sattvika.
(34) yaya tu dharmakamarthan,dhritya dharayate 'rjuna,prasangena phalakankshi,dhritih sa partha rajasi.
Artinya
keteguhan hati yang ditujukan pada kewajiban,kesenangan, kekayaan harapan akan pahala,
sebagai konsekwensi segala kegitan,oh parta, inilah keteguhan hati rajasa.
(35) yaya svapnam bhayam sokam,vishadam madam cha cha,na vimuchati durmedha, drithih sa partha tamasi.
Artinya
keteguhan hati sitolol yang tak-mau melepaskan,kemalsan, kecemasan, kesediahn,keputus-asaan dan kesombongan,oh parta, inilah keteguhan hati tamasa.
Keteguhan hati terhadap suatu tekad menyebabkan kita lebih sadar dan lebih dalam dapat menyelami sesuatu daripada visi kita yang biasa sehari-hari. Kekuatannya lebih ampuh daripada kemapuan kita sehari-hari untuk melepaskan diri dari belenggu-belenggu kelemahan dan penyesalan dimasa silam, dan dengan demikian kita lebih dapat mengarahkan perhatian kepada masa depan yang lebih sungguh-sungguh secara positif.
Tetapi keteguhan hati yang bersifat tamasa dari sitolol menyebabkan masa depanya, bukanya bertambah positif melainkan bertambah negatif, menuju kenilaian spirituil yang lebih rendah dan akhirnya membawa ia kejurang kehancurannya.
(36) sukham tv idanim trividham,srinu me bharatarshabha,abhyasad ramate yatra, dunkhantam cha nigachchhati.
Artinya
dan sekarang dengarkanlah dari aku,tiga macam kebahagian, oh baratasaba,kebahagian yang dicapai manusia dengan latihan,lama dimana ia kemudian tiba pada akhir  kedudukannya.
Dibawah ini berturut-turut dalam tiga sloka akan diuraikan tiga macam kebahagian dalam hubungannya dengan karmapala, dimana kesengsaraan sebagai titik minimal dan kebahagian terakhir sebagai titik maksimal.
(37) yat tad agre visham iva,pariname 'mritopamam',tad sukham sattvikam proktam, atmabuddhi prasadajam.
Artinya
kebahagian yang mulanya ibarat racun,tetapi kemudian pada akhirnya ibarat amrita,yang timbul dari pengertian suci tentang atman,kebahgian inilah dinamakan sattvika.
(38) vishayendriya samyogad,yat tad agre 'mritopamam,pariname visham iva,tat sukham rajasam amritam.
Artinya
kebahagian yang tombul dari hubungan,antara indria dengan objek duniawi yang bagaikan,
amrita mulanya tetapi jalan racun akhirnya,kebahagian begini dicatat sebagai rajasa.
(39) yad agre cha 'nubhandhe cha, sukham mohanam atmanah,nidralasyapramadottham,tat tamasam udahritam.
Artinya
kebahagian yang timbul dan diakhiri,dengan tersesatnya jiwa yang timbul karena,suka-tidur, malas serta tidak perduli,kebahagian ini disebut tamasa.
(amrita = air suci yang memberi kehidupan yang kekal abadi, langgeng) memang kebahagian adalah tujuan universiil tiap hari, tidak ada kecualinya. Tetapi kebahagian itu, walaupun sesungguhnya hanya satu tergantung kepada sifat dan sikap masing-masing individu yang ingin memilikinya, seperti terlukiskan dalam ketiga-tiga sloka diatas. Namun demikian, kebahagian yang sesungguhnya bukanlah terletak pada kekayaan materi semata-mata, melainkan kekayaan batin yang mengantar kita kejalan kelepasan, bebas dari sengsara dan dosa.
(40) na tad asti prithivyam va,divi deveshu va punah,sattvam prakriti jair muktam,yad ebhih syat tribhir gunaih.
Artinya
tidak ada mahkluk insani,baik didunia ini maupun disorga,diantara para dewata bebas dari triguna ,yang terlahir dari alam, prakriti.
Didalam suatu masyarakat yang berkembang, penggolongan yang terbatas hanya pada empat kategori bidang tuga s kewajiban kerja seperti brahmana, kesatri, waisia dan sudra (lihat keterangan sloka I.41). Tidaklah mungkin. Sebab dengan kategori ini kita tidak bisa menempatkan golongan kaum dokter, seniman instruktur, pilot, hakim, mahaguru, wartawan dan sebagainya. Maka itu bhagavadgita menggolongkan seseorang bukan atas kelahiran, kekayaan dan pangkat-kedudukannya melainkan atas dasar wibawa, watak dan sifatnya.
Masyarakat adalah suatu sistem organisme sosial yang hidup dimana tiap-tipa individu dengan masin-masing kemampuan ikut menentukan pertumbuhannya. Masyarakat tidak bisa dipaksa untuk dijadikan suatu golongan tersendiri saja, sebab ia merupakan suatu integrasi dari berbagai golongan. Dalam suatu masyarakat tiap individu tidak bisa sama dalam kemampuannya, tetapi ia sama dibutuhkan dalam masyarakat itu, dan sumbangsihnya kepada masyarakat atas dasar wibawa, watak dan sifatnya yang berguna dan mulia adalah bernilai sama. Inilah yang diajarkan oleh bhagavadgita kepada kita.
(45) sve-sve karmany abhiratah,samsiddhim labhate narah,svakarmaniratah siddhim,yatha vindati tach chhrinu.
Artinya
setia melakukan kerja sendiri-sendiri,tiap orang mencapai kesempurnaan,bagaimanakah setia melakukan kerja sendiri ,mencapai kesempurnaan? Dengarkanlah ini:
Perkataan svakarma berarti n: pekerjaan sendiri. Tiap orang harus berada dalam pekerjaannya sendiri dan harus setia kepada pekerjaan tersebut.
(46) yatah pravrittir bhutanam,yena sarvam idam tatam,svakarmana tam adhyarchya,siddhim vindati manavah.
Artinya
dia darimana datangnya semua insani,olehmana semuanya ini diliputi,dengan jalan menyembah dia melakukan,kerja sendiri orang mencapai kesempurnaan.
Sloka ini sangat terkenal, sebab disinilah bhagavadgita mengajarkan kepada kita bahwasanya melakukan kerja sendiri adalah berarti menyembah tuhan. Kemampuan dan nilai persembahan seseorang diukur dengan betapa setianya ia kepada kewajibannya sendiri dalam melakukan pekerjaan.
(47) sreyan svadharmo vigunah,paradharmat svanushthitat,svabhavaniyatam karma,kurvan na 'pnoti kilbisham.
Artinya
lebih baik kewajiban sendiri walau tak sempurna,dibanding kewajiban orang lain dilakukan sempurna,seseorang tidak akan berdosa bila ia melaksanakan,tugas-kewajiban sendiri sesuai dengan sifatnya.
Percaya kepada inkarnasi dan mengerjakan kewajiban orang lain adalah hal yang bertentangan. Sebab svabhava seseorang terlahir dari karmapalanya dimasa lampau, dan setia kepada svadharma (kewajiban) dimasa kini adalah menyempurnakan svabhava itu sendiri.
"orang dari berbagai tingkatan dan golongan, masing-masing setia kepada tugas kewajiban sendiri, akan memetik buah hasil kerja setelah meninggal dunia, dan dengan sisa-sisa karmapalanya ia akan mencari tempat, tingkatan dan lingkungan keluarga yang lebih baik dengan memiliki dharma, kehidupan, pengetahuan, watak, kekayaan, kebahagian dan budipekerti yang lebih sempurna
(48) sahajam karma kaunteya,sadosham api na tyajet,sarvarambha hi doshena ,dhumena 'gnir iva 'vritah.
Artinya
seseorang seharusnya tidak meninggalkan,yang memang menjadi tugasnya, oh kuntiputra,
walau ada kekurangannya, sebab semua kerja,diliputi kekurangan-kekurangan ibarat api diselubungi asap.
Walaupun untuk mencapai kesempurnaan hidup orang harus tidak mengikat dirinya dengan pahala kerja, tetapi kerja itu sendiri sebagai tugas-kewajibannya harus tidak ditinggalkannya. Walapun orang harus meninggalkan pahala kerja, namun semangat pengabdian ia tidak boleh ditinggakan, sebab itu akan mengantar ia kearah kesempurnaan.
(49) asaktabuddhih sarvatra,jitatma vigatasprihah,naishkarmyasiddhim paramam, samnyasena 'dhigachchhati.
Artinya
dia yang pengertianya tak-terikat dimana jua,yang menaklukan hatinya dan keinginannya tiada,dengan melalui samnyasa maka tiba pada,tingkat yang tertinggi diatas segala kerja.
(50) siddhim prapto yatha brahma,tatha pnoti nibodha me,samasenai 'va kaunteya,nishtha
Dengan pengertian yang tidak terikat pada objek apapun, egoisme sudah tertaklukan dan keinginan-keinginan tidak ada lagi jalan samnyasa ditempuh untuk mencapai kesempurnaan tertinggi dimana brahman berada.
 (53) ahamkaram balam darpam,kaman darpam,vimuchya nirmanah santo,brahmabhuyaya kalpate.
Artinya
membuang jauh-jauh egoisme, kekerasan,keangkuhan, nafsu, amarah dan harta kekayaan,
suka bersosial dan memilki ketenangan pikiran,ialah yang patut menjadi satu dengan brahman.
 (54) brahmabhutah prasannatma,na sochi na kakshato ,samah sarveshu bhuteshu, madbhaktim labhate param.
Artinya
setelah menjadi satu dengan brahman,jiwanya tentram, tiada duka tiada nafsu birahi,memandang semua mahkluk insani sama,ia mencapai pengabdian kepada-ku yang tertinggi.
(55) bhaktya mam abhijananti ,yavan yas cha 'smi tattvatah,tato mam tattvato jnatva,visate tadanantaram,
Artinya
dengan jalam mengabdi ia mengetahui aku,betapa agung dan siapa aku sebenarnya ,
dan setelah mengetahui aku yang sesungguhnya,ia kemudian masuk kedalam-ku.
Pengabdian dan kebaktian kepada brahman dengan tidak ada duanya. Jiwa yang merupakan bagian daripada jiwa (atman) universiil yang tunggal menjadi satu kembali dengan-nya, dan tiada lagi dipisahkan oleh badan-jasmani. Inilah disebut pengabdian dan kebaktian yang tertinggi.
(56) sarvakarmany api sada,kurvano madvyapasrayah, matprasadad avapnoti,sasvatam pada avyayam.
Artinya
dengan terus melaksananakan segala kerja,dan berlindung dibawah naungan-ku,dia mencapai, dengan restu-ku,tempat kediaman yang langgeng, kekal-abadi.
(57) chetasa sarvakarmani,mayi samnyasya matparah,buddhiyogam upasritya, machchhittah satatam bhava.
Artinya
menyerahkan secara mental segala kerja pada-ku,memandang aku sebagai tujuan tertinggi,teguh memilki kesadaran budipekerti,pusatkanlah pikiran dengan konstan pada-ku.
Bukanlah maksud krisna untuk mengintrik atau menakut-nakuti arjuna dengan perkataan 'engkau akan hancur berantakan', sebab memang sesungguhnya takala dialog ini terjadi mereka sedang berhadapan dengan musuh mereka kaurawa yang sudah siap bertempur dalam perang besar-besaran, dimedan kuruksetra.
(59) yad ahamkaram asritya,na yotsya iti manyase,mithyai 'sha vyavasayas te,prakritis tvam niyokshyati.
Artinya
bila karena memuaskan rasa ke-aku-anmu,engkau berpikir : 'aku tidak mau bertempur',ini adalah kepuasanmu yang sia-sia, sifat prakriti akan memaksa dirimu.
Egoisme, baik kecil maupun besaaradalah pangkal daripada kehancuran badan-jasmani dan kehidupan spirituil seseorang. Walaupun bagaimana alasan arjuna untuk tidak mau bertempur, namun suifat dan wataknya sebagai seseorang ksatria yang mempunyai tanggungjawab dan tugas-kewajiban untuk menaklukan musuh yang durhaka atau memaksa dia.
(60) svabhavajena kaunteya,nibaddhah svena karmana,kartum ne 'chchhasi yan mohat, karishyasy avaso 'pi tat.
Artinya :
yang engkau tidak mau lakukan,karena pikiran tertipu, oh kuntiputra,engkau akan lakuakn walau melawan kehendak,sebab terlahir dari prakriti engkau terikat karmamu.
(61) isvarah sarvabhutanam,hroddese 'rjuna tishthati,bhramayam sarvabhuthati, yantrarudhani mayaya.
Artinya
Tuhan yang berdiam dihati setiap insani,menyebabkan mereka semua berputar, oh arjuna,
beredar dengan prinsip kekuatan maya-nya,seolah-olah berada diatas mesin belaka.
(62) tam eva saranam gachchha,sarvabhavena bharata,tatprasadat param santim,sthanam prapsyasi sasvatam.
Artinya
berlindunglah engkau pada-nya,dengan seluruh jiwaragamu, oh barata,dengan restu-nya engkau akan mencapai,kedamaian tertinggi kekal-abadi.
(63) iti te jnanam akhyatam,guhyad guhyataram maya,vimrisyai 'tad aseshena,yathe 'chchhati tatha kuru.
Artinya
itulah ilmu pengetahuan yang paling rahasia,dari rahasia telah diungkapkan padamu oleh-ku,setelah mempertimbangkan semua ini sepenuhnya, bertindak seperti engkau telah tentukan.
Krisna sebagai penjelmahan brahman telah berusaha menyadarkan arjuna (lihat pula sloka IX.34) dan bertindak sebagai gurunya dalam kehidupan biasa (yaitu sebagai ksatria berhadap-hadapan dengan musuhnya dalam medan perang) dan kehidupan spirituil, namun demikian ia hendak memaksa sesuatu kepada arjuna dan menyerahkan keputusannya sendiri dengan memprtimbangkan semua ini sepenuhnya'. Arjuna harus memutuskan sendiri, berpikir sendiri dengan mempergunakan intelek dan kesadaran budipekertinya. Bhagavedgita memberi tekanan khusus kepada kemampuan seseorang untuk menilai pertanggungjawaban sendiri atas integritas pribadinya terhadap dirinya dan terhadap tuhannya.
 (64) manmana bhava madbhakto,madyaji mam namaskuru,mam evai 'shyasi satyam te,pratijane priyo 'si me.
Artinya
Dengarkanlah lagi kata-kata suci-ku,yang paling rahasia daripada segalanya,karena engkau benar-benar kesayangan-ku,akan ku-katakan apa yang baik bagimu.
Dari sloka diatas ini sampai dengan sloka 72. Krisna kembali berbicara sebagai guru dengan muridnya walaupun dalam berbagai kesempatan yang terdahulu. Dia kadang-kadang berlaku sebagai penjelmahan brahman atau hanya sebagai jurumudi kereta arjuna. Dia kadang-kadang berlaku sebagai penjelmahan brahman atau hanya sebagai jurumudi kereta arjuna dalam pertempuran dimedan kuruksetra menghadapi musuh-musuhnya
(65) manmana bhava madbhakto,madyaji mam namaskuru,mam evai 'shyasi satyam te,pratijane priyo 'si me.
Artinya:
Pusatkan pikiranmu pada-ku, berbakti pada-ku,bersujud pada-ku, sembahlah aku,engkau akan tiba pada-ku, aku berjanji,setulusnya padamu sebab engkau ku-kasihi.
Misteri yang terakhir dan rahasia yang tertinggi dari ajaran bhagavadgita yang diuraikan oleh krisna berakhir dalam sloka ini (yang juga merupakan ulangan dari sloka IX.34). Dimana pikiran, kebaktian, kesujudan, persembahyangandari segala-galanya ditujukkan kepada brahma yang maha esa.
(66) sarvadharman parityajya,mam ekam saranam vraja,aham tva sarvapapebhyo, mokshayoshyami ma suchah.
Artinya
setelah meninggalkan tugas-kewajiban semua, datanglah hanya kepad-ku untuk perlindungan, jangan berduka sebab aku akan, bebaskan engkau dari segala dosa.
(67) idam te na 'tapaskaya,na 'bhaktaya kadachana,na cha susrushave vachyam,na cha mam yo 'bhyasuyati.
Artinya
janganlah ini dibicarakan olehmu,kepada orang yang tiada bertapabrata,tiada mengabdi atau orang yang tiada,minat mendengarkan, yang menghina aku.
Hanya mereka yang mempunyai disiplin, memiliki kepercayaan dan mau mendengarkan dengan sungguh-sungguh akan dapat mengerti ajaran bhagawadgita ini.
(68) ya idam paranam guhyam,mdbhakteshv abhidhasyati,bhaktim mayi param kritva,mam evai 'shyaty asamsayah.
Artinya
dia yang mengajarkan rahasia utama ini,kepada para pengikut-ku dengan,kebaktiannya yang tertinggi kepada-ku,tak diragukan lagi akan datang pada-ku.
Adalah kewajiban yang telah mengetahui untuk mengajar apa yang belum mengetahui, dan bagi mereka yang mengajarkan inti kebenaran ajaran ini juga pasti mencapai kelepasan (moksha).
(69) na cha tasman manushyeshu,kaschin me priyakrittamah,bhavita na cha me tasmad, anyah priyataro bhuvi.
Artinya
tidak ada diantara manusia,yang mengabdi begitu tulus kepada-ku,dan tidak ada orang lain disayang oleh-ku,didunia ini, kecuali dia.
Yang dimaksudkan dengan 'kecuali dia' dalam sloka ini, ialah mereka yang mengajarkan ini kebenaran ajaran ini, yang telah menyebrangi lautan samsara (siklus kelahiran dan kematian) dan dengan penuh kasih sayang menolong orang lain menyebrangi lautan ini.
(70) adhyehyate cha ya imam ,dhanyam samvadam avayoh,jnanayajnena tena 'ham,ishtah syam iti me matih.
Artinya
dan barang siapa yang mempelajari,dialog kita ini oleh dialah aku,akan dipuja dengan pengetahuan budipekerti,upacara persembahan, itulah keyakinan-ku.
(71) sraddhavan anasuya cha,srinuyad api yo narah,so 'pi muktah subhami lokan,prannuyat punyakarmanam.
Artinya
dia orang yang hanya mendengarkan,dengan kepercayaan tanpa celaan,juga terbebas mencapai dunia kebahagian,bagi mereka yang berbuat kebajikkan.
(72) kachchid etach chhutam partha,yvayai 'kagrena chetasa,kachchid ajnanasammohah, pranashtas te dhanamjaya.
Artinya
apakah ini telah terdengar olehmu, oh parta,dengan pikiranmu yang terkonsentrasikan?, apakah kekacauan pikiranmu, oh danajaya,karena ketidaktahuan telah terhapuskan?.
(parta = dananjaya = arjuna)
Perkataan ekagrama berarti : terpusat pada satu titik, terkosentrasikan.
(73) arjuna uvacha:
Nashto mohah smritir lavad,tvatprasadan maya 'chyuta,sthito 'smi gatasamdehah,krishye vachnam tava.
Artinya
arjuna menjawab: musnahkan kini kekacauan pikiranku,dan pengetahuan kuperoleh dengan restu-mu,aku berdiri tegak, keragu-raguanku lenyap, oh acuta,dan akan bertindak sesuai dengan ajaran-mu.
Berahkirlah dialog antara krisna dan arjuna dimana arjuna dengan setulusnya mengakui bahwa ia benar-benar memahami uraian krisna dan akan bertindak sesuai dengan petunjuk-opetunjuk-nya tanpa egoisme, tanpa keragu-raguan, tanpa ilusi, dengan pikiran terkonsentrasikan dengan penuh pengabdian.
(74) samjaya uvacha: ity aham vasudevasya,parthasya cha mahatmanah,samvadam imam asrausham,abdhutam romaharshanam.
Artinya
demikianlah dialog yang agung ini,telah kudengar antara wasudewa,dan parta yang berjiwa mulia,menyebabkan bulu romaku tegak berdiri.
Selesai dialog krisna-arjuna, disini sanjaya-menteri negara- kembali melaporkan kepada maharaja dritarastra tentang apa yang telah didengarkannya dari percakapan antara krisna dan arjuna.
(75) vyasaprasadach chhrutavan,etad guhyam aham param,yogam yogesvarat krishnat, sakshat kathyatah avayam.
Artinya
dengan restu wyasa, aku ketahui,rahasia paling utama yoga ini,yang diajarkan oleh krisna sendiri,tuhan-nya yoga, langsung secara pribadi.
Sanjaya dapat melihat dan mendengarkan dialog antara krisna dan arjuna karena restu yang suci dari wyasa, supaya ia sendiri dpat melaporkan kepada maharaja dritarastra. (wyasa = vyasa).
Disamping ia mendengarkan dialog antara krisna dan arjuna ini. Sanjaya juga dapat menyaksikan visi brahman dalam wujud wisnu sewaktu ia memperlihatkan diri-nya kepada arjuna. Ini juga berkat restu wyasa yang memberikan pengkihatan suci (divyachakshu). Wyasa sendiri adalah penyusun nyanyian suci bhagawadgita.
(78) yatra yogessvarah,yatra partho dhanurdharah,tatra srir vijayo bhutir,dhruva nitir matir mama.
Artinya
Dimana saja krisna tuhan-nya yoga,dan arjuna pahlawan panah berada,aku yakin disan pasti ada kebahagian,kemenangan, kesejahteraan dan moral peradaban.
Krisna , sebagai perlambang kebenaran abadi yang menjadi tujuan dan arjuna, sebagai alat atau jalan yang bersih dan kurus untuk mencapai tujuan tersebut, itulah makna sloka ini, dimana kebahagian, kemenangan, kesejahteraan dan kesusilaan dapat dinikmati semua orang.
Perpaduan antara visi sprituil, kesempurnaan jiwa pribadi dan pengabdian sosial kepada masyarakat itulah konklusi ajaran bhagavadgita
Ity srimad bhagavadgiasupanishatsu, brahmavidyayam, yogasastre srikrishnarjubasamvade, samnyasayoga nama 'shtadaso  'dhyayah.
Maka berakhirlah bab ini,
upanishad,
Bhagavadgita mengenai ilmu-pengetahuan,
tentang;
Yang Maha Esa, kitab suci yoga dan dialog,
antara sri krisna dan arjuna yang berjudul,
Samnyasayoga.
Ity srimaDbhagavaDgita upanishad samaptah
Aum santih santih santih
Disini berkhir upanishad bhagavadgita
oh Tuhan, damai, damai, damai bagi semua!



DAFTAR PUSTAKA
Aripta Wibawa Made, (2006), Dialog Bhagawdgita, Pt Empat Warna Komunikasi Denpasar
Maharta Nengah , Sruni Ni Wayan, (2007), Beberapa Mantram Bhagawadgita, Bandar Lampung
Pudja Gde, (1984), Bhagawadgita, Maya Sari Jakarta
Raka Mas Gde A. A. ( 2007), Moksa Universalitas dan Pluralitas Bhagawadgita (Sebuah Study dan Analisa), Paramita, Surabaya
Sudharta Tjok Rai, (2007), Ajaran Moral Dalam Bhagawadgita, Paramita, Surabaya

DAFTARPUSTAKA

         Aripta Wibawa Made, (2006), Dialog Bhagawdgita, Pt Empat Warna Komunikasi Denpasar
         Maharta Nengah , Sruni Ni Wayan, (2007), Beberapa Mantram Bhagawad Gita, Bandar Lampung
         Pudja Gde, (1984), Bhagawadgita, Maya Sari Jakarta
         Raka Mas Gde A. A. ( 2007), Moksa Universalitas dan Pluralitas Bhagawadgita (Sebuah Study dan Analisa), Paramita, Surabaya
         Sudharta Tjok Rai, (2007), Ajaran Moral Dalam Bhagawadgita, Paramita, Surabaya

Tidak ada komentar:

Posting Komentar