ITHIHASA
(RAMAYANA DAN MAHABHARATHA)
(OLEH : ADI WINARNO)
RAMAYANA
(SAPTAKANDA)
Wiracarita
Ramayana terdiri dari tujuh kitab yang disebut Saptakanda. Urutan kitab
menunjukkan kronologi peristiwa yang terjadi dalam Wiracarita Ramayana.
Nama kitab
|
Keterangan
|
Kitab Balakanda merupakan awal dari kisah Ramayana.
Kitab Balakanda menceritakan Prabu Dasarata yang
memiliki tiga permaisuri, yaitu: Kosalya, Kekayi, dan Sumitra. Prabu
Dasarata berputra empat orang, yaitu: Rama, Bharata, Lakshmana dan Satrughna. Kitab
Balakanda juga menceritakan kisah Sang Rama yang berhasil memenangkan
sayembara dan memperistri Sita, puteri
Prabu Janaka.
|
|
Kitab Ayodhyakanda berisi kisah dibuangnya Rama ke hutan bersama Dewi Sita dan Lakshmana karena
permohonan Dewi Kekayi. Setelah
itu, Prabu Dasarata yang sudah tua wafat. Bharata tidak
ingin dinobatkan menjadi Raja, kemudian ia menyusul Rama. Rama menolak untuk
kembali ke kerajaan. Akhirnya Bharata memerintah kerajaan atas nama Sang
Rama.
|
|
Kitab Kiskindhakanda menceritakan kisah pertemuan
Sang Rama dengan
Raja kera Sugriwa. Sang Rama membantu Sugriwa merebut kerajaannya
dari Subali,
kakaknya. Dalam pertempuran, Subali terbunuh. Sugriwa menjadi Raja di Kiskindha. Kemudian
Sang Rama dan Sugriwa bersekutu untuk menggempur Kerajaan Alengka.
|
|
Kitab Yuddhakanda menceritakan kisah pertempuran
antara laskar kera Sang Rama dengan
pasukan rakshasa Sang Rawana. Cerita
diawali dengan usaha pasukan Sang Rama yang berhasil menyeberangi lautan dan
mencapai Alengka. Sementara itu Wibisana diusir
oleh Rawana karena terlalu banyak memberi nasihat. Dalam pertempuran, Rawana
gugur di tangan Rama oleh senjata panah sakti. Sang Rama pulang dengan
selamat ke Ayodhya bersama Dewi Sita.
|
|
Kitab Uttarakanda menceritakan kisah pembuangan Dewi
Sita karena
Sang Rama mendengar
desas-desus dari rakyat yang sangsi dengan kesucian Dewi Sita. Kemudian Dewi
Sita tinggal di pertapaan Rsi Walmiki dan
melahirkan Kusa dan Lawa. Kusa dan Lawa datang ke istana
Sang Rama pada saat upacara Aswamedha. Pada saat itulah mereka
menyanyikan Ramayana yang digubah oleh Rsi Walmiki.
|
RINGKASAN CERITA RAMAYANA :
Wiracarita Ramayana menceritakan
kisah Sang Rama yang
memerintah di Kerajaan Kosala, di sebelah utara Sungai Gangga, ibukotanya
Ayodhya. Sebelumnya
diawali dengan kisah Prabu Dasarata yang
memiliki tiga permaisuri, yaitu: Kosalya, Kekayi, dan Sumitra. Dari Dewi
Kosalya, lahirlah Sang Rama. Dari Dewi
Kekayi, lahirlah Sang Bharata. Dari Dewi
Sumitra, lahirlah putera kembar, bernama Lakshmana dan Satrugna. Keempat
pangeran tersebut sangat gagah dan mahir bersenjata.
Pada suatu hari, Rsi Wiswamitra meminta
bantuan Sang Rama untuk
melindungi pertapaan di tengah hutan dari gangguan para rakshasa. Setelah
berunding dengan Prabu Dasarata, Rsi
Wiswamitra dan Sang Rama berangkat ke tengah hutan diiringi Sang Lakshmana.
Selama perjalanannya, Sang Rama dan Lakshmana diberi ilmu
kerohanian dari Rsi Wiswamitra. Mereka juga tak henti-hentinya membunuh para
rakshasa yang mengganggu upacara para Rsi. Ketika mereka melewati Mithila, Sang Rama mengikuti sayembara yang diadakan
Prabu Janaka. Ia
berhasil memenangkan sayembara dan berhak meminang Dewi Sita, puteri Prabu Janaka. Dengan
membawa Dewi Sita, Rama dan Lakshmana kembali pulang ke Ayodhya.
Prabu Dasarata yang sudah
tua, ingin menyerahkan tahta kepada Rama. Atas permohonan Dewi Kekayi, Sang Prabu dengan berat hati
menyerahkan tahta kepada Bharata sedangkan
Rama harus meninggalkan kerajaan selama 14 tahun. Bharata menginginkan Rama
sebagai penerus tahta, namun Rama menolak dan menginginkan hidup di hutan
bersama istrinya dan Lakshmana. Akhirnya
Bharata memerintah Kerajaan Kosala atas nama Sang Rama.
Dalam masa pengasingannya di hutan, Rama dan Lakshmana bertemu
dengan berbagai rakshasa, termasuk Surpanaka. Karena
Surpanaka bernafsu dengan Rama dan Lakshmana, hidungnya terluka oleh pedang
Lakshmana. Surpanaka mengadu kepada Rawana bahwa ia dianiyaya. Rawana menjadi
marah dan berniat membalas dendam. Ia menuju ke tempat Rama dan Lakshmana
kemudian dengan tipu muslihat, ia menculik Sita, istri Sang Rama. Dalam usaha
penculikannya, Jatayu berusaha
menolong namun tidak berhasil sehingga ia gugur.
Rama yang mengetahui istrinya diculik
mencari Rawana ke Kerajaan Alengka atas
petunjuk Jatayu. Dalam perjalanan, ia bertemu dengan Sugriwa, Sang Raja Kiskindha. Atas
bantuan Sang Rama, Sugriwa berhasil merebut kerajaan dari kekuasaan kakaknya, Subali. Untuk membalas jasa, Sugriwa
bersekutu dengan Sang Rama untuk menggempur Alengka. Dengan dibantu Hanuman dan ribuan wanara, mereka menyeberangi lautan dan
menggempur Alengka. Rama menggempur Rawana
Rawana yang tahu kerajaannya diserbu,
mengutus para sekutunya termasuk puteranya – Indrajit – untuk
menggempur Rama. Nasihat Wibisana (adiknya)
diabaikan dan ia malah diusir. Akhirnya Wibisana memihak Rama. Indrajit melepas senjata nagapasa
dan memperoleh kemenangan, namun tidak lama. Ia gugur di tangan Lakshmana. Setelah
sekutu dan para patihnya gugur satu persatu, Rawana tampil ke muka dan
pertarungan berlangsung sengit. Dengan senjata panah Brahmāstra yang sakti, Rawana gugur sebagai
ksatria.
Setelah Rawana gugur, tahta Kerajaan Alengka diserahkan
kepada Wibisana. Sita kembali ke pangkuan Rama setelah kesuciannya
diuji. Rama, Sita, dan Lakshmana pulang ke Ayodhya dengan
selamat. Hanuman menyerahkan
dirinya bulat-bulat untuk mengabdi kepada Rama. Ketika sampai di Ayodhya, Bharata menyambut
mereka dengan takzim dan menyerahkan tahta kepada Rama.
MAHABHARATHA (ASTHADASAPARVA)
Mahābhārata merupakan kisah epik
yang terbagi menjadi delapan belas kitab atau sering disebut Astadasaparwa. Rangkaian
kitab menceritakan kronologi peristiwa dalam kisah Mahābhārata, yakni semenjak
kisah para leluhur Pandawa dan Korawa (Yayati, Yadu, Puru, Kuru, Duswanta, Sakuntala, Bharata) sampai
kisah diterimanya Pandawa di surga.
Nama kitab
|
Keterangan
|
Kitab Adiparwa berisi berbagai cerita yang
bernafaskan Hindu, seperti
misalnya kisah pemutaran Mandaragiri, kisah Bagawan Dhomya yang menguji ketiga muridnya,
kisah para leluhur Pandawa dan Korawa, kisah
kelahiran Rsi Byasa, kisah
masa kanak-kanak Pandawa dan Korawa, kisah tewasnya rakshasa Hidimba di tangan
Bhimasena, dan kisah
Arjuna
mendapatkan Dropadi.
|
|
Kitab Sabhaparwa berisi kisah pertemuan Pandawa dan Korawa di sebuah
balairung untuk main judi, atas rencana Duryodana. Karena
usaha licik Sangkuni, permainan dimenangkan selama dua kali oleh Korawa
sehingga sesuai perjanjian, Pandawa harus mengasingkan diri ke hutan selama
12 tahun dan setelah itu melalui masa penyamaran selama 1 tahun.
|
|
Kitab Wanaparwa berisi kisah Pandawa selama masa 12
tahun pengasingan diri di hutan. Dalam kitab tersebut juga diceritakan kisah Arjuna yang
bertapa di gunung Himalaya untuk memperoleh senjata sakti. Kisah Arjuna tersebut
menjadi bahan cerita Arjunawiwaha.
|
|
Kitab Wirataparwa berisi kisah masa satu tahun
penyamaran Pandawa di Kerajaan Wirata setelah
mengalami pengasingan selama 12 tahun. Yudistira menyamar
sebagai ahli agama, Bhima sebagai
juru masak, Arjuna sebagai
guru tari, Nakula sebagai
penjinak kuda, Sahadewa sebagai pengembala, dan Dropadi sebagai
penata rias.
|
|
Kitab Udyogaparwa berisi kisah tentang persiapan
perang keluarga Bharata (Bharatayuddha). Kresna yang
bertindak sebagai juru damai gagal merundingkan perdamaian dengan Korawa. Pandawa dan Korawa mencari
sekutu sebanyak-banyaknya di penjuru Bharatawarsha, dan
hampir seluruh Kerajaan India Kuno terbagi menjadi dua kelompok.
|
|
Kitab Bhismaparwa merupakan kitab awal yang
menceritakan tentang pertempuran di Kurukshetra. Dalam
beberapa bagiannya terselip suatu percakapan suci antara Kresna dan Arjuna menjelang
perang berlangsung. Percakapan tersebut dikenal sebagai kitab Bhagavad Gītā. Dalam kitab Bhismaparwa juga diceritakan gugurnya Resi Bhisma pada hari
kesepuluh karena usaha Arjuna yang dibantu oleh Srikandi.
|
|
Kitab Dronaparwa menceritakan kisah pengangkatan
Bagawan Drona sebagai
panglima perang Korawa. Drona berusaha menangkap Yudistira, namun
gagal. Drona gugur di medan perang karena dipenggal oleh Drestadyumna ketika ia
sedang tertunduk lemas mendengar kabar yang menceritakan kematian anaknya, Aswatama. Dalam
kitab tersebut juga diceritakan kisah gugurnya Abimanyu dan Gatotkaca.
|
|
Kitab Karnaparwa menceritakan kisah pengangkatan Karna sebagai panglima perang oleh
Duryodana setelah gugurnya Bhisma, Drona, dan sekutunya yang lain. Dalam
kitab tersebut diceritakan gugurnya Dursasana oleh Bhima. Salya menjadi kusir kereta Karna,
kemudian terjadi pertengkaran antara mereka. Akhirnya, Karna gugur di tangan Arjuna dengan
senjata Pasupati pada hari ke-17.
|
|
Kitab Salyaparwa berisi kisah pengangkatan Sang Salya sebagai panglima perang Korawa pada hari
ke-18. Pada hari itu juga, Salya gugur di medan perang. Setelah ditinggal
sekutu dan saudaranya, Duryodana menyesali perbuatannya dan hendak menghentikan
pertikaian dengan para Pandawa. Hal itu menjadi ejekan para Pandawa sehingga
Duryodana terpancing untuk berkelahi dengan Bhima. Dalam perkelahian
tersebut, Duryodana gugur, tapi ia sempat mengangkat Aswatama sebagai panglima.
|
|
Kitab Sauptikaparwa berisi kisah pembalasan dendam
Aswatama kepada tentara Pandawa. Pada malam hari, ia bersama Kripa dan Kertawarma menyusup
ke dalam kemah pasukan Pandawa dan membunuh banyak orang, kecuali para
Pandawa. Setelah itu ia melarikan diri ke pertapaan Byasa. Keesokan harinya ia disusul oleh
Pandawa dan terjadi perkelahian antara Aswatama dengan Arjuna. Byasa dan Kresna dapat
menyelesaikan permasalahan itu. Akhirnya Aswatama menyesali perbuatannya dan
menjadi pertapa.
|
|
Kitab Striparwa berisi kisah ratap tangis kaum
wanita yang ditinggal oleh suami mereka di medan pertempuran. Yudistira
menyelenggarakan upacara pembakaran jenazah bagi mereka yang gugur dan
mempersembahkan air suci kepada leluhur. Pada hari itu pula Dewi Kunti menceritakan kelahiran Karna yang menjadi rahasia pribadinya.
|
|
Kitab Anusasanaparwa berisi kisah penyerahan diri Yudistira kepada Resi Bhisma untuk
menerima ajarannya. Bhisma mengajarkan tentang ajaran Dharma, Artha, aturan tentang berbagai upacara,
kewajiban seorang Raja, dan sebagainya. Akhirnya, Bhisma meninggalkan dunia
dengan tenang.
|
|
Kitab Aswamedhikaparwa berisi kisah pelaksanaan
upacara Aswamedha oleh Raja Yudistira. Kitab
tersebut juga menceritakan kisah pertempuran Arjuna dengan
para Raja di dunia, kisah kelahiran Parikesit yang
semula tewas dalam kandungan karena senjata sakti Aswatama, namun dihidupkan
kembali oleh Sri Kresna.
|
|
Kitab Asramawasikaparwa berisi kisah kepergian Drestarastra, Gandari, Kunti, Widura, dan Sanjaya ke tengah hutan, untuk meninggalkan dunia ramai.
Mereka menyerahkan tahta sepenuhnya kepada Yudistira. Akhirnya Resi Narada datang
membawa kabar bahwa mereka telah pergi ke surga karena dibakar oleh api
sucinya sendiri.
|
|
Kitab Mosalaparwa menceritakan kemusnahan bangsa Wresni. Sri
Kresna meninggalkan kerajaannya lalu pergi ke tengah hutan. Arjuna
mengunjungi Dwarawati dan mendapati bahwa kota tersebut
telah kosong. Atas nasihat Rsi Byasa, Pandawa dan Dropadi menempuh
hidup “sanyasin” atau mengasingkan diri dan meninggalkan dunia fana.
|
|
Kitab Swargarohanaparwa menceritakan kisah Yudistira yang
mencapai puncak gunung Himalaya dan dijemput untuk mencapai surga oleh Dewa Indra. Dalam perjalanannya, ia ditemani
oleh seekor anjing yang sangat setia. Ia menolak masuk surga jika disuruh
meninggalkan anjingnya sendirian. Si anjing menampakkan wujudnya yang
sebenanrnya, yaitu Dewa Dharma.
|
RINGKASAN
CERITA MAHABHARATHA :
Mahabharata merupakan kisah kilas
balik yang dituturkan oleh Resi Wesampayana untuk
Maharaja Janamejaya yang gagal
mengadakan upacara korban ular. Sesuai dengan permohonan Janamejaya, kisah
tersebut merupakan kisah raja-raja besar yang berada di garis keturunan
Maharaja Yayati, Bharata, dan Kuru, yang tak
lain merupakan kakek moyang Maharaja Janamejaya. Kemudian
Kuru menurunkan raja-raja Hastinapura yang
menjadi tokoh utama Mahabharata. Mereka adalah Santanu, Chitrāngada, Wicitrawirya, Dretarastra, Pandu, Yudistira, Parikesit dan Janamejaya.
Mahabharata banyak memunculkan nama
raja-raja besar pada zaman India Kuno seperti Bharata, Kuru, Parikesit (Parikshita),
dan Janamejaya.
Mahabharata merupakan kisah besar keturunan Bharata, dan Bharata adalah salah
satu raja yang menurunkan tokoh-tokoh utama dalam Mahabharata.
Kisah Sang Bharata diawali
dengan pertemuan Raja Duswanta dengan Sakuntala. Raja
Duswanta adalah seorang raja besar dari Chandrawangsa keturunan Yayati, menikahi Sakuntala dari pertapaan
Bagawan Kanwa, kemudian menurunkan Sang Bharata, raja
legendaris. Sang Bharata lalu menaklukkan daratan India Kuno. Setelah
ditaklukkan, wilayah kekuasaanya disebut Bharatawarsha yang
berarti wilayah kekuasaan Maharaja Bharata (konon meliputi Asia Selatan)[2]. Sang
Bharata menurunkan Sang Hasti, yang kemudian mendirikan sebuah pusat
pemerintahan bernama Hastinapura. Sang Hasti
menurunkan Para Raja Hastinapura. Dari keluarga tersebut, lahirlah Sang Kuru, yang
menguasai dan menyucikan sebuah daerah luas yang disebut Kurukshetra (terletak
di negara bagian Haryana, India Utara). Sang Kuru menurunkan Dinasti Kuru atau Wangsa Kaurawa. Dalam
Dinasti tersebut, lahirlah Pratipa, yang menjadi ayah Prabu Santanu, leluhur Pandawa dan Korawa.
Kerabat Wangsa Kaurawa (Dinasti
Kuru) adalah Wangsa Yadawa, karena
kedua Wangsa tersebut berasal dari leluhur yang sama, yakni Maharaja Yayati, seorang kesatria dari Wangsa
Chandra atau Dinasti Soma, keturunan Sang Pururawa. Dalam
silsilah Wangsa Yadawa, lahirlah Prabu Basudewa, Raja di Kerajaan Surasena, yang
kemudian berputera Sang Kresna, yang
mendirikan Kerajaan Dwaraka. Sang Kresna dari Wangsa Yadawa bersaudara sepupu
dengan Pandawa dan Korawa dari Wangsa Kaurawa.
Prabu Santanu adalah
seorang raja mahsyur dari garis keturunan Sang Kuru, berasal
dari Hastinapura. Ia menikah
dengan Dewi Gangga yang
dikutuk agar turun ke dunia, namun Dewi Gangga meninggalkannya karena Sang
Prabu melanggar janji pernikahan. Hubungan Sang Prabu dengan Dewi Gangga sempat
membuahkan anak yang diberi nama Dewabrata atau Bisma. Setelah ditinggal Dewi Gangga,
akhirnya Prabu Santanu menjadi duda. Beberapa tahun kemudian, Prabu Santanu
melanjutkan kehidupan berumah tangga dengan menikahi Dewi Satyawati, puteri
nelayan. Dari hubungannya, Sang Prabu berputera Sang Citrānggada dan Wicitrawirya.
Citrānggada wafat di usia muda dalam suatu pertempuran, kemudian ia digantikan
oleh adiknya yaitu Wicitrawirya. Wicitrawirya juga wafat di usia muda dan belum
sempat memiliki keturunan. Atas bantuan Resi Byasa, kedua istri Wicitrawirya, yaitu Ambika dan Ambalika, melahirkan
masing-masing seorang putera, nama mereka Pandu (dari Ambalika) dan Dretarastra (dari
Ambika).
Dretarastra terlahir
buta, maka tahta Hastinapura diserahkan
kepada Pandu, adiknya.
Pandu menikahi Kunti dan
memiliki tiga orang putera bernama Yudistira, Bima, dan Arjuna. Kemudian
Pandu menikah untuk yang kedua kalinya dengan Madri, dan memiliki putera kembar bernama
Nakula dan Sadewa. Kelima putera Pandu tersebut
dikenal sebagai Pandawa.
Dretarastra yang buta menikahi Gandari, dan
memiliki seratus orang putera dan seorang puteri yang dikenal dengan istilah Korawa. Pandu dan Dretarastra memiliki
saudara bungsu bernama Widura. Widura
memiliki seorang anak bernama Sanjaya, yang memiliki mata batin agar mampu melihat masa
lalu, masa sekarang, dan masa depan.
Pandawa dan Korawa merupakan dua kelompok dengan sifat
yang berbeda namun berasal dari leluhur yang sama, yakni Kuru dan Bharata. Korawa
(khususnya Duryodana) bersifat
licik dan selalu iri hati dengan kelebihan Pandawa, sedangkan Pandawa bersifat
tenang dan selalu bersabar ketika ditindas oleh sepupu mereka. Ayah para
Korawa, yaitu Dretarastra, sangat
menyayangi putera-puteranya. Hal itu membuat ia sering dihasut oleh iparnya
yaitu Sangkuni, beserta
putera kesayangannya yaitu Duryodana, agar mau
mengizinkannya melakukan rencana jahat menyingkirkan para Pandawa.
Pada suatu ketika, Duryodana mengundang Kunti dan para Pandawa untuk
liburan. Di sana mereka menginap di sebuah rumah yang sudah disediakan oleh
Duryodana. Pada malam hari, rumah itu dibakar. Namun para Pandawa diselamatkan
oleh Bima sehingga mereka tidak terbakar hidup-hidup dalam rumah tersebut. Usai
menyelamatkan diri, Pandawa dan Kunti masuk hutan. Di hutan tersebut Bima
bertemu dengan rakshasa Hidimba dan
membunuhnya, lalu menikahi adiknya, yaitu rakshasi Hidimbi. Dari
pernikahan tersebut, lahirlah Gatotkaca.
Setelah melewati hutan rimba, Pandawa melewati Kerajaan Panchala. Di sana
tersiar kabar bahwa Raja Drupada
menyelenggarakan sayembara
memperebutkan Dewi Dropadi. Karna mengikuti sayembara tersebut,
tetapi ditolak oleh Dropadi. Pandawa pun turut serta menghadiri sayembara itu,
namun mereka berpakaian seperti kaum brahmana. Arjuna mewakili para Pandawa untuk
memenangkan sayembara dan ia berhasil melakukannya. Setelah itu perkelahian
terjadi karena para hadirin menggerutu sebab kaum brahmana tidak selayaknya
mengikuti sayembara. Pandawa berkelahi kemudian meloloskan diri. sesampainya di
rumah, mereka berkata kepada ibunya bahwa mereka datang membawa hasil
meminta-minta. Ibu mereka pun menyuruh agar hasil tersebut dibagi rata untuk
seluruh saudaranya. Namun, betapa terkejutnya ia saat melihat bahwa
anak-anaknya tidak hanya
Agar tidak terjadi pertempuran
sengit, Kerajaan Kuru dibagi dua untuk dibagi kepada Pandawa dan Korawa. Korawa memerintah Kerajaan Kuru
induk (pusat) dengan ibukota Hastinapura, sementara
Pandawa memerintah Kerajaan Kurujanggala dengan ibukota Indraprastha. Baik
Hastinapura maupun Indraprastha memiliki istana megah, dan di sanalah Duryodana tercebur ke
dalam kolam yang ia kira sebagai lantai, sehingga dirinya menjadi bahan ejekan
bagi Dropadi. Hal
tersebut membuatnya bertambah marah kepada para Pandawa.
Untuk merebut kekayaan dan kerajaan Yudistira secara
perlahan namun pasti, Duryodana mengundang
Yudistira untuk main dadu dengan taruhan harta dan kerajaan. Yudistira yang
gemar main dadu tidak menolak undangan tersebut dan bersedia datang ke Hastinapura dengan
harapan dapat merebut harta dan istana milik Duryodana. Pada saat permainan
dadu, Duryodana diwakili oleh Sangkuni yang
memiliki kesaktian untuk berbuat curang. Satu persatu kekayaan Yudistira jatuh
ke tangan Duryodana, termasuk saudara dan istrinya sendiri. Dalam peristiwa
tersebut, pakaian Dropadi berusaha
ditarik oleh Dursasana karena
sudah menjadi harta Duryodana sejak Yudistira kalah main dadu, namun usaha
tersebut tidak berhasil berkat pertolongan gaib dari Sri Kresna. Karena istrinya dihina, Bima bersumpah akan membunuh Dursasana dan meminum darahnya kelak. Setelah
mengucapkan sumpah tersebut, Dretarastra merasa
bahwa malapetaka akan menimpa keturunannya, maka ia mengembalikan segala harta
Yudistira yang dijadikan taruhan.
Duryodana yang merasa
kecewa karena Dretarastra telah
mengembalikan semua harta yang sebenarnya akan menjadi miliknya,
menyelenggarakan permainan dadu untuk yang kedua kalinya. Kali ini, siapa yang
kalah harus menyerahkan kerajaan dan mengasingkan diri ke hutan selama 12
tahun, setelah itu hidup dalam masa penyamaran selama setahun, dan setelah itu
berhak kembali lagi ke kerajaannya. Untuk yang kedua kalinya, Yudistira mengikuti
permainan tersebut dan sekali lagi ia kalah. Karena kekalahan tersebut, Pandawa terpaksa
meninggalkan kerajaan mereka selama 12 tahun dan hidup dalam masa penyamaran
selama setahun.
Setelah masa pengasingan habis dan
sesuai dengan perjanjian yang sah, Pandawa berhak
untuk mengambil alih kembali kerajaan yang dipimpin Duryodana. Namun Duryodana bersifat
jahat. Ia tidak mau menyerahkan kerajaan kepada Pandawa, walau seluas ujung
jarum pun. Hal itu membuat kesabaran Pandawa habis. Misi
damai dilakukan oleh Sri Kresna, namun
berkali-kali gagal. Akhirnya, pertempuran tidak dapat dielakkan lagi.
Pandawa berusaha mencari sekutu dan
ia mendapat bantuan pasukan dari Kerajaan Kekaya, Kerajaan Matsya, Kerajaan Pandya, Kerajaan Chola, Kerajaan Kerala, Kerajaan Magadha, Wangsa Yadawa, Kerajaan Dwaraka, dan masih
banyak lagi. Selain itu para ksatria besar di Bharatawarsha seperti
misalnya Drupada, Satyaki, Drestadyumna, Srikandi, Wirata, dan lain-lain ikut memihak
Pandawa. Sementara itu Duryodana meminta Bisma untuk memimpin pasukan Korawa sekaligus mengangkatnya sebagai
panglima tertinggi pasukan Korawa. Korawa dibantu oleh Resi Drona dan putranya Aswatama, kakak ipar
para Korawa yaitu Jayadrata, serta guru
Krepa, Kretawarma, Salya, Sudaksina, Burisrawas, Bahlika, Sangkuni, Karna, dan masih banyak lagi.
Pertempuran berlangsung selama 18
hari penuh. Dalam pertempuran itu, banyak ksatria yang gugur, seperti misalnya Abimanyu, Drona, Karna, Bisma, Gatotkaca, Irawan, Raja Wirata dan puteranya, Bhagadatta, Susharma, Sangkuni, dan masih
banyak lagi. Selama 18 hari tersebut dipenuhi oleh pertumpahan darah dan
pembantaian yang mengenaskan. Pada akhir hari kedelapan belas, hanya sepuluh
ksatria yang bertahan hidup dari pertempuran, mereka adalah: Lima Pandawa, Yuyutsu, Satyaki, Aswatama, Krepa dan Kretawarma.
Setelah perang berakhir, Yudistira dinobatkan
sebagai Raja Hastinapura. Setelah
memerintah selama beberapa lama, ia menyerahkan tahta kepada cucu Arjuna, yaitu Parikesit. Kemudian,
Yudistira bersama Pandawa dan Dropadi mendaki
gunung Himalaya sebagai
tujuan akhir perjalanan mereka. Di sana mereka meninggal dan mencapai surga.
Parikesit memerintah Kerajaan Kuru dengan adil dan bijaksana. Ia menikahi Madrawati dan
memiliki putera bernama Janamejaya. Janamejaya
menikahi Wapushtama (Bhamustiman) dan memiliki putera bernama Satanika.
Satanika berputera Aswamedhadatta. Aswamedhadatta dan keturunannya kemudian
memimpin Kerajaan Wangsa Kuru di Hastinapura.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar